Anda di halaman 1dari 5

Nama: Abiyyan Ahdasabil

NIM: 220641100076

Iman, Islam, dan Takwa

Pengertian Iman, Islam, dan Takwa dalam Pohon Islam

Iman itu bagaikan akar, tertancap di dalam dan tak seorang pun mengetahuinya. Tak
seorang pun bisa memastikan keimanan dari lubuk hati kecuali Allah subhaanahu wa ta`ala. Dan
batang dari akar yang muncul pastilah sesuai dengan jenis akar tersebut, jika akar tersebut adalah
akar pohon mangga, maka yang tumbuh pasti batang mangga, tidak mungkin bisa tumbuh batang
yang berbeda. Sama halnya dengan iman, jika seseorang sudah yakin kepada Allah, maka akan
tumbuh pohon Islam yang ditandai dengan tumbuhnya batang terlebih dahulu, yakni Islam itu
sendiri dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Setelah tumbuhnnya batang Islam maka akan tumbuh cabang-cabang pohon Islam dari
batang tersebut. Cabang pertama yaitu mendirikan shalat, cabang kedua yaitu menunaikan zakat,
cabang ketiga yaitu berpuasa, dan cabang yang keempat yaitu naik haji apabila mampu. Sebagai
orang Islam kita diperintahkan Allah subahaanahu wa ta`ala untuk melaksanakan hal-hal di atas
dan hal tersebut kita kenal sebagai Rukun Islam.

Ketika cabang-cabang pohon Islam sudah tumbuh, maka akan tumbuh dari cabang-cabang
tersebut ranting-ranting yang akan kita sebut sebagai Sunnah. Jika cabang-cabang yang berisi
Rukun Islam seperti menunaikan shalat 5 waktu adalah hal yang wajib orang Islam kerjakan,
maka ranting-ranting (sunnah) ini seperti halnya tambahan ibadah dari Allah kepada kita umat-
Nya. Contohnya adalah shalat sunnah yang banyak sekali macamnya, seperti shalat sunnah
Rawatib Qobliyah Ba’diyah, shalat Dhuha, shalat Tahajjud, dan sebagainya.

Jika seseorang sudah melaksanakan perintah Allah dan sunah-Nya, sebagaimana cabang-
cabang dan ranting-ranting pohon Islam yang sudah tumbuh dalam dirinya, maka akan tumbuh
dedaunan dari ranting-ranting tersebut yang merupakan representasi dari perolehan predikat
takwa kepada Allah subhaanahu wa ta`ala. Namun, ada pula hal lain yang bisa tumbuh dari
pohon Islam, yakni benalu. Benalu diibaratkan sebagai kesombongan, riya’, dan lain sebagainya.
Benalu ini merupakan sifat-sifat negatif yang bertolak belakang dengan sifat-sifat keislaman.
Benalu tak mempunyai akar atau bisa dikatakan tak berdasar pada iman kita kepada Allah
subhaanahu wa ta`ala. Benalu ini tumbuh dan hinggap pada dedaunan pohon, yang akan
mengikis dan menyerap sumber energi dari pohon tersebut, sehingga akan merubah dan
menggantikan dedaunan pohon yang sebelumnya begitu lebat menjadi benalu-benalu yang
tumbuh menjadi lebat. Sama halnya dengan iman dan ibadah kita, jika dalam hati kita sudah
tertanam sifat-sfiat sombong dan riya’ yang kita ibaratkan sebagai benalu dan kita biarkan benalu
ini tumbuh dalam hati kita begitu saja, maka hal itu akan mengakibatkan amal dari ibadah kita
menjadi sia-sia, iman dalam hati kita perlahan-lahan juga akan terkikis oleh benalu ini. Oleh
karena itu, mari kita jaga hati kita, jaga keimanan dalam diri kita, kita harus mulai berpikir
terbuka dan menyadari akan keberadaan benalu yang berbahaya bagi kita. Pikirkan dan
tanamkan dalam hati bahwa kita beriman dan beribadah bukan karena kita ingin diakui oleh
orang lain, melainkan hanya untuk Allah subhaanahu wa ta`ala.

