PEMBAHASAN
Iman
Iman memiliki arti ketentraman dan kedamaian kalbu yang dari kata itu bisa muncul kata al-amanah
(amanah: dapat dipercaya). Yang dimaksud keimanan seseorang terhadap sesuatu adalah jika dalam
hati orang tersebut telah tertanam kepercayaan dan keyakinan tentang sesuatu dan sejak saat itu ia
tidak khawatir lagi terhadap menyelusupnya kepercayaan lain yang bertentangan dengan
kepercayaannya. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat
mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagai
firman Allah:
Artinya:
“Wahai orang-oran yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasulnya (Muhammad) dan
kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada Rasulnya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-
rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.”(Q.S An Nisa : 136)
Dalam kasus ini, iman disini lebih merujuk ke enam rukun iman.
Enam rukun iman:
1. Percaya kepada Allah
Pengertian Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan segala
sifat keagungan dan kesempurnaannya, kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan di dunia nyata.
Artinya:
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan
Maha Penyayang.”(QS. Al-Baqarah : 136)
Artinya:”(19) Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan dibumi. Dan malaikat-malaikat
yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembuh-Nya dan tiada (pula)
merasa letih. (20) Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”
Qotmil(membaca saja)
Tartil(membaca saja)
Hafidz(membaca, memahami, mengamalkan dan menghafalkan)
Kejadian itu bisa berupa hal baik atau hal buruk, hidup atau mati, kemunculan atau kemusnahan.
Semua menjadi bukti dari kebesaran Allah SWT. Segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Qada berarti
Mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-batasnya (Q.S. Surat Fussilat ayat 10)
Ukuran (Q.S. Surat Ar- Ra’du ayat 17)
Kekuasaan atau kemampuan (Q.S. Surat Al- Baqarah ayat 236)
Ketentuan atau kepastian (Q.S. Al- Mursalat ayat 23)
Perwujudan kehendak Allah swt terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk-bentuk batasan
tertentu (Q.S. Al- Qomar ayat 49)
Islam
Ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah swt. berfirman. “Jika kamu berbuat baik,
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (QS Al-Isra’: 7). Dan irfman Allah : “Dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (QS. Al-Qashash: 77).
Ihsan adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Ihsan juga merupakan puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah
Swt.Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang
hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk
menduduki posisi terhormat di sisi Allah Swt. Rasulullah Saw pun sangat menaruh perhatian akan
hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak yang mulia guna mencari rahmat dari Allah Swt.
([ONLINE] https://sepcor.blogspot.com/2015/09/imanislamihsan.html?m=1:2018)
Menurut Khan Sahib Khaja Khan, kata ”insan” dipandang berasal dari turunan beberapa kata.
Misalnya ”uns” yang artinya cinta. Sedangkan yang lain memandangnya berasal kata ”nas” yang
artinya pelupa, karena manusia hidup di dunia dimulai dari terlupa dan berakhir dengan terlupa.
Yang lain lagi berkata asalnya adalah ”ain san”, ”seperti mata”. Manusia adalah mata, dengan nama
Tuhan menurunkan sifat dan asma-Nya secara terbatas. Insan Kamil, karenanya merupakan cermin
yang merupakan pantulan dari sifat dan asma Tuhan", yakni Allah Swt. (Kosasih, Aceng, 2012:2;
[ONLINE] https://docplayer.info/36752219-Konsep-insan-kamil-menurut-al-jili-oleh-drs-h-aceng-
kosasih-m-ag.html:2018)
Sedangkan menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan manusia dalam mengimani
Tuhan. Pertama, tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian.
Artinya, mereka "menyaksikan" Tuhan; mereka menyembah tuhan yang
disaksikannya. Kedua, manusia beragama pada umumnya. Mereka mengimani tuhan
dengan cara pendefinisian, yang berarti mereka tidak menyaksikan Tuhan tetapi mereka
mendefinisikan Tuhan, berdasarkan sifat-sifat dan nama-nama Tuhan
(Asma'ul Husna). (Hadiyanto, Andy. dkk, 2016:93)
Menurut al-Jili, Insan Kamil adalah dia yang berhadapan dengan Pencipta dan pada saat yang sama
juga dengan makhluk. Insan Kamil atau manusia sempurna merupakan quib atau axis, tempat segala
sesuatu berkeliling dari mula hingga akhir. Oleh karena itu segala sesuatu menjadi ada, maka dia
adalah satu (wahid) untuk selamanya. Ia memiliki berbagai bentuk dan ia muncul dalam kana’is atau
rupa yang bermacam-macam. Untuk menghormati hal yang demikian, maka namanya dipanggil
secara berbeda dan untuk menghormati selain daripadanya, maka panggilan nama yang demikian
tidak dipergunakan pada mereka. Siapakah dia? Nama sebenarnya adalah Muhammad, nama untuk
kehormatannya adalah Abdul Qosim, dan gelarnya Syamsudin atau Sang Menteri Agama.(Kosasih,
Aceng, 2012:4; [ONLINE]https://docplayer.info/36752219-Konsep-insan-kamil-menurut-al-jili-oleh-
drs-h-aceng-kosasih-m-ag.html:2018)
Insan kamil pada umumnya diartikan sebagai manusia yang sempurna baik dari segi wujud dan
pengetahuannya. Kesempurnaan dari segi wujudnya ialah karena dia merupakan manifestasi
sempurna dari citra Tuhan, yang pada dirinya tercermin nama-nama dan sifat Tuhan secara utuh.
Adapun kesempurnaan dari segi pengetahuannya ialah karena dia telah mencapai tingkat kesadaran
tertinggi, yakni menyadari kesatuan esensinya dengan Tuhan, yang disebut makrifat. (ibid, hal.60;
[ONLINE]https://pengkajianpelitahati.wordpress.com/2011/04/25/konsep-insan-kamil-ibn-
arabi/#_ftn3:2018)
C. Pengaruh iman, Islam, dan ihsan dalam membentuk insan kamil
Kaum muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman, Islam, dan
ihsan sebagai kesatuan yang utuh. Para ulama mengembangkan ilmu-ilmu Islam guna memahami
ketiga unsur tersebut. (Hadiyanto, Andy. dkk, 2016:98)
Kaum muslimin di Indonesia lebih mengenal istilah akidah, syariat, dan akhlak sebagai tiga unsur
pokok ajaran islam. Akidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar iman; syariat
merupakan cabang ilmu agam untuk memahami pilar Islam dan akhlak merupakan cabang ilmu
agama untuk memahami pilar ihsan. (Hadiyanto, Andy. dkk, 2016:98)
Jika keenam unsur tersebut saling dihubungkan, maka bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1:
Hubungan Islam, Iman dan Ihsan dengan Ilmu-ilmu Islam
No. Unsur Ilmu Objek Kajian
1. Islam Syariat Lima rukun Islam
2. Iman Akidah Enam rukun iman
3. Ihsan Akhlak Bagusnya akhlak
sebagai buah dari
keimanan dan
peribadatan
Sumber: Departemen Agama RI
Jika manusia sudah mahami arti iman dan juga beriman dengan benar, juga menjalani Islam dan
rukun-rukunnya dengan istiqamah. Maka akan lebih mudah bagi mereka untuk memahami makna
ihsan, manusia akan mencapai derajat ihsan dengan meningkatkan terus kualitas iman dan Islam
dalam dirinya, dengan begitu menjadi insan kamil bukanlah hal yang mustahil baginya.