Anda di halaman 1dari 26

1) Pengertian Akidah Islamiyah

H. Masan menjelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam: Akidah


Akhlak, akidah berasal dari bahasa Arab aqada-ya’qudu-aqidatan yang artinya
mengikat atau mengadakan perjanjian. Para ulama mendefinisikan akidah sebagai
sesuatu yang terikat dari hati nurani.

Adapun menurut istilah, akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan
yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya. Sehingga, pengertian
akidah Islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya
oleh setiap muslim dengan bersandar pada dalil-dalil naqli dan aqli.

Menurut Taofik Yusmansyah dalam buku Aqidah Akhlaq, landasan akidah


Islam adalah rukun iman, yakni beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan kepada qada dan qadar-
Nya.

2) Dasar-dasar Akidah Islamiyah

1. Al Qur'an

Al qur'an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi


Muhammad saw melalui Malaikat Jibril yang berisi pedoman hidup bagi manusia
agar selamat dunia dan akhirat.

Melalui al-Qur'an inilah Allah SWT menuangkan firman-firmanNya


berkenaan dengan konsep akidah yang benar yang harus diyakini dan dijalani
secara mutlak dan tidak boleh ditawar oleh semua umat Islam. Di dalam al-Qur'an
banyak terdapat ayat-ayat yang berisi tentang tauhid, diantaranya adalah Qs. al-
Ikhlas ayat 1-4.
Manusia yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an berarti telah memiliki akidah
yang benar. Sebaliknya, manusia yang tidak mengikuti petunjuk-petunjuk Al
Qur’an tidak memiliki akidah yang benar. Sebagaimana firman Allah Swt, yang
artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun.” (Q.S. An-Nisa’: 36).
2. Hadits
Hadits adalah semua perbuatan, perkataan dan takrir (diamnya) Nabi
Muhammad saw.Hadits merupakan dasar hukum aqidah Islam yang kedua setelah
Al-Qur'an, baik sumber hukum dalam akidah maupun semua persoalan hidup. Hal
ini dikarenakan semua yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw adalah
wahyu dari Allah, bukan sekedar memperturutkan hawa nafsu saja. Sebagaimana
firman Allah SWT, yang artinya:

“ Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya,


ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(Qs. an-
Najm: 3-4)

Allah SWT memberi petunjuk kepada manusia untuk mengikuti kebenaran yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw, sebagaimana firman Allah Swt, yang artinya:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah.”…. (Q.S. Al-Hasyr : 7)

3) Makna dua kalimat syahadat

Syahadat mengandung dua makna, yaitu:

1. Syahadat tauhid: persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah

2. Syahadat risalah: persaksian bahwa nabi Muhammad SAW adalah


utusan ALLAH

Syahadat baerasal dari kata syahada, yang memunyai tiga pengertian:

1. Musyahada (menyaksikan)
2. Syahadah (kesaksian)

3. Half (Sumpah )

Antara ketiga pengertian di atas terdapat relevansi yang kuat, seseorang


akan bersumpaj bila dia memberi kesaksain, dan dia akan memberi kesaksian jika
dia menyaksikan.

Syahadat adalah pondasi utama. Di atasnya dibangun akidah Islam yang


shahih, akhlak yang mulia, dan ibadah yang benar. Perpaduan tersebut selanjutnya
akan mewarnai seluruh aspek kehidupan umat muslim. Syahadatain akan
membangun semangat kerja dan pola hidup yang dinamis.

Pentingnya Syahadat

a. Syahadat adalah langkah awal untuk beriman kepada Allah Swt. dan
Rasul-Nya

b. Intisari ajaran Islam

c. Landasan revolusi atau perubahan

d. Hakikat dakwah para Rasul

e. Karunia yang besar

4.Iman,Islam dan Ihsan

1.Pengertian Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja
(fi’il) yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.

Sesuai dengan hadits Rasulullah saw sudah jelas bahwasanya ada enam
rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan
menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya.
Keenam Rukun Iman tersebut adalah:

A. Beriman kepada Allah Swt

Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah Swt, dan


beriman kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna serta agung sesuai
yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.

B. Beriman kepada Malaikat

Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk
beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah telah
membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi kita dituntut untuk beriman dan
mempercayai adanya Malaikat Allah SWT.

