DASAR-DASAR
AJARAN AGAMA
(1)
DISUSUN OLEH
M. NAJMIL HUSNA
TARBIYYATUL MU’ALLIMIN
AL-ISLAMIYYAH
PONDOK PESANTREN
AL-HUSNA
Jl. Pelajar Pasar 3 Marindal 1 Patumbak Deli Serdang
1
Sumatera Utara
DAFTAR ISI
2
بسم اهلل الرمحن الرحيم
3
salah dan khilaf. Akhirnya, hanya kepada Allah Ta’ala kita
memohon taufiq dan hidayah, seraya berdoa semoga Allah
Ta’ala berkenan memberi kemanfaatan bagi buku ini.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin…
4
BAB I
RUKUN–RUKUN AGAMA
A.Pengertian Agama
Agama (al-Din) ialah ketaatan dan kepatuhan.
Secara rinci agama adalah seperangkat peraturan Allah Swt
yang mengatur hubungan antara hamba dengan Allah
(hablum minallah), hamba dengan hamba (hablum min
annas) dan hamba dengan makhluk lainnya (hablum minal
makhluk). Suatu agama dapat diterima bila memenuhi
persyaratan, yaitu :
1. Punya Tuhan yang disembah
2. Punya Rasul yang ditaati ajarannya
3. Punya kitab suci sebagai petunjuk
4. Punya ajaran yang diamalkan
Kemudian semua agama di muka bumi ini dapat
dibagi 2, yaitu :
1. Agama samawi yang datang dari Allah (Islam, Yahudi
dan Nasrani). Beda ketiganya adalah, Yahudi
menyembah Allah dan menyembah masjidul Aqsha di
Palestina (menyembah benda), maka Yahudi dihukum
musyrik. Sedangkan Nasrani menyembah Allah dan
menyembah Isa sebagai anak Tuhan (menyembah
makhluk), maka dihukum musyrik. Adapun Islam
hanya menyembah Allah Swt, tidak menyembah
ka'bah dan tidak menyembah Nabi Muhammad saw.
5
Karenanya, Islam tetap bertauhid hingga ke akhir
zaman.
2. Agama Ardhi yang muncul dari bumi, lahir karena
budaya, penemuan orang atau hasil pra sangka.
Seperti : Budha, Hindu, Konghucu, Taoisme,
Shintoisme, Zoroaster, Majusi dan sebagainya. Semua
jenis agama ini musyrik, karena menduakan Allah
dalam ibadah dan doa.
Dari sekian banyak agama yang ada, maka Agama Islam
yang paling benar dan diterima oleh Allah Ta’ala.
Perhatikanlah firmanNya dalam QS. Ali Imran : 19,
ِع ِهلل
ِإَّن الِّد ْيَن ْنَد ا ْاِإل ْس َالُم
Artinya : " Bahwa Agama di sisi Allah hanya Islam".
6
rukun-rukun yang menjadi tiang-tiang dan pokok-pokok
ajarannya. Adapun rukun agama kita ada tiga, yaitu :
1. Rukun Iman, ada 6 perkara : Iman kepada Allah, Iman
kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah,
Iman kepada Rasul-Rasul Allah, Iman kepada hari
akhirat dan Iman kepada taqdir yang baik dan yang
buruk.
2. Rukun Islam, ada 5 perkara : Syahadah bahwa tiada
tuhan hanya Allah dan Muhammad utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan
puasa ramadhan dan berangkat haji bagi yang mampu.
3. Rukun Ihsan, ada 2 perkara : Ikhlas beribadah dan
taqwa menjalani agama.
B A B II
RUKUN–RUKUN IMAN
(Pokok-Pokok Kepercayaan)
A.Pengertiannya
Rukun artinya tiang, pokok atau tempat
bersandarnya sesuatu. Rukun berarti tiang-tiang atau
pokok-pokok. Adapun iman secara bahasa artinya yakin
dan percaya. Secara istilah iman adalah membenarkan di
dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan segala yang dibawa oleh Nabi
7
Muhammad saw yang datangnya dari Allah Ta’ala. Rukun
Iman adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini
dan dipercayai oleh setiap muslim, dan dipraktekkan
dengan amal perbuatan.
8
melahirkan ‘ilmul yakin. Yaitu keyakinan yang
diperoleh sebatas pengetahuannya saja, atau karena
dikasih tahu oleh orang lain. Seperti, bila
ditanya :”Apakah engkau percaya Allah itu ada?”. Lalu
dijawabnya :”Ya saya percaya”. Kemudian ditanya
lagi :”Apa buktinya?”. Lantas dia menjawab : “Adanya
alam ini, menjadi bukti ada penciptanya, yaitu Allah
Ta’ala”. Demikian iman ijmali yang melahirkan ‘ilmul
yakin.
2. Iman tafshili yaitu kepercayaan kuat dan kokoh
terhadap sesuatu berdasarkan bukti-bukti (dalil-dalil)
yang rinci, akurat dan tepat. Benar-benar spesifik secara
zahir dan bathin hingga melahirkan ‘ainul yakin. Yaitu
keyakinan yang diperoleh lewat penglihatan sendiri,
dengan mata kepala atau dengan mata hati sendiri.
3. Iman haqiqi yaitu kepercayaan yang sangat kuat, teguh
dan kokoh hingga tak dapat digoyah lagi, terhadap
sesuatu berdasarkan bukti-bukti (dalil-dalil) yang kuat
juga dan tidak terbantahkan. Benar-benar 100 persen
percaya secara zahir dan bathin hingga melahirkan
haqqul yakin. Yaitu keyakinan yang paling kuat dan
paling kokoh karena diperoleh lewat pengalaman dan
perasaan sendiri, setelah dipraktekkan dan diamalkan.
C.Dalilnya
9
Perhatikanlah firman Allah Ta’ala dalam QS. Al-
Nisa’ : 136,
فأخربين,) قال (جربيل عليه السالم,عن عمر رضي اهلل عنه قال
أن تؤمن باهلل ومالئكته وكتبه: قال رسول صلعم,عن اإلميان ؟
(رواه البخاري.ورسله واليوم اآلخر وتؤمن بالقدر خريه وشره
.)ومسلم
Artinya : “Hadis Umar ra, dia berkata, telah bertanya Jibril
as, beritahukanlah kepadaku tentang Iman ?, Rasulullah
saw bersabda : Hendaklah engkau beriman kepada Allah,
malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan hari
akhirat, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir baik
taqdir yang baik dan taqdir yang buruk”.
10
Berdasarkan dalil-dalil ini, maka rukun Iman ada
enam perkara, yaitu :
1. Iman kepada Allah Ta’ala
2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah Ta’ala
3. Iman kepada kitab-kitab Allah Ta’ala
4. Iman kepada rasul-rasul Allah Ta’ala
5. Iman kepada hari akhirat
6. Iman kepada qadha dan qadar
Selanjutnya kita akan membahas rukun-rukun iman
tersebut satu persatu sesuai dengan kewajiban kita untuk
mengetahuinya, agar keimanan semakin kuat dan
kepercayaan semakin bulat.
(Pasal Pertama)
IMAN KEPADA ALLAH TA’ALA
A. Pengertiannya
Iman kepada Allah Ta’ala adalah meyakini dan
mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah Ta’ala
adalah pencipta alam semesta yang patut untuk disembah,
karena Dia memiliki segala kesempurnaan dan Maha Suci
dari segala kekurangan.
B. Dalilnya
Firman Allah Ta’ala dalam QS. Thaha : 14,
11
ِر ْك ِإَّن َأنَا ا َالِإَل ِإَّالأَنَا فَا ْد َأِقِم الَّص َالَة ِلِذ
ْي ْع ُب ْيِن َو ْيِن ُهلل َه
Artinya : “Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada tuhan
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat kepadaKu”.
Untuk memantapkan hati dalam beriman kepada
Allah Ta’ala, maka kita juga mesti mengimani segala yang
berkaitan dengan Allah Ta’ala, yaitu : Af’al Allah Ta’ala
(perbuatan Allah), Asma’ Allah Ta’ala (Nama-Nama Allah
Ta’ala), Sifat-sifat Allah Ta’ala dan Zat Allah Ta’ala.
Mudah-mudahan dengan mengimaninya, kita terhindar dari
syirik, kufur dan nifaq.
َو ْيِف َأْنُفِس ُك ْم َأَفَال ُتْبِص ُر ْو َن. َو يِف ْاَألْر ِض َأيَاٌت ِّلْلُمْو ِقِنَنْي
Artinya : “Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang meyakini. Dan pada dirimu sendiri, tidakkah
engkau perhatikan”.
12
Oleh karena itu, perbuatan (Af’al) Allah Ta’ala
dapat dilihat nyata dari dua tanda-tanda, yaitu :
1. Ayatul Kubra yaitu tanda-tanda perbuatan (Af’al)
Allah Ta’ala yang ada dan terlihat nyata di alam
semesta ini. Mari kita lihat ke angkasa, di sana ada
langit, bintang-bintang bercahaya sangat indah, planet-
planet, asteroid, komet, nebula, matahari, bulan dan
bumi ini. Semua benda-benda angkasa tersebut
bergerak dan berputar dengan sangat rapi dan sangat
tertib, menurut kepada peraturan dan perintah Allah
Ta’ala. Tidak saling bertabrakan dan tidak pula saling
menghancurkan. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala
dalam QS. Al-A’raf : 54,
ِإَّن َر َّبُك ُم اُهلل اَّل ِذ ْي َخ َل َق الَّس مَاوَاِت َو ْاَألْر َض ْيِف ِس َّتِة َأيَّاٍم َّمُث
الَّش ًا ث ا ى َلى اْل ِش ْغِش ي الَّل الَّنهَا ْطُل ِث
ْيَل َر َي ُبُه َح ْي َو ْم َس ْس َتَو َع َعْر ُي
َو اْلَق َم َر َو الُّنُج ْو َم ُمَس َّخ رَاٍت ِب َأْم ِر ِه َأَالَل ُه اَخْلْل ُق َو ْاَألْم ُر َتب َاَر َك
. اُهلل َر ُّب اْلعَاَلِم َنْي
Artinya : “Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di ‘Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang, yang mengikutinya dengan cepat.
