Anda di halaman 1dari 28

Nama: Yusril Ilhamdani (F1C020150)

Fakultas & prodi: Teknik & Mesin


Semester: 1

KAJIAN ISLAM
1. Iman, Islam, Ihsan
2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman

17 Desember 2020 – Bagaimana sih bentuk kajian islam itu?? Kita sebagai umat
muslim tentu harus mengetahui akan kajian yang terdapat di dalam agama kita sendiri.
Berikut beberapa kajian dalam islam yang perlu kita ketahui sebagai muslim.

1. Iman, Islam, dan Ihsan.


a. Islam

Dalam hadits Arbain yang kedua, Rasulullah pernah ditanya oleh malaikat Jibril
tentang Islam. Kemudian Nabi Muhammad menjawab,Islam itu engkau bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah
utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke
Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana. Jawaban Nabi
mengatakan bahwa Islam adalah apa yang disebut dengan rukun Islam. Yaitu amalan –
amalan lahiriyah yang mencakup syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Saat seseorang
melakukan 5 amalan ini, maka orang tersebut dikatakan sebagai muslim. Adapun rukun
islam ang wajib kita ketahui.
Islam di bangun diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:
‫حدثنا عبيد هللا بن موسى قال اخبرنا حنظل==ة بن أبي س==فيان عن عكرم==ة بن خال==د عن ابن عم==ر رض==ي هللا‬
‫ ق==ال رس==ول هللا ص=لى هللا علي==ه و س==لم ( ب==ني اإلس==الم على خمس ش==هادة أن ال إل==ه إال هللا وأن‬:‫عنهما قال‬
) ‫محمدا رسول هللا وإقام الصالة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان‬
“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan
telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata :

1
rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak
ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya,
mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.
Jadi,Rukun Islam itu ada Lima,yaitu:
a. Syahadat
b. Shalat
c. Zakat
d. Puasa
e. Haji
b. Iman
Dengan hadist yang sama terkait dengan tingkatan iman. kemudian malaikat
Jibril bertanya mengenai Iman kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah menjawab,
Iman itu ialah engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
para Rosul-Nya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang
baik maupun yang buruk. Berdasarkan hal tersebut, maka iman merupakan hal hal
yang mencakup amalan batin. Yaitu keimanan atau kepercayaan terhadap Allah,
malaikat-Nya, kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan juga keimanan kepada
takdir. Orang yang sudah mencapai derajat keimanan maka disebut sebagai
mukmin. Keimanan merupakan sesuatu yang lebih khusus dibandingkan
keislaman. Jadi, ketika seseorang disebut sebagai mukmin, maka orang tersebut
sudah pasti seorang muslim. Namun, tidak setiap muslim adalah seorang mukmin.
Adapun rukum iman dalam islam yaitu:
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada
enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna
dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya.
a.Beriman kepada Allah Swt
Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah Swt,dan
beriman kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna serta agung sesuai
yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.
b.Beriman kepada Malaikat
Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah
untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah telah

2
membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi kita dituntut untuk beriman
dan mempercayai adanya Malaikat Allah SWT.
c.Beriman kepada Kitab-kitab
Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para
Rasul-Nya kitabkitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab
taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur
diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran
diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.
d.Beriman kepada para Rasul
Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama
adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu adalah
manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah
hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah
mengakhiri semua syari’at dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak ada nabi sesudahnya.
e.Beriman kepada Hari Akhirat
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah
membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh
kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir
meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah itu, seperti
kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.
f. Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah
Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua
yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang
terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui
oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah
menghendaki dan menciptakannya.

c. Ihsan

3
Adapun tingkatan yang ke tiga adalah ihsan. Saat Rasulullah ditanya oleh
malaikat Jibril mengenai perkara ihsan, maka Rasulullah menjawab,Yaitu
engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila
kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu. Perkara ihsan adalah perkara yang mencakup cara dan rasa seorang
muslim dalam beribadah. Ada dua tingkatan dalam ihsan. Yaitu seseorang yang
beribadah seakan mampu melihat Allah, dan jika tidak mampu, maka orang
tersebut beribadah dengan rasa diperhatikan oleh Allah.
Tingkatan ihsan ini merupakan tingkatan tertinggi seorang muslim karena
melibatkan perkara lahir dan batin. Seseorang yang mampu menjalani ibadah
dengan perasaan seperti ini akan dapat melaksanakan ibadah dengan rasa harap
dan ingin sebagaimana seorang hamba bertemu rajanya. Atau dengan perasaan
takut dan cemas akan siksa yang didapat.
Ada pula Keutamaan Iman, Islam, Dan Ihsan Bagi Manusia, Setiap pemeluk
Islam mengetahui  dengan  pasti  bahwa  Islam (Al-Islam) tidak sah tanpa iman (Al-
Iman), dan  iman  tidak  sempurna  tanpa  ihsan (Al-Ihsan).  Sebaliknya, ihsan adalah
mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin  tanpa  Islam.
Ali Bin Abi Thalib mengemukakan tentang keutamaan Iman,Islam dan Ikhsan
sebagai berikut:
‫إن اإليمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عم==ل العب==د الص==الحات نمت ف==زادت ح==تى ي==بيض القلب كل==ه وإن‬ : ‫قال علي‬
‫النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله‬
“ Sahabat Ali Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang  putih,
apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut  akan tumbuh dan
bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik
hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu
akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati”.
Jadi Iman,Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar  dalam
pandangan islam ini karena  bagi para pelakunya akan diberikan Syurga oleh Allah
SWT sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an dan Al-
Hadits.
2. Islam dan Sains

4
Sains menurut bahasa berasal dari bahasa Ingrias science, sedangkan kata
science berasal dari bahasa Latin scientia Yang berasal dari kata scine yang artinya
adalah mengetahui.
Sains dalam pengertian umum yaitu ilmu pengetahuan. Di dalam Al- Qur'an
banyak sekali ayat-ayat yang menyentuh tengtang Ilmu pengetahuan dan ilmuan, al-
Qur’an sentiasa mengarahkan manusia untuk menggunakan akal fikirannya
memerangi kemukjizatan dan memberi motivasi meningkatkan ilmu pengetahuan.
Selain itu Al-Qur’an memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ilmuan. Al-
Qur’an menyuruh manusia berusaha dan bekerja serta selalu berdo’a agar ditambah
ilmu pengetahuan. Sementara itu Rasulullah memberi pengakuan bahwa ilmuan itu
merupakan pewaris para nabi. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan ulama adalah ilmuan yang mengenali dan mentaati Allah. Sains dalam
pengertian khusus mempunyai peran penting dalam kehidupan seorang muslim, ia
disejajarkan dengan ilmu-ilmu keislaman yang lain, dan bila diklasifikasikan maka
sains ini termasuk fardu kifayah, karena dapat memberikan dampak positif bagi
peningkatan keimanan seseorang, hal ini dapat dilihat pada beberapa hal berikut.
a. Memperteguh Keyakinan Terhadap Allah
Terbentuknya alam semesta ini dengan berbagai fenomenanya merupakan
kunci hidayah Allah, demikian dikatakan oleh Sayyid Qutb dalam kitab fi Zilal
al-Qur’an. Menurut Yusuf Qardhawi, hal tersebut merupakan kitab Allah yang
terbentang untuk manusia membaca kekuasaan dan kebesarannya. Seperti telah
dijelaskan sains adalah pengkajian terhadap penomena alam dengan
mengunakan metode ilmiah, sains mempunyai korelasi dengan proses
pengenalan manusia terhadap sifat-sifat Tuhan. Setiap benda dan setiap
penomena alam menjadi bukti kewujudan dan kekuasaan Allah Sains
mempunyai peran memperteguh keyakinan manusia terhadap Allah. Sains telah
membuktikan bahwa jagad raya ini bersifat tertib, dinamis dan segala elemennya
saling berkaitan dengan cara yang rapi dan teratur. Penemuan seperti ini
membuktikan kekuasaan Allah sebagai Rab semesta alam.
b. Menyingkap Rahasia Tasyri’
Sebagian hikmah dan maslahah disebalik disyariatkannya suatu hukum
didalam Al-Qur’an dapat diungkapkan melalui sains. Sains dapat membuktikan

