Sekapur Sirih
Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin, shalawat dan salam semoga bercucuran kepada Nabi
yang agung Nabi Muhammad, ahli keluarga, sahabat dan ummat beliau yang istiqamah
meniti sunnahnya.
Masalah tauhid adalah masalah asasi, yang wajib diketahui oleh setiap mukmin, bahkan
pendidikan tauhid adalah pendidikan pertama sebelum anak-anak muslim mempelajari ilmu
apapun, itulah yang dicontohkan oleh Luqman al-Hakim ketika memberi petuah tunjuk ajar
pertama kali kepada anaknya, Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata
kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman : 13).
Dari Jundub bin ‘Abdillah, ia berkata, “kami dahulu bersama Nabi semasa kami masih anak-
anak yang mendekati baligh. Kami mempelajari iman sebelum mempelajari Al-Qur’an. Lalu
setelah itu kami mempelajari Al-Qur’an bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an.” (HR. Ibnu
Majah. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah Rabbul ‘izzah, buku Pelajaran Aqidah semester
satu untuk santri tahun pertama di pondok pesantren UIC selesai kami susun, semoga
menjadi bekal bagi santri dalam menambah kepahaman dan keimanannya kepada Allah,
juga menjadi ibadah yang akan memperberat timbangan amal shalih kami di hari kiamat
nanti. Amin.
Wallahu a’lam.
1. Aqidah
Kata aqidah sendiri berasal dari kata al-‘aqdu yang artinya kokoh, kuat, dan erat.
Aqidah secara terminologi bermakna perkara yang wajib dibenarkan oleh hati, jiwa menjadi
tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
2. Al-Fiqh al-Akbar
Ilmu fiqih di masa dahulu mencakup seluruh ilmu agama baik ilmu aqidah yang bersifat
bathin maupun ilmu hukum-hukum yang bersifat zahir. Dari sinilah kemudian muncul istilah
al-Fiqhul Akbar yang dimaksudkan ilmu aqidah. Karena ilmu aqidah lebih agung
dibandingkan ilmu cabang hukum-hukum zahir yang disebut juga al-Fiqhul Ashghar. Istilah
ini dimasyhurkan oleh Imam Abu Hanifah dengan kitab beliau yang beliau namai al-Fiqh al-
Akbar.
3. Ilmu Iman
Disebut ilmu iman, karena membahas tentang keimanan (keyakinan).
4. Ilmu Ushuluddin
Ushuluddin terdiri dari dua suku kata, Ushul (bentuk jamak dari ashl) yang berarti dasar atau
pokok, dan din yang berarti agama. Jadi ilmu ushuluddin bermakna Ilmu yang membahas
pokok-pokok agama.
5. Ilmu Tauhid
Disebut ilmu tauhid karena berbicara tentang mengesakan Allah.
6. Ilmu Kalam
Disebut ilmu kalam karena dinisbatkan kepada para isu paling populer dalam perdebatan
para ulama yang mengkaji aqidah, yakni tentang kalam Allah.
7. Ilmu Ma’rifat
Ilmu ma’rifat bermakna ilmu pengetahuan dan mengenal Allah, karena dengan ilmu ini kita
dapat mengetahui dengan penuh keyakinan akan Allah dengan segala sifat-Nya.
C. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah mengesakan Allah dalam dzat, sifat, dan perbuatan-Nya.
1. Maha Esa dalam dzat
Keesaan Allah dalam Dzat-Nya, ada dua pengertian:
Pertama, dzat Allah tidak tersusun dari beberapa bagian.
Kedua, dzat Allah tidak serupa dan tidak sama dengan dzat apapun.
َإِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَابُوا َو َجاهَدُوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَ ْنفُ ِس ِه ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ أُولَئِكَ هُ ُم الصَّا ِدقُون
“Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah
utusan Allah. Tidak ada seorang hamba pun yang bertemu Allah (baca: meninggal dunia)
dengan membawa keduanya (syahadatain) dalam keadaan tidak ragu-ragu kecuali Allah
akan memasukkannya ke surga.” (HR. Muslim)
صاَل ةَ َوي ُْؤتُوا ال َّز َكاةَ َو َذلِكَ ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة ِ َِو َما أُ ِمرُوا إِاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل
َّ صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا ال
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah : 5)
“Orang yang berbahagia karena mendapat syafa’atku pada hari kiamat nanti adalah orang
yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas dalam hatinya atau dirinya.” (HR.
Bukhari)
“Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah : 8-9)
Lihatlah bagaimana syahadat orang munafik ditolak oleh Allah Ta’ala karena tidak dilandasi
kejujuran, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
Rasulullah bersabda,
Kelima, ( )المحبة المنافية للبغض والكراهةdidasari rasa cinta yang menghilangkan kebencian dan
rasa tidak suka.