Dan diciptakannya pula matahari, bulan dan bintang-
bintang. Masing-masing tunduk kepada perintahNya.
Ingatlah, Yang Menciptakan dan Yang Memerintah
13
hanya Allah Ta’ala. Maha suci Allah, Tuhan semesta
alam”.
Kemudian mari kita lihat benda-benda yang ada di
permukaan bumi ini. Bahwa di bumi ada gunung-
gunung, lautan, daratan, sungai-sungai, batu-batuan,
pasir, tanah, angin, udara, cahaya, tumbuh-tumbuhan,
buah-buahan, rerumputan, pepohonan, hewan-hewan,
siang-malam, kemarau-hujan, gempa-banjir dan
sebagainya. Semuanya sangat teratur dan sangat rapi.
Tanpa berbenturan dan bersalahan. Tentunya, bagi
seorang yang beriman pasti meyakini dan
mempercayai bahwa hal itu semua diatur, dikendalikan
dan menurut kepada perbuatan (Af’al) Allah Ta’ala.
Tiada satupun benda di alam semesta ini luput dari
kendaliNya dan peraturanNya. Perhatikan juga firman
Allah Ta’ala dalam QS. 57-58,
َو ُه َو اَّل ِذ ْي ُيْر ِس ُل الِّر يَاَح بشرى بني يدي رمحت ه ح ىت إذا
أقلت سحابا ثقاال سقناه لبلد ميت فأنزلنابه املاء فأخرجنا به
.من ك ل الثم رات ك ذالك خنرج املوتى لعلكم ت ذكرون
والبل د الطيب خيرج نبات ه ب إذن رب ه وال ذي حيث الخيرج
.إالنكدا كذالك نصرف األيات لقوم يشكرون
Artinya : “Dan Dialah Allah yang meniupkan angin
sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmatNya. Hingga apabila angin itu telah membawa
14
awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang
tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Kami
keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam
buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati. Mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-
tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah. Dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya
tumbuh merana. Demikianlah Kami menguraikan
tanda-tanda Kami bagi orang-orang yang bersyukur”.
Cukuplah bagi kita dengan berbagai bukti ini, untuk
meyakini dan mempercayai bahwa semua yang berlaku di
atas alam semesta ini merupakan tertib, menurut dan di
bawah kendali perbuatan (Af’al) Allah Ta’ala.
2. Ayatus Sughra yaitu tanda-tanda perbuatan (Af’al)
Allah Ta’ala pada diri kita sendiri sebagai manusia.
Mari kita lihat tubuh kita ini. Kita bisa mendengar
dengan telinga, melihat dengan mata, berbicara
dengan mulut, memegang dengan tangan, berjalan
dengan kaki. Kita juga bisa merasakan panas, dingin,
haus, lapar, sakit, sehat, takut dan gembira. Kita bisa
berfikir dengan akal kita untuk menentukan mana
yang baik dan mana yang buruk. Jantung berdetak
tanpa kita tahu dan merasakan gerak detaknya. Nafas
kita yang senantiasa keluar-masuk hidung, tiada
15
pernah kita rasa dan kita hitung. Kerlip mata yang
setiap saat bergerak juga tiada pernah bisa kita
kendalikan. Rasa lapar yang tiba-tiba datang, sakit
yang tiba-tiba menimpa diri kita. Bahkan rasa buang
air pun, kita tidak dapat mengendalikannya. Bagi
seorang mukmin, tentu menjadi bukti dan tanda
bahwa bahwa hal itu semua berada di bawah kendali
perbuatan (Af’al) Allah Ta’ala. Kemudian mari kita
lihat anak bayi yang masih kecil. Sewaktu masih
balita, dia belum biasa apa-apa, hanya menangis-
menangis dan menangis. Tetapi seiring bertambahnya
umur, berlalunya waktu, hari demi hari, minggu demi
minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, si
balita semakin besar. Beranjak kanak-kanak kemudian
remaja lalu menjadi pemuda dan menjadi dewasa.
Sekarang dia telah mampu melihat dengan jelas,
mendengar, berbicara bahkan berfikir untuk
menentukan kehidupannya yang akan datang. Setelah
itu, lambat laun ia menjadi seorang ayah kemudian
menjadi kakek-nenek dan kembali menjadi uzur,
menunggu panggilan Allah Ta’ala. Demikianlah
siklus kehidupan dan perkembangan diri kita ini
sebagai manusia. Hal ini semua tentulah menjadi bukti
tanda-tanda nyata bahwa segala yang kita perbuat dan
yang sedang berbuat di dalam tubuh kita ini,
16
dikendalikan oleh perbuatan (Af’al) Allah Ta’ala.
Mari kita perhatikan firman Allah Ta’ala dalam QS.
Ash-Shaffat : 96,
17
Kemudian friman Allah Ta’ala yang lain dalam QS. Al-
A’raf : 180,
وهلل األمساء احلسىن فادعوه هبا
Artinya : “Dan milik Allah Ta’ala al-Asma`ul Husna
(nama-nama yang indah), maka berdoalah kamu
kepadaNya dengan nama-nama itu”.
18
12) Al-Bari’u, Maha Melepaskan
13) Al-Mushawwir, Maha Membentuk
14) Al-Ghaffar, Maha Pengampun
15) Al-Qahhar, Maha Perkasa
16) Al-Wahhab, Maha Pemberi
17) Al-Razzaq, Maha Pemberi Rezki
18) Al-Fattah, Maha Pembuka
19) Al-‘Alim, Maha Mengetahui
20) Al-Qabidh, Maha Menggenggam
21) Al-Basith, Maha Mengurai
22) Al-Khafidh, Maha Merendahkan
23) Al-Rafi’ Maha Mengangkat
24) Al-Mu’izz, Maha Memuliakan
25) Al-Muzill, Maha Menghinakan
26) As-Sami’, Maha Mendengar
27) Al-Bashir, Maha Melihat
28) Al-Hakam, Maha Bijak
29) Al-‘Adl, Maha Adil
30) Al-Lathif, Maha Maha Lembut
31) Al-Khabir, Maha Mengetahui
32) Al-Halim, Maha Penyantun
33) Al-‘Adzim, Maha Agung
34) Al-Ghafur, Maha Pemberi Ampun
35) As-Syakur, Maha Mensyukuri
36) Al-‘Aliy, Maha Tinggi
37) Al-Kabir, Maha Besar
38) Al-Hafizh, Maha Memelihara
39) Al-Muqith, Maha Menentukan
40) Al-Hasib, Maha Menghitung
41) Al-Jalil, Maha Utama
42) Al-Karim, Maha Mulia
43) Ar-Raqib, Maha Mengawasi
44) Al-Mujib, Maha Memperkenankan
19
45) Al-Wasi’, Maha Luas
46) Al-Hakim, Maha Bijaksana
47) Al-Wadud, Maha Mencintai
48) Al-Majiyd, Maha Terhormat
49) Al-Ba’is, Maha Membangkitkan
50) As-Syahid, Maha Menyaksikan
51) Al-Haq, Maha Benar
52) Al-Wakil, Maha Pemimpin
53) Al-Qawiyy, Maha Kuat
54) Al-Matin, Maha Teguh
55) Al-Waliyy, Maha Penolong
56) Al-Hamid, Maha Terpuji
57) Al-Muhsi, Maha Menghinggakan
58) Al-Mubdi’u, Maha Memulai
59) Al-Mu’id, Maha Mengembalikan
60) Al-Muhyi, Maha Menghidupkan
61) Al-Mumitu, Maha Mematikan
62) Al-Hayyu, Maha Hidup
63) Al-Qayyum, Maha Berdiri Sendiri
64) Al-Wajid, Maha Mendapati
65) Al-majid, Maha Jaya
66) Al-Wahid, Maha Esa
67) Al-Ahad, Maha Tunggal
68) Al-Shamad, Maha Lengkap
69) Al-Qadir, Maha Kuasa
70) Al-Muqtadir, Maha Menentukan
71) Al-Muqaddim, Maha Mendahulukan
72) Al-Mu’akhkhir, Maha Mengakhirkan
73) Al-Awwal, MahaAwal
74) Al-Akhir, Maha Akhir
75) Al-Zhahir, Maha Nyata
76) Al-Bathin, Maha Tersembunyi
77) Al-Waliy, Maha Mengurusi
20
78) Al-Muta’ali, Maha Meninggi
79) Al-Bar, Maha Baik
80) Al-Tawwab, Maha Penerima Taubat
81) Al-Muntaqim, Maha Membalas
82) Al-Afuww, Maha Memaafkan
83) Al-Ra’uf, Maha Mesra
84) Malikul Mulki, Maha Penguasa kerajaan
85) Zul Jalal Wal Ikram, Maha Pemilik
Kebesaran dan Kemuliaan
86) Al-Muqsith, Maha Mengadili
87) Al-Jami’, Maha Menghimpun
88) Al-Ghaniyy, Maha Kaya
89) Al-Mughniyy, Mengkayakan
90) Al-Mani’, Maha Menghalangi
91) Ad-Dhar, Maha Memberi bahaya
92) An-Nafi’, Maha Memberi Manfaat
93) An-Nur, Maha Menerangi
94) Al-Hadi, Maha Memberi Petunjuk
95) Al-Badiy’, Maha Indah
96) Al-Baqi, Maha Mengekalkan
97) Al-Waris, Maha Mewarisi
98) Ar-Rasyid, Maha Cerdik
99) As-Shabbur, Maha Penyabar
21
kekuranganNya. Oleh karena itu, sifat-sifat Allah Ta’ala
sangat banyak, tiada terhingga dan tiada terhitung, karena
sangat sempurna dan sangat lengkap.
Akan tetapi, untuk memudahkan keimanan kita
kepada sifat-sifatNya, maka berdasarkan dalil naqli dan
dalil ‘aqli yang meyakinkan, akal kita menetapkan bahwa,
wajib Allah Ta’ala bersifat 20, mustahil bersifat 20
(sebagai lawannya) dan jaiz (boleh saja menurut akal)
Allah bersifat fi’lul mumkinat aw tarkuha, yaitu
memperbuat sesuatu atau meninggalkannya.