5
bahwa hukum yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an adalah mengenai realitas
kehidupan dan kondisi alam yang sebenarnya. Sebagai contoh dapat dilihat
tentang hukum khamar, Al-Qur’an mengharamkan karena memberi efek negatif
terhadap sistem dan organ tubuh manusia, dengan menggunakan sains, akan
dapat dilihat lebih jelas sejauh mana dampak negatif yang ditimbulkannya,
sehingga pantas diharamkan.
c. Bukti Kemu’jizatan Al-Qur’an
Untuk membuktikan kemu’jizatan Al-Qur’an, sains juga dianggap sebagai
sesuatu yang penting, sebab banyak perkara yang waktunya belum samapai telah
disebutkan dalam Al-Qur’an. Ketika Al-Qur’an turun, kondisi manusia untuk
memahami penomena alam yang disinyalis oleh Al-Qur’an belum lagi memadai,
hal ini dapat dilihat tentang asal usul kejadian manusia, seperti yang disinyalis
dalam surah al-An’am(6) ayat 2 yang menyatakan manusia berasal dari tanah.
Dalam kajian sains, bahwa yang dimaksud dengan tanah pada ayat tersebut
adalah tanah yang terdiri beberapa unsur tertentu.
d. Menyempurnakan Tanggung Jawab Peribadatan
Dalam menjalani kehidupan manusuia butuh beberapa bantuan, pengetahuan
tentang sains merupakan salah satu yang dibutuhkan, begitu pula dalam hal
hubungannya dengan Allah sebagai tuhan semasta, pengetahuan tentang sains
juga dibutuhkan. Shalat sebagai ibadah yang wajib ditunaikan diperintahkan
untuk menghadap kiblat, Untuk menentukan arah kiblat diperlukan ilmu
geografi dan astronomi, begitu juga terhadap penetuan waktu-waktu
menjalankan shalat serta penentuan awal dan akhir bulan Ramadan. Dengan
demikian sains diperlukan dalam ibadah puasa ramadhan. Dalam masalah zakat
pengetahuan tentang matemateka tidak dapat dikesampingkan begitu saja, begitu
juga dengan ibadah haji , diperlukan arah penunjuk jalan serta transportasi yang
dijadikan alat angkutan dari berbagai penjuru dunia menuju kota Makkah, yang
semua itu memerlukan sains. Dengan menggunakan sains para dokter dapat
mendeteksi dan selanjutnya menggobati berbagai macam penyakit dan kesehatan
akan dapat terjaga dengan baik sehingga manusia akan dapat beribadah kepada
tuhannya secara sempurna. Dengan demikian dapatlah difahami bahwa sains
merupakan salah satu sarana penunjang untuk kesejahteraan kehidupan manusia

6
serta penunjang kesempurnaan ibadah seorang hamba terhadap tuhannya. Dari
penjelasan-penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sains juga merupakan
sesuatu yang urgensi untuk memenuhi tuntutan agama. Didalam Al-Qur’an
Allah menganjurkan orang-orang Islam untuk 33 mempersiapkan diri dengan
kekuatan seoptimal mungkin, sama ada kekuatan mental maupun matrial untuk
mempertahankan diri dari ancaman musuh, sebagaimana yang dijelaskan dalam
al-Qur’an ayat 60 surah Al- An’am. Kekuatan material seperti peralatan perang
adalam menuntut kepada kecanggihan dan ketrampilan umat Islam dalam bidang
sains dan teknologi. Alam semesta ini diciptakan Allah untuk kepentingan dan
kebutuhan hidup manusia sebagaimana dijelaskan pada ayat 20 surah
Lukman(Q.S.31:20). Dalan rangka mendapatkan berbagai fasilitas diperlukan
pengolahan terhadap sumber daya alam yang dikurnikan oleh Allah, dan untuk
memperoleh hasil yang maksimal tentunya diperlukan berbagai ilmu
pengetahuan, terutama ilmu pengatahuan tentang sains dan teknologi .
Pemanfaatan sumber daya alam adalah sebagaian dari pada aktivitas sains.
Dalam kontek ini, menurut Muhammad Qutb, pada prinsipnya sains adalah
merupakan suatu cara melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh Allah kepada
umat manusia.
dalam Konteks Pendidikan Islam. Menurut al-Kailani, jika dicermati kajian-
kajian pendidikan Islam yang ada maka sebagian besar di antaranya tampak masih
bercorak diskriptif, normatif, dan adoptif serta dalam bayang-bayang “Barat sentris”
atau sebaliknya, “Salaf sentris”.Tradisi salaf yang berusia seribu tahun yang mengalami
kemacetan di abad-abad akhir, sesungguhnya memiliki khazanah intelektual yang kaya
dan sangat canggih, dan keluaran dari sistem pendidikan Islam adalah sosok-sosok yang
orisinal, tokoh-tokoh yang sangat sintetis dan kreatif dalam peradaban Islam.Dari fakta
historis tersebut terdapat asumsi dasar bahwa pendidikan Islam memiliki pengalaman
khusus mengenai kesatuan organik antara sains dan agama. Karena sains pramodern
seperti Cina, India, dan peradaban Islam memiliki perbedaan mendasar dengan sains
modern, misalnya dalam hal tujuan, metodologi, sumber-sumber inspirasi, dan asumsi-
asumsi filosofis mereka tentang manusia, pengetahuan, dan realitas alam semesta.
Perbedaan mendasar inilah yang menimbulkan kerumitan tersendiri, karena
pendidikan baru dalam Islam yang dicangkok dari organisme hidup yang lain di Barat,