Apabila sudah tertanam akar yang kuat, batang dan cabang yang kokoh, serta ranting dan
dedaunan yang tumbuh begitu lebat, maka akan tumbuh lah buah dari pohon tersebut. Buah yang
tumbuh dalam pohon Islam bisa kita analogikan sebagai bonus dari iman dan ibadah kita yang
kuat, yakni berupa karomah. Karomah yang diberikan Allah subhaanahu wa ta`ala merupakan
sesuatu yang akan bermanfaat untuk orang lain. Karomah tidak dimanfaatkan untuk diri sendiri,
ibaratnya buah mangga dan pohon mangga. Buah mangga yang tumbuh dari pohon mangga tidak
akan dimanfaatkan atau digunakan oleh pohon mangganya, tetapi buah itu akan dimakan oleh
manusia atau bisa dibilang bermanfaat untuk orang lain.

Definisi Iman

Iman secara bahasa berarti percaya. Menurut Ibnu Majah at tabrani, Iman adalah kesatuan
atau keselarasan hati, ucapan, dan perbuatan. Seseorang dinyatakan beriman bukan karena hanya
percaya sesuatu melainkan kepercayaannya itu mendorongnya untuk mengucapkan dan
melakukan sesuatu yang sesuai dengan keyakinannya.

Rukun Iman

“Amantu billah wa malaikitihi wa kutubihi wa rusulihi wal yaumil aakhiri wa bil


qadrikhoirihi wa sarrihi minallaahi ta`ala”.
1. Iman kepada Allah (Amantu Billah)
Iman kepada Allah adalah sesuatu yang wajib kita laksanakan sebagai seorang muslim.
Jika kita tidak mempercayai Allah sebagai Tuhan seluruh semesta alam, maka kita belum
bisa dikatakan Islam. Apabila rukun lain dijalankan, namun tidak dengan rukun iman
kepada Allah subhaanahu wa ta`ala maka akan membuat keyakinannya tidak benar.
Seperti halnya seseorang yang percaya akan keberadaan malaikat, namun ia tidak percaya
bahwa Allah lah yang menciptakan malaikat, maka keyakinannya masih salah. Perintah
dan larangan Allah subhaanahu wa ta`ala akan mudah dibedakan oleh seorang yang
beriman betul atas keesaan dan kekuasaan Allah. Jika manusia patuh maka hatinya akan
selalu ingat kepada Allah subhaanahu wa ta`ala. Sebaliknya, jika iman seseorang kepada
Allah masih sedikit atau bahkan tidak ada, maka ia akan terombang-ambing dalam
menjalankan Islam. Sebab, dirinya masih belum meyakini keesaan Allah dan bahwa
Allah lah yang mengatur segala sesuatu, termasuk dirinya.
2. Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah (Amantu Billah Wa Malaikatihi)
Iman kepada malaikat Allah adalah mempercayai bahwa Allah subhaanahu wa ta`ala
telah menciptakan malaikat yang diberi tugas untuk mengatur alam dan tugas untuk
mengatur alam dan mengurus perjalanan alam semesta dan tugas tertentu lainnya. Seperti
halnya 10 malaikat yang kita ketahui beserta tugas-tugasnya, yaitu:
1) Malaikat Jibril: menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul-Nya dan
meniupkan roh ke dalam janin.
2) Malaikat Mikail: memberi rezeki kepada makhluk hidup.
3) Malaikat Israfil: meniup terompet sangkakala di hari kiamat dan hari kebangkitan.
4) Malaikat Izrail: mencabut nyawa makhluk hidup.
5) Malaikat Raqib: mencatat semua amal baik manusia selama hidup di dunia fana.
6) Malaikat Atid: mencatat semua amal buruk manusia selama hidup di dunia fana.
7) Malaikat Munkar: menanyakan manusia di dalam kubur tentang keburukan yang
dilakukan semasa hidup.
8) Malaikat Nakir: menanyakan manusia di dalam kubur tentang kebaikan yang
dilakukan semasa hidup.
9) Malaikat Malik: menjaga pintu neraka.
10) Malaikat Ridwan: menjaga pintu surga.
3. Iman kepada Kitab-Kitab Allah (Amantu Billah Wa Kutubihi)