22
pandangan kita ke alam semesta, langit, bumi, bintang-
bintang, planet-planet, tumbuh-tumbuhan, hewan dan
diri kita sendiri. Tentu, akal kita akan menetapkan
bahwa ada yang menciptakannya, mengaturnya dan
menjaganya. Itulah Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha
Pencipta.
23
3.Baqa’ artinya kekal Allah Ta'ala. Lawannya Fana,
artinya mustahil binasa Allah Ta'ala. Dalil Naqlinya :
ُك ُّل َعَلْيهَا َفاٍن ْبق ْجُه ِّبَك ُذو ا َالِل ْاِإل ْك رَاِم
َجْل َو َو َي َى َو َر َمْن
Artinya : Segala yang ada di atas bumi akan fana, dan
kekallah Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan. (QS. Al-Rahman : 27).
24
Artinya : Tiada sesuatupun yang menyerupai Allah
Ta'ala, Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui. (QS. Al-Syura : 11).
25
butuh kepada pertolongan dan bantuan. Seperti adanya
malaikat bukan penolong atau membantu Allah dalam
mengatur dan menciptakan. Tetapi adanya malaikat
menunjukkan kekayaan dan kebesaran Allah Ta’ala.
Maha Suci Allah dari bantuan dan pertolongan.
26
7.Qudrat artinya Berkuasa Allah Ta'ala. Lawannya
al-'Ajzu, artinya mustahil lemah Allah Ta'ala.
Dalil Naqlinya :
ٍء َقِد ُك ىَل ا َّنِإ
ٌرْي ْي َش ِّل َع َهلل
Artinya : Sesungguhnya Allah atas segala sesuatu Maha
Berkuasa.
27
Dalil ‘Aqlinya : bila kita perhatikan lagi semua yang
terjadi di alam semesta ini, maka sangat tersusun rapi
dan sangat tertib. Tidak ada benturan dan kesalahan.
Tentu akal kita menetapkan bahwa semua hal itu telah
direncanakan, dan sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala.
Jika perbuatan Allah Ta’ala di alam ini diperintah atau
ditentukan, maka pastilah Dia terpaksa berbuat. Kalau
Dia terpaksa berbuat, maka Dia lemah, dan hal itu
mustahil. Dari itu, kita mengetahui bahwa yang
berkehendak dalam menentukan segala sesuatu hanya
Allah Ta’ala semata.
ُّي
ْو ُم َق لْا ُّي ا ُه َّالِإ َهَلِإ اُهلل َال
َو َحْل
Artinya : Allah, tiada tuhan selain Dia Yang Maha
Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri.
(QS. Al-Baqarah : 255).
28
alam semesta ini tidak mati, sebab alam ini telah teratur
dan terkendali. Dari itu, kita mengetahui, bahwa Allah
Ta’ala Maha Hidup, tidak mengalami mati, hancur
ataupun binasa.
29
tidak memiliki ilmu. Dari itu, kita mengetahui bahwa
Allah Ta’ala Maha Berilmu dan Maha Mengetahui
segala makhlukNya.
30
Dalil ‘Aqlinya : bila Allah Ta’ala buta dan tidak melihat,
maka bagaimana bisa Dia melihat perbuatan
makhluknya, dan bagaimana bisa Dia menetapkan siapa
yang mendapat pahala dan siapa yang mendapat dosa.
Tentu akal kita menetapkan bahwa Allah Ta’ala Maha
Melihat, mustahil buta, karena buta adalah sifat
kekurangan. Padahal kita telah mengetahui bahwa Allah
Ta’ala sangat sempurna.
31
14.Kaunuhu Qadiran, lawannya Kaunuhu 'Ajizan,
dalilnya sama dengan sifat Qudrat
15.Kaunuhu Muridan, lawannya Kaunuhu Mukrihan,
dalilnya sama dengan sifat Iradat
16.Kaunuhu Hayyan, lawannya Kaunuhu Mayyitan,
dalilnya sama dengan sifat Hayat
17.Kaunuhu 'Aliman, lawannya Kaunuhu Jahilan,
dalilnya sama dengan sifat ‘Ilmu
18.Kaunuhu Sami'an, lawannya Kaunuhu Ashomma,
dalilnya sama dengan sifat Sama’
19.Kaunuhu Bashiran, lawannya Kaunuhu A'ma,
dalilnya sama dengan sifat Bashar
20.Kaunuhu Mutakalliman, lawannya Kaunuhu
Abkama., dalilnya sama dengan sifat Kalam
32
bagiNya dan tiada pula yang mustahil. Segala sesuatu yang
telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi
hanya Jaiz menurut ketetapan akal bagi Allah Ta’ala,
karena segala sesuatu berada di bawah kendali Allah
Ta’ala, kekuasaanNya, kehendakNya dan ‘IlmuNya.
Sebagaimana firmanNya dalam QS. Al-Qishash : 68 yaitu,
33
4) Mumkin ‘Alimahu Allah Annahu Lam Yujad (ممكن علمه
34
karuniaNya. Perbuatan ta’at tidak dapat memberi
bekas untuk mendapatkan pahala atau surga. Begitu
juga perbuatan maksiat tidak dapat memberi bekas
untuk terkena azab atau masuk neraka. Semua berlaku
atas kebijaksanaan Allah Ta’ala dan keadilanNya.
4) Jaiz menurut Akal, bahwa Allah Ta’ala mengutus para
Nabi dan Rasul ke dunia ini. Tidak wajib bagi Allah
dan tidak pula mustahil. Diutusnya para Nabi dan
Rasul ke dunia ini hanyala merupakan kasih sayang
Allah kepada hambaNya.
5) Jaiz menurut Akal, bahwa Allah Ta’ala dapat dilihat
kelak di hari akhirat, karena Dia mempunyai wujud.
Setiap yang berwujud jaiz menurut Akal untuk dilihat.
Sedangkan di dunia hanya Nabi Muhammad saw yang
dapat melihat Allah secara langsung, karena ia diberi
Allah kemampuan untuk melihatNya.
35
1. Berdasarkan fungsi dan tugasnya dalam 4 kelompok,
yaitu :
a) Kelompok sifat nafsiyyah (يةEE )الصفة النفسyaitu sifat
Allah Ta’ala yang berfungsi menunjukkan wajib ada
pada Zat Allah, selama Zat itu tidak dikarenakan oleh
suatu karena. Artinya, selama Zat Allah ada, maka
sifat wujud akan tetap ada, dan wujud itu ada tidak
dikarenakan oleh sesuatu alasan apapun. Kelompok
sifat nafsiyyah hanya satu yaitu Wujud dengan
mustahilnya ‘adam.
b) Kelompok sifat-sifat salabiyyah ( )الصفة السلبيةyaitu
sifat-sifat Allah Ta’ala yang berfungsi meniadakan
segala yang tidak layak dan tidak pantas bagi Allah
Ta’ala. Kelompok sifat-sifat salabiyyah ada 5, yaitu :
1. Qidam mustahil Hudus
2. Baqa’ mustahil Fana’
3. Mukhalafutuhu Lil Hawadis mustahil
Mumasalatuhu Lil Hawadis
4. Qiyamuhu Binafsihi mustahil Qiyamuhu
Bighairihi
5. Wahdaniyyah mustahil Ta’addud
c) Kelompok sifat-sifat Ma’ani (انيEEفة المعEE )الصyaitu
sifat-sifat Allah Ta’ala yang berfungsi memestikan
adanya pekerjaan lain, setelah ia ada dan berdiri pada
Zat Allah Ta’ala. Artinya kelompok sifat Ma’ani ini
36
memestikan adanya hukum dan perbuatan selain
berdiri pada Zat Allah Ta’ala. Boleh juga dikatakan
bahwa kelompok sifat Ma’ani ini menuntut adanya
pekerjaan, selain berdiri pada Zat Allah Ta’ala.
Kemestian atau tuntutan terhadap hukum atau
pekerjaan itu dinamakan dengan Ta’alluq. Oleh
karenanya, hanya kelompok sifat Ma’ani ini yang
mempunyai ta’alluq, karena ia berkaitan dan
berhubungan langsung dengan makhluk. Kelompok
sifat-sifat Ma’ani ini ada 7, yaitu :
1. Qudrat mustahil ‘Ajzun
2. Iradat mustahil Karahiyyah
3. Hayat mustahil Maut
4. ‘Ilmun mustahil Jahlun
5. Sama’ mustahil Bukmun
6. Bashar mustahil ‘Umyun
7. Kalam mustahil Shummun
Kemudian, sifat-sifat Ma’ani ini ta’alluq kepada
hukum akal yang tiga yaitu wajib, mustahil dan jaiz.
Hubungan atau kaitan tersebut, berbentuk tuntutan
untuk menetapkan suatu hukum atau perbuatan
kepada hukum akal yang tiga. Yaitu :
1) Ta’alluq sifat Qudrat dan Iradat kepada segala yang
jaiz (al-Mumkinat). Ta’alluq sifat Qudrat disebut
ta’alluq Ta’sir (memberi bekas) yaitu menciptakan
37
mumkinat atau tidak menciptakannya. Sedangkan
ta’alluq sifat Iradat disebut ta’alluq Takhshish yaitu
menentukan pilihan di antara banyak pilihan bagi
mumkinat. Tidak ta’alluq keduanya kepada yang
wajib dan yang mustahil, karena akan terjadi
tahsilul hasil. Yaitu menciptakan atau menentukan
sesuatu yang memang sudah ada (wajib adanya),
atau yang memang tidak ada (mustahil adanya).
2) Ta’alluq sifat Sama’ dan Bashar kepada yang wajib
dan yang jaiz (al-Maujudat). Ta’alluq kedua sifat
ini dinamakan ta’alluq Inkisyaf, yaitu terbuka bagi
Sama’ dan Bashar Allah Ta’ala segala yang wajib
dan segala yang jaiz. Artinya dengan ta’alluq
inkisyaf sifat sama’ dan bashar, Allah Ta’ala
mendengar diriNya dan melihat diriNya. Allah
Ta’ala juga mendengar dan melihat segala yang jaiz
yaitu makhlukNya. Tidak ta’alluq keduanya kepada
yang mustahil, karena sesuatu yang mustahil tidak
mungkin didengar dan tidak mungkin dilihat.