Maknanya adalah bahwa syahadatain yang diucapkan harus benar-benar lahir dari
keterpautan hati kepada Allah. Dia berfirman,
ۗ ِ اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ أَ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش ُّد ُحًب`"ًّا هَّلِل
ِ ََّو ِمنَ الن
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165)
Keenam, ( )القبول المنافي للردdidasari dengan rasa penerimaan yang menghilangkan penolakan.
Syahadatain yang diucapkan juga harus diiringi rasa penerimaan terhadap segala makna
yang terkandung di dalamnya. Jadi seorang muslim harus menerima kalimat tauhid ini
dengan hati dan lisan tanpa menolaknya.
Allah menceritakan keadaan orang kafir Quraisy yang tidak mau menerima dakwah Nabi
Muhammad dalam firman-Nya,
ِ إِنَّهُ ْم َكانُوا إِ َذا قِي َل لَهُ ْم اَل إِلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ يَ ْستَ ْكبِرُونَ َويَقُولُونَ أَئِنَّا لَت
َار ُكو آلِهَتِنَا لِ َشا ِع ٍر َمجْ نُو ٍن
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘la ilaha illallah’ (Tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka
berkata: ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami
karena seorang penyair gila?’” (QS. As Shaffat : 35-36).
ُ
ِ ك بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْثقَى َوإِلَى هَّللا ِ عَاقِبَةُ اأْل ُم
ور َ َو َم ْن يُ ْسلِ ْم َوجْ هَهُ ِإلَى هَّللا ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن فَقَ ِد ا ْستَ ْم َس
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya
kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman : 22)
d. Pembatal Syahadatain
Sedikitnya ada tiga hal yang bisa membatalkan syahadat kita:
1) Syirik akbar.
2) Ilhad (tidak percaya adanya sifat, nama, dan perbuatan Allah(.
3) Nifak I’tiqadi (berwajah dua, zahirnya muslim tetapi hatinya kafir).
Dalil tentang rukun iman diperinci dalam hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khatthab,
ketika Malaikat Jibril `yang menyerupai seorang lelaki, bertanya kepada Nabi;
ِ َوتُ ْؤ ِمنَ بِالقَد، َو ْاليَوْ ِم اآلَ ِخ ِر، َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه، َو َمالئِ َكتِ ِه،ِ أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهلل: قَا َل، فَأ َ ْخبِرْ نِ ْي َع ِن ا ِإل ْي َما ِن:قَا َل
َ ََر َخي ِْر ِه َو َشرِّ ِه ق
:ال
َص َد ْقت
َ
Jibril bertanya lagi, “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi menjawab: “(Iman itu adalah)
Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan
Hari Akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Nabi menjawab, ‘Engkau
benar.’ (HR. Muslim).
Bab 2
Iman Kepada Allah
Bab 2
Iman Kepada Allah
a. Nama dan sifat Allah merupakan sesuatu yang sifatnya tauqifiyyah. Artinya, harus
berdasarkan wahyu. Baik dari Al-Quran atau Sunnah Nabi.
b. Keyakinan tentang sifat Allah harus seperti keyakinan tentang Dzat-Nya. Artinya,
seorang muslim harus menyadari bahwa tidak ada yang menyamai Allah dalam segi
sifat, dzat, ataupun perbuatan. Karena itu, sifat-sifat Allah juga tidak bisa disamakan
atau dimiripkan dengan sifat makhluk.
c. Semua nama Allah adalah nama yang baik. Artinya, Allah adalah Dzat yang sempurna
dan nama-nama Allah juga merupakan kesempurnaan yang tidak memiliki
kekurangan sedikit pun.
d. Nama-nama Allah tidak terbatas pada jumlah tertentu. Hanya Allah yang tahu apa
saja nama yang Ia miliki. Berdasarkan sabda Nabi, ”tidaklah seseorang ditimpa
kesusahan dan kesedihan, lalu ia berdoa, “ya Allah, sesungguhnya aku hamba-Mu,
putra hamba-Mu dan putra hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada dalam
kekuasaan-Mu, ketetapan-Mu telah berlaku padaku dan keputusan-Mu berlaku adil
padaku. Aku memohon kepada Engkau dengan semua nama yang menjadi nama-
Mu, baik yang telah Engkau jadikan sebagai nama diri-Mu atau yang Engkau ajarkan
kepada seseorang dari makhluk-Mu atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau
Engkau sembunyikan menjadi ilmu gaib di sisi-Mu," (H.R. Ahmad).
3. Pembagian sifat 20
Sifat yang wajib bagi Allah yag terdiri dari 20 sifat, dikelompokkan menjadi empat bagian:
Pertama, sifat nafsiyah
Yaitu sifat yang menunjukkan hakikat dzat Allah saja, sifat nafsiyah hanya satu; sifat wujud.
