Dosen Pengampu :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam kita
curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pendidikan Agama
Islam” yang dibimbing oleh;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;. Makalah ini membahas tentang “ Sastra Peranakan
China”. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber referensi atau bacaan bagi
pembaca serta siapapun yang berminat mempelajari tentang materi tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan baik
dari segi materi, bahasa, maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang Tema tentang jihad agaknya selalu tak henti menjadi topic hangat.
Lebih-lebih bila dihungkan dengan interplay antar cara pandang baik di kalangan muslim
sendiri maupun di luar muslim dalam memahami semesta ajarn Islam. Kata jihad seolah
dipahami agker, sarat dengan bentuk-bentuk physical dan tak rentan dari sikap insinuative.
Kata-kata jihad ini pula yang akhir-akhir ini melambungkan nama Islam di pentas mondial,
walau lebih banyak sisi penyoratifnya disbanding positifnya. Lagi-lagi, hal ini dikarenakan
kerancuan tafsir yang dilakukan, misalnya dengan hanya mempersempit makna dari segi
lateral dengan memfokuskan pada balas dendam dan kekerasan. Setiap agama selalu saja
terdapat kelompok fundamentalis, minoritas, militant, ekstrim dan radikal. Menurut
penelitian Karen Amstrong (2001), fundamentalisme tidak hanya terdapat pada agama yang
monoteistik saja. Ada juga fundamentalisme Budha, Hindu dan bahkan Kong Hu Cu yang
sama-sama menolak butir-butir nilai budaya liberal dan saling berperang atas nama agama
serta berusaha membawa hal-hal yang sacral ke dalam urusan politik dan Negara.
1.Jihad.
Secara harfiah, kata jihad berasal dari bahasa Arab jahada –yajhadu -juhdan –jihad yang
berarti berjuang, bersungguh-sungguh, memberikan yang terbaik, mengerahkan tenaga untuk
mencapai tujuan.
Secara konstektual, Jihad adalah perjuangan yang dilakukan oleh individu muslim
maupun kelompok islam yang dilakukan oleh individu muslim maupun kelompok islam
dalam menyiarkan agama islam, dan perjuangan lain yang lebih luas, seperti : perjuangan
dibidang pendidikan, kesehatan, moral, ekonomi, sosial budaya, politik, keamanan, hak dan
kewajiban, lapangan pekerjaan dan lainlain.
Seperti yang telah dikemukakan, jihad berbeda dengan Perang. Meski sebagian orang
barat mengidentifikasi jihad sebagai perang (war). Jihad yang diartikan perang menurut Ali
(1996:638), sebenarnya tidak dikenal dalam islam, jihad dalam arti “perang suci” (holywar),
seperti yang dikemukakan oleh klein dalam ali (1996), dipandang sebagai suatu pemaknaan
yang dipengaruhi oleh konsep Kristen ( perang salib ), dimana pandangan tersebut keliru
sekaligus menyesatkan. Selaras dengan hal tersebut, maka berbeda dengan (qital dan harb)
yang bermakna “perang” dalam al-Quran ( Q.S Al-Ankabut : , Q.S Al-hajj :78, Q.S Al-baqarah :
218, Q.S Al-furqon : 52, Q.S At tahrim (66): 9 ),Q.S Al hujurat (49): 15, Q.S Ash shaff (61): 11, Q.S
Al maidah(5) : 54.) pun dikemukakan dalam hati-hati, kalaupun ada itu untuk mempertahankan
diri dari gangguan dan penganiayaan dari luar islam atau musuh-musuh islam, tidak boleh
melampaui batas, untuk menghindari fitnah.
2.Radikalisme.
Kata radikalisme berasal dari kata radical yang berarti “dasar” atau sesuatu yang
fundamental. Menurut istilah, radikalisme berarti pembaruan atau perubahan social dan
politik yang drastis, atau sikap ekstrem dari kelompok tertentu agar terjadi pembaruan atau
perubahan social secara drastic (salim, t.t : 1220)
Landasan jihad dalam islam terdapat dalam kitab suci al-quran, hadist, dan ijtihad.