7
yang mempunyai latar belakang budaya dan struktur internal serta konsistensinya
sendiri.Walaupun pendidikan Islam masa lalu mempunyai pengalaman melakukan
proses adapsi terhadap filsafat dan sains Yunani dengan terma-termanya sendiri. Tetapi
pendidikan Islam menghadapi sains-sains Barat modern pada posisi yang tak
menguntungkan –secara psikologis maupun intelektual− karena dominasi politik, agresi
ekonomi dan hegemoni intelektual Barat.
Akibatnya, pendidikan baru yang membawa semangat sains modern yang
memiliki pandangan yang minus terhadap agama tidak terintegrasi dengan baik pada
sistem pendidikan Islam. Pada titik inilah kemudian terjadi dikotomisasi antara bidang
agama dan sains modern di dunia pendidikan Islam. Hal ini pada akhirnya menimbulkan
kerugian di antara keduanya karena tidak adanya integrasi timbal balik, sehingga
pendidikan Islam mengalami berbagai krisis, diantaranya krisis konseptual,
kelembagaan metodologi atau pedagogik, dan krisis orientasi. Pendek kata, pendidikan
Islam memang tengah mengalami degradasi fungsional yang dinilai jauh lebih akut
dibandingkan dengan hal serupa yang dialami oleh sistem pendidikan umum yang tidak
secara lugas memasukkan dimensi keagamaan
Realitas objektif tentang terjadinya anomali dan degradasi di dunia
pendidikan Islam juga dikarenakan lembaga pendidikan Islam yang menghasilkan
tenaga pengajar profesional mengalami krisis, sebagaimana yang dikesankan oleh Amin
Abdullah, bahwa proses transformasi pendidikan di Fakultas Tarbiyah menjadi
demikian normatif untuk tidak mengatakan dogmatik. Kalau ditelusuri ke dalamnya,
bahwa fakultas ini belum melandasi epistemologi penyelenggaraannya dengan dasar
yang kritis dan mencerahkan.
Kaitannya dengan integrasi agama dan sains, yang dibutuhkan pendidikan
Islam saat ini adalah sistem pendidikan dengan sebutan Interdisplin Sains dalam Islam
(Inter-discipline Sciences in Islam). Paradigma integratif ini sudah waktunya
dikembangkan dalam abad modern ini sebagai proptotipe kebangkitan peradaban baru
yang akan menggeser peradaban saat ini yang menurut hemat penulis sudah diambang
kebangkrutan dilihat dari berbagai indikator fisik dan non-fisik. Dengan sistem
pendidikan yang baru dimana kurikulum yang diajarkan merupakan penyatuan utuh
antara nilai wahyu dan sains. Maka diharapkan para alumni lembaga pendidikan Islam
mampu menjabarkan kaedah-kaedah sains dan agama dalam bentuk cara berfikir dan

8
tingkah laku (akhlaq) secara terpadu (integrated) dan menyeluruh (holistik) di
masyarakat sehingga dimasa depan terciptalah tatanan masyarakat yang lebih baik.
Dengan demikian, pendidikan Islam di masa mendatang harus memberi
prioritas pada materi pembelajaran yang akan membantu untuk menghasilkan ilmuan-
ilmuan, teknolog-teknolog, dan insinyur-insinyur, serta kelompok profesional lain, yang
peran dan kontribusinya sangat penting bagi kemajuan ekonomi. Tetapi hal juga berarti
sebuah lembaga pendidikan Islam tidak sekadar berkepentingan untuk menghasilkan
sejenis ilmuan, teknolog, atau insinyur, yang berbicara agama secara kualitatif, tidak
berbeda dari mereka yang dihasilkan oleh kebanyaka 181 Integrasi Sains dan Agama
Nasiruddin LITERASI, Volume. IV, No. 2 Desember 2013 insinyur, serta teknolog-
teknolog “jenis baru” yang terinternalisasi di dalam dirinya kebijakan dan pengetahuan,
iman spiritual dan pikiran rasional, kreativitas dan wawasan moral, kekuatan inovatif
dan kebaikan etis, serta sensivitas ekologis berkembang sepenuhnya secara harmonis
tanpa meruntuhkan kemungkinan bagi mereka untuk mencapai keunggulan dan
kegemilangan dalam bidang dan spesialisasi masing-masing. Dari kerangka dasar
semacam itu, pendidikan Islam kemudian didudukkan dalam sistem klasifikasi keilmuan
teoantroposentrisintegralistik,yaitu sistem klasifikasi yang memadukan secara integral
antara transmitted knowledges dan acquired knowledges melalui penggunaan
pendekatan dan metodologi keilmuan interdisipliner (integrasi dan interkoneksi).
Dengan demikian, pendidikan Islam tidak lagi menjadi disiplin ilmu yang
eksklusif dan terkucilkan (isolated entities), tetapi justru menjadi disiplin ilmu yang
responsif terhadap berbagai permasalahan yang aktual (current issues)..
Dengan demikian, paradigma integratif, akan mampu menjembatani kesenjangan
yang tajam antara pendidikan umum dan pendidikan agama, karena madrasah sebagai
salah satu bentuk pembaruan sistem pendidikan Islam (pesantren) di kurun modern
masih saja menghadapi problematika institusional-keilmuan dan metodologis.
Akibatnya, institusi ini belum mampu secara tuntas menyelesaikan problem dualisme
dikotomis keilmuan, problem fungsional “cagar budaya”, dan dominasi metodologi
justifikatifindoktrinatif dalam kegiatan akademik.33 Selain itu paradigma pendidikan
Islam yang integratif, akan melahirkan sikap inklusif, sehingga tidak merespon
perkembangan hanya dengan cara-cara reaksioner, apalagi menjadikannya dirinya
sebagai the living ground of radicalism.

9
Adapun implikasinya di dalam pemelajaran tentang keimanan, dimana pada
tataran praktik, karena lebarnya jurang antara sains dan agama, membuat pendidikan
Islam terjebak pada problem-problem pragmatisteknikalistik, sehingga aspek-aspek
yang substantif dan essensial dari pendidikan Islam terabaikan. Dalam domain filsafat
pendidikan Islam, bahasan mengenai keimanan menjadi sangat krusial dan mendasar,
akan tetapi arus utama yang terjadi dalam pengajaran keimanan dalam praktiknya lebih
banyak menekankan pada indoktrinasi doktrin-doktrin kalam yang sarat dengan proses
dialektik yang menjemukan dan membuat minimnya kontribusi pengajaran keimanan
terhadap pembentukan karakter dan moral sebagai seorang Muslim yang sesungguhnya.
Dari proses ini terlihat bahwa visi pendidikan Islam lebih berorientasi p 183 Integrasi
Sains dan Agama Nasiruddin LITERASI, Volume. IV, No. 2 Desember 2013 Islam, dan
bukan bagaimana agar subyek didik menjadi seorang Muslim yang baik.
Selain itu dunia kependidikan Islam menghadapi problematika yang cukup
pelik, yaitu ketika kemajuan teknologi informasi yang pada titik tertentu membawa efek
negatif secara moral (moral hazard) kepada pembentukan kepribadian Muslim. Pada
saat yang sama materi pemelajaran tentang keimanan sudah tidak mampu lagi
membekali subyek didik agar memiliki immunitas keimanan dan mampu memproteksi
diri dari efek negatif tersebut. Maka wajar apabila fenomena degradasi moral yang
terjadi di dunia pendidikan Barat akhirnya juga terjadi di dunia pendidikan Islam. Hal
tersebut diperparah oleh minimnya durasi pemelajaran keagamaan khususnya di
sekolah-sekolah umum, sehingga basis moral-etik tidak lagi dibangun di atas nilai-nilai
ketuhanan.
Kegelisahan teologis yang berkembang menjadi kegelisahan akademik pada
proyeksi pemelajaran keimanan, akhirnya membuat munculnya satu teori tentang
pentingnya mengintegrasikan aspek-aspek keimanan kepada Tuhan dalam proses
pemelajaran di ruang kelas, atau yang diistilahkan dengan integration faith and learning
(IFL). Paradigma ini berkembang pesat di dunia pendidikan Kristen sebagai respons
atas ketidakmampuan dunia pendidikan untuk menanggulangi efek-efek negatif dari
dikotomi sains dan agama, modernitas dan kemajuan teknologi informasi. Secara
filosofis paradigma ini juga merupakan jawaban atas gagalnya narasi-narasi besar
filsafat untuk memecahkan problematika kemanusiaan seperti demoralisasi yang
merupakan akibat langsung dari modernitas. Dalam konteks pendidikan Islam