Kedua, sifat salbiyyah (negatif)
Yaitu sifat yang menafikan segala sesuatu yang tidak layak bagi Allah, ada 5 sifat salbiyyah;
qidam, baqa’, mukhalafatuhu lil hawadits, qiyamuhu binafsih dan wahdaniyah. Misalnya,
sifat qidam, yang menafikan sifat huduts (baru) bagi Allah, sifat baqa’ menafikan sifat fana’
bagi Allah.
Ketiga, sifat ma’ani
Yaitu sifat yang menetap pada yang disifati dan melahirkan suatu hukum, ada 7 sifat;
qudrah, iradah, ilmu, hayat, sama’, bashar dan kalam.
Contohnya, sifat qudrah (kuasa), qudrah ini adalah sesuatu yang bersifat ma’nawi, bersifat
dengan sifat qudrah akan melahirkan kesimpulan bahwa Allah qadiran (maha kuasa).
Keempat, sifat ma’nawiyah
Yaitu sifat yang tetap bagi Allah sebagai konsekuensi bersifat dengan sifat ma’ani, ada 7 sifat
ma’nawiyah; qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran, dan mutakalliman.
Contohnya Allah bersifat sama’ (mendengar), maka konsekuensinya Allah bersifat sami’an
(maha mendengar).
3. Baqa’
Baqa’ artinya adalah kekal abadi. Maksudnya, Allah adalah dzat yang Maha Kekal, tidak ada
akhirnya. Kekalnya Allah berbeda dengan kekalnya penduduk surga, sebab kekalnya Allah
karena memang dzat-Nya kekal, sementara penduduk surga kekal karena dikehendaki oleh
Allah, bukan karea dzatnya kekal.
Dalil Naqli: Allah berfirman, “segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan
menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan,” (QS. Al-Qashash : 88).
Dalil Aqli: seandainya Allah tidak kekal dan bisa binasa tentu ada yang membinasakannya,
kalau tuhan bisa dibinasakan itu tanda tuhannya tidak memiiki kuasa dan tidak layak
menjadi tuhan.
5. Qiyamuhu Binafsihi
Allah berdiri sendiri pada dzat-Nya, Dia tidak bergantung kepada siapapun, serta mustahil
membutuhkan bantuan dari yang lain.
Dalil naqli, firman Allah, “Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah, dan Allah Dialah
Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) Maha Terpuji.” (QS. Fathir : 15).
6. Wahdaniah
Sifat wajib Allah yang lain adalah wahdaniah (esa atau tunggal). Hamba-Nya mesti
mengimani bahwa Allah adalah Yang Maha Esa, esa dalam dzat-Nya, esa dalam sifat-Nya
dan esa dalam perbuatan-Nya.
Allah berfirman, “Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.” (QS. Al-Ikhlash : 1).
7. Qudrah
Qudrah berarti bahwa Allah adalah zat Yang Maha Kuasa atas apa pun dan tidak ada satu
pun yang bisa menandingi kekuasaannya. Mustahil bagi Allah tidak memiliki kuasa.
Dalil naqli: Firman Allah, “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 20).
Dalil aqli: seandainya Allah lemah dan tidak memiiliki kekuatan, pasti tidak akan ada dunia
ini, justru adanya dunia ini dengan segala keunikannya menjadi bukti kemahakuasaan Allah.
Pertanyaan aneh
Pertanyaan pertama, Kalau Allah maha kuasa, mampukah Allah menciptakan batu yang
Allah sendiri tidak sanggup mengangkatnya?
Jawabannya: kesalahan ada pada pertanyaannya, karena penanya mencoba untuk
“menyuruh Allah menciptakan batu” tersebut. Padahal bisa tidak dia yang terbatas
(makhluk) menyuruh Tuhan yang Maha Kuasa? Tentu tidak akan bisa.
Maka kita bisa juga counter balik pertanyaan tersebut:
“Kamu bisa tidak memaksa Allah untuk membuat batu yang tidak bisa Dia angkat?”
Kehendak kita di bawah kehendak Allah. Kita bahkan tidak bisa memaksa Allah, bahkan
sekalipun dengan pikiran dan logika-logika kita. Kita bahkan tidak bisa menghakimi Allah
dengan pikiran kita yang dangkal.
Pertanyaan kedua, kalau Allah Maha Kuasa, bisakah Allah menciptakan tuhan?
Jawabannya, pertanyaan ini lebih salah lagi, karena tuhan itu bukan ciptaan, sesuatu yang
diciptakan namanya makhluk bukan tuhan, akal sehat tidak akan pernah menggambarkan
bahwa ada tuhan yang diciptakan sebelumnya.