3) Ta’alluq sifat Ilmu dan Kalam kepada yang wajib,
yang mustahil dan yang jaiz. Ta’alluq sifat Ilmu
dinamakan ta’alluq Inkisyaf, yaitu terbuka bagi
Ilmu Allah Ta’ala segala sesuatu dari yang wajib,
mustahil dan jaiz. Sedangkan ta’alluq sifat Kalam
dinamakan ta’alluq dilalah, yaitu Allah Ta’ala
38
memberi petunjuk dengan kalamNya kepada segala
sesuatu dari yang wajib, mustahil dan jaiz.
4) Sifat Hayat tidak memiliki ta’alluq, karena ia
merupakan syarat syah berdirinya sifat Ma’ani yang
enam pada diri Allah Ta’ala. Di samping itu, ia juga
merupakan syarat berfungsinya semua ta’alluq sifat
Ma’ani. Oleh karena itu, sifat Hayat merupakan
syarat berlakunya semua ta’alluq sifat-sifat Ma’ani.
d) Kelompok sifat-sifat Ma’nawiyyah (ةEEفة المعنويEE)الص
yaitu sifat-sifat Allah Ta’ala yang menzahirkan atau
membuat kenyataan bagi sifat-sifat Ma’ani. Ia terlahir
setelah adanya sifat-sifat Ma’ani. Artinya antara sifat-
sifat Ma’ani dan sifat-sifat Ma’nawiyyah saling
berlaziman, tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya
sifat Ma’ani, maka timbullah sifat Ma’nawiyyah.
Seperti ketika Allah Ta’ala hendak menciptakan
seseorang dengan sifat QudratNya (Ma’ani) maka
lahirlah sifat Qadirun (Ma’nawiyyah) yang bekerja
untuk merealisasikan ciptaan tersebut. Sehingga
kelihatanlah hasil ciptaan itu. Demikian juga halnya
dengan sifat-sifat Ma’ani yang lain. Kesimpulannya,
sifat-sifat Ma’ani ada dan berdiri pada Zat Allah
Ta’ala. Sedangkan sifat-sifat ma’nawiyyah ada dan
berada di dalam sifat-sifat Ma’ani. Kelompok sifat-
sifat Ma’nawiyyah ini juga ada 7, yaitu :
39
1. Kaunuhu Qadiran mustahil Kaunuhu ‘Ajizan
2. Kaunuhu Muridan mustahil Kaunuhu Mukrihan
3. Kaunuhu Hayyan mustahil Kaunuhu Mayyitan
4. Kaunuhu ‘Aliman mustahil Kaunuhu Jahilan
5. Kaunuhu Sami’an mustahil Kaunuhu Abkam
6. Kaunuhu Bashiran mustahil Kaunuhu A’Ma
7. Kaunuhu Mutakalliman mustahil Kaunuhu
Ashamma
40
8. Kalam mustahil Shummun
9. Kaunuhu Sami’an mustahil Kaunuhu Abkam
10. Kaunuhu Bashiran mustahil Kaunuhu A’ma
11. Kaunuhu Mutakalliman mustahil Kaunuhu
Ashamma
Dari bagian sifat istighna’ ini, maka muncullah
konsekuensi dari Maha Kaya Allah atas segala
sesuatu, yakni :
1. جواز الفعل والرتكx وجوب الفعل والرتك
(Boleh saja Allah Berbuat atau tidak, mustahil Wajib
Allah berbuat atau tidak)
2. منزه عن األغراض يف األفعال واألحكامx حمتاج إىل األغراض يف
األفعال واألحكام
(Allah tidak mengambil faedah dari perbuatan dan
hukumNya, mustahil Allah mengambil faedah dari
perbutan dan hukumNya).
3. التأثري بقوته من الكائناتx فيه تأثري بقوته من الكائنات
(Tiada memberi bekas dengan kekuatannya dari
segala sesuatu, mustahil dapat memberi bekas
dengan kekuatannya dari segala sesuatu)
41
membutuhkan dan berhajat kepada Allah Ta’ala.
Sifat-sifat yang menunjukkan iftiqar ini adalah :
1. Wahdaniyyah mustahil Ta’addud
2. Hayat mustahil Maut
3. ‘Ilmu mustahil Jahl
4. Qudrat mustahil ‘Ajzun
5. Iradat mustahil Karahiyyah
6. Kaunuhu Hayyan mustahil Kaunuhu Mayyitan
7. Kaunuhu ‘Aliman mustahil Kaunuhu Jahilan
8. Kaunuhu Qadiran mustahil Kaunuhu ‘Ajizan
9. Kaunuhu Muridan mustahil Kaunuhu Mukrihan
Dari sifat iftiqar ini, maka muncullah konsekuensi dari
butuhnya segala sesuatu kepada Allah Ta’ala, yakni :
1. حدوث العاملx بقاء العامل
(Baharu alam ini, mustahil kekal alam ini)
2. التأثري بطبيعته من الكائناتx فيه تأثري بطبيعته من الكائنات
(Tiada memberi bekas dengan tabiatnya segala
sesuatu, mustahil Dapat memberi bekas dengan
tabiatnya segala sesuatu)
Akhirnya, bagian sifat iftiqar berjumlah 22 sifat,
terdiri dari 18 sifat Allah yang wajib dan yang
mustahil, dan 4 lawazim iftiqar yang wajib dan yang
mustahil.
42
hati bahwa Zat Allah Ta’ala itu ada, tunggal, tidak
berubah-ubah dan tidak terpaut dengan waktu dan tempat.
Zat Allah Ta’ala sangat berbeda dengan segala ciptaanNya,
sangat sempurna dan sangat lengkap, karena Dia memiliki
Af’al, Asma` dan sifat-sifat yang sangat sempurna.
Tidak boleh tergambar ataupun terbayang dalam
fikiran akan kekuranganNya, dan memang Zat Allah Ta’ala
itu tidak pernah kekurangan. Akal fikiran kita tidak akan
mampu mencapai hakikat ZatNya, karena sangat
sempurnanya Zat Allah Ta’ala. Bagi kita, cukuplah
memahami dan mengerti, bahwa dengan adanya Af’al,
Asma` dan sifat-sifat Allah Ta’ala yang sempurna itu,
tentunya menunjukkan adanya Zat Allah Ta’ala Yang
Maha Sempurna Lagi Maha Suci.
Marilah kita renungkan kisah Nabi Musa as dalam
QS. Al-A’raf : 143, yang memohon kepada Allah Ta’ala
agar dapat menjangkau wujud ZatNya, tetapi ia tidak dapat
menjangkaunya, bahkan Nur Ilahi yang memancar kepada
Nabi Musa as juga tidak dapat dijangkaunya. Sungguh
Maha Suci Allah Ta’ala dari segala kekurangan. Hanya
kepadaNya kita menyerahkan diri.
وملا جاء موسى مليقاتنا وكلمه ربه قال رب أرين أنظر إليك قال
لن ت راين ولكن انظ ر إىل اجلب ل ف إن استقر مكان ه فس وف ت راين
43
فلم ا جتلى رب ه للجب ل جعل ه دك ا وخ ر موسى ص عقا فلم ا أف اق
.قال سبحانك تبت إليك وأنا أول املؤمنني
Artinya : “Dan tatkala Musa datang bermunajat pada waktu
yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
kepadanya, berkatalah Musa, Ya Tuhanku, tampakkanlah
diriMu kepadaku agar aku dapat melihatMu, Tuhan
berfirman, kamu sekali-kali tidak akan sanggup melihatKu,
tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya
niscaya kamu dapat melihatKu, tatkala Tuhan menyatakan
NurNya kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan, maka setelah
Musa sadar kembali, dia berkata, Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepadaMu dan aku adalah orang yang pertama-
tama beriman”.
Melalui kisah Nabi Musa as tersebut, cukuplah bagi
kita meyakini dan mempercayai ada wujud Zat Allah
Ta’ala. Tidak perlu kita mencari-cari hakekat wujud
ZatNya, sebab akal dan fikiran kita tidak akan mampu
menjangkauNya. Demikianlah beberapa pokok-pokok
kepercayaan yang harus diimani oleh setiap mukmin dalam
meneguhkan keimanan kepada Zat Allah Ta’ala.
44
Berdasarkan uraian-uraian yang telah lalu, maka
kita ambil kesimpulan bahwa beriman kepada Allah Ta’ala
mestilah melalui 4 jalan, yaitu :
1. Iman kepada Af’al Allah Ta’ala. Terkandung di
dalamnya 2 akidah.
2. Iman kepada Asma’ Allah Ta’ala. Terkandung di
dalamnya 99 akidah.
3. Iman kepada sifat-sifat Allah Ta’ala. Terkandung di
dalamnya 51 akidah, dengan rincian 28 sifat yang
menunjukkan Istighna’, 22 sifat yang menunjukkan
Iftiqar dan 1 sifat yang menunjukkan hal jaiz bagi hak
Allah Ta’ala
4. Iman kepada Zat Allah Ta’ala.
Ke empat jalan beriman kepada Allah Ta’ala ini,
kita himpun semuanya di dalam penyaksian kita, melalui
ucapan kita dalam syahadat tauhid, karena dengan
meyakini dan mempercayainya, maka iman kita akan
semakin kuat, teguh dan kokoh, terbebas dari syirik, kufur
dan nifaq. Yaitu :
45
3. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut dituju
melainkan Allah.
4. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang Maha Kaya
atas segala sesuatu, dan segala sesuatu
membutuhkannya, melainkan Allah.
5. Aku bersaksi bahwa Tiada Zat Yang Wajibul Wujud
selain Allah.
Demikian Iman kita kepada Allah Ta’ala. Mudah-mudahan
kita diberi Allah kemudahan dan kelapangan dalam
beribadah, sebagai bukti keimanan kita kepadaNya.