Dalam al-Quran, landasan-landasan tersebut, antara lain terdapat dalam ayat berikut.
Macam-macam jihad
Jihad ditinjau dari macamnya dapat dipilah menjadi 2, yaitu jihad universal dan jihad
konsektual. Jihad universal didalam Al-Qur’an disebutkan dalam surah sebagai berikut :
· Jihad Universal
· Jihad konsektual
(Menurut Al-Raghib dalam Albanna(2006), ada tiga macam : berjuang melawan musuh yang
kelihatan, bnerjuang melawan setan, dan berjuang melawan hawa nafsu. )
Istilah “islam radikal “, sebagai sebuah kesatuan dari berbagai fenomena sosial dan
keagamaan kelompok-kelompok muslim yang sedemikian kompleks.
Ada beberapa faktor yang berakumulasi atau bertemu satu dan lain yang pada
akhirnya melahirkan radikalisme dan terorisme itu biasa disebut tathorruf ,menjadi
muthothorrifin. Kemudian juga diartikan dengan istilah teror atau menciptakan bencana-
bencana .
4.Adanya tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Jika tekanan itu melampaui batas
ambang kesabaran, maka muncul gerakan perlawanan dengan menggunakan segala
cara untuk meraih kemerdekaan.
Bentuk-bentuk radikalisme umat beragama ada beberapa jenis, yaitu: aksi terror, bom
bunuh diri, saling menyerang, aksi kekerasan, intimindasi, perlawanan terhadap
pemerintahnya, dan lain-lain. Aksi radikalisme umat beragama yang terjadi belum lama ini
diantaranya.
a.Timbulnya aksi kekerasan, seperti tragedi di Black Tuesday World Trade Center
(WTC) pada 11 September 2001 di Amerika Serikat
b.Tragedi bom di Legian Bali dan pengeboman Hotel JW Marriot di Jakarta, yang
mengakibatkan ratusan nyawa melayang sebagai akibat dari aksi teririsme tersebut.
c.Aksi teror di Thailand Selatan, khususya di Provinsi Pattani, Narathiwat, Yalla, dan
Songkla. Teror tersebut secara misterius berkecamuk di daerah tersebut mayoritas
penduduknya Muslim dan Budha. Latar belakang aksi terorisme tersebut di latar
belakangi oleh kesengajaan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan.
d.Perlawanan yang terjadi di Philipina Selatan. Karena tekana rezim politik yang
berkuasa di Philipina terhadap kelompok minoritas Muslim sehingga mereka tidak
mendapatkan hak kebebasan beragama dan berpendapat. Karenanya, mereka
melakukan perlawanan dengan cara radikal.
Dari sisi psikis, radikalisme agama menimbulkan keresahan dan ketakutan pada
masarakat, dan kurang adanya sikap saling percaya antara rakyat dan penguasa. Secara
internasional, aksi-aksi radikalisme tersebut mengakibatkan turunya citra bangsa, Negara,
bahkan agama yang dipeluk oleh bangsa tersebut. Penyebabnya tidak lain karena banyak
orang yang menyamaratakan antara agama dan praktik-praktik yang dilakukan oleh umat
beragama tersebut.
Radikalisme yang terjadi di Timur Tengah dan Asia Tenggara (Indonesia, Thailand,
Malaysia, Singapura, dan Filipina) mengakibatkan daerah-daerah yang menjadi obyek
pariwisata bagi turis asing maupun domestic (termasuk di dalamnya tempat-tempat bisnis
dan lembaga-lembaga pendidikan) yang mendatangkan devisa bagi Negara, akhirnya
kehilangan pemasukan strategis. Sebab turis mancanegara tidak mau dating ke wilayah-
wilayah yang tidak aman dan nyaman itu. Kondisi ini diperburuk dengan adanya travel
warning dari Negara-negara tertentu agar tidak mendatangi daerah atau Negara yang rawan
dari gangguan teror atau ancaman dari radikalisme.