8. Iradah
Artinya berhendak. Maksudnya, setiap hal yang ada di alam semesta ini berjalan atas
kehendak Allah.
Mustahil bagi Allah SWT melakukan sesuatu atas suatu paksaan. Apabila Dia berkehendak,
maka tidak ada yang bisa mencegah-Nya.
Dalilnya adalah firman Allah, “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang
Dia Kehendaki.” (QS. Hud : 107).
9. Ilmu
Ilmu artinya pengetahuan. Maksudnya, Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu, baik
yang terlihat maupun tidak terlihat, yang gaib maupun yang nyata. Pengetahuan kita
manusia bersifat baru dan merupakan hasil usaha, sementara pengetahuan Allah qadim dan
bukan hasil usaha.
Bahkan, Allah mengetahui apa yang terbayang, terbetik, dan terlintas di benak manusia.
Allah berfirman, “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu,” (QS. An-Nisa [4]: 176).
10. Hayat
Hayat artinya hidup. Allah adalah dzat Yang Maha hidup. Dia tidak akan binasa, sebab Dia
kekal selamanya.
Sifat hayat bagi Allah adalah sifat yang azali (tidak ada permulaan), dan abadi selamanya
yang membenarkan bahwa Allah memiliki sifat ilmu, qudrah, dan iradah. Allah berfirman,
“Dan bertawakallah kepada Allah yang Maha Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah
dengan memuji-Nya … ” (QS. Al-Furqan : 58).
11. Sama’
Sama' artinya bahwa mendengar. Sama’ adalah sifat yang azali (tidak ada permulaan) dan
menetap pada dzat Allah yang berkaitan dengan semua hal yang wujud (ada), baik suara
dapat didengar maupun dzat apa saja yang ada, sehinga menangkapnya dengan sempurna.
Dalil naqli, firman “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 256).
Dalil aqli, sekiranya Allah tidak bisa mendengar, berarti Allah tuli, dan ini aib yang mustahil
bagi dzat Allah.
12. Bashar
Bashar artinya melihat. Bashar adalah sifat yang azali (tidak ada permulaan) dan menetap
pada dzat Allah yang berkaitan dengan semua yang bisa dilihat dan semua hal yang ada,
sehingga melihatnya dengan sempurna.
Dalil naqli, firman Allah, “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujurat
: 18).
Dalil aqli, sekiranya Allah tidak bisa melihat, berarti Allah buta, dan ini aib yang mustahil bagi
dzat Allah.
13. Kalam
Kalam berarti berfirman. Kalam adalah sifat yang azali (tidak ada permulaan) dan abadi,
yang menetap pada dzat Allah, tidak berupa huruf, suara dan bahasa.
Dalil naqli, firman Allah, “Dan ketika Musa datang untuk munajat pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya.” (QS. Al-A’raf [7]: 143).
14. Qadiran
Qadiran artinya Yang Maha Kuasa dan mustahil Allah bersifat lemah.
Dalilnya sama dengan dalil sifat qudrah (maha kuasa), maksudnya apabila Allah hendak
melakukan sesuatu, maka pasti Allah lakukan atau mau meninggalkan sesuatu pasti Allah
tinggalkan tanpa paksaan dari siapapun.
15. Muridan
Artinya berkehendak, dan mustahil Allah memiliki sifat sebaliknya mukrahan (terpaksa
melakukan ssesuatu)
. Sifat muridan ini menyatu dengan sifat iradat sebelumnya.
Allah berfirman, “…sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang ia
kehendaki.” (QS. Hud : 107)
16. ‘Aliman
Mirip dengan sifat ilmu, Allah juga bersifat aliman. Artinya, Dia Maha Mengetahui, artinya
Dia mengetahui segala hal dan pengetahuannya tak terbatas apa pun.
Firman Allah, “dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’ : 176).
17. Hayyan
Hayyan artinya adalah zat Yang Maha Hidup. Sifat ini menyatu dengan sifat hayat yang
disebutkan sebelumnya
18. Sami’an
Sami'an artinya bahwa Allah adalah zat Yang Maha Mendengar, maka mustahil bagi-Nya
sebagai zat yang tuli. Sifat ini menyatu dengan sifat sama' yang disebutkan sebelumnya.
Dalil naqli: firman Allah, “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah : 256).
19. Bashiran
Basiran artinya bahwa Allah bersifat Maha Melihat, mustahil bagi-Nya untuk tidak melihat
atau buta atas segala hal. Sifat ini menyatu dengan sifat bashar sebagaimana disebutkan
sebelumnya.
Allah berfirman, “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujurat : 18).
20. Mutakalliman
Mutakalliman artinya berfirman atau berkata-kata. Maksudnya, Allah adalah zat Maha
Berkata dan mustahil baginya untuk bisu.
Allah berfirman, “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung." (QS. An-Nisa’ :
164).