10
paradigma integration faith and learning semestinya bukan suatu hal yang baru, karena
segala aspek yang berkaitan dengan Islam diikat oleh sebuah diktum idiologi tauhid.
Dari konsep ini prinsip integrasi dibangun, di mana secara epistemologis tidak ada
dikotomi antara domain rasio dan wilayah empirik. Salah satu terma yang digunakan al-
Qur’an adalah sam’a wal’ abshara wal’ af’idhah (indera dengar, penglihatan dan rasio).
Dalam bentuk lain, bisa dengan mengajak siswa untuk mencari simbol-simbol
harmonisasi yang terbentang di alam raya, untuk kemudian diinterpretasikan menjadi
model-model integrasi antara sains dan agama. Misalnya, dalam studi holtikultura,
untuk integrasi ilmu dan agama dengan model bunga matahari. Contohnya siswa dilatih
untuk mengembangkan imajinasi kreatifnya dengan menjelaskan bunga matahari,
dimana siswa menjelaskan kelopaknya yang mewakili berbagai budaya, mitologi, ilmu
pengetahuan, pendekatan spiritual, dan filosofi, dan semua berpusat di kepala bunga.
Kemudian bahwa bunga tumbuh atas dasar pengalaman manusia dan kelopak
merupakan model dan sistem pemikiran yang dibangun dari pengalaman manusia dan
siswa diajak untuk memahami pengalaman itu.
Dari situ akan tumbuh pemikiran tentang asumsi dasar bahwa sains dan agama
bisa dan harus bekerja sama untuk menghasilkan pemahaman yang lebih kaya dari
dunia kita. Kita mengajari siswa untuk belajar mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan
agama pada kegiatan lapangan bahkan sambil bermain. Dengan ini, memungkinkan
untuk tumbuh dalam pemahaman siswa, bahwa ilmu pengetahuan dan agama akan 186
Nasiruddin Integrasi Sain dan Agama LITERASI, Volume. IV, No. 2 Desember 2013
tumbuh bersama, untuk beradaptasi dengan satu sama lain. Lebih dari itu, proses ini
akan memahamkan siswa bahwa setiap model integrasi ilmu dan agama harus
mencerminkan realitas, bukan ikatan-ikatan teoretis.
3. Islam dan Penegakan Hukum
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan merupakan bagian dari
agama Islam. Berbeda dengan hukum lainnya, hukum Islam tidak hanya hasil
pemikiran manusia yang dipengaruhi oleh kebudayaannya, tetapi dasarnya
ditetapkan oleh Allah melalui wahyuNya dan dijelaskan oleh Rasulullah melalui
sunnahnya. Dengan demikian, hukum Islam tidak hanya bersifat teologis tetapi
juga antropologis. Aspek teologis tercermin dari fundamnetal normnya,
sedangkan aspek antropologis mewujud dalam instrumental atau kaifiyahnya.

11
Pemaduan dua aspek inilah yang menyebabkan hukum Islam memiliki relevansi
kekinian karena kemampuan adabtabilitasnya dengan realitas perkembangan
sosial. Perbedaan dimensi temporal dan spatial tidak menjadi halangan bagi
pemberlakuan hukum Islam, karena keuniversalannya dapat ditafsirkan ke dalam
partikularitas kebudayaan masyarakat, termasuk Indonesia. Hukum Islam masuk
ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam. Hukum Islam menjadi
pedoman hidup dalam tingkah laku keseharian dan dalam berinteraksi sosial
dengan masyarakat. Sebagai pedoman hidup, ruang lingkup hukum Islam
bersifat menyeluruh, tidak hanya terbatas pada hukum privat tetapi juga
mencakup hukum publik. Hukum Islam yang masuk ke Indonesia sudah
merupakan hukum Islam yang rinci dan sistematis, karena sudah tersusun dalam
kitab-kitab fikih, khususnya yang beraliran Syafi’iyah. Penyelesaian masalah
dan pengembangan ajaran Islam selanjutnya didasarkan pada kitab-kitab fikih,
atau dengan kata lain hukum Islam menjadi identik dengan fikih. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu Negara antara
lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran hukum warga
Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem politik Negara
yang bersangkutan. Jika sistem politik Negara itu otoriter maka sangat
tergantung penguasa bagaimana kaidah hukum, penegak hukum dan fasilitas
yang ada. Adapun warga Negara ikut saja kehendak penguasa (lihat synopsis).
Pada sistem politik demokratis juga tidak semulus yang kita bayangkan. Meski
warga Negara berdaulat, jika sistem pemerintahannya masih berat pada eksekutif
(Executive heavy) dan birokrasi pemerintahan belum direformasi, birokratnya
masih “kegemukan” dan bermental mumpung, maka penegakan hukum masih
mengalami kepincangan dan kelambanan (kasus “hotel bintang” di Lapas).
Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-undangan yang simpang siur
penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila
kaidah itu berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah tersebut
merupakan kaidah mati (dode regel), kalau secara sosiologis (teori kekuasaan),
maka kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa (dwang maat regel). Jika berlaku
secara filosofi, maka kemungkinannya hanya hukum yang dicita-citakan yaitu
ius constituendum. Kaidah hukum atauperaturan itu sendiri, apakah cukup

12
sistematis, cukup sinkron, secara kualitatif dan kuantitatif apakah sudah cukup
mengatur bidang kehidupan tertentu. Dalam hal penegakan hukum mungkin
sekali para petugas itu menghadapi masalah seperti sejauh mana dia terikat oleh
peraturan yang ada, sebatas mana petugas diperkenankan memberi
kebijaksanaan. Kemudian teladan macam apa yang diberikan petugas kepada
masyarakat. Selain selalu timbul masalah jika peraturannya baik tetapi
petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika peraturannya buruk, maka
kualitas petugas baik.
Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika sarana
tidak cukup memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal. Mengenai
warga negara atau warga masyarakat dalam hal ini tentang derajat kepatuhan
kepada peraturan. Indikator berfungsinya hukum adalah kepatuhan warga. Jika
derajat kepatuhan rendah, hal itu lebih disebabkan oleh keteladanan dari petugas
hukum

a. Keadilan

Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum
dan keadilan sosial. Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum
artinya setiap orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan kata
lain hukum harus diterapkan secara adil. Keadilan hukum ternyata sangat erat
kaitannya dengan implementasi hukum di tengah masyarakat. Untuk mencapai
penerapan dan pelaksanaan hukum secara adil diperlukan kesadaran hukum bagi
para penegak hukum. Dengan demikian guna mencapai keadilan hukum itu,
maka faktor manusia sangat penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh
siapa saja termasuk penjahat (pembunuh, pemerkosa, dan koruptor). Jika dalam
suatu negara ada yang cenderung bertindak tidak adil secara hukum, termasuk
hakim, maka pemerintah harus bertindak mencegahnya. Pemerintah harus
menegakkan keadilan hukum, bukan malah berlaku zalim terhadap rakyatnya.
Keadilan sosial terdapat dalam kehidupan masyarakat, terdapat saling tolong-
menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan. Terdapat naluri saling
ketergantungan satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial (interdependensi).
Keadilan sosial itu diwujudkan dalam bentuk upah yang seimbang, untuk

13
mencegah diskriminasi ekonomi. Keadilan sosial adalah persamaan
kemanusiaan, suatu penyesuaian semua nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam
pengertian keadilan. Kepemilikan atas harta seharusnyatidak bersifat mutlak.
Perlu dilakukan pemerataan, distribusi kekayaan anggota masyarakat.
Bagaimana pemilik harta seharusnya menggunakan hartanya. Penimbunan atau
konsentrasi kekayaan, sehingga tidak dimanfaatkan dalam sirkulasi dan
distribusi akan merugikan kepentingan umum. Sebaiknya harta kekayaan itu
digunakan sebaik mungkin dan memberikan manfaat bagi pemiliknya maupun
bagi masyarakat.

b. Hukum dan Keadilan Dalam Islam

Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah


suatu penegasan, ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyatanyata
berlaku dalam kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia
hanya dapat berkembang maju dalam berjama’ah (Society). Man is born as a
social being. Hidup perorangan dan hidup bermasyarakat berjalin, yang satu
bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus berhadapan dengan
berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga, hidup
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar agama dan
sebagainya, semuanya problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas.
Maka risalah Muhammad Saw, meletakkan beberapa kaidah yang memberi
ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan persoalan-persoalan. Kestabilan
Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M. Natsir. Tiap-tiap
sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian masyarakat, maka bisa
merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan.
Semua anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di
hadapan hukum semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah
sampai pimpinan tertinggi dalam Negara.