(Pasal Kedua)
IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH TA’ALA
A.Pengertiannya
Iman kepada malaikat Allah Ta’ala adalah
meyakini dan mempercayai dengan sepenuh hati bahwa
Allah Ta’ala menciptakan malaikat untuk mengabdikan diri
kepadaNya. Mereka beriman kepada Allah dan senantiasa
taat kepadaNya. Mereka tidak pernah membantah perintah
Allah dan tetap melaksanakan segala yang
diperintahkanNya. Tubuh mereka halus, tidak sama dengan
manusia atupun jin. Mereka sejenis makhluk halus yang
tercipta dari nur. Umumnya mereka berada di langit, dan
46
memiliki tugas yang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat
martabatnya.
B.Dalilnya
Firman Allah Ta’ala dalam QS. Al-Baqarah : 286,
1. Ciri-ciri malaikat
Bila kita memperhatikan ayat-ayat Al-Quran dan
hadis-hadis Rasul saw, maka akan diketahui bahwa para
malaikat memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya
dengan makhluk Allah yang lain. Di antara ciri-ciri
malaikat tersebut adalah :
a. Para malaikat tercipta dari cahaya. Walaupun di dalam
Al-Quran tidak ditemukan ayat yang secara tegas
menyatakan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya,
tetapi ada riwayat hadis Rasul saw oleh Imam
47
Muslim, Ahmad, Tirmizi dan Ibn Majah dari istri
Rasul saw ‘Aisyah menyatakan bahwa para malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang
berkobar dan manusia diciptakan dari tanah.
b. Para malaikat memiliki kemampuan merubah bentuk
ke bentuk-bentuk yang lain. Bahkan mereka mampu
berbentuk layaknya seorang manusia. Ini banyak
ditemukan dalam kisah-kisah para rasul. Seperti kisah
Nabi Ibrahim as yang pernah didatangi malaikat
dalam bentuk manusia. Diceritakan dalam QS. Al-
Zariyat : 24-30. Kemudian kisah Nabi Luth dalam QS.
Hud : 77-83. Kisah Maryam bunda Nabi Isa yang
dikunjungi oleh malaikat Jibril diceritakan dalam QS.
16-22.
c. Para malaikat tidak memiliki jenis kelamin.
Karenanya, mereka tidak memiliki nafsu seksual,
tidak berhubungan seks dan tidak pula beranak cucu.
Ini diketahui dari bantahan Al-Quran terhadap dugaan
musyrikin bahwa para malaikat itu berjenis kelamin
perempuan. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala dalam
QS. Al-Zukhruf : 19-20 dan QS. Al-Shaffat : 149-156.
d. Para malaikat tidak makan dan tidak minum. Bahkan
aroma makanan pun ada yang tidak mereka sukai.
Seperti dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam
Muslim, bahwa Nabi Muhammad saw melarang
48
membawa aroma bawang merah atau bawang putih ke
mesjid, karena tidak disukai malaikat. Perhatikan juga
kisah Nabi Ibrahim as dalam QS. Hud : 70, bahwa ia
menawarkan makan kepada malaikat, tetapi mereka
tidak mau bahkan menjamahnya juga tidak.
e. Para malaikat tidak pernah jemu beribadah dan tidak
pernah letih. Kecenderungan untuk senantiasa
beribadah bisa difahami karena para malaikat tidak
memiliki hawa nafsu dan mereka bersifat ruhani. Oleh
karena itu, mereka senantiasa beribadah dan tidak
pernah jemu. Ini dijelaskan dalam QS. Al-Tahrim : 6
dan QS. Al-Anbiya’ : 20.
f. Para malaikat tidak pernah melakukan dosa, apalagi
membantah perintah Allah. Ini dijelaskan dalam QS.
Al-Tahrim : 6 dan al-nahl : 15.
g. Para malaikat bila berbentuk manusia maka mereka
berpenampilan gagah, perkasa, rapi, bersih, harum dan
sangat agung. Banyak sekali riwayat-riwayat yang
menceritakan tentang hal ini. Seperti kisah malaikat
Jibril yang berpenampilan sangat agung datang
kepada Nabi saw dan mengajarkan tentang Iman,
Islam dan Ihsan. Kemudian dalam QS. Al-Najm : 6,
malaikat Jibril disebut Zu Mirrah artinya sangat
gagah. Begitu juga dengan kisah-kisah malaikat yang
lain.
49
2. Jumlah dan Tingkatan para malaikat
Hanya Allah sendiri yang mengetahui jumlah
malaikat dan tingkat martabat mereka. Tidak ada
seorangpun makhluk yang dapat mengetahuinya. Para
malaikat sangat banyak jumlahnya. Mereka bersaf-saf,
bergerombol-gerombol bahkan berkelompok-kelompok.
Mari kita perhatikan firman Allah dalam QS. Ash-Shaffat :
1-4,
50
Kemudian renungkan juga firman Allah Ta’ala
dalam QS. 1-6,
51
dalam QS. Al-Baqarah : 97-98, Az-Zukhruf : 77 dan As-
Sajadah : 11.
4) Para malaikat yang mengurusi semua keperluan alam
semesta. Mereka bekerja mengatur urusan semua
makhluk di alam ini. Lihat QS. Al-Nazi’at : 5.
5) Para malaikat yang menjaga manusia. Mereka mengatur
dan mengurus manusia. Meraka sering mengingatkan
manusia di dalam hatinya terhadap perbuatan buruk
yang akan mereka lakukan. Lihat QS. Al-Infithar : 10-
12.
52
2) Malaikat Mikail as bertugas membagi-bagikan rezeki
kepada seluruh makhluk. Termasuk menurunkan hujan,
angin, membagikan makanan dan minuman.
3) Malaikat Israfil as bertugas meniup terompet sangkakala
ketika hari kiamat telah tiba. Sepanjang riwayat Malaikat
Israfil as hanya satu kali turun ke bumi, untuk memberi
penghormatan kepada baginda Rasulullah Muhammad
saw.
4) Malaikat Izrail as bertugas mencabut ruh dari setiap
yang bernafas. Tugas ini dilaksanakannya sesuai dengan
ketentuan dan waktu yang telah ditetapkan Allah Ta’ala.
5) Malaikat Raqib as bertugas mencatat semua amal
perbuatan dan ucapan yang baik dari diri manusia.
6) Malaikat ‘Atid as bertugas mencatat semua amal
perbuatan dan ucapan yang buruk dari diri manusia.
7) Malaikat Munkar as bertugas menanyai setiap orang
yang telah meninggal di dalam kuburnya. Walaupun
kuburnya tidak diketahui, atau bahkan jasadnya hancur
tidak ditemukan lagi.
8) Malaikat Nakir as bertugas menghukum dengan pukulan
siapa saja yang tidak mampu menjawab pertanyaan
kubur. Kedua malaikat ini (Munkar dan Nakir) datang
bersama-sama, menanyai orang di dalam kubur tentang
Tuhannya, Nabinya, Agamanya dan semua
perbuatannya.
53
9) Malaikat Ridhwan as bertugas menjaga syurga,
mempersiapkan segala kenikmatan yang ada di dalam
syurga dan melayani siapa saja yang nantinya masuk
syurga.
10) Malaikat Malik as bertugas menjaga neraka,
mempersiapkan segala siksaan yang akan diberlakukan
di dalam neraka, dan menyiksa siapa saja yang masuk ke
dalamnya.
54
Bangsa jin ada yang muslim dan ada juga yang
kafir. Ini merujuk kepada pengakuan mereka sendiri,
seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Jin : 14,
وأنا منا املسلمون ومنا القاسطون فمن أسلم فأولئك حتروا رشدا
Artinya : “Dan sesungguhnya di antara kami ada yang
muslim dan ada juga yang menyimpang. Siapa yang taat
maka mereka benar-benar telah memilih jalan yang lurus.”
55
Oleh karena itu, bangsa Jin juga memiliki ciri-ciri,
antara lain :
1) Bangsa jin tercipta dari bara api yang berkobar-kobar,
sehingga sifat mereka terwarisi dari asal penciptaanya,
yaitu panas, menyala-nyala, membakar dan suka
menghancurkan. Lihat QS. Ar-Rahman : 15 dan QS. Al-
Hijr : 27.
2) Bangsa jin mampu berbentuk dengan berbagai bentuk.
Terutama bentuk binatang, sesuatu yang menakutkan
atau sesuatu yang menjijikkan. Ini banyak sekali
diriwayatkan di dalam hadis-hadis Rasulullah saw.
Seperti dalam HR. Ibnu Hibban bahwa Rasulullah saw
menyatakan bahwa jin dapat berbentuk seperti ular.
Dalam HR. Muslim dari Abu Qilabah juga dinyatakan
bahwa Rasulullah saw memerintahkan untuk membunuh
anjing yang berwarna hitam, karena diduga jelmaan jin
kafir.
3) Bangsa jin juga makan, minum, berkelamin (laki-
perempuan), beranak-cucu (menikah), membentuk
keluarga dan juga mengalami kematian. Lihat QS. Ar-
Rahman : 46-52. Dalam HR. al-Baihaqi dari Ibnu
Mas’ud bahwa Rasulullah saw pernah menyatakan
bahwa di suatu ketika telah datang kepadanya 15
bersaudara dari bangsa jin beserta keponakan-keponakan
56
mereka, yang meminta Rasul saw untuk mengajari
mereka tentang Al-Quran.
4) Bangsa jin mampu mengarungi angkasa, bekerja dengan
pekerjaan-pekerjaan yang sangat berat dan mereka tidak
mengetahui hal-hal yang ghaib. Lihat QS. Al-Hijr : 17-
18, QS. As-Saba’ : 12-14 dan QS. Al-Jin : 8-10.
5) Bangsa jin juga mendapat beban Taklif syara’ dan harus
menerima kenabian Rasulullah Muhammad saw. Di
antara mereka ada yang masuk syurga dan ada juga yang
masuk ke dalam neraka. Lihat QS. Al-Jin : 13 dan 15-17.
Demikianlah sekelumit keterangan yang dapat kita
paparkan tentang bangsa jin. Adapun syeithan adalah
makhluk Allah Ta’ala juga yang tidak tampak oleh mata.