C. Syirik
1. Definisi syirik
Secara etimologi, syirik berarti persekutuan yang terdiri dari dua atau lebih yang disebut
sekutu. Sedangkan secara terminologi, syirik berarti menjadikan tandingan atau sekutu bagi
Allah. Definisi ini bermuara dari hadits Nabi tentang dosa terbesar,
َأَ ْن تَجْ َع َل هَّلِل ِ نِ ًّدا َو ْه َو خَ لَقَك
“…Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang menciptakanmu.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Syirik adalah kebalikan dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah dalam dzat, sifat,
perbuatan, dan ibadah.
a. Syirik secara dzat: meyakini bahwa dzat Allah sama dengan makhluk Nya.
b. Syirik secara sifat: meyakini bahwa sifat makhluk sama dengan sifat Allah, tidak ada
beda sama sekali.
c. Syirik secara perbuatan: menyakini bahwa makhluk mengatur alam semesta dan
rezeki manusia, seperti yang diperbuat Allah selama ini.
d. Syirik secara ibadah: menyembah selain Allah, dan mengagungkannya seperti
mengagungkan Allah, mencintainya seperti mencintai Allah.
2. Macam-macam syirik
Ada dua macam syirik:
a. Syirik Akbar (syirik besar)
Syirik Akbar ada dua macam:
1) Syirik besar jali/zhahir: menyembah selain Allah, seperti menyembah berhala dan
lainnya.
2) Syirik besar khafi/bathin: seperti meminta kepada orang yang sudah mati dengan
keyakinan mereka dapat memenuhi permintaan mereka, atau menjadikan seseorang
sebagai pembuat hukum (menghalalkan atau mengharamkan seperti halnya Allah).
Allah berfirman, “Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi
manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah.” (QS. Yunus :
106).
2. Hakikat ibadah:
a. Ujian Allah kepada hamba-Nya
Allah berfirman, “Dia yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.
Al-Mulk : 2).
Rasulullah bersabda, “Hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka
hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
3. Pembagian ibadah
Ibadah menjadi tiga macam:
a. Ibadah qalbiyah, seperti rasa takut, cinta, penuh harap, tawakkal, merasa diawasi
Allah, dan sebagainya.
b. Ibadah qauliyah, seperti membaca al-Quran, bertasbih, bertahmid, bertahlil, berdoa
dan lainnya.
c. Ibadah badaniyah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya.
4. Syarat diterima ibadah
a. Pelakunya beriman kepada Allah, Allah berfirman,
"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqan : 25).
BAB 3
Iman Kepada Malaikat
Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa menyembah
Allah, tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang
diperintahkan kepada mereka.
2. Mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui dan yang tidak diketahui
namanya
Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya bilangan malaikat dan tidak ada yang dapat
menghitungnya kecuali Allah. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya baitul makmur berada
di langit yang ketujuh setentang dengan Ka’bah di bumi, setiap hari ada 70 ribu malaikat
yang shalat di dalamnya kemudian apabila mereka telah keluar maka tidak akan kembali
lagi.” (HR. Bukhari & Muslim).
2. Memiliki sayap
Allah berfirman, “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi. Yang menjadikan
malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai
sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada
ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”(QS. Faathir:1).
Malaikat Jin
1. Tercipta dari cahaya 1. Tercipta dari api yang
2. Diciptakan oleh Allah menyala
dengan tabiat selalu 2. Allah menjadikan
taat kepada Allah, dan mereka mempunyai
tidak ada pilihan bagi pilihan mau beriman
malaikat apakah mau atau kafir.
taat atau tidak.
3. Tidak memiliki syahwat. 3. Mereka makan, minum,
Oleh karena itu, mereka menikah dan yang
tidak makan, tidak lainnya.
minum dan tidak
menikah. 4. Mayoritas jin adalah
4. Tidak pernah kafir
bermaksiat kepada
Allah sedikit pun
“Katakanlah, "Ruhul kudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan
kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. An-Nahl : 102).
b. Malaikat Mikail
Malaikat Mikail bertugas menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, dan
mengurus rezeki. Keberadaan Malaikat Mikail tercantum dalam firman-Nya:
ۤ
ََم ْن َكانَ َع ُد `"ًًّوا هّٰلِّل ِ َو َم ٰل ٕىِ َكتِ ٖه َو ُر ُسلِ ٖه َو ِجب ِْر ْي َل َو ِمي ْٰكى َل فَا ِ َّن هّٰللا َ َع ُد ٌّو لِّ ْل ٰكفِ ِر ْين
c. Malaikat Israfil
Malaikat Israfil bertugas untuk meniup sangkakala. Nama malaikat Israfil tidak disebutkan
secara langsung dalam Al Quran, tetapi disebut didalam hadits Nabi,
٦٨ - َض اِاَّل َم ْن َش ۤا َء هّٰللا ُ ۗ ثُ َّم نُفِ َخ فِ ْي ِه اُ ْخ ٰرى فَا ِ َذا هُ ْم قِيَا ٌم يَّ ْنظُرُوْ ن
ِ ْت َو َم ْن فِى ااْل َر
ِ ق َم ْن فِى السَّمٰ ٰو َ ََونُفِ َخ فِى الصُّ وْ ِر ف
َ ص ِع
“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi
kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka
seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).” (QS. Az Zumar
ayat 68).