“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan


kamu tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa

14
yang kamu kerjakan”(QS.5:8). “Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang
menjalankan hukum atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti
kismis selama dijalankannya hukum Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas)

Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat
tegak berdiri kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi
keadilan hukum di masyarakat dewasa ini banyak ditemui sandungan yang
menyolok atas pandangan lebih terhadap orang yang punya kedudukan tinggi,
yang punya kekayaan melimpah, sehingga rakyat banyak telah menyimpan imej
bertahun-tahun bahwa di negeri ini keadilan itu dapat dibeli. Lebih jauh
kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya Political Science and Government
dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan Demokrasi (1999) yaitu, yakni:

1. Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equality)


2. Setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil
3. Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan
pekerjaan
Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik.
QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang tegak
menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah, biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau kerabatmu.
4. Kewajiban Menegakkan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

Amar makruf nahi mungkar : ‫األم==ر ب==المعروف والنهي عن المنكر‬, al-amr bi-l-


maʿrūf wa-n-nahy ʿani-l-munkar) adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang
berisi perintah menegakkan yang benar dan melarang yang salah. Dalam
ilmu fikih klasik, perintah ini dianggap wajib bagi kaum Muslim. "Amar makruf
nahi mungkar" telah dilembagakan di beberapa negara, contohnya adalah
di Arab Saudi yang memiliki Komite Amar Makruf Nahi Mungkar (Haiʾat al-
amr bi-l-maʿrūf wa-n-nahy ʿani-l-munkar). Di kekhalifahan-kekhalifahan
sebelumnya, orang yang ditugaskan menjalankan perintah ini disebut muhtasib.
Sementara itu, di Barat, orang-orang yang mencoba melakukan amar makruf
nahi mungkar disebut polisi syariah.

15
Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan sesuai kemampuan, yaitu dengan
tangan (kekuasaan) jika dia adalah penguasa/punya jabatan, dengan lisan atau
minimal membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada, dikatakan bahwa
ini adalah selemah-lemahnya iman seorang mukmin.

Pada hakikatnya amar maruf dan nahi munkarterdapat empat penggalan


kata yang apabila dipisahkan satu sama lain mengandung pengertian sebagai
berikut: ‫ امر‬:memerintah atau menyuruh‫معرف‬yang baik atau kebaikan/kebajikan,
‫ نهي‬:larangan dan ‫ منكر‬perkara yang keji. Manakala keempat kata tersebut
digabungkan, akan menjadi: ‫ المنكرعنوالنهيمعروفامربا‬yang artinya menyuruh yang
baik dan melarang yang buruk. Allah berfirman:

‫وتعاونواعلى البروالتقوى والتعاونواعلى االثم والعدوان‬

“Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan bertaqwalah, serta


jangan tolong menolong dalam hal dosa dan kejahatan”. (QS. Al Maidah: 2) Al-
Qurtubi menguraikan dalam ayat ini bahwa Allah swt memerintahkan kepada
utusan-Nya untuk mengajak umat manusia ke jalan Allah dan syari’at-Nya
dengan cara halus dan lemah lembut (latif), tidak boleh dengan kasar dan
keras.). Ma’ruf diambilkan dari kata ma’rifah suatu kata yang diketahui oleh hati
dan menenangkannya, dan dengannya jiwa merasa sakinah. menurut syari’at
adalah taat dan berbuat baik kepada hamba-Nya. Sedangkan munkar adalah
tidak diterima, dibenci dan tidak diketahui. Sedangkan menurut syari’at adalah
semua yang diketahui oleh syari’at maupun akal tentang jeleknya, yakni maksiat
kepada Allah swt dan menzalimi hamba-Nya.Dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik
dan sempurna, Perwujudan dakwah bukan sekadar usaha peningkatan
pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja tetapi
juga menuju sasaran yang lebih luas, menyeluruh dalam berbagai aspek
kehidupan.16 Oleh karena itu, untuk mewujudkan masyarakat yang baik, maka
dibutuhkan suatu gerakan dakwah yang terorganisir yang tidak hanya
mengedepankan bentuk dakwah lisan semata, tapi juga dengan dakwah bil hal
yang diiringi dengan sebuah gerakan dinamis yang berorientasi pada pembinaan,
pelatihan dan pengembangan masyarakat berupa pelayanan, bantuan sosial, dan

16
pembinaan yang berskala sehingga terwujud kesejahteraan17 dan juru dakwah
sebagai actor dakwah baik secara fardiyah maupun jam’iyah mampu melahirkan
dan meluruskan pemahaman tentang makna dakwah berorientasi pada amar
makruf nahi munkar dalam upaya menkontruksi masyarakat sesuai dengan
petunjuk Allah dan Rasul-Nya18 yang terdiri dari individu atau kelompok,
sehingga tersusun tatanan kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial
(jama’ah), dan masyarakat yang baik (khairu ummah) dengan berkualitas sesuai
tuntunan Alqur’an dan hadis. Dengan demikian dari mobilisasi sosial tersebut,
dan yang pada gilirannya merupakan daya pendorong terbentuknya sistem sosial
di mana dakwah itu dilaksanakan Berdasarkan sejarah dakwah nabi dan para
sahabatnyatidak pernah menggunakan senjata untuk memaksa seseorang untuk
masuk agama Islam. Secara konseptual, Muhammad Ghazali menyatakan bahwa
ada tiga tahap dakwah Nabi untuk menyadarkan umatnya, yaitu 1) proses
menyadarkan pikiran, 2) menumbuhkan keyakinan, dan 3) membangun sistem
(organisasi). Jika dikontekskan pada langkah-langkah dakwah Nabi, disebutkan
pada tahap pertama dan kedua adalah priode Makkah. Menyadarkan masyarakat
jahiliyah bahwa agamanya adalah batil dan cara bertuhannya sesat. Setelah itu,
Rasul menawarkan satu sistem kepercayaan dan aqidah dan beribadah yang
murni bersih dan lurus yaitu Islam.