C. Beriman kepada Kitab-kitab

Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-Nya
kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab taurat
diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan
kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan
Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.

D. Beriman kepada para Rasul

Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama adalah Nuh
dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia biasa,
tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah
yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syari’at
dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk
seluruh manusia , maka tidak ada nabi sesudahnya.
E. Beriman kepada Hari Akhirat

Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan
manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau
ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi beriman
kepada semua yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab,
kemudian surga atau neraka.

F. Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah

Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada
dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan
menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta
telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan
menciptakannya.

2. Pengertian Islam

Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja

‫الما‬CC‫لم – اس‬CC‫اسلم – يس‬   Yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak


cacat, selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung
arti : kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri.[4] Dari kata-kata ini, dibentuk
kata salam sebagai istilah dengan pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat,
damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu pengertian islam dapat
dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.

Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :


1. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :

‫االسالم وهو االستسالم واالنقياد الظاهر‬

“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.

2. Ab A’la al-Maudud 

berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang
akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya,
hanya melalui patuh dan taat kepada Allah.

3. Menurut Hammudah Abdalati 

Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT.Maksudnya patuh


kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam itu


ialah tunduk dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya

Islam di bangun diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:

“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi
sufyan telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar
ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara :
persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi
Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan
puasa ramadlan”
Jadi,Rukun Islam itu ada Lima,yaitu:

1. Syahadat
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji

3. Pengertian Ihsan

Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu :

‫احسن – يحسن – احسا نا‬  artinya : ‫فعل الحسن‬  ( Perbuatan baik ).

Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:

1. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi


oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan
islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas
karena Allah.[7]
2. Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan
seorang hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh
khusuk, khuduk dan sebagainya.
5.Fungsi wahyu dan akal dalam memahami akidah
 A.  Fungsi Akal

1. Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.


2. Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
3. Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai
mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan
dilakukan setiap manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal
yang akan dikerjakan tersebut. Dan  Akal adalah jalan untuk memperoleh iman
sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal iman harus berdasar
pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber keyakinan
pada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Fungsi  wahyu
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud
memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara
berterima kasih kepada Tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan
yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima
manusia di akhirat.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan
Allah kepada Nabi-Nya untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman
orang-orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau
adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.
6.Pemahaman Terhadap 6 Rukun Iman
Rukun iman menjadi pengetahuan terdasar yang harus dipahami oleh
semua umat muslim.Rukun iman juga harus diajarkan kepada anak-anak sejak
dini supaya hal itu menjadi pedoman hidupnya.Rukun iman juga menjadi dasar
dari kepercayaan yang wajib dipercaya sekaligus diyakini oleh seluruh umat
Islam.
Pada umumnya iman merupakan sesuatu yang ada di dalam hati,
kemudian diamalkan dalam bentuk tindakan atau perbuatan.Untuk lebih jelasnya
lagi mengenai rukun iman ada 6 yaitu akan dijelaskan lengkap di bawah ini:
1. Iman Kepada Allah
Seperti yang kita semua tahu bahwa rukun iman yang pertama adalah iman
kepada Allah. Ialah yang menciptakan alam semesta ini serta menjadi penguasa
langit dan juga bumi.Allah juga merupakan Tuhan yang harus disembah, tidak
memiliki anak atau diperanakan.Memercayai adanya Allah SWT tidak hanya
diungkapkan dengan kata-kata semata tetapi harus ada wujud dan bentuknya,
yaitu melalui tindakan.Segala perintah Allah harus dituruti sedangkan
laranganNya harus dihindari.Itulah salah satu cara yang tepat dalam iman kepada
Allah, dan meyakini bahwa Allah SWT memang benar-benar ada.
2. Iman Kepada Malaikat
Rukun iman yang kedua adalah iman kepada malaikat, yang juga
merupakan salah satu makhluk Allah yang dibuat dari cahaya.Malaikat tidak
memiliki nafsu seperti yang ada pada manusia sehingga malaikat tak pernah
melakukan apa yang dilarang oleh Allah, dan selalu menaati semua perintahNya.
Jumlah malaikat tidak hanya 10 seperti yang kita tahu.Namun manusia harus tahu
ke-10 malaikat yang ada saat ini. Tugas malaikat adalah sebagai perantara Allah
misalnya menyampaikan wahyu kepada Nabi dan Rasul.
3. Iman Kepada Kitab Allah SWT
Rukun iman berikutnya yang juga akan dijelaskan adalah, iman kepada
kitab Allah yang dimana dalam hal ini adalah kitab suci Al Quran.Allah telah
menjelaskan seluruh ajaranNya yang dituliskan di dalam Al Quran, kemudian
diturunkan kepada Rasul dengan melalui perantara dari malaikat.Kitab Al Quran
menjadi sebuah pedoman serta pegangan di dalam hidup seluruh umat
muslim.Tujuannya adalah supaya tak ada yang lalai dalam mengingat dan
menyembah Allah, yang nantinya dapat memecah belah keyakinan serta akidah
yang mereka miliki setelah Rasulullah SAW wafat.
4. Iman Kepada Nabi dan Rasul
Setiap Nabi dan Rasul tersebut memiliki sikap dan karakternya masing-
masing.Kemudian Allah pun menurunkan empat buah kitab suci pada beberapa
Nabi dan Rasul tersebut, yang juga akan menjadi bekal bagi mereka dalam
mengajarkan tauhid kepada umat manusia.Bertauhid untuk selalu yakin dengan
adanya Allah dan Allah SWT adalah Tuhan kita yang memang wajib untuk
disembah.
5. Iman Kepada Hari Kiamat atau Hari Akhir
Ada lagi rukun iman yang berikutnya yaitu iman kepada hari akhir atau
yang lebih dikenal dengan hari kiamat.Sebagai umat muslim yang baik kita juga
harus yakin mengenai hari akhir.Adanya hari kiamat tersebut akan menjadi
pengingat yang tepat, dan pendorong untuk diri sendiri agar lebih bersemangat
dalam beribadah.Hari akhir juga sering kali disebut dengan hari pembalasan yang
dimana, manusia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang
dilakukan di dunia.
6. Iman Kepada Qadha dan Qadar
Pembahasan mengenai Rukun iman ada 6 beserta penjelasannya sudah
sampai di rukun iman yang keenam yaitu iman kepada Qadha dan Qadar.Arti dari
kata Qadha adalah sebuah ketetapan yang sudah tertulis bahkan sudah ada
sebelum Allah menciptakan manusia.Catatannya lalu akan dicantumkan di dalam
kitab Lauh Mahfudz, dan di dalamnya sudah ada catatan mengenai kehidupan,
kematian, dan juga kebaikan.Untuk arti kata Qadar adalah ketentuan atau bisa
juga dinamakan dengan kepastian.Pengertian Qadar adalah sesuatu yang sudah
ditentukan oleh Allah, dengan sifatnya yang pasti dan sudah ditetapkan juga oleh
Allah.Misalnya segala sesuatu yang pada saat ini sedang terjadi atau sesuatu yang
baru akan terjadi.Untuk itu manusia harus selalu berdoa dan juga harus selalu
meminta kepada Allah supaya Allah mengabulkan apa yang sebenarnya kita
harapkan dalam hidup.
7.Pandangan ahli kalam tentang af’alul ibad
      Dalam madzab- madzab Islam, muncul berbagai pendapat mengenai konsep
perbuatan manusia (af’alul Ibad). perbedaan pendapat ini sebenarnya secara tidak
langsung telah mempengaruhi pola pikir masyarakat mengenai hakikat perbuatan
manusia.  maka dari itu, sebagai seorang muslim yang berilmu harus tahu dengan
benar bagaimana konsepsi tentang sejatinya perbuatan manusia ini.
1.   Jabariyah
      Mengenai konsep perbuatan manusia (af'alul Ibad). Madzab
Jabariyah menyatakan, bahwasanya perbuatan manusia itu sudah ditakdirkan
adanya dan manusia hanya menjalankan apa- apa yang Allah SWT kehendaki.
Jadi perbuatan manusia itu hanyalah fi’lul majazy, sedangkan kehendak Allah
SWT lah yang dikatakan sebagai fi’lul Haqiqi. Madzab ini sebenarnya telah
menafikan kekuatan dan usaha manusia dalam segala perbuatannya.
2.   Mu’tazilah
     Kaum mu’tazilah merupakan kaum yang dalam mengambil keputusan lebih
pada mengedepankan akal rasio mereka. Dalam pemikirannya kaum mu’tazilah
memandang manusia memeliki daya besar yang lebih besar. Dalam hal ini mereka
menganut faham jabariyah. Begitupun dalam tulisan-tulisan para pemuka
Mu’tazilah yang banyak mengandung paham kebebasan  dan berkuasanya
manusia atas perbuatan-perbuatan mereka (free will). Jadi perbuatan manusia
menurut mereka, adalah mutlak kehendak manusia itu sendiri, baik buruknya
perbuatan tersebut bukan atas kehendak dari tuhan. Namun Tuhan masih memiliki
andil dalam menciptakan daya yang mampu membuat manusia mewujdkan
keinginan-keinginannya.
3.   Asy-Ariyah
      Perbuatan-perbuatan manusia bukanlah diciptakan sendiri tetapi diciptakan
oleh Tuhan. Asy-‘Ariyah menggunakan istilah kasb untuk perbuatan manusia
yang diciptakan Tuhan. untuk mewujudkan hal tersebut daya yang ada di dalam
diri manusia tidak memiliki efek. Pendapat mereka berseberangan dengan
pendapat kaum Mu’tazilah yang menganggap bahwasanya manusia yang
menentukan takdir mereka sendiri. Tuhan berkuasa mutlak, dan tidak ada satupun
yang wajib bagi-Nya. Tuhan berbuat menurut kehendak-Nya dan tidak ada
campur tangan manusia di dalamnya.
4.   Al Maturudiyah
      Sama dengan aliran Mu’tazilah, aliran Al Muturidiah berpendapat bahwa
manusialah yang mewujudkan perbuatan manusia.  Dan mereka merupakan
penganut faham qadariyah. Aliran ini sendiri terpecah menjadi dua golongan:
1. golongan Samarkand
      Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan manusia yang menurut pendapat
mereka, ada pada manusia.
2. golongan Bukharah
      Golongan ini menganut pendapat bahwa Tuhan  mempunyai kekuasaan
mutlak. Tuhan memang memiliki kehendak mutlak dalam menentukan segala-
galanya menurut kehendak-Nya.
8.Iman,Kufur Dan Syirik