Nabi bersabda, “ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan
bumi...” (HR. Muslim).
d. Malaikat Izrail
Nama Izrail tidak disepakati semua ulama, didalam Al Quran hanya disebut dengan nama
Malaikat Maut, sebagaimana tercantum dalam Surat As Sajdah ayat 11:
َت الَّ ِذيْ ُو ِّك َل بِ ُك ْم ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ُك ْم تُرْ َجعُوْ ن ُ َقُلْ يَتَ َو ٰفّى ُك ْم َّمل
ِ ْك ْال َمو
“Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan
kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan."
Namun Imam Abu Hayyan al-Andalusi, al-Baihaqi dan al-Qadhi ‘Iyadh mengatakan bahwa
semua ulama sepakat nama malaikat maut adalah Izrail.
e. Malaikat Munkar
f. Malaikat Nakir
Tugasnya adalah menanyai orang yang mati di alam kubur.
Nabi bersabda, “Apabila mayit atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan
didatangi dua malaikat hitam dan biru, salah satunya Munkar dan yang lain Nakir.” (HR.
Tirmidzi, sanad hadits ini hasan).
g. Malaikat Raqib
h. Malaikat Atid
Malaikat Raqib dan Atid bertugas mencatat amal buruk manusia. Keberadaan Malaikat
Raqib dan Atid tercantum dalam firman-Nya,
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya raqib dan atid malaikat
pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Al-Qaf : 18).
Para malaikat Raqib dan Atid berada di sisi kanan dan kiri manusia. Imam Ahmad berkata,
“Malaikat akan mencatat segala sesuatu sampai pun keluh kesah ketika sakit.” Oleh karena
itu, Imam Ahmad tidak pernah berkeluh kesah ketika sakit sampai beliau menghembuskan
nafas terakhir.
i. Malaikat Malik
Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka. Nama Malik dan tugasnya ada di dalam Al
Quran Surat Az-Zukhruf ayat 77:
“Dan mereka berseru, "Wahai (Malaikat) Malik! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja.""
Dia menjawab, "Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)."
j. Malaikat Ridwan
Malaikat Ridwan bertugas menjaga dan mengawasi pintu surga. Nabi bersabda, “apabila
diawal malam Ramadhan, Allah menyeru Ridwan penjaga surga….” (HR. Ibnu Hibban).
Shalawat Malaikat
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu bershalawat kepada
Nabi Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan
bersalamlah dengan sungguh-sungguh.” (QS. al-Ahzab : 56).
Malaikat bershalawat artinya malaikat berdoa dan memohonkaan ampunan. Diantara
hamba Allah yang mendapatkan shalawat malaikat adalah:
a. Orang yang mengajarkan kebaikan
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah, malaikat-malaikat-Nya, penduduk langit
dan bumi bahkan semut di liangnya, sampai ikan besar, semuanya bershalawat
kepada orang yang mengajar kebaikan kepada manusia.” (HR. at-Tirmidzi, dia
berkata, Hadits hasan shahih).
B. Alam Jin
Secara harfiah jin berarti sesuatu yang tersembunyi atau tidak terlihat.
Secara syariat jin adalah ruh yang berakal dan memiliki keinginan, diberikan beban
(mukallaf) sebagaimana manusia, tidak bisa dilihat dan dirasa dengan indera manusia,
mampu berubah wujud, dan mereka memiliki banyak kesamaan dengan manusia seperti
makan, minum, menikah, memiliki keturunan dan lainnya, dan dihisab dihari kiamat kelak.
1. Dalil mengimani jin
Firman Allah,
َّ َقُلْ أُو ِح َي إِل
ي أَنَّهُ ا ْستَ َم َ"ع نَفَ ٌر ِم َ"ن ْال ِجنِّ فَقَالُوا إِن َّا َس ِم ْعنَا قُرْ آَنًا َع َجبًا
3. Penciptaan jin
Tercipta dari api murni yang sangat panas, Allah berfirman,
ِ ار ال َّس ُم
وم َّ َو ْال َج
ِ َّان خَ لَ ْقنَاهُ ِمن قَ ْب ُل ِمن ن
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Al-Hijr: 27).
Jin Manusia
Tercipta dari api Dari tanah
Tercipta lebih dulu dari manusia Dicipta setelah jin
Bisa berubah wujud Tidak bisa berubah wujud
Bisa melihat manusia Tidak bisa melihat jin
Diberikan kemampuan melakukan Tidak bisa melalukan perkara luar
perkara luar biasa. biasa secara murni
7. Umur jin
Jin bisa mati, kecuali iblis yang umurnya dipanjangkan sampai datangnya hari kiamat, Allah
berfirman, “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka
dibangkitkan”. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi
tangguh sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” (QS. 79-81).
Rasulullah bersabda, “Aku berlindung dengan keagungan-Mu yang tiada sesembahan
yang berhak disembah selain-Mu dan Engkau tidak mati, sementara jin dan manusia itu
mati.” (HR. Bukhari dan Muslim).
c. Jin bertanduk
Nabi bersabda, “Janganlah kalian melaksanakan shalat saat matahari terbit dan saat
tenggelam karena waktu tersebut adalah waktu munculnya dua tanduk setan.” (HR.
Muslim).
d. Jin menyeramkan
Kepala setan digambarkan dalam Al Qur’an seperti mayang dari pohon yang keluar dari
dasar neraka. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
َّ ) طَ ْل ُعهَا َكأَنَّهُ" ُر ُءوسُ ال64( إِنَّهَا َش َج َرةٌ ت َْخ ُر ُج فِي أَصْ ِل ْال َج ِح ِيم
)65( شيَا ِطي ِن
“Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala.
mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.” (QS. Ash Shaffaat: 64-65).
b. Bergerak cepat
Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan
membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu;
sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” (QS. An-
Naml: 39).
ى أَن َز َل ِمن قَ ْب ُل ِ َب ٱلَّ ِذى نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِهۦ َو ْٱل ِك ٰت
ٓ ب ٱلَّ ِذ ۟ ُٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا َءا ِمن
ِ َوا بِٱهَّلل ِ َو َرسُولِ ِهۦ َو ْٱل ِك ٰت َ
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya.” (QS. An-Nisa : 136).
Shahifah
Selain kitab-kita tersebut ada juga dalam bentuk lembaran yang berisi wahyu Allah kepada
nabi-Nya yang wajib kita Imani, disebut shahifah (bentuk jamaknya shuhuf) yang
diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Allah berfirman, “Sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu (yaitu) shahifah-shahifah Ibrahim dan
Musa.” (QS. al-A’la: 18-19).
Yang disepakati keshahihannya oleh semua ulama cuma empat kitab, adapun selain itu tidak
ada dalil yang kuat.
1. Kitab Taurat
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Musa sebagai pedoman dan petunjuk bagi Bani Israel.
Allah Berfirman, “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab
Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman-Nya), “Janganlah kamu mengambil
penolong selain Aku.” (QS. Al-Isra’ : 2).
a. Turunnya Taurat
40 tahun sebelum Allah ciptakan Adam, Allah sudah tuliskan kitab Taurat kepada Nabi
Musa, sesuai dengan hadits Rasulullah tetang dialog antara Nabi Adam dan Nabi Musa: Nabi
Adam berkata, “kamu adalah Musa yang dipilih Allah dengan risalah dan kalam-Nya. Dia
memberimu lauh (kepingan kayu atau batu) yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu.
Dia telah mendekatkanmu kepada-Nya sewaktu kamu bermunajat. Berapa lama kamu
mendapatkan Allah telah menulis Taurat sebelum aku diciptakan? Nabi Musa menjawab,
Empat puluh tahun.” (HR. Muslim).
Taurat diturunkan pada tanggal 6 Ramadhan, sesuai dengan sabda Nabi, “dan Taurat
diturunkan pada enam Ramadhan.” (HR. Ahmad, hadits hasan).
b. Lauh, Taurat dan Shuhuf
Mayoritas ulama meyakini bahwa Taurat ditulis di Lauh, sesuai dengan firman Allah, “Dan
telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu, sebagai pelajaran
dan penjelasan bagi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf : 145).
Demikian pula Shuhuf atau Shahifah, bukan benda tersendiri tetapi termasuk Lauh yang
diterima Nabi Musa.
2. Kitab Zabur
Kitab Suci Zabur ini diturunkan kepada Nabi Daud agar menjadi pedoman atau petunjuk bagi
umatnya. Allah berfirman, “Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al-Isra’ : 55).
Allah turunkan pada tanggal 18 Ramadhan, sesuai dengan sabdanya, “dan Zabur diturunkan
pada 18 Ramadhan.” (HR. Ahmad, hadits hasan).
Kandungannya tidak berisi syariat maupun hukum, tetapi berisikan hikmah dan nasehat,
dzikir, tasbih, doa dan pujian kepada Allah.