Menurut Tahir (2004), kini radikalisme, terutama yang bermotifkan agama, menjadi
perhatian kaum agamawan dan pemerhati sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan,
kebudayaan dan pertahanan, baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan merebaknya aksi
kekerasan di luar negeri (tragedy WTC pada 11 September 2001) dan dalam negeri (tragedy
Legian Bali, pengeboman hotel J.W.Mariot lainnya), Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama islam turut merasakan efek buruk itu. Padahal aktor intelektual dibalik teror
tersebut berasal dari luar negeri (bukan umat islam beragama) dan hanya dilakukan oleh
sekelompok kecil dari umat islam di Indonesia.
3. Reorentasi pemahaman agama yang tekstual, rigid, dan sempit menjadi pemahaman
yang konstektual, fleksibel, dan terbuka.
Kata moderat merupakan sikap yang selalu menghindari yang berlebih-lebihan. Moderat
merupakan pandangan atau sikap seseorang yang cenderung kearah pengambilah sikap dengan
menggunakan jalan tengah (salim,2002) . dengan demikian muslim moderat dapat didefinikan
sebagai pandangan seorang muslim atau umat islam terhadap suatu persoalan dengan selalu
menghindarkan praktik-praktik yang radikal dan cenderung menyikapi segala sesuatu dengna
mengambil jalan tengah (moderat)
Kemoderatan islam (moderatisme islam ) merupakan gabungan antara kerohanian dan jasmani,
komninasi wahyu dan akal, kitab yang tertulis dan kitab yang terhampar dialam semesta. karena
itulah, umat islam tak boleh ragu, sebab islam sedari awal memang moderat. Sementara dalam islam
yang moderat itu, kita mensintesakan atau menggabungkan antara akal dengan wahyu. Sebuah
gambaran yang sangat indah seperti digambarkan seorang pemahat, bahwa akal itu seperti
pemandangan mata dan syariat itu seperti cahayanya. Moderatisme mengajarkan kita metodologi
yang tepat dan baik untuk menggabungkan antara wahyu dan rasio manusia.
Islam dengan kemoderatannya berbicara bahwasanya Allah memuliakan semua anak manusia,
tanpa membedakan suku bangsa, bahasa, dan agama. Keutamaan manusia ditentukan oleh
ketakwaannya, bukan realitas sosialnya.
Bagaimana kita bisa menjadikan dan menegakkan keadilan ? kita harus menggabungkan antara
kebenaran dan keadilan. Islam yang moderat menggabungkan antara unsur kebenaran dan keadilan.
Inilah islam moderat yang kita hadapi di era globalisasi ini sebagai entitas pilihan masa depan. Dan
kita akan selalu memegang prinsip ini sepanjang sejarah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Jihad hari ini tidaklah mengharuskan kita untuk mati di Jalan Allah, akan tetapi
bagaimana supaya kita bisa tetap hidup di Jalan Allah.
3. Muslim Moderat adalah pandangan seorang muslim atau umat islam terhadap
suatu persoalan dengan selalu menghindarkan praktik-praktik yang radikal dan
cenderung menyikapi segala sesuatu dengan mengambil jalan tengah (moderat).
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam memaknai arti dan
makna jihad, radikalisme umat beragama dan muslim moderat.
Sebagai generasi penerus bangsa, berjihad kita dijalan yang benar sesuai di zaman kita
dengan pendidikan yaitu dengan menuntut ilmu untuk membangun negara yang lebih baik. Untuk
menjadikan generasi muda islam tidak belajar hal hal yang menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Malibari, Zainuddin Abdul Aziz. 1993.Fath al-Mu’in. Surabaya: Nurul Huda.
Ali, Maulana Muhammad. 1996. Din al-Islam. Lahore: Ahmadiyah Building. Azra,
Azyumardi. 2006. Moderate Islam and Democracy in Indonesia.
Glasse, Cyril. 1998.The Concise Encyclopedia of Islam. New York: Columbia University.
Salim, Peter, et. al. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press.
Tahir. 2004. Meredam Gelombang Radikalisme. Jakarta: CMM Press dan Karsa