Secara bahasa kata syeithan berarti membangkang,
menjauh atau menghindar. Oleh karena itu, setiap perilaku
yang menjauh dari ajaran agama sering dinamakan
syeithan. Di samping itu, syeithan lebih mudah difahami
sebagai sifat buruk yang ada di dalam diri manusia ataupun
bangsa jin. Manusia syeithan adalah manusia yang selalu
berperangai buruk. Demikian juga jin yang bersyeithan
adalah jin yang berperangai buruk dan membangkang dari
perintah Allah Ta’ala. Inilah yang diisyaratkan Al-Quran
dalam QS. Al-An’am :112,
57
وك ذالك جعلنا لك ل ن يب عدوا ش ياطني اإلنس واجلن يوحي
بعض هم إىل بعض زخ رف الق ول غ رورا ولوش اء رب ك م افعلوه
فذرهم وما يفرتون
Artinya : “Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi
itu musuh, yaitu syeithan-syeithan berjenis manusia dan
jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang
lain perbuatan-perbuatan yang indah untuk menipu, jikalau
Allah menghendaki niscaya mereka tidak akan
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka adakan.”
58
untuk berlindung kepada Allah dari mereka. Lihat QS.
An-Nas : 1-6. Untuk memudahkan kita, syeithan punya 6
cara dalam menjerumuskan manusia, yaitu :
Pertama. Mengajak manusia syirik kepada Allah
Kedua. Mengajak manusia berbuat durhaka yang akan
membawa kepada kufur.
Ketiga.Mengajak manusia berbuat dosa-dosa besar.
Keempat. Mengajak manusia berbuat dosa-dosa kecil.
Kelima. Mengajak manusia berbuat sesuatu yang
tidak ada manfaatnya
Keenam. Menghalangi manusia melakukan sesuatu
yang bermanfaat atau berfaedah.
2) Syeithan senantiasa menipu manusia, dengan cara
menerbitkan di dalam hati manusia bayang-bayang indah
yang penuh pesona kepalsuan, hingga manusia
terperdaya kepadanya serta mengikuti apa yang
dibisikkannya. Lihat QS. Al-Baqarah : 268).
3) Syeithan meninggalkan jejak kepada setiap manusia.
Dengan jejak tersebut, meraka mengharap agar manusia
mengikutinya, sehingga manusia larut dalam membaca
jejak-jejak mereka. Lihatlah dalam QS. Al-Baqarah :
208.
4) Syeithan selalu menghasud untuk saling bermusuhan,
bertengkar dan mengadu domba, hingga akhirnya
59
manusia lupa bahwa ia terjebak dalam hasutan syeithan.
Lihat QS. Al-Maidah : 90-91.
5) Syeithan menanamkan was-was dalam hati manusia
sehingga manusia akan selalu terganggu, cemas, ragu-
ragu bahkan kehilangan tekad hati dalam beramal dan
beribadah. Lihat QS. Fushshilat : 36.
Demikianlah di antara keterangan yang dapat kita
peroleh tentang syeithan. 88 kali kata syeithan disebutkan
di dalam Al-Quran. Semuanya memaparkan sifat-sifat
syeithan. Lalu tidak kurang 10 kali kita diingatkan Allah
bahwa syeithan itu adalah musuh manusia, maka janganlah
tergoda kepada rayuan mereka.
Seperti yang telah dipaparkan bahwa syeithan
adalah anak keturunan Iblis, maka kita juga perlu
mengetahui mereka dan tugas-tugasnya, agar kita dapat
berlindung kepada Allah dari pengaruh mereka.
Berdasarkan riwayat sahabat Nabi saw, Umar Ibn Khattab
ra bahwa Syeithan anak-anak Iblis tersebut adalah :
1) Syeithan Zalitun bertugas mengganggu pasar dalam
transaksi jual-beli, dengan cara menyuruh untuk
melakukan penipuan dagang, kecurangan timbangan dan
sumpah palsu.
2) Syeithan Zalanbur bertugas merusak rumah tangga
keluarga muslim. Dia menghasud suami atau istri untuk
60
bertengkar dan bermusuhan, hingga akhirnya terjadi
perceraian.
3) Syeithan Watsin atau dinamakan juga syeithan Tabr
bertugas menghancurkan kesabaran orang yang tertimpa
musibah, hingga akhirnya dia tidak menerima takdir
Allah Ta’ala.
4) Syeithan A’wan bertugas menggoda para penguasa
untuk bertindak zalim.
5) Syeithan Haffal bertugas membujuk manusia untuk
meminum minuman keras.
6) Syeithan Murrah bertugas merayu manusia agar sibuk
bermain seruling atau bermain musik, hingga lupa waktu
dan lalai beribadah kepada Allah.
7) Syeithan Laqus dan syeithan Laqis bertugas menggoda
manusia agar menyembah api.
8) Syeithan A’war bertugas merayu manusia untuk berbuat
zina, atau melakukan segala perbuatan yang mengarah
kepada zina.
9) Syeithan Wasnan bertugas membuat manusia
mengantuk, malas dan merasa berat untuk bangun tidur
guna beribadah kepada Allah.
10) Syeithan Abyadh bertugas merayu, menggoda dan
mengganggu para Nabi, Wali dan para Ulama.
11) Syeithan Masuth atau dinamakan juga syeithan
Mathun bertugas menyebarkan berita-berita palsu dan
61
bohong lewat mulut manusia, sehingga kebenaran
berita tersebut hilang tidak dapat ditemukan lagi.
12) Syeithan Dasim bertugas menyelinap ke segala
perbuatan manusia yang tidak diiringi dengan Nama
Allah. Dia masuk ke dalam rumah yang tidak
diucapkan salam dan tidak pernah dibacakan ayat Al-
Quran. Dia juga ikut makan-minum tanpa Bismillah,
bahkan ia juga ikut masuk ke dalam pakaian yang
dipakai tidak dengan Nama Allah.
13) Syeithan Walhan bertugas mengganggu manusia ketika
berwudhu’, sehingga air yang digunakannya
berhamburan, akibat mubazir air.
14) Syeithan Khanzab bertugas mengganggu manusia
ketika shalat. Ia melalaikan manusia dari khusyu’
shalat hingga si manusia shalat dalam keraguan.
Sedangkan Iblis berasal dari golongan jin,
sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Kahfi : 50.
Secara bahasa, kata “Iblis” berasal dari “Ablasa-Yublisu”,
artinya putus asa. Ada yang mengatakan bahwa kata “Iblis”
berasal dari “Balassa” artinya tidak memiliki kebaikan,
karena semua tindakannya tidak ada yang baik. Dalam
suatu riwayat disebutkan bahwa dulunya Iblis bernama
‘Azazil, tetapi setelah dia enggan sujud patuh dan tunduk
menghormati Adam, maka Allah Ta’ala mengganti
namanya menjadi Iblis.
62
Iblis adalah moyang syeithan. Dia hanya satu
orang, karena Al-Quran menyebutkan kata “Iblis” hanya
dalam bentuk kata mufrad. Berbeda dengan syeithan, yang
berjumlah banyak, sesuai dengan penyebutannya secara
jama’ dalam Al-Quran. Iblislah yang melahirkan syeithan-
syeithan. Tetapi Iblis juga hamba Allah Ta’ala, makhluk
yang diciptakanNya. Dia tidak dapat dilihat oleh mata,
karena sifatnya ghaib (makhluk halus). Kecuali dia sendiri
yang menampakkan wujudnya kepada manusia, seperti di
dalam kisah-kisah Rasul yang pernah di datangi oleh Iblis.
Nabi Nuh as pernah didatangi Iblis dalam wujud seorang
tua, Nabi Musa as juga pernah didatangi iblis dalam wujud
seseorang yang memakai topi berwarna-warni. Begitu juga
para Nabi yang lain.
Iblis adalah makhluk Allah yang membangkang,
ketika Allah memerintahkan untuk sujud patuh dan tunduk
menghormati kepada Nabi Adam as. Dia merasa dirinya
lebih mulia dan lebih hebat dari Adam, sehingga dia
menyombongkan diri dan enggan untuk tunduk kepada
Adam. Ini diceritakan dalam QS. Al-Baqarah : 34 dan QS.
Al-Isra’ : 61. Selain itu, Iblislah yang menjerumuskan
Adam dan istrinya dari syurga, dengan berbagai tipu daya
yang dilontarkannya, sehingga Adam dan istrinya
diturunkan Allah Ta’ala ke muka bumi ini. Hal ini juga
dikisahkan dalam QS. Al-Baqarah : 35-38.
63
Setelah itu Adam dan keturunannya tetap akan
bermusuhan dengan Iblis dan syeithan keturunannya,
hingga masa yang ditentukan Allah Ta’ala. Untuk itu,
Allah Ta’ala menetapkan beberapa ketentuan bagi Iblis
setelah terusir dari syurga, yaitu :
1) Allah menetapkan bahwa Iblis beserta seluruh
keturunannya adalah makhluk yang hina dan terkutuk.
Mereka dipastikan menjadi penghuni neraka, dan
mereka diusir Allah Ta’ala dari syurga untuk menetap di
muka bumi ini hingga masa yang ditentukan Allah. Lihat
QS. Al-Baqarah : 36-39 QS. Al-A’raf : 13 dan QS. Al-
Hijr : 34-35.
2) Allah Ta’ala memberikan waktu hidup yang panjang
bagi Iblis hingga hari akhirat, demi menjerat manusia
agar menjadi pengikutnya masuk ke dalam neraka. Lihat
QS. Al-A’raf : 15 dan QS. Shad : 79-81.
3) Allah Ta’ala mempersilakan Iblis untuk mencari
pengikutnya dari kalangan manusia-manusia yang ingkar
kepada Allah. Lihat QS. Shad : 82-83 dan QS. Al-Isra’ :
63-64.
4) Allah Ta’ala menetapkan bahwa manusia selama
hidupnya akan tetap bermusuhan dengan Iblis. Lihat QS.
Al-A’raf : 16 dan QS. Thaha : 117.
Adapun di antara sifat-sifat Iblis adalah :
64
1) Iblis diciptakan Allah dari api yang menyala-nyala,
sehingga sifatnya sama dengan sifat api yang menyala-
nyala. Ini merujuk dari pernyataan Al-Quran bahwa dia
termasuk golongan bangsa jin. Oleh karenanya, sifat-
sifat jin pasti melekat pada diri Iblis.