3. Kitab Injil
a. Kandungan Injil menurut al-Quran
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa agar menjadi petunjuk dan tuntunan bagi Bani Israel,
firman Allah, “dan Kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan
cahaya, dan membenarkan Kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah : 46).
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku
utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat
dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad). Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (Q.S. As-
Saff: 6)
4. Al-Qur’anul Karim
a. Defenisi
Al-Quran adalah firman Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dan diriwayatkan secara mutawatir, membacanya menjadi ibadah.
b. Turunnya al-Quran
Ada tiga tahap turunnya al-Quran kepada Rasulullah:
1) Alquran diturunkan oleh Allah ke Lauhul Mahfudz.
Allah berfirman, “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia,
yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.” (QS. Al-Buruj : 21-22).
2) Alquran diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia sekaligus di
malam Lailatul Qadr.
Allah befirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam
Qadar.” (QS. al-Qadr : 1).
3) Alquran diturunkan dari Baitul Izzah secara berangsur-angsur kepada Rasulullah
selama 23 tahun.
Allah berfirman, ”Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau
(Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya
secara bertahap.” (QS. Al-Isra’ : 106).
c. Cara Allah menurunkan wahyu kepada Nabi
Wahyu adalah pemberitahuan dari Allah kepada para nabiNya dan para rasulNya tentang
syari’at atau kitab yang hendak disampaikan kepada mereka, baik dengan perantara atau
tanpa perantara.
1) Berupa ar-ru'ya ash-shadiqah (mimpi yang benar) dan ini merupakan permulaan
turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad.
2) Berupa sesuatu yang dibisikkan oleh malaikat terhadap jiwa dan hati Nabi tanpa
beliau lihat. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi, "Sesungguhnya Ruhul Quds
(Malaikat Jibril) menghembuskan (membisikkan) ke dalam hatiku, bahwasanya jiwa
tidak akan mati hingga habiskan semua jatah rizkinya." (HR. Ibnu Abi Syaibah).
3) Berupa malaikat yang berwujud laki-laki, pernah menyerupai wajah sahabat yang
bernama Dihyah al-Kalbi.
4) Berupa bunyi gemericing lonceng yang datang kepada beliau, diikuti malaikat (yang
menyampaikan wahyu) secara samar.
5) Malaikat datang dalam bentuk aslinya.
Adapun jumlah 6666 ayat yang masyhur, itu bukan menunjuk pada urutan jumlah ayat
Alquran, tapi untuk menunjuk kandungan ayat Alquran. Seperti ayat perintah berjumlah
1000, ayat larangan berjumlah 1000, ayat janji berjumlah 1000, ayat ancaman berjumlah
1000, ayat kisah-kisah berjumlah 1000, ayat pelajaran dan perumpamaan berjumlah 1000,
ayat halal dan haram berjumlah 500, ayat doa berjumlah 100, dan ayat nasikh dan mansukh
berjumlah 66.
Ciri-ciri Madaniyah:
1) Menjelaskan tentang ibadah-ibadah wajib dan hukuman had.
2) Menyebut kaum munafik, kecuali surah Al-Ankabut.
3) Terdapat bantahan terhadap Ahlul Kitab.
i. Keistimewaan al-Quran
Diantara keistimewaan al-Quran:
1) Al-Qur’an terpelihara dari tahrif (perubahan) dan tabdil (penggantian), sesuai dengan
firman Allah:
َإِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحافِظُون
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr : 9).
2) Al-Qur’an terjaga dari pertentangan atau saling kontradiksi, sesuai dengan firman
Allah:
ْ أَفَالَ يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ َءانَ َولَوْ َكانَ ِم ْن ِعن ِد َغي ِْر هللاِ لَ َو َجدُوا فِي ِه
اختِالَفا ً َكثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di
dalamnya.” (QS. an-Nisa’: 82).
4) Al-Qur’an mendatangkan ketenangan dan rahmat bagi siapa saja yang membacanya,
berdasarkan sabda Rasulullah, “Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam suatu majlis
kecuali turun pada mereka ketenangan dan diliputi oleh rahmat dan dikerumuni oleh
malaikat dan Allah akan menyebutkan mereka di hadapan para malaikatnya.” (HR.
Muslim).
5) Al-Qur’an sebagai penyembuh dari penyakit zahir dan batin, syirik, nifak dan yang
lainnya. Allah berfirman
ََونُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ َءا ِن َما هُ َو ِشفَآ ٌء َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِين
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Isra’ : 82).
6) Al-Qur’an akan memintakan syafa’at (kepada Allah) bagi orang yang membacanya,
berdasarkan sabda Rasulullah, “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan
datang di hari kiamat memohonkan syafa’at bagi orang yang membacanya (di
dunia).” (HR. Muslim).