1.      Pengertian Iman
Pengertian iman menurut, etimologi berarti pembenaran hati. Secara
terminologi iman berarti pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan
anggota badan.
Pengertian iman dari bahasa arab yang artinya percaya. Sedangkan
menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan
dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).Dengan demikian,
pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu
benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya.
Al Qur-an mendefinisikan iman dengan ayat-ayat yang sangat jelas tentang
ciri-ciri orang-orang beriman. Jika kita cermati ayat-ayat ini selalu
menghubungkan iman sebagai aktifitas hati dengan  amal saleh (kerja yang baik
atau amalan produktif) sebagai aktifitas.
Orang-orang yang memiliki kecintaan kepada Allah dan Kitab Suci-Nya
sehingga selalu membaca Al Qur-an, mengkaji kandungannya, dan mengamalkan
isinya. Mereka juga menunaikan rukun Islam: menegakkan syahadat, mendirikan
sholat, berzakat, dan lain-lain.
Jadi seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi unsur yang ada dalam definisi iman di atas. Apabila
seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetaapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang
tersebut tidak dapat dikatakaan sebagai mukmin yang sempurna, sebab unsur-
unsur keimanan tersebut merupakan suatu kesatuan yang uruh dan tidak dapat
dipisahkan.
2.    Pengertian Kufur
Kata kufur dalam pengertian bahasa Arab berarti menyembunyikan atau
menutup. Sedangkan menurut syari’at adalah menolak kebenaran dan berbuat
kufur karena kebodohannya.  Adapun pengertian kufur yang hakiki adalah keluar
dan menyimpang dari landasan Iman. Orang yang melakukan kekufuran, tidak
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya disebut Kafir.
Al-Kufr secara bahasa berarti penutup. Sedang menurut deinisi syar’i
berarti tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, baik dengan mendustakannya
ataupun tidak.
Persoalan persoalan kufur timbul dalam sejarah bermula dari tuduhan
kufurnya perbuatan sahabat-sahabat yang menerima arbitrasi sebagai
penyelesaian perang Siffin. Selanjutnya persoalan hukum kafir ini bukan lagi
hanya orang yang tidak menentukan hukum dengan al-Quran, tetapi juga orang
yang melakukan dosa besar, yaitu murtakibal-kabair.  Kufur bisa terjadi karena
beberapa sebab, antara lain:
a.    Mendustakan atau tidak mempercayai sesuatu yang harus diyakini dalam syariat
b.    Ragu terhadap sesuatu yang jelas dalam syariat
c.    Berpaling dari agama Allah
d.   Kemunafikan yakni menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keislaman
e.    Somboong terhadap perintah Allah seperti yang dilakukan iblis
f.     Tidak mau mengikrarkan kebenaran agama Allah bahkan dibarengi dengan
memeranginya, padahal hatinya yakin kalau itu benar.
     Macam-Macam Kufur
Kufur dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.    Kufur akbar (kufur besar)
Kufur akbar dapat mengeluarkan pelaku dari agama islam.. Terkadang 
kufur  besar  terjadi  dengan  ucapan  atau  perbuatan  yang  sangat bertolak 
belakang  dengan  iman  seperti  mencela  Allah  dan  Rasul-Nya atau menginjak 
Al  Qur`an  dalam  keadaan  tahu  kalau  itu  adalah  Al  Qur`an  dan tidak
terpaksa.
Kufur jenis ini terbagi menjadi lima, yaitu:
1)   Kufrut Takdziib (Kafir karena mendustakan) dalilnya ialah firman Allah Ta’ala
QS Al-Ankabuut: 68.
2)   Kufrul Ibaa’ wal Istikbaar Ma’at Tashdiiq (kafir karena menolak dan sombong,
tapi disertai dengan pembenaran) dalilnya adalah QS Al-Baqarah: 34.
3)   Kufrusy Syakk (kafir karena ragu) dalilnya adalah firman Allah QS Al-Kahfi:35-
38.
4)   Kufrul I’radh (kafir karena berpaling) dalilnya ialah firman Allah QS Al-Ahqaf:
3.
5)   Kufrun Nifaaq (kafir karena nifak) dalilnya adalah QS Al-Munafiqun: 3.