2) Iblis durhaka kepada Allah, dan sombong takabbur
kepada Adam. Dia enggan untuk sujud menghormati
Adam, sehingga Allah murka kepadanya, dan akhirnya
dia dikutuk menjadi kafir. Lihat QS. Al-Baqarah : 34
dan QS. Shad : 74.
3) Iblis menggunakan para syeithan untuk menipu manusia,
karena ia iri dan dengki terhadap kehebatan manusia.
Mereka tidak akan pernah lelah dan bosan untuk
menjerumuskan manusia. Lihat QS. Al-A’raf : 20-22.
4) Iblis tidak mengetahui hal-hal ghaib. Tidak tahu tentang
penciptaan alam semesta. Bahkan penciptaan dirinya
sendiripun dia tidak mengetahuinya. Itulah kebodohan
Iblis. Lihat QS. Al-Kahfi : 51.
5) Iblis mengakui, meyakini dan beriman kepada Allah
Ta’ala. Dia percaya bahwa Allah adalah Sang Pencipta,
Pemelihara dan Pengatur alam semesta. Lihat QS. Al-Jin
: 10, 22 dan 25.
Demikianlah di antara pengetahuan kita tentang bangsa jin,
syeithan dan Iblis. Bagi seorang muslim diwajibkan untuk
meyakini dan mempercayai keberadaan mereka. Di
65
damping itu, diperintahkan juga agar banyak-banyak
berlindung kepada Allah Ta’ala dari segala tipu daya dan
kemuslihatan mereka. Rabbi A’uzu bika min Hamazatis
Syayathin wa A’uzu bika rabbi an Yahdhuru. (Wahai
Tuhanku, aku berlindung kepadaMu dari tipu daya syeithan
dan aku berlindung kepadaMu dari kehadiran mereka).
(Pasal Ketiga)
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH TA’ALA
A.Pengertiannya
Iman kepada kitab-kitab Allah Ta’ala adalah
meyakini dan mempercayai dengan sepenuh hati bahwa
Allah Ta’ala telah menurunkan firman-firmanNya dalam
bentuk kitab-kitab dan shuhuf-shuhuf, kepada para Nabi
dan Rasul agar disampaikan kepada umat manusia, karena
menjadi pedoman bagi mereka guna mencapai kebahagiaan
di dunia dan di akhirat. Semua kitab-kitab dan shuhuf ini
tidak diturunkan sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur
sesuai dengan kebutuhan umat saat itu. Selain itu, tidak
semua Nabi dan Rasul yang menerima kitab dan shuhuf,
karena syariat dan ajaran mereka saling berkesinambungan
antara satu generasi Nabi ke generasi Nabi yang lain.
B.Dalilnya.
Firman Allah Ta’ala dalam QS. Al-Maidah : 48,
66
وأنزلنا إلي ك الكت اب ب احلق مص دقا ملا بني يديه من الكت اب
ومهيمنا علي ه ف احكم بينهم مبا أن زل اهلل والتتب ع أهوائهم عم ا
جاءك من احلق لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجا
Artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab
sebelumnya dan ujian bagi kitab-kitab yang lain itu, maka
putuskanlah perkara menurut apa yang Allah turunkan, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu,
untuk tiap-tiap umat di antaramu telah Kami berikan aturan
dan jalan yang terang.”
67
saat itu. Dinamakan dengan Tenco (Ten Command),
yaitu sepuluh peraturan Allah.
2) Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as dengan
berbahasa Qibthi. Isinya adalah doa-doa, zikir-zikir,
nasihat-nasihat dan hikmah. Tidak ditemukan di
dalamnya hukum syari’at, karena Nabi Daud as
diperintahkan meneruskan syari’at Nabi Musa as.
3) Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as dengan
berbahasa Suryani. Isinya adalah hukum akidah-
syariah, menghapus sebagian kandungan kitab Taurat
dan berita kedatangan Nabi akhir zaman.
4) Kitab Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw dengan berbahasa Arab. Isinya sebagian adalah
tentang tauhid, hukum syariat, kisah-kisah, zikir-doa
dan janji-ancaman Allah Ta’ala.
68
3) 10 shuhuf untuk Nabi Idris as
4) 10 shuhuf untuk Nabi Ibrahim as
5) 10 shuhuf untuk Nabi Musa as (sebelum turun kitab
Taurat)
Total keseluruhan jumlah shuhuf ada 100 shuhuf.
Maka jumlah semua wahyu Allah yang telah
diturunkan kepada umat manusia ini berjumlah 104 buah.
Dari semua wahyu Allah Ta’ala tersebut, maka Kitab Al-
Quran menempati posisi paling unggul dan paling istimewa
dibanding dengan yang lainnya. Oleh karena itu,
diwajibkan bagi kita untuk mempelajarinya dan
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengannya. Berikut ini
adalah uraian ringkas tentang Al-Quran.
3. Mengenal Al-Quran
Al-Quran secara bahasa artinya bacaan. Secara
istilah adalah firman Allah SWT yang bersifat mukjizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang
tertulis di dalam mushaf yang disampaikan secara
mutawatir dan sebagai ibadah membacanya. Al-Quran
sebagai kalamullah mengandung dua pengertian, yaitu :
1) Al-Quran adalah Kalam Qadim yang kekal tidak akan
pernah binasa. Ini bila difahami bahwa Al-Quran
adalah kenyataan sifat Kalam Allah Ta’ala. Pada
pemahaman seperti ini, Al-Quran belum berhuruf dan
69
belum bersuara (belum ada lafaznya). Dia masih
berbentuk sifat yang berdiri pada Zat Allah Ta’ala.
Dari sini, Al-Quran berwujud Kalam Nafsiy, berada di
dalam diri Allah Ta’ala dan tiada siapapun yang dapat
memahaminya.
2) Al-Quran adalah Kalam Lafziy yang dapat dibaca dan
didengar bunyinya. Inilah Al-Quran yang ada di
tangan kita sekarang. Tertulis, berhuruf dan bila
dibaca mengeluarkan bunyi. Wujud Al-Quran ini
tidaklah Qadim, karena dia telah menempati sesuatu
yang baharu, yaitu kertas dan tulisan. Tetapi dari sisi
makna, Al-Quran yang kalam lafziy dengan Al-Quran
yang kalam Nafsiy sebenarnya sama. Oleh karena itu,
tidak pantas bagi seorang muslim bila tidak
menghormati dan menghargai kedudukan Al-Quran.
Apalagi bila ditinjau dari sisi maknanya.
Al-Quran berjumlah 30 juz, suratnya 114 surat,
ayatnya 6616 berdasarkan riwayat Ibn Abbas. Sedangkan
jumhur ulama menyatakan jumlahnya 6200, walaupun
terdapat perbedaan hitungan dikalangan ulama disetiap
daerah. Jumlah kata-katanya 77.934 kata. Kata “Allah”
adalah yang paling banyak disebutkan. Sedangkan jumlah
hurufnya diperkirakan 323.671 huruf. Surat-surat Al-Quran
sebagaimana yang dijelaskan Nabi saw kepada para
sahabat terbagi 4 yaitu :
70
1. As-Sab’u thiwal (7 surat yang panjang) : al-baqarah,
ali Imran, an-nisa, al-maidah, al-an’am, al-a’raf dan
yunus (ada yang berpendapat al-anfal dan at-taubah).
2. Al-Mi’un (surat-surat yang jumlah ayatnya lebih 100
atau yang mendekatinya)
3. Al-Matsani (surat-surat yang jumlah ayatnya di bawah
al-mi’un)
4. Al-Mufashshal (surat-surat yang pendek). Terbagi 3
bagian :
1) ath-thiwal, mulai dari surat al-hujarat hingga surat al-
buruj
2) al-awsath, mulai dari surat ath-thariq hingga surat al-
bayyinah
3) al-qishar, mulai dari surat al-zalzalah hingga surat an-
nas
Surat yang terpanjang adalah surat al-baqarah, 286
ayat. Sedangkan yang terpendek adalah surat surat al-
kautsar, 3 ayat. Adapun ayat yang tepanjang adalah ayat
tentang hutang yang ada di surat al-baqarah : 282. Yang
terpendek kata yasin dan thaha. Masa turunnya Al-quran
adalah selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari atau
digenapkan 23 tahun. Berdasarkan masanya, maka surat-
surat Al-Quran dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu :
71
1. Kelompok surat-surat makiyyah adalah surat Al-Quran
yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad saw hijrah
ke Madinah. Jumlah surat makiyyah ada 82 surat
2. Kelompok surat-surat madaniyah adalah surat yang
diturunkan setelah Nabi saw hijrah ke Madinah.
Jumlah surat madaniyah ada 20 surat : al-baqarah, ali
imran, an-nisa, al-maidah, al-anfal, at-taubah, an-nur,
al-ahzab, Muhammad, al-fath, al-hujarat, al-hadid, al-
mujadalah, al-hasyr, al-mumtahinah, al-jumu’ah, al-
munafiqun, ath-thalaq, at-tahrim dan an-nasr.
Selebihnya adalah surat-surat yang dipertentangkan
kelompoknya, apakah makiyyah atau madaniyah, yaitu : al-
fatihah, ar-ra’d, ar-rahman, ash-shaf, at-taghabun, at-tathfif,
al-qadr, al-bayyinah, az-zalzalah, al-ikhlas, al-falaq dan an-
nas.
Adapun cara Al-Quran diwahyukan kepada Nabi
saw adalah :
1. Malaikat jibril memasukkan wahyu al-quran ke dalam
hati nabi saw, sedangkan nabi saw tidak melihat
apapun. Beliau hanya merasakan bahwa wahyu
tersebut sudah ada di dalam hatinya. Sesuai firman
Allah dalam QS. Asy-Syura : 51.
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada nabi
seperti seorang laki-laki yang mengucapkan sesuatu
72
kepada nabi sehingga beliau mengerti dan hafal
ucapan tersebut.
3. Wahyu disampaikan seperti suara gemerincing
lonceng. Cara inilah yang dirasakan nabi sangat berat.
Sehingga pengaruhnya terlihat pada diri nabi saw,
seperti beliau berkeringat sedangkan udara dingin.
4. Malaikat Jibril datang kepada nabi dengan berwujud
asli bukan seperti seorang laki-laki, seperti yang
diterangkan dalam QS. An-Najm : 13 dan 14.
73
a. Keluasan makna, ‘ibarah, hukum-hukum dan
pandangan-pandangan Al-Quran. Tiada satupun ayat
ataupun surat yang bertentangan. Bahkan telah terbit
darinya berjilid-jilid dan berjuz-juz kitab yang menjadi
tafsirannya.
b. Kesesuaian ayat-ayatnya dengan pembuktian ilmiah
dari para pakar-pakar ilmu modern. Ini banyak sekali
ditemukan, seperti proses penyerbukan tumbuh-
tumbuhan oleh tiupan angina, yang ditemukan oleh
ahli ilmu alam. Sebenarnya telah pernah digambarkan
Al-Quran dalam QS. Al-Hijr : 22.
c. Pemberitaannya terhadap hal-hal yang gaib. Ini juga
banyak sekali ditemukan di dalam Al-Quran. seperti
kematian, hari akhirat dan kisah-kisah umat terdahulu.
d. Kejelasan lafaznya, keindahan ‘ibarahnya dan
kekuatan pengaruhnya. Inilah yang mengalahkan para
penyai-penyair jahiliyyah di kala Al-Quran diturunkan.
Tidak satupun penyair jahiliyyah yang mampu
menandingi keindahan ungkapan Al-Quran. Tetapi
bukan berarti Al-Quran adalah kitab sastra. Ia adalah
kitab petunjuk yang menjadi pedoman hidup bagi
manusia seluruhnya.
5. Nuzulul Quran
74
Yang dimaksud dengan nuzulul quran adalah
sejarah turunnya Al-Quran hingga sampai ke masa kita
sekarang. Untuk itu, nuzulul Quran dapat kita bagi menjadi
dua periode, yaitu :
1) Periode turunnya Al-Quran
Di dalam kitab tafsir al-kabir karya Imam ar-Razi
dan kitab tafsir ruhul ma’ani karya Imam al-Alusi al-
Baghdadi diterangkan bahwa, sebagai firman Allah,
tentunya Al-quran bersifat kalam. Sedangkan kalam sendiri
adalah sifat Allah yang qadim dan azali dalam zatNya. Saat
itu kalam al-quran masih berbentuk kalam nafsiy (kalam
yang tersembunyi dalam zatNya) dan belum ada huruf dan
bunyinya. Oleh karena itu, berdasarkan firman Allah dalam
QS. Al-Qadar : 1-3, bahwa malam qadar disebutkan tiga
kali menjadi isyarat bahwa Al-Quran diturunkan dalam 3
kali proses.
Ketika Allah SWT hendak menurunkan Al-quran,
Dia mengeluarkan kalam tersebut dengan memancarkan
nur (nur ilahi) dari dalam diriNya ke lauh mahfuz di sidratil
muntaha, sehingga kalam tersebut tertulis oleh qalam. Saat
itu kalam Allah berubah dari wujud kalam nafsiy kepada
wujud kalam zihniy (ada hurufnya tetapi belum ada
bunyinya). Peristiwa ini diyakini oleh para mufassir terjadi
dibulan rajab, sehingga bulan rajab disebut sebagai
bulannya Allah. Ini difahami dari QS. Al-Qadar : 1 yaitu,
75
إنا أنزلناه يف ليلة القدر
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-
Quran) pada malam Qadar.”
76
ش هر رمض ان ال ذي أن زل في ه الق رآن هدى للناس وبينات من
اهلدى والفرقان
Artinya : “Bulan ramadhan yang diturunkan di dalamnya
Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan
petunjuk tersebut dan pembeda.”
Ayat yang pertama turun adalah surat al-‘alaq : 1-5.
Diisyaratkan dalam ayat tersebut agar nabi membaca
“iqra’” dalam rangka ibadah kepada Allah dan
bermu’amalah (berbuat baik kepada sesama). Peristiwa ini
diyakini terjadi di bulan ramadhan, sehingga bulan
ramadhan disebut sebagai bulannya ummat. Secara
berangsur-angsur kalam Allah yang telah berbentuk kalam
lafziy dan disebut dengan Al-Quran disampaikan kepada
Nabi saw dengan melihat peristiwa yang terjadi,
pertanyaan orang kepada Nabi dan ada kalam yang
diturunkan tanpa sebab sama sekali, seperti Surat al-
Fatihah.
77
petunjuk nabi saw berdasarkan apa yang disampaikan Jibril
dari petunjuk Allah. Kemudian ayat-ayat al-quran tersebut
ditulis di macam-macam benda, seperti lempengan batu,
tulang, kulit binatang, pelepah kurma dan sebagainya.
Kumpulan-kumpulan itu disimpan dirumah Nabi saw
dalam keadaan terpencar-pencar. Belum dihimpun satu
mushaf. Di asmping itu, para sahabat dan penulis wahyu
yang lain juga menulis al-quran sendiri untuk dirinya
masing-masing. Sedangkan sebagian lagi menghafalnya.
Pada masa khalifah Abu bakar, terjadi perang di
daerah Yamamah tahun 12 H untuk menumpas golongan
orang-orang yang enggan membayar zakat dan murtaddin
yang dikepalai Muasailamah al-Kazzab. Saat itu telah ikut
serta dalam perang 70 orang hafizh quran yang dikomandoi
oleh Khalid ibn Walid, dan mereka semua (para hafiz
quran) syahid terbunuh. Melihat kondisi, Umar ibn
Khaththab mengusul kepada khalifah Abu Bakar untuk
menghimpun Al-Quran ke dalam satu mushhaf khawatir
hilang karena banyaknya hafiz yang terbunuh. Setelah
berdiskusi dengan para pemuka sahabat, maka Abu Bakar
menunjuk Zaid ibn Tsabit untuk bertugas menghimpun
ayat-ayat Al-quran ke dalam satu mushhaf. Tugas ini
diemban dengan sangat seksama dan hati-hati. Melewati
penyeleksian yang luar biasa. Di samping hafalan para
huffaz, juga berpedoman kepada kumpulan-kumpulan ayat
78
yang tersimpan di rumah rasul. Selain itu, Zaid ibn Tsabit
juga tidak akan menerima sebuah ayat tanpa di saksikan
oleh dua orang saksi sahabat yang dianggap adil dan tahu
sebab nuzul. Tugas penghimpunan ini selesai selama 1
tahun. Setelah Umar naik menjadi khalifah, maka mushhaf
Al-quran disimpan di rumah Hafsah istri nabi saw, dengan
pertimbangan bahwa Hafsah adalah istri nabi sendiri, dan
istri yang paling pandai baca-tulis.
Pada masa pemerintahan khalifah Usman ibn
Affan, terjadi perbedaan bacaan di kalangan umat terhadap
Al-quran, sehingga hal ini dapat mengganggu kesatuan dan
persatuan ummat. Melihat kondisi ini, maka muncullah
sahabat Huzaifah ibn Yamamah mengusul kepada khalifah
Usman ibn Affan, agar mushaf al-quran ditulis ulang
dengan rapi secara seragam agar tidak terjadi perbedaan.
Di samping itu alquran ditulis dengan memperhatikan 7
dialek bahas Arab agar tidak menyimpang dari sunnah nabi
saw. Ide ini diterima oleh khalifah, lantas khalifah
membentuk panitian penulisan yang di ketuai oleh Zaid ibn
Tsabit, dengan anggota : Sa’id ibn al-‘Ash, Abdullah ibn
Zubeir and Abdurrahman ibn Harits ibn Hisyam.
Panitia ini bertugas menulis ulang Al-Quran dari
mushaf yang disimpan Hafsah, karena mushaf itulah yang
paling standart. Panitia menyalin Al-quran menjadi 7 buah
dan dikirim ketujuh kota : Kufah, Bashrah, Syam, Mesir,
79
Makkah, Madinah dengan instruksi bahwa naskah al-quran
selain yang ditulis oleh panitia Zaid harus dimusnahkan,
agar tetap terjaga persatuan dan kesatuan. Panitia ini
menyelesaikan tugasnya pada tahun 25 H. demikianlah
mushaf al-quran secara kontinu dicetak ulang berkali-kali
dengan berpedoman kepada mushaf usmani yang
menggunakan rasm usmani, hingga sampai ke masa kita
sekarang. Sebagaimana janji Allah dalam QS. Al-Hijr : 9
yaitu,
80
1. Suci dari hadas kecil, hadas besar dan bersih tempat
2. Usahakan menghadap kiblat
3. Membaca isti’adzah (a’uzu billahi ….)
4. Membaca bismillah
5. Khusyu’ ketika membaca dan merenungi maknanya
6. Mengulang-ulang bacaan
7. Membaca dengan perlahan-lahan (murattal)
8. Meminta rahmat ketika bertemu ayat rahmat dan
meminta perlindungan jika bertemu ayat azab
9. Menjaga mata dan mulut selama membaca
10. Membaca dengan runtut
11. Membaca dianjurkan dengan melihat mushaf
12. Membaca Al-quran secara bersama-sama lebih
diutamakan
13. Membaca dengan suara tinggi dan merdu
14. Memperhatikan waqaf berhenti dan fawashil dengan
tepat
15. Menghentikan bacaan jika menguap
16. Menghentikan bacaan ketika menjawab salam
17. Usahakan sujud tilawah jika bertemu ayat-ayat
sajadah
18. Memperhatikan waktu-waktu utama dalam membaca :
ketika shalat, di tengah malam, di antara maghrib dan
isa, setelah shalat subuh, di hari jumat, senin, kami
81
dan hari arafah, 10 hari akhir bulan ramadhan, bahkan
setiap hari di bulan ramadhan.
19. Boleh menggunakan ayat-ayat al-quran untuk wasilah
dalam perobatan atau meruqyah orang yang
kesurupan.
20. Memelihara akhlak mulia selama mengamalkan ayat-
ayat al-quran.
82
تّمت بعون اهلل
83