Iman kepada kitab Allah adalah penerimaan dan keyakinan akan adanya kitab Allah
subhaanahu wa ta`ala dan timbul kesediaan dalam jiwa untuk melaksanakan ajaran,
perintah, dan larangan yang terdapat dalam kitab tersebut. Kitab-kitab Allah merupakan
sesuatu yang menjadi pedoman hidup dan penegah konflik bagi umat muslim sekalian.
Adapun beberapa kitab yang telah diturunkan oleh Allah, diantaranya:
1) Kitab Taurat yang disampaikan kepada Nabi Musa alaihissalam.
2) Kitab Zabur yang disampaikan kepada Nabi Daud alaihissalam.
3) Kitab Injil yang disampaikan kepada Nabi Isa alaihissalam.
4) Kitab Al-Qur`an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad sallallaahu `alaihi wa
sallam.
4. Iman kepada Rasul Allah (Amantu Billah wa Rusulihi)
Iman kepada Rasul berarti meyakini dan memercayai bahwa Allah subhaanahu wa ta`ala
mengutus kepada tiap umat seorang dari kalangan mereka yang menyeru untuk beribadah
kepada Allah semata. Kita diwajibkan untuk beriman kepada Rasul-rasul Allah karena
mereka adalah orang yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada seluruh
umat manusia. Rasul-rasul Allah termasuk orang yang sempurna (insani kamil), memiliki
sifat terjaga dari segala perbuatan dosa (maksum), serta apa yang disampaikan
merupakan wahyu Allah dan bukan hawa nafsu sendiri. Umat Islam diwajibkan untuk
mengimani adanya Nabi dan Rasul di Bumi. Walaupun ada banyak jumlahnya, ada 25
Nabi dan Rasul yang wajib diketahui, seperti Nabi Adam alaihissalam, Nabi Idris
alaihissalam, Nabi Nuh alaihissalam, serta Nabi-nabi lainnya dengan Rasulullah atau
Nabi Muhammad sallaahu `alaihi wa sallam sebagai Nabi atau Rasul terakhir di Bumi.
5. Iman Kepada Hari Kiamat (Amantu Billah Wal Yaumil Aakhiri)
Iman kepada hari kiamat adalah percaya dan meyakini bahwa seluruh alam termasuk
dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya
terompet Malaikat Israfil. Tidak ada yang tahu kapan hari kiamat akan terjadi. Ini adalah
rahasia Allah subhaanahu wa ta`ala. Ketika kiamat tiba, Bumi akan hancur, semua
makhluk akan mati, lalu Allah menghidupkan kembali manusia dari dalam kubur pada
hari kebangkitan.
6. Iman Kepada Qada’ dan Qadar (Amantu Bil Qadrikhoirihi Wa Sarrihi Minallaahi Ta`ala)
Iman kepada qada’ dan qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah
subhaanahu wa ta`ala telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada makhluk-
Nya. Qada’ adalah ketetapan Allah sejak zaman azali (zaman dahulu sebelum penciptaan
alam semesta), sedangkan qadar adalah perwujudan dari ketetapan Allah subhaanahu wa
ta`ala (qada’) dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya atau sesuatu yang biasa
kita sebut sebagai takdir. Setiap manusia, telah diciptakan dengan ketentuan-ketentuan
dan telah diatur nasibnya sejak zaman azali. Meski ada takdir Allah, bukan berarti kita
sebagai manusia bermalas-malasan menunggu nasib tanpa berusaha atau berikhtiar.
Sebuah keberhasilan tak kan tercapai tanpa adanya usaha. Jadi, usaha tetap harus kita
lakukan. Tetapi, bagaimanapun hasilnya, harus dapat menerima dengan lapang dada, kita
harus meyakini bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita, karena itu merupakan takdir
Allah subhaanahu wa ta`ala.

Tanda-Tanda Orang Beriman

Dalam surah Al-Baqarah ayat 177 disebutkan bahwa tanda-tanda orang beriman adalah:

1. Memberikan harta yang dicintai.


2. Menunaikan zakat.
3. Menepati janji.
4. Sabar.

Anda mungkin juga menyukai