b.    Kufur ashghar (kufur kecil)


Kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia
adalah kufur amali. Kufur amali  ialah dosa yang disebutkan didalam Al-Qur‟an
dan As-Sunnah sebagai dosa dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat  kufur 
besar.[8]yang termasuk kedalam kufur ashghar di antaranya yaitu, kufur nikmat
Allah, membunuh, dan bersumpah selain nama Allah.
3.    Pengertian Syirk
Syrik ialah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang
seharusnya ditujukan khusus untuk Allah, seperti berdoa meminta kepada selain
Allah disamping berdoa memohon kepada Allah. Atau, memalingkan suatu
ibadah tertentu seperti dzabh (penyembelihan kurban), bernadzar, doa dan lain
sebagainya kepada selain Allah.
Adapun dari segi syara’, syirik adalah segala sesuatu  yang membatalkan 
tauhid atau mencemarinya, dari apa saja yang dinamakan syirik dalam al-Qur’an
dan  as-Sunnah. Dengan kata lain syirik adalah mempersekutukan Tuhan dengan
menjadikan  sesuatu selain diri-Nya sebagai sembahan, obyek pemujaan atau
tempat menggantungkan harapan dan  dambaan.
Allah tidak mengampuni orang musryik yang mati diatas kesyrikan. Allah
Ta’ala berfirman:
َ ِ‫ون ٰ َذل‬
‫ك لِ َمنْ َي َشا ُء‬ َ ‫ۚ ِإنَّ هَّللا َ اَل َي ْغفِ ُر َأنْ ُي ْش َر‬
َ ‫ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما ُد‬
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (Qs
An-Nisa:48)
Selain itu, surga juga diharamkan atas orang musryik. Allah ta’ala berfirman:
‫ار‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ِإنَّهُ َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ْد َح َّر َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْال َجنَّةَ َو َمْأ َواهُ النَّا ُر ۖ َو َما لِلظَّالِ ِمينَ ِم ْن َأ ْن‬
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah
ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (Qs.Al-Maidah:72)
Kesyrikan itu menghapus amal kebajikan. Allah ta’ala berfiman:
َ ُ‫َولَ ْو َأ ْش َر ُكوا' لَ َح ِب َط َع ْن ُه ْم َما َكا ُنوا َيعْ َمل‬
‫ون‬
"Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan." (Qs.Al-An'am : 88)
                        Jadi syirik merupakan dosa yang paling besar. Nabi bersabda,
“maukah kalian kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?’ para sahabat
menjawab ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘(Yaitu) menyekutukan Allah
dan durhaka kepada kedua orang tua.”[19]
Macam-Macam Syirk
   