Adapun hadis dakwah tentang amal ma’ruf dan nahi munkar apabila
manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya, diawatirkan Allah
akan melimpahkan azab siksa-Nya secara merata,28 jika kemaksiatan sudah
menjadi kebiasaan di tengah masyarakat, dan orang-orang yang beriman tidak
peduli dan tidak berusaha untuk mencegah kemaksiatan itu, maka Allah swt
akan menimpakan azab kepada suatu kaum tanpa memandang baik orang-orang
yang jahat maupun orang-orang yang beriman. Nabi Muhammad saw, bersabda
bahwa adasekelompok kaum yang mengundi di atas kapal, sebagian mereka ada
di atas kapal dan sebagian yang lainnya harus tinggal di bagian bawah.
Manakala orang yang tinggal di bagian bawah kapal ingin minum,
(makaaturannya) mereka harus naik (dan melangkahi) orang-orang yang tingga
di bagian atas kapal. Maka berkatalah mereka (orang-orang yang di bagian
bawah kapal), jika kita melobangi kapal ini dan kita tidak lagi merepotkan orang

17
atas, (hal ini akan lebih memudahkan tentunya). Jika sekiranya mereka
membiarkan kelompok ini dan apa-apa yang mereka inginkan, maka binasalah
semuanya, dan jika mereka menahan perbuatan kelompok ini, maka mereka
selamat, dan selamatlah semuanya”. Perupamaan hadis di atas, sangatlah jelas
dan mudah dipahami sebagai way of life dalam kehidupan bermasyarakat.Jika
terjadi suatu kemunkaran dalam kehidupan komunitas kemudian didiamkan dan
tidak ada terpetik dalam hati untuk mencegahnya, maka masyarakat sedang
menunggu kebinasaan, sebaliknya binasa pulalah orang yang membiarkannya.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa umat Islam harus berusaha melaksanakan
amar ma’ruf dan nahi munkar menurut kemampuannya, sekalipun hanya melalui
hati.30 Dengan sikap dan perilaku untuk menegakkan,memelihara, dan
memperjuangkan kebenaran agama Allah, menganjurkan kepada manusia
berbuat yang ma’rufdan mencegah perbuatan yang munkar.

ِ ‫ْض يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَآ ُء بَع‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka


(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar.” (QS. At-Taubah:
71) Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini, bahwa di antara
sifat-sifat wajib kaum mukminin dan mukminat adalah menegakkan amar
ma’ruf dan nahi mungkar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran: 110)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ك أَضْ َعفُ ا ِإل ْي َم‬


‫ان‬ َ ِ‫ َو َذل‬،‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه‬،‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه‬،‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬

“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia


merubahnya dengan tangan, jika tidak bisa, maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga,
maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

18
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadis-hadis lainnya yang menunjukkan
wajibnya menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta tercelanya orang yang
meninggalkannya. Maka hendaknya Anda sekalian, setiap mukmin dan mukminah,
menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, walaupun orang yang Anda ingkari itu
marah, bahkan sekalipun mereka mencerca kalian, kalian harus tetap sabar,
sebagaimana para rasul dan yang mengikuti mereka dengan kebaikan, sebagaimana
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi-Nya,

‫صبَ َر أُوْ لُوا ْال َع ْز ِم ِمنَ الرُّ س ُِل‬


َ ‫فَاصْ بِرْ َك َما‬

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul telah bersabar.” (QS. Al-Ahqaf: 35)

Dan Firman-Nya,

َ‫َواصْ بِرُوا إِ َّن هللاَ َم َع الصَّابِ ِرين‬

“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-
Anfal: 46)

Serta FirmanNya yang menceritakan Luqman Haqim, bahwa ia berkata kepada


anaknya,

‫ور‬ ُ
ِ ‫ك ِم ْن ع َْز ِم ْاأل ُم‬
َ ِ‫ك إِ َّن َذل‬
َ َ‫صاب‬ ِ ‫صالَةَ َو ْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعر‬
َ َ‫ُوف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َواصْ بِرْ َعلَى َمآأ‬ َّ ‫ي أَقِ ِم ال‬
َّ َ‫يَابُن‬

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)

Tidak diragukan lagi, bahwa lurus dan konsistennya masyarakat adalah karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian karena amar ma’ruf dan nahi mungkar, dan
bahwa rusak serta berpecah belahnya masyarakat yang mengakibatkan potensialnya
kedatangan siksaan yang bisa menimpa semua orang adalah disebabkan oleh

19
meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Sebagaimana diriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,

“Sesungguhnya manusia itu bila melihat kemungkarang tapi tidak mengingkarinya,


maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksa-Nya yang juga menimpa mereka.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala pun telah memperingatkan para hamba-Nya dengan


sejarah kaum kuffar Bani Israil yang disebutkan dalam Firman-Nya,

}78 { َ‫صوْ ا َّو َكانُوا يَ ْعتَ ُدون‬ َ ‫لُ ِعنَ الَّ ِذينَ َكفَرُوا ِمن بَنِى إِ ْس َرا ِءي َل َعلَى لِ َسا ِن دَا ُو َد َو ِعي َسى ا ْب ِن َمرْ يَ َم َذلِكَ بِ َما َع‬
}79{ َ‫س َما َكانُوا يَ ْف َعلُون‬
َ ‫َكانُوا الَيَتَنَاهَوْ نَ عَن ُّمن َك ٍر فَ َعلُوهُ لَبِ ْئ‬

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera
Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah:
78-79)

Semoga Allah menunjuki semua kaum muslim, baik penguasa maupun rakyat
jelata untuk tetap menegakkan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya, dan semoga Allah
memperbaiki kondisi mereka dan menyelamatkan semuanya dari faktor-faktor yang bisa
mendatangkan kemurkaan-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha dekat.
Fatawa al-Mar’ah, Hal.100-101, Syaikh Ibnu Baz.

5. Fitnah Akhir Zaman

Hidup manusia saat ini telah berada di akhir zaman , dan sudah dekat
dengan waktu hari kiamat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam telah
menjelaskan dalam sejumlah hadisnya tentang dekatnya dengan hari kiamat ini.
Walaupun, kapan akan hari kiamat, seberapa lama lagi hari kiamat, itu adalah
ilmu yang dirahasiakan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tetapi Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengisyaratkan


tentang dekatnya hari kiamat. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis:

20
‫ َويُ ِشي ُر بِإِصْ بَ َع ْي ِه فَيَ ُم ُّد هُ َما‬،‫ت أَنَا َوالسَّا َعةُ َكهَاتَي ِْن‬
ُ ‫بُ ِع ْث‬.

“Jarak diutusnya aku dan hari kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau memberikan
isyarat dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu
merenggangkannya. (HR. Bukhari)

Rasulullah pun telah mengisyaratkan tentang keadaan di akhir zaman


dalam sabdanya, “Bagaimana sikap kalian apabila fitnah telah mengelilingi
kalian?”

Tentang hadis ini, Ustaz Abu Qotadah dalam kajian dan tausiyah di kanal
RodjaTV menjelaskan, fitnah telah berada di sekitar kita dan kita telah diliputi
oleh fitnah, kita telah dihadapkan kepada fitnah dari depan, dari belakang, dari
kanan, dari kiri, dari berbagai unsur kehidupan, fitnah berada di tengah-tengah.
Dan fitnah itupun berkepanjangan, lama, berkesinambungan dan semakin
dahsyat dari satu waktu ke waktu yang lainnya. Sampai disebutkan di dalam
hadis:

‫ص ِغي ُر َو يَ ْه َر ُم فِيهَا ْال َكبِي ُر‬


َّ ‫يَرْ بُو فِيهَا ال‬

“Anak-anak kecil menjadi dewasa dan orang yang tua menjadi pikun.”

“Yaitu apabila kebanyakan dari umat ini telah meninggalkan sunnah.”

Lalu para sahabat bertanya: “Kapan akan terjadi hal itu Wahai Abu
Abdurrahman?” Maka beliau menjawab: “Apabila telah pergi para ulamanya.”
Artinya banyak yang meninggal dunia dari kalangan ulama, banyak orang-orang
yang wafat dari kalangan para ulama.

“Dan semakin banyak orang-orang yang bodohnya. Semakin banyak ahli


qira’ah, tapi semakin sedikit yang faqih kepada makna-makna ayat Al-Qur’an.”
Semakin sedikit orang yang faham kepada isi dari Al-Qur’an.

Kemudian beliau mengatakan: “Dan apabila telah dicari dunia dengan


ibadah (amal shalih),” artinya orang-orang beramal shalih tapi tujuannya dunia,
tidak berkaitan dengan surga, tidak berkaitan dengan kehidupan setelah

21
kematian. Yang diharapkan ketika melakukan amal saleh adalah untuk
kehidupan dunia.

“Dan apabila semakin banyak orang-orang yang tafaqquh tentang urusan


dunia (tapi tidak tafaqquh tentang urusan agama),” artinya semakin sedikit orang
yang belajar tentang agama Allah, belajar tentang tauhid, belajar tentang aqidah,
belajar tentang iman, belajar tentang Islam, belajar tentang halal dan haram
semakin sedikit. Dan sibuknya sebagian besar di antara kita adalah dengan dunia
ini.

Lantas bagaimana kita harus menghadapi ujian dan fitnah akhir zaman
ini? Dai yang juga pendiri Pondok Pesantren Ma’had Ihya As Sunnah,
menjelaskan sebagai berikut:

1. Semua problem berkaitan dengan fitnah, jalannya ilmu


Hiruk-pikuk fitnah dunia hari ini, maka mesti setiap mukmin menjadikan
bagian dari hidupnya adalah untuk mencari ilmu. Karena ilmu adalah
bagian terpenting dalam hidup kita.

2. Kehiudpan setelah kematian kita dalah masa depan yang paling depan

Jika pa ra ibu dan para bapak berbicara tentang masa depan, maka inilah
masa depan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu Al-Qur’an mengajarkan kisah
seorang Nabi yang mengajarkan masa depan kepada anaknya, yaitu Nabi
Ya’qub ‘Alaihis Salam. Ketika beliau sedang dalam keadaan dekat kepada
kematia n, sedang sakaratul mau, maka mengumpulkan semua anaknya.
Allah berfirman:

َ َ‫ت إِ ْذ قَ=ا َل ِلبَنِي= ِه َم=ا تَ ْعبُ= ُدونَ ِمن بَ ْع= ِدي قَ=الُوا نَ ْعبُ= ُد إِلَ ٰـه‬
‫ك َوإِلَ ٰـهَ آبَائِ=كَ إِبْ= َرا ِهي َم‬ ُ ْ‫=وب ْال َم==و‬ َ ‫أَ ْم ُكنتُ ْم ُش=هَدَا َء إِ ْذ َح‬
َ ُ‫ض= َر يَ ْعق‬
}١٣٣{ َ‫ق إِلَ ٰـهًا َوا ِحدًا َونَحْ نُ لَهُ ُم ْسلِ ُمون‬ َ ‫يل َوإِ ْس َحا‬ ِ ‫َوإِ ْس َم‬
َ ‫اع‬

“Tidaklah kalian memperhatikan tentang Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam


ketika datang sakaratul maut menjemputnya? Maka beliau berkata: ‘Wahai
anak-anakku, apa yang kalian akan sembah setelah aku meninggal dunia?’ Maka
serempak anaknya mengatakan: ‘Kami akan menyembah Ilahmu dan Ilah nenek

22
moyangmu (yaitu Allah, Ilah yang satu), dan kami tunduk kepadaNya.’” (QS.
Al-Baqarah: 133)

Jadi ketika kita berbicara tentang masa depan, maka ingatkanlah masa
depan ituadalah masa depan setelah kematian. Maka oleh sebab itu -sebagai
catatan tinta emas bagi kita- semua apa yang kita cari dalam interaksi dunia,
maka jadikanlah semuanya adalah jembatan dan jadikanlah kendaraan untuk kita
ke surga. Jadikanlah semua nikmat yang Allah berikan kepada kita sebagai
kendaraan yang menghantarkan kita ke surga, sebagai masa depan kita. Jangan
Anda berpikir masa depan adalah masa depan karir kita di dunia ini.

3.Menjaga amal

Ketika kita bertanya tentang amal dan ketika kita meminta ditunjukkan
kepada seorang alim tentang amal dimasa hari ini, maka ada jawaban yang
sederhana dari sekian penjelasan. Lakukanlah amal yang mampu kita
mendawamkannya setelah kita menunaikan perkara-perkara yang fardhu
(wajib). Menjaga shalat lima waktu, menjaga puasa dan menjaga setiap perkara
yang Allah Ta’ala fardhu-kan.

Oleh sebab itu Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah ditanya
oleh istrinya sendiri, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha: “Ya Rasulullah, amal yang
mana yang paling dicintai Allah? Yang paling mulia di sisi Allah?” Maka
Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan

‫أَ َحبُّ األَ ْع َما ِل إِلَى هَّللا ِ تَ َعالَى أَ ْد َو ُمهَا َوإِ ْن قَ َّل‬

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang mampu kita
mendawamkannya walaupun amalan itu sederhana.” (HR. Muslim)

Sering kita bertanya tentang mungkin yang sulit bagi kita untuk
melakukan hari ini. Beramal tapi banyak yang kita lalaikan. Contohnya adalah
sudahkah Anda meng-kontinu-kan untuk diam ketika mendengar suara adzan
kemudian menjawabnya kemudian kita membaca shalawat setelahnya?

23
Maka jangan kita lewatkan amalan yang sederhana untuk mendapatkan
pahala besar. Terutama diwaktu yang sangat sulit bagi kita untuk melakukan
kebaikan. Dan ini adalah solusinya.

4. Kewajiban mukmin adalah benar dalam berkata, benar dalam bercakap, benar
dalam berucap dan benar dalam beramal

Fitnah terbesar pada hari ini adalah melihat berbagai kedzaliman.


Mungkin di berbagai negara rakyat mencium bau kedzaliman dari para
pemimpinnya. Di sisi lain, kita pun melihat begitu dahsyatnya rekayasa musuh
kepada kaum muslimin dan rekayasa musuh terhadap Islam. Dan kita seorang
muslim yang punya ghiroh iman pasti ingin melakukan sesuatu, melawan
terhadap semua kedzaliman ini, melawan setiap keburukan ini. Dan tentunya itu
adalah alamat dalam diri kita ada imanKarena ghirah itu sebagaimana
dinyatakan di dalam hadis, ghirah itu berupa energi yang ada dalam diri seorang
mukmin yang disebutkan di dalam hadis:

‫ك أَضْ َعفُ اإْل ِ ي َمان‬


َ ِ‫ َو َذل‬،‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه‬،‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه‬،‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬

“Apabila kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu


(kekuasaanmu), kalau tidak mampu maka dengan lisanmu, kalau tidak mampu
maka dengan cara engkau tidak menyetujuinya (benci dalam hatimu), dan itu
adalah bagian yang lemah dari iman kita.” (HR. Muslim)

Ustadz Abu Qatadah memberikan dua poin tentang nasihat yang harus kita
lakukan, yakni:

Poin pertama, masalah bagi kita adalah bukan semata-mata kita


mengatakan “Menolong agama Allah”, bukan semata-mata kita mengatakan
bahwa kita akan menjaga agama Allah. Kenapa? Karena sesungguhnya Allah
benar-benar akan menjaga agamaNya dan benar-benar Allah akan
memenangkan agamaNya. Seandainya kita tidak menjadi penolongNya, maka
Allah akan mencari dan memunculkan generasi lainnya yang akan menjaga
agama ini. Jadi Allah telah memberikan jaminan agama ini akan dijaga.

24
Poin kedua, bahwa kewajiban bagi seorang mukmin adalah dituntut
untuk benar dalam berkata, benar dalam berucap, benar dalam beramal. Yaitu
seorang muslim diperintahkan untuk sejalan dengan perintah Allah dan
RasulNya dalam setiap perkara. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam telah mengatakan tentang apa yang harus kita lakukan hari ini.

Apa yang didapatkan oleh para sahabat dan para tabi’in di masa Hajjaj
bin Yusuf, itu melebihi kedzaliman yang kita lihat hari ini, artinya keburukan
individunya, bukan keburukan keadaannya. Karena kalau keadaan tetap dimasa
Hajjaj lebih baik dari masa ‘Umar bin Abdul ‘Aziz. Walaupun tidak diragukan
bahwa pada masa ‘Umar bin Abdul ‘Aziz I tu lebih mulia daripada Hajjaj. Tapi
massanya, tetap. Hal ini karena dimasa Hajjaj itu ada Anas bin Malik dan para
sahabat yang lainnya.

Maka kaum muslimin mengadu kepada Anas bin Malik tentang


kedzaliman tentang yang mereka rasakan. Apa nasihat Anas bin Malik
Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu?

ٌ ‫ فَإِنَّهُ الَ يَأْتِى َعلَ ْي ُك ْم َز َم‬، ‫اصْ بِرُوا‬


ُ‫ان إِالَّ الَّ ِذى بَ ْع َدهُ َش ٌّر ِم ْنه‬

“Sabarlah. Karena tidak datang tahun kecuali akan lebih buruk dari yang
sebelumnya.”

Lalu disebutkan yang dimaksud dengan “lebih buruk dari yang


sebelumnya” bukan berkaitan dengan masalah ekonomi, sulitnya mencari harta
dan sebagainya, bukan berkaitan dengan itu. Dalam riwayat yang lain
disebutkan:

ْ َ‫إِ َذا َذهَب‬


‫ت ُعلَ َما ُؤ ُك ْم‬

“Apabila telah pergi orang-orang alimnya.”

Apabila semua umat Islam dalam semua individunya mereka komitmen


kepada apa yang dibawa oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka
pertolongan itu akan dekat. Karena semua keburukan yang kita dapatkan hari ini
dari keburukan para pemimpin kita, maka itu sesuai dengan kata:

25
‫َكـ َمـا تَـ ُكـونُـوا يُـولَّـى عَـلَـيْـ ُكـم‬

“Bagaimana kalian, maka demikianlah pemimpin kalian.”

Apabila ketika melihat sesuatu kedzaliman, maka problem solvingnya


adalah setiap mukmin melakukan perombakan jiwa, setiap mukmin melakukan
perombakan individu yang dinamakan dengan istilah revolusi mental dalam arti
revolusi karakter, yaitu berkaitan dengan akhlak kita sebagai seorang muslim,
yaitu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kewajiban kita adalah beribadah kepada Allah. Kemudian kita


membereskan diri. Kemudian jadikanlah bagian-bagian dari shalat kita dalah
berdoa untuk kebaikan pemimpin kita. Sehingga para ulama kita mengatakan:
“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, maka aku akan khususkan doa ini
adalah untuk pemimpinku.” Doakan agar pemimpin kita mendapat hidayah, agar
pemimpin kita menjadi pemimpin yang adil.

5. Solusi ketika iman sedang turun

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa di antara hiruk-


pikuk kehidupan dalam fitnah, maka kita akan sering mendapatkan ujian yang
menyebabkan kita lemah. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun telah
mengisyaratkan:

َ َ‫ك فَقَ ْد هَل‬


‫ك‬ ْ ‫َت فَ ْت َرتُهُ إِلَى ُسنَّتِي فَقَ ْد أَ ْفلَ َح َو َم ْن َكان‬
َ ِ‫َت ِش َّرتُهُ إِلَى َغي ِْر َذل‬ ْ ‫إِ َّن لِ ُك ِّل َع َم ٍل ِش َّرةٌ َولِ ُك ِّل ِش َّر ٍة فَ ْت َرةٌ فَ َم ْن َكان‬

“Dalam setiap kondisi semangat, akan datang masa yang lemah. Maka
barangsiapa yang melemahnya kepada sunnahku, maka ia akan selamat. Dan
barangsiapa yang dalam kondisi lemahnya kepada selain sunnah, maka dia akan
celaka.” (HR. Ibnu Hibban)

Dahsyatnya fitnah hari ini terkadang akan mengurangi dan menguras


kondisi iman kita. Semangat beramal berkurang, semangat mencari ilmu adalah
berkurang. Solusinya adalah ‘Umar bin Khattab menjelaskan hadis yang tadi,
beliau mengatakan:

‫ وإن أدبرت فألزموها الفرائض‬، ‫ فإذا أقبلت فخذوها بالنوافل‬، ‫إن لهذه القلوب إقباال وإدبارا‬

26
“Hati itu ada bolak-balinya, turun naiknya. Apabila sedang semangat,
sedang kuat, maka tunaikanlah perkara-perkara yang wajib dan ikutilah dengan
perkara-perkara yang sunnah. Jika dalam keadaan lemah, maka komitmenlah
kepada perkara yang wajib.”

Hadis dan makna dari ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu


memberikan satu wawasan bahwa tidak ada di antara kita yang tidak pernah
melemah iman. Tidak ada di antara kita yang tidak pernah salah atau terjerumus
ke dalam maksiat. Tetapi semampu mungkin orang mukmin diperintahkan untuk
istiqamah. Jika melemah, maka jangan sampai meninggalkan yang wajib dan
melakukan yang haram. Komitmenlah di situ.

Sumber:

Sabir.M. 2015. Potret pemikiran. Amar ma'ruf dan Nahi Munkar (suatu pendekatan
hadis dakwan dalam perubahan sosial. 19 (02) diakses pada tanggal 17 Desember 2020
pukul 08.25 http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/PP/article/download/729/584

Paud Al Hasanah. 2020. Apa perbedaan islam, iman, dan ihsan?. Diakses pada kamis,
17 Desember 2020 pukul 09.05 https://paudit.alhasanah.sch.id/tahukah-anda/apa-
perbedaan-islam-iman-dan-ihsan/

Saifudin.A. 1992. Sains dalam islam. Sains falsafah dan Agama. Vol 23: 27-46.
http://repository.uin-suska.ac.id/3908/4/BAB%20III

Mizan. 2013. Jurnal ilmu syariah. Penegakan hukum atas keadilan dalam pandangan
Islam.01(02):145-148 di akses pada kamis tanggal 17 desember 2020 pukul 10.50
https://www.jurnalfaiuikabogor.org/index.php/mizan/article/download/122/38

Sodiqin.ali. 2012. Jurnal kajian ilmu hukum supremasi hukum. Positifikasi hukum islam
diIndonesia:.Vol1(2). Di akses pada kamis tanggal 17 desember 2020 pikul 10.25
https://core.ac.uk/download/pdf/94776248.pdf

Widaningsih. 2020.Nasehat menghadapi ujian dan fitnah akhir Zaman. Di akses pada
kamis tanggal 17 desember 2020 pukul 11.05.

27
https://kalam.sindonews.com/read/253068/72/nasehat-menghadapi-ujian-dan-fitnah-
akhir-zaman-1606864343?showpage=all

28

Anda mungkin juga menyukai