Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam
hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang
dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah
dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa
bertambah dan bisa berkurang.
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.” — QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang.
Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa
bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab
meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari
berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan
perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.
Murid Al Imam Syafi’i yang bernama Ar-Rabi’ berkata: “Aku mendengar Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Iman adalah
ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang.”
Pada riwayat yang lain terdapat tambahan: “Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.”
Kemudian beliau membaca ayat:
َ َ َ آم ُنوا َّالذ
ين َو َي ْزداد َ يم ًانا
َ “ إDan agar bertambah keimanan orang-orang yang beriman.” (Al-Muddatstsir: 31) [Lihat Fathul
ِ ِ
Bari, 1/62-63]
Makna bertambah dan berkurangnya iman seperti yang ditanyakan oleh putra Imam Ahmad yaitu Shalih
rahimahullahu. Shalih rahimahullahu berkata: “Aku bertanya kepada ayahku, apa itu makna bertambah dan
berkurangnya iman?”. Beliau menjawab: “Bertambahnya iman adalah dengan adanya amalan, berkurangnya adalah
dengan meninggalkan amalan, seperti meninggalkan shalat, zakat, dan haji.”
1. Iman kepada Allah: Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 hal:
Mengimani adanya Allah.
Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta
kecuali Allah.
Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan
mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah tetapkan untuk diri-Nya dan
yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna,
mempertanyakan, dan menyerupakanNya.
2. Iman kepada para malaikat Allah:
Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta amalan dan tugas yang
diberikan Allah kepada para malaikat.
Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya
Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
Orang islam wajib mengimani 10 malaikat yaitu:
1. Malaikat Jibril 6. Malaikat Nakir
2. Malaikat Mikal 7. Malaikat Izrail
3. Malaikat Rakib 8. Malaikat Israfil
4. Malaikat Atid 9. Malaikat Malik
5. Malaikat Mungkar 10. Malaikat Ridwan
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah Kalam (ucapan) yang merupakan sifat Allah.
Mengimami bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT ada 4 (empat) yaitu:
Kitab Suci Taurat
Kita Suci Zabur
Kitab Suci Injil
Kitab Suci Al-Qur'an
Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan penggenapan kitab-kitab suci terdahulu.
4. Iman kepada para rasul Allah: Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah
Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah
merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya
menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada
nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan rasul
yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.
5. Iman kepada hari akhir: Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan di padang
mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.
6. Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk: Mengimani kejadian yang baik maupun
yang buruk, semua itu atas izin dari Allah. Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka
demikian pula perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi.
“Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman): “Kami beriman kepada Allah dan kitab yang diturunkan kepada
kami, dan kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan kitab yang diberikan
kepada Musa dan Isa serta kitab yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” — QS. Al-Baqarah: 136
"“Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah;
malaikatNya; kitab-kitabNya; para rasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,”
ia berkata, “Engkau benar.” ...Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga nabi bertanya
kepadaku: “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan rasulNya lebih
mengetahui,” Dia bersabda, ”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.”" — HR Muslim, no. 8
Cabang-cabang keimanan
“Iman itu ada 70 atau 60-an cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘la ilaha illallah’, yang paling rendah
adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu (juga) merupakan bagian dari iman.” — HR. Bukhari
no. 9 dan Muslim no. 35.
Perkataan ‘Syahadat’ menunjukkan bahwa iman harus dengan ucapan di lisan. Menyingkirkan duri dari jalan
menunjukkan bahwa iman harus dengan amalan anggota badan. Sedangkan sifat malu menunjukkan bahwa iman
harus dengan keyakinan dalam hati, karena sifat malu itu di hati. Inilah dalil yang menunjukkan bahwa iman yang
benar hanyalah jika terdapat tiga komponen di dalamnya yaitu (1) keyakinan dalam hati, (2) ucapan di lisan, dan (3)
amalan dengan anggota badan. Maka tanpa adanya amalan, meskipun ada keyakinan dan ucapan, tidaklah disebut
beriman.
Rukun Islam (bahasa Arab: اإلسالم أركان, translit. arkān al-Islām) adalah lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap
sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan Muslim. Kesemua rukun-
rukun itu terdapat pada hadits Jibril.[1]
1. Syahadat: menyatakan kalimat tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu utusan Allah.
2. Shalat: ibadah sembahyang lima waktu sehari.
3. Saum: berpuasa dan mengendalikan diri selama bulan suci Ramadan
4. Zakat: memberikan 2,5% dari uang simpanan kepada orang miskin atau yang membutuhkan.
5. Haji: pergi beribadah ke Mekkah, setidaknya sekali seumur hidup bagi mereka yang mampu.
2. Arti assalamualaikum
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh artinya adalah semoga Allah Melimpahkan keselamatan, Rahmat
dan Keberkahan untukmu. atau Semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah padamu /
kalian.
Asmaul Husna: As-Salam (Yang Maha Memberi Keselamatan), Al-Aziz (Yang Maha Perkasa), Al-Khaliq (Yang Maha
Menciptakan), Al-Ghaffar (Yang Maha Pengampun), Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), Al-Fattah (Yang Maha
Pembuka Pintu Rahmat), Al-Adl (Yang Maha Adil), Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri), Al-Hadi (Yang Maha
Pemberi Petunjuk), As-Sabur (Yang Maha Penyabar)
5. Pengertian sholat
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna
serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam.
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan
salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir dan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan
disandingkan bersama dengan orang-orang, seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
6. Sebutkan 3 puasa wajib
Puasa ramadhan, puasa nadzar, puasa Qodho, puasa kafarat
Shalat merupakan penyejuk hati, penghibur dan penenang jiwa. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ُّ ُ َ ِّ ُ ِّ َ َ ُ َ ُ َ ْ ُ ي
َ الد ْن َيا م َن إ يل ُح ِّب َ ي
ب َ ِ ِ والطيب النساء، الصال ِة ِ َف عي ِ َن قرة وج ِعل
“Dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan minyak wangi. Dan dijadikanlah penyejuk hatiku dalam
ibadah shalat.” (HR. An-Nasa’i no. 3391 dan Ahmad 3: 128, shahih)
“Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankanlah kami dengan mendirikan shalat.” (HR. Abu Dawud no. 4985, shahih)
Shalat adalah dzikir, dan dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, hati pun menjadi tenang. Shalat adalah interaksi
antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Seorang hamba berdiri di hadapan Rabb-nya dengan ketundukan,
perendahan diri, bertasbih dengan memuji-Nya, membaca firman Rabb-nya, mengagungkan Allah baik dengan
perkataan dan perbuatan, memuji Allah Ta’ala dengan pujian yang memang layak ditujukan untuk diri-Nya, dia
meminta kepada Allah Ta’ala berupa kebutuhan dunia dan akhirat.
Jika seorang hamba mendirikan shalat sesuai dengan ketentuan dan petunjuk syariat, maka shalat tersebut akan
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
ي َ َ ي َ َْ َ َْ ْ ْ
الصالة ِإن َوال ُمنك ِر الف ْحش ِاء َع ِن تنه
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabuut [29]: 45)
Kemampuan shalat untuk mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar itu sangat tergantung kepada
kualitas ibadah shalat yang dilakukan. Minimal, ketika sedang shalat itu sendiri seseorang berhenti dan tercegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Karena ketika sedang shalat, seseorang sedang melakukan ketaatan kepada Allah
Ta’ala. Ada yang selesai shalat kemudian mencuri sandal di masjid, misalnya, karena memang kualitas shalatnya yang
buruk sehingga tidak lama selesai shalat, dia kembali lagi melakukan kemungkaran.
Kualitas shalat yang bagus antara lain ditandai dengan hati yang kembali bertaubat kepada Allah Ta’ala,
menghadirkan hatinya menghadap Allah Ta’ala, dan kuatnya keimanan di dalam hati. Jika seorang hamba terus-
menerus dalam kondisi seperti itu, maka ketika dia memiliki keinginan melakukan kemungkaran, dia pun ingat
dengan kondisi dirinya ketika menghadap Allah Ta’ala dalam shalatnya, sehingga pada akhirnya dia pun tercegah dari
perbuatan kemungkaran tersebut.
Pahala dan kebaikan yang besar telah disiapkan untuk hamba-Nya yang mendirikan shalat
Yaitu cahaya dalam hati, wajah, cahaya di alam kubur dan cahaya pada hari kiamat.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan
tentang shalat pada suatu hari, kemudian berkata,
َ ْ َ ُ ً ُ ً َ َُْ ً َ ََ َ َْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ُ َْ َ ْ ْ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ
ورا له كانت َعل ْي َها َحافظ َم ْن ن، وبرهانا، ال ِقيام ِة يوم ونجاة، نور له يكن لم عليها يح ِافظ لم ومن، ب ْرهان َوّل،ُ ن َجاة َوّل، ق ُارون َم َع ال ِق َي َام ِة َي ْو َم َوكان،
َ َ َ ُ َ
و ِف ْر َع ْون،َ وه َامان،َ خلف ْب ِن َوأ َ َ ِّب
“Siapa saja yang menjaga shalat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat.
Sedangkan siapa saja yang tidak menjaga shalat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan.
Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.”
(HR. Ahmad 2: 169 dengan sanad yang hasan)
Qarun adalah simbol orang yang lalai karena sibuk dengan harta. Fir’aun lalai karena sibuk dengan kekuasaan dan
kerajaan. Haman (perdana menteri Fir’aun) lalai karena sibuk menjilat penguasa demi meraih jabatan yang tinggi.
Sedangkan Ubay bin Khalaf sibuk dengan urusan perdagangan atau bisnisnya. Inilah gambaran orang-orang yang
disibukkan dengan perkara dunia sehingga lalai dari shalat.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ُ ي َ
اب ن ْه ًرا أن ل ْو أ َرأ ْيت ْم َ ُْ َ ُ ََْ ُ ْ َ ْ َ َْ ُ ي ْ ََْ َ ْ َي ََ ْ َ
ِ مرات خمس يوم كل ِمنه يغت ِسل أح ِدكم ِبب، شء؟ د ِرن ِه ِمن يبق هلَ
“Bagaimana pendapatmu jika di depan pintu rumahmu ada sungai, lalu Engkau mandi sehari lima kali? Apakah
tersisa kotoran di badannya?”
“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya, adalah penggugur dosa di antara keduanya, selama
dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR. Muslim no. 233)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ َ َ َ ي َ ْ ن ْص َف ْي َع ْبدي َو َب، َسأ َل َما َول َع ْبدي
الصالة ق َس ْمت ي َب ْي ِ َن ر ِ ِِ ر ِ ِ
“Allah Ta’ala berfirman, “Aku membagi shalat (yaitu surat Al-Fatihah, pent.) untuk-Ku dan hamba-Ku menjadi dua
bagian. Dan untuk hamba-Ku sesuai dengan apa yang dia minta.”
َ َ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َّ ِّ َ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ
ال ف ِإذا ِ ِ }ال َعال ِم ري رب، ت َعال للا قال: ع ْب ِدي ح ِمد ِ َب
العبد ق: {ّلل الحمد
Ketika hamba berkata (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-
Ku memujiku.”
َ َ َ
ال َوِإذاق: {الر ْح َم ِن
}الر ِحيم ي
ي، ال ُ ت َعال:َ ل أ ْث َن
َ للا َق َع ْب ِدي َع ي
ِ َ
Ketika hamba berkata (yang artinya), “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-
Ku menyanjungku.” (sanjungan yaitu pujian yang berulang-ulang, pent.)
َ َ ِّ َ َ َ َ ي َْ َ َ َ ًي َي َ َي َْ
قا َل َوِإذا: {ين َي ْو ِم َم ِال ِك
ِ }الد، قال: عب ِدي ِإ َل فوض مرة وقال – عب ِدي مجد ِ َب
Ketika hamba berkata (yang artinya), “Yang menguasai hari pembalasan”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku
memuliakanku.” Dan terkadang Allah berfirman, “Hamba-Ku memasrahkankan urusannya kepada-Ku.”
َ َ َ َ َ َ َْ َ َْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ي َ َ ْ ُ ُ ي َ َسأ َل َما َول َع ْبدي
ال ف ِإذاق: {قال }نست ِع ري وِإياك نعبد ِإياك: ع ْب ِدي وب ري بي ِ َن هذا، ِ ِ
Ketika hamba berkata (yang artinya), “Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami
meminta pertolongan”; Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah antara Aku dan hamba-Ku. Dan untuk hamba-Ku apa
yang dia minta.”
َ َ َ َ َ ْ َ َ ِّ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ ِّ ي َ َ ََ َْ َْ َ َ َ َ
ال ف ِإذاق: {وب غ ر ِب علي ِهم أنعمت الذين ِِصاط المست ِقيم الِّصاط اه ِدنا
ِ قال }الضال ري وّل علي ِهم المغض: سأل ما و ِلعب ِدي ِلعب ِدي هذا
Dan ketika hamba berkata (yang artinya), “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”; Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah
untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.” (HR. Muslim no. 395)
Faidah tambahan dari hadits di atas adalah bahwa nama lain surat Al-Fatihah adalah “shalat”, karena surat Al-
Fatihah senantiasa dibaca ketika shalat. Hadits ini juga menjadi dalil bagi sebagian ulama bahwa surat Al-Fatihah itu
dimulai dari ayat,
ُ ْ َّ ِّ َ َ ْ
ّلل ال َح ْمد
ِ ِ ال َعال ِم ري رب
sedangkan basmalah bukan termasuk dari bagian surat Al-Fatihah. Masalah ini dapat dibaca lebih detail di tulisan-
tulisan lainnya yang khusus membahas permasalahan ini.
Maka apakah kita temukan adanya penghubung yang lebih erat antara seorang hamba dengan Rabbnya melebihi
ketika seorang hamba mendirikan shalat? Yaitu ketika seorang hamba yang berada di bumi mendirikan dan
memperhatikan shalat dengan membaca surat Al-Fatihah ayat demi ayat, dan Allah Ta’ala merespon (menjawab)
bacaan surat tersebut dari atas langit yang tujuh? Renungkanlah keutamaan yang sangat besar ini, wahai kaum
muslimin.
ب َما أ يو ُل
ُ َ َ َْ َ َ ْ َ
َ بد به ُي َح
ُ اس ْ َ َ َْ َ ْ َ ي ً ُ ُ َ ْ َي ََ َ َي َ ُْ ْ َ َ ُ َ َْ ْ
ِ ِ للا قال أتمها يكن لم وِإن تامة له ك ِتبت أتمها كان ف ِإن صالته ال ِقيام ِة يوم الع-جل و عز- لمال ِئك ِت ِه:ِ ِمن ِلعب ِدى ت ِجدون هل انظ ُروا
ََ َ ُ َُْ ُ َ َ َ ُ َ ُ ُ َ ُْ ُ َ َْ َ َ
الزكاة ث يم ف ِريضته ِب َها فتك ِملون تط ُّوع ال تؤخذ ث َم كذلك ذ ِلك َح َس ِب َعل األعم
“Amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika
shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya tidak sempurna
Allah Ta’ala berkata pada malaikat-Nya, “Lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah, maka
sempurnakanlah shalat wajibnya? Kemudian zakat pun demikian. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama
seperti itu.” (HR. Abu Daud, no. 864, dan Ibnu Majah, no. 1425 dan Ahmad, no. 103. Dishahihkan oleh Syaikh al
Albani dalam Shahihul Jami’)
Banyak shalat sunnah merupakan sebab terbesar masuk Surga dan menjadi pendamping Nabi di Surga
Shalat sunnah adalah amalan badan yang paling utama setelah jihad
Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ َ ُ ُ ََ ي َْ َ َ َ َ َ ي َ َ
الصالة أ َحدك ُم قض ِإذا صال ِت ِه ِم ْن ن ِص ْيبا ِل َب ْي ِت ِه فل َي ْج َع ْل َم ْس ِج ِد ِه ِفـي، خ رْ ًبا َصال ِت ِه ِم ْن َب ْي ِت ِه ِ َف َج ِاعل للا ف ِإن
“Jika salah seorang di antara kalian telah menunaikan shalat di masjidnya, maka hendaklah ia memberi jatah shalat
bagi rumahnya. Karena sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan dalam rumahnya melalui shalatnya.” (HR. Muslim)
“Kerjakanlah shalat (sunnah) di rumah kalian. Karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dikerjakan di
rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim)
“Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan” (Muttafaq Alaihi)
Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata, “Dan sesungguhnya anjuran melakukan shalat Sunnah di rumah, karena dia
lebih tersembunyi dan lebih menjauhkan dari riya, lebih terjaga dari kesia-siaan. Dan carilah keberkahan rumah
dengan hal itu, dan sebab turun kasih sayang serta malaikat dan membuat lari setan.” (lihat Syarh an-Nawawi ala
Shahih Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata; Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
َ ي َ َ َ ْ َ َ َ ْ ًّ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ ََ ْ َ بب َعل ْيه ْاف َ َب ْض ُت ُه م يمـا إل يـي أ َح ي، ال َو َماُ إل يـي َي َت َق ير ُب َع ْبد ْي َي َز
للا ِإن ال ت َعالـى ق: ِبال َـح ْر ِب آذنته فقد و ِليا ِلـي عادى من، شء َع ْب ِد ْي ِإل يـي تق ير َب َو َما َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َ َ ُ َّ َّ َّ َّ
ي ُ ُ ُ ُ ْ ُ
أ ِح يبه َح ين ِبالن َو ِاف ِل، ِب ِه َي ْس َم ُع ال ِذ ْي َس ْم َعه كنت أ ْح َب ْبته ف ِإذا، ِّص ُه ُ ِ ب ِه ُي ْب، ن َو َي َد ُه
َ َ ِّص ال ِذ ْي َو َب ْ ِ ش ال ُ ب َها َي ْب ِط، ن َور ْجل ُه ْ ِ ش الْ ِ ب َها َي ْم، َوإ ْن
ِ َ ِ ِ َ َ ِ ِ
نْ ِ َ ُأل ْع ِط َي ين ُه َسأل، َ ُأل ِع ْي َذ ين ُه ْاس َت َع َاذ ِن ْـي َول ِي
َ ِ
“Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan
perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal
yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah
hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk
berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya.
Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (HR. al-Bukhari)
Diriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan
shalat hingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu ada yang berkata kepada beliau, “Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab,
َ َ ُ ُ ً ُ َ
شك ْو ًرا َع ْبدا أ ك ْون أفال.
“Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur.” (Muttafaq Alaih)
1.Mengucapkan salam
Mengucapkan salam ke sesama muslim adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Ini merupakan penyebab tumbuhnya
rasa cinta di kalangan kaum muslimin sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw:
“Demi Allah tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan tidak beriman hingga kalian saling mencintai.
Maukah kuberitahukan sesuatu yang jika kalian lakukan akan menumbuhkan rasa cinta di antara kalian?, Sebarkan
salam di antara kalian” (HR. Muslim).
2. Memenuhi Undangan
Memenuhi undangan adalah sunnah mu’akkadah. Hal itu dapat membuat orang yang mengundang senang, serta
menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang. Lain halnya dengan memenuhi undangan pernikahan, sebab memenuhi
undangan pernikahan adalah wajib dengan syarat-syarat yang telah dikenal.
“Dan siapa yang tidak memenuhi (undangannya) maka dia telah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhori
dan Muslim).
3.Memberi nasihat
Yaitu jika seseorang datang meminta nasihat kepadamu dalam suatu masalah maka nasihatilah. Sebagaimana hadits
Rasulullah Saw:
“Agama adalah nasihat: Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada para pemimpin kaum muslimin serta rakyat
pada umumnya.” (HR. Muslim).
Orang yang bersyukur kepada Allah saat bersin, maka ia berhak untuk diberikan ucapan Yaharmukallah. Sebaliknya,
jika tidak mengucapkan Hamdalah, maka ia tidak wajib diberikan ucapan Yaharmukallah. Itulah balasan bagi orang
yang bersin tetapi tidak mengucapkan hamdalah.
Menjawab orang yang bersin (jika dia mengucapkan hamdalah) hukumnya wajib, dan wajib pula menjawab orang
yang mengucapkan “Yarhamukallah” dengan ucapan “Yahdikumullah wa yuslih balakum”, dan jika seseorang bersin
terus menerus lebih dari tiga kali maka keempat kalinya ucapkanlah “Aafakallah“ (Semoga Allah menyembuhkanmu)
sebagai ganti dari ucapan “Yarhamukallah“.
Hak orang sakit adalah mendapatkan jengukan dari saudaranya. Dan merupakan kewajiban bagi saudara-saudaranya
yang seiman. Terlebih jika yang sakit memiliki kekerabatan, teman dan tetangga maka membesuknya sangat
dianjurkan.
Disunnahkan bagi yang membesuk orang sakit untuk menanyakan keadaannya, mendoakannya serta menghiburnya
dan memberinya harapan karena hal tersebut merupakan sebab yang paling besar mendatangkan kesembuhan dan
kesehatan.
Penting juga untuk mengingatkannya akan taubat dengan cara yang tidak menakutkannya, misalnya seperti berkata
kepadanya:
“Sesungguhnya sakit yang engkau derita sekarang ini mendatangkan kebaikan, karena penyakit dapat berfungsi
menghapus dosa dan kesalahan dan dengan kondisi yang tidak dapat kemana-mana engkau dapat meraih pahala
yang banyak, dengan membaca zikir, istighfar dan berdoa”.
6. Mengantarkan jenazah
Diantarkan jenazah seorang muslim ke peristirahatan terakhirnya merupakan hak seorang muslim atas saudaranya
dan di dalamnya terdapat pahala yang besar.
“Siapa yang mengantarkan jenazah hingga menshalatkannya maka baginya pahala satu qhirath, dan siapa yang
mengantarkannya hingga dimakamkan maka baginya pahala dua qhirath”, beliau ditanya: “Apakah yang dimaksud
qhirath ?”, beliau menjawab: “Bagaikan dua gunung yang besar“ (HR. Bukhori dan Muslim).
10. Surat yg baik dibaca wkt malam jumat, menurut hadis sahih
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR.
An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no.
6470)
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.”
(HR. Ad Darimi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471)