Terdapat dua macam Syirk yaitu:


a.    Syirik Besar
Definisi Syirik al-akbar yakni menjadikan sekutu bagi Allah, baik dalam
masalah rububiyah, uluhiyah atau asma dan sifat-Nya.[20] Syirik besar dapat
mengeluarkan pelakunya dari Islam dan  menempatkannya kekal di dalam neraka
bila hingga meninggal dunia ia belum  bertobat darinya.
Terdapat empat macam Syirk besar, yaitu:
1)   Syirkud Da’wah (syirik do’a). Berdo’a memohon kepada selain Allah disamping
memohon kepada Allah.
2)   Syirkun Niyyah wal Iradah wal Qashd (syirik niat), yaitu memperuntukkan dan
meniatkan suatu ibadah kepada selain Allah.
3)   Syirk Tha’ah (syirik ketaatan); yaitu mentaati selain Allah dalam bermaksiat
kepada-Nya.
4)   Syirkul Mahabbah (syirik kecintaan); menyamakan kecintaan kepada selain Allah
dengan kecintaan.
b.    Syirk Kecil
Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam tapi dapat
mengurangi (nilai) tauhid dan dapat menjadi perantara kepada syirik besar.
Terdapat dua macam Syirk kecil, yaitu:
1)   Syirik Dzahir/al-Jaliy (Syirik yang Nampak); berupa perkataan dan perbuatan.
2)   Syirik Khafiy (Tidak Nampak); yaitu kesyirikan yang terdapat pada keinginan
dan niat, seperti riya (ingin dilihat orang).
9.Pengertian Akhlak

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak, yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti:
a) tabiat, budi pekerti,
b) kebiasaan atau adat,
c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan

Sedangkan pengertian secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat
pada jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal)
tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan
hukum Islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu
tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.

Sebagian ulama’ memberi defnisi mengenai akhlak, yaitu:

“Akhlak adalah sifat manusia yang terdidik”Karena akhlak merupakan suatu


keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka perbuatan baru disebut akhlak kalau
terpenuhi beberapa syarat, yaitu:

a. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu dilakukan hanya


sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu saat, orang
yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain karena alasan
tertentu. Tindakan seperti ini tidak bisa disebut murah hati berakhlak dermawan
karena hal itu tidak melekat di dalam jiwanya.
b. Perbuatan itu timbul mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih dahulu
sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul
karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang tidak
disebut akhlak.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga
setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan
pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlak al-karimah. Hal ini
tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah saw;

Rasulullah bersabda:“ Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan


akhlak yang mulia” (HR. Al-Hakim)

10.Dasar-Dasar Akhlak Islam

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam
ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan
buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik
dan buruk itu bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik,
tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya,
seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya
baik.

Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan
Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan
Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya,
kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan
hadis-hadis yang tidak benar (dha’if/palsu).

Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar,
tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia.
Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub,
takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak
menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan
memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan
adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan
buruknya akhlak manusia.

Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan
buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat.Islam
adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain.
Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia
dengan hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah
memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid.

11.Hubungan antara iman dan akhlak

Akhlak adalah nilai suatu perilaku atau tindakan dengan baik atau buruk.
Akhlak yang baik atau buruk dalam islam tentu didasarkan kepada pondasi islam
yaitu rukun iman dan rukun islam. Sedangkan, orang-orang yang tidak memiliki
agama akan melandaskan kebaikan akhlaknya pada penalaran diri sendiri atau
sekedar hawa nafsunya semata. Untuk itu, akhlak yang berlandaskan kepada hawa
nafsu akan rusak dengan sendirinya.

Akhlak seorang muslim tentu berdasar kepada keyakinannya terhadap


Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, dan Qada&Qadar. Dengan adanya hal
tersebut, seorang muslim akan mengatur akhlaknya bagaimana sesuai dengan
aturan Allah, apa yang disampaikan di Al-Quran. Mereka akan menilai akhlaknya
buruk jika tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Allah dan Rasulnya.

Berikut adalah Hubungan Akhlak dengan Iman :

Iman Menjadi Dasar Perilaku

Iman adalah dasar perilaku atau akhlak. Tanpa iman atau iman yang keliru tentu
akan berefek pada kelirunya akhlak kita. Sekalipun dalam satu waktu akhlak
tampak terlihat baik, namun belum tentu di lain waktu akan baik pula karena
keimanan yang keliru. Untuk itu, iman harus diasah lebih jika akhlak ingin liner
dengannya.
Akhlak adalah Bukti Keimanan

Akhlak adalah bukti keimanan. Seseorang yang mengaku beriman namun tidak
pernah berakhlak yang mulia atau sesuai dengan islam, tentu menjadi pertanyaan
apakah benar-benar dalam keimanan yang kuat. Untuk itu, tidak hanya cukup
dengan iman, namun harus juga membuktikan diri dengan akhlak.

Iman dan Akhlak adalah Satu Kesatuan

Iman dan akhlak adalah satu kesatuan. Kelak di akhirat nanti, Allah tidak akan
mempertanyakan salah satunya saja, melainkan seluruhnya yaitu iman dan
akhlaknya. Orang beriman belum tentu selamat, jika akhlaknya buruk. Begitupun
orang yang tidak beriman, tentu akan mempersulit akhlaknya menjadi baik.

Bukti keimanan dan akhlak manusia tentunya akan terwujud ketika manusia
benar-benar dan sungguh-sungguh menjalankan hidupnya berdasarkan
pada Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat
Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia
Menurut Islam yang telah Allah tetapkan. Hal itulah yang nantinya juga kelak
akan dimintai pertanggungjawaban.

12.Akhlak mahmudah dan akhlak mazdmumah

secara sederhana akhlak mahmudah artinya akhlak yang terpuji. Atau


dengan kata lain yakni perangai dan ucapan yang baik, serta merupakan perbuatan
yang disenangi.Sedangkan menurut Muhammad Husni dalam Studi Pengantar
Pendidikan Agama Islam, sifat terpuji adalah perilaku yang melekat dalam diri
manusia, dapat mendatangkan kesenangan, mempunyai nilai kebenaran,
mendatangkan rahmat, dan memberikan kebaikan. Akhlak mahmudah ini akan
mendatangkan keselamatan dan kebahagiaan.
Akhlak mazmumah adalah akhlak tercela. Mengutip buku Belajar Aqidah
Akhlak oleh Muhammad Asroruddin Al Jumhuri, akhlak tercela merupakan segala
tingkah laku manusia yang dapat mendatangkan kebinasaan dan kehancuran diri.

Berhubungan dengan sesuatu yang tidak bermoral, tidak menyenangkan,


dan bertentangan dengan norma-norma yang ada. Hal-hal yang mendorong
manusia untuk berbuat maksiat adalah dunia beserta isinya, manusia, iblis, dan

nafsu.

13.Akhlak Terhadap Allah S.W.T

Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya baik
secara syar’i maupun secara takdir. Ia menerima hal itu dengan lapang dada dan
tidak mengeluh. Jika Allah menakdirkan sesuatu kepada seorang muslim yang
tidak disukai oleh muslim itu, dia merasa ridha, menerima, dan bersabar. Ia
berkata dengan lisan dan hatinya: Aku ridha Allah sebagai Rabbku. Jika Allah
menetapkan hukum syar’i, ia pun ridha dan menerima. Ia tunduk kepada syariat
Allah Azza Wa Jalla dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.Akhlak kepada
Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai khaliq.

14.Akhlak Terhadap Rasulullah S.A.W

Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di
haruskan untuk berakhlak kepada Nabi Muhammad SAW. Karena dari beliaulah
kita banyak mendapatkan warisan yang bisa kita wariskan lagi turun-menurun ke
anak cucu kita.

Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua
orang Islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Makna mengimani ajaran Rasulullah SAW adalah menjalankan ajarannya,
menaati perintahnya. Ahlus sunnah mencintai Rasulullah SAW dan
mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih dari
kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka.

Sebagimana sabda Rasulullah saw, yang artinya, ”Tidak beriman salah


seorang diantara kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya
sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya, (HR. Bukhari Muslim).

15.Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Akhlak yang baik kepada makhluk (Allah) adalah sebagaimana ucapan


sebagian Ulama: menahan diri untuk tidak mengganggu (menyakiti), suka
memberi, dan bermuka manis. Menahan diri untuk tidak mengganggu artinya
tidak mengganggu manusia baik dengan lisan maupun perbuatan. Sedangkan
banyak memberi adalah suka memberi dalam bentuk harta, ilmu, kedudukan, dan
selainnya. Bermuka manis adalah menyambut manusia dengan wajah yang cerah,
tidak bermuram muka atau memalingkan pipinya. Ini adalah akhlak yang baik
kepada makhluk (Allah). Tidak diragukan lagi bahwasanya orang yang melakukan
hal ini, dengan menahan diri untuk tidak mengganggu dan banyak memberi, akan
membuat wajahnya berseri. Tidak diragukan lagi bahwa ia akan bersabar atas
sikap manusia yang menyakitkan terhadapnya. Sikap bersabar atas gangguan
manusia adalah termasuk akhlak yang baik. Sesungguhnya di antara manusia ada
orang-orang yang suka menyakiti saudaranya, dengan bertindak sewenang-
wenang dan merugikannya, misalkan dengan memakan hartanya atau menuntut
hak yang sebenarnya milik (orang lain itu), dan lain sebagainya. Namun orang itu
bersabar dan berharap pahala dari Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
16.Akhlak Terhadap alam dan makhluk lainnya

Manusia diperintahkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan


lingkungan hidupnya. Sebagai makhluk yang ditugaskan sebagai kholifatullah fil
ardh, manusia dituntut untuk memelihara dan menjaga lingkungan alam. Karena
itu, berakhlak terhadap alam sangat dianjurkan dalam ajaran islam. Beberapa
prilaku yang menggambarkan akhlak yang baik terhadap alam antara lain,
memelihara dan menjaga alam agar tetap bersih dan sehat, menghindari pekerjaan
yang menimbulkan kerusakan alam.

Yang berkaitan dengan lingkungan adalah sesuatu yang berkaitan dengan


manusia, tumbuh-tumbuhan atau benda-benda yang tidak bernyawa. Pada
dasarnya akhlak yang membahas terhadap Lingkungan yang bersumber dari
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia
dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti
pengayoman, pemeliharaan, bimbingan, agar setiap pencapaian mencapai tujuan
penciptaanya.

Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah


sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak
memberi peluang bagi kepentingan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.Ini
berarti manusia dituntut mampu menghargai proses yang sedang berjalan, dan
terhadap proses yang terjadi. Yang dengan demikian mengantarkan manusia
bertangung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap Lingkungan.

Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di


ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki
manfaat bagi manusia.
17.Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Yaitu bagaimana seseorang bersikap dan berbuat yang terbaik untuk


dirinya terlebih dahulu,  karena dari sinilah seseorang akan menentukan sikap dan
perbuatannya yang terbaik untuk orang lain, sebagaimana sudah dipesankan Nabi,
bahwa mulailah sesuatu itu dari diri sendiri (ibda’binafsih). Begitu juga ayat
dalam Al-Qur’an, yang telah memerintahkan kepada manusia untuk
memperhatikan diri terlebih  dahulu baru orang lain, “Hai orang-orang yang
beriman peliharalah dirimu dan kluargamu dari api neraka”, (Q.S. Al-Tahrim: 6).

Bentuk aktualisasi akhlak manusia terhadap diri sendiri berdasarkan


sumber ajaran Islam adalah menjaga harga diri, menjaga makanan dan minuman
dari hal-hal yang diharamkan dm merusak, menjaga kehormatan diri sendiri,
mengembangkan sikap berani dalam kebenaran serta bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai