Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP HIJRAH, JIHAD, RADIKALISME UMAT


BERAGAMA, DAN MUSLIM MODERAT

Disusun Oleh:

Riki Subagja 604031423064


Andre Wirawan 604031423017

Dosen Pengampu : Dr. Esmi Tsalsa Sofiawati, M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


( STKIP )
BINA MUTIARA
SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan
hidayahNyalah penulis masih diberikan kesehatan maupun kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun banyak halangan dan rintangan yang penulis
hadapi, Alhamdulillah penulis selalu tegar menghadapinya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung pembuatan makalah ini. Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dari segi materi kajian, pendekatan maupun cara penulisannya, untuk itu
kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca, agar kedepannya penulis dapat
membuat makalah sebaik mungkin.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, teman-teman mahasiswa
lainnya dan juga tentunya bermanfaat bagi penulis sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sukabumi, 11 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................3
2.1 Pengertian Jihad dan Radikalisme Umat Beragama.......................................3
2.1.1 Pengertian Jihad.........................................................................................................3
2.1.2 Pengertian Radikalisme Umat Beragama.......................................................6
2.2 Landasan dan Macam-macam Jihad...............................................................7
2.2.1 Landasan Jihad...............................................................................................7
2.2.2 Macam-macam Jihad..............................................................................11
2.3 Latar Belakang Radikalisme Umat Beragama.............................................15
2.4 Bentuk dan Dampak Radikalisme Umat Beragama.....................................16
2.4.1 Bentuk-Bentuk Radikalisme Umat Beragama..............................................16
2.4.2 Dampak Radikalisme Umat Beragama........................................................17
2.4.3 Upaya Menanggulangi Radikalisme Umat Beragama.................................18
2.5 Muslim Moderat...........................................................................................18
BAB III PENUTUP........................................................................................................21
3.1 Kesimpulan...................................................................................................21
3.1 Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tema tentang jihad agaknya selalu tak henti menjadi topic hangat. Lebih-
lebih bila dihungkan dengan interplay antar cara pandang baik di kalangan
muslim sendiri maupun di luar muslim dalam memahami semesta ajarn Islam.
Kata jihad seolah dipahami agker, sarat dengan bentuk-bentuk physical dan tak
rentan dari sikap insinuative. Kata-kata jihad ini pula yang akhir-akhir ini
melambungkan nama Islam di pentas mondial, walau lebih banyak sisi
penyoratifnya disbanding positifnya. Lagi-lagi, hal ini dikarenakan kerancuan
tafsir yang dilakukan, misalnya dengan hanya mempersempit makna dari segi
lateral dengan memfokuskan pada balas dendam dan kekerasan.
Setiap agama selalu saja terdapat kelompok fundamentalis, minoritas,
militant, ekstrim dan radikal. Menurut penelitian Karen Amstrong (2001),
fundamentalisme tidak hanya terdapat pada agama yang monoteistik saja. Ada
juga fundamentalisme Budha, Hindu dan bahkan Kong Hu Cu yang sama-sama
menolak butir-butir nilai budaya liberal dan saling berperang atas nama agama
serta berusaha membawa hal-hal yang sacral ke dalam urusan politik dan
Negara. Dengan demikian, secara global, fundamentalisme dan radikalisme ini
merupakan masalah masalah dan tantangan bagi semua agama.
Pemahaman islam perlu dikembalikan pada penilaian yang substantive.
Paparan dan ulasan mengenai jihad, radikalime umat beragama dan muslim
moderat inilah yang dijelaskan dalam makalah ini. Kami berharap makalah ini
bisa mengungkap pemikiran Islam yang benar mengenai berbagai tema penting
yang tengah mengalami kebuntuan ilmiah, dan kami berusaha menempatkan
itu semua sesuai dengan sumber dasarnya yang paling hakiki yaitu Al-Qur げ a ミ
Al-Karim.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian jihad dan radikalisme umat beragama?
2. Bagaimana landasan dan macam-macam jihad?
3. Bagaimana latar belakang radikalisme umat beragama?
4. Bagaimana bentuk dan dampak radikalisme umat beragama?
5. Bagaimana upaya menanggulangi radikalisme umat beragama?
6. Bagaimana yang dimaksud tentang muslim moderat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Bagaimana pengertian jihad dan radikalisme umat beragama?
2. Bagaimana landasan dan macam-macam jihad?
3. Bagaimana latar belakang radikalisme umat beragama?
4. Bagaimana bentuk dan dampak radikalisme umat beragama?
5. Bagaimana upaya menanggulangi radikalisme umat beragama?
6. Bagaimana yang dimaksud tentang muslim moderat?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jihad dan Radikalisme Umat Beragama


2.1.1 Pengertian Jihad
Kata Jihad mengandung beberapa pengertian, baik pengertian literal
maupun pengertian kontekstual.
 Di dalam kamus al-MarwidkaryaAlbaki (1973:491)
Jihad adalah perang di jalanakidah (keimanan)
 Glasse (1998:194-195)
Jihad berasal dari kata jahada yang artinya upaya sungguh- sungguh,
dan mempertahankan Islam dari serangan pihak lawan
 Dalam kamus al-Munawwir (1984:217)
Jihad berasal dari kata jahada-yujahidu yang berarti mencurahkan
segala kemampuan yang dimiliki
 Al-raghib dalam al-Banna (2006)
Kata jihad adalah bentuk infinitive dari kata jahada, yang artinya
menggunakan atau mengeluarkan tenaga, daya, usaha, kekuatan
untuk melawan suatu objek yang tercela
 Salim (2006:619)
Memberikan pengertian jihad secara konstektual, yakni usaha
semaksimal mungkin untuk mencapai cita-cita, dan upaya untuk
membelaaga Islam dengan harta, benda, jiwa, dan raga.
Dengan demikian, jihad dalam pengertian konstektual ini adalah
perjuangan yang dilakukan oleh individu muslim maupun kelompok Islam
dalam menyiarkan agama Islam, dan perjuangan- perjuangan lain yang lebih
luas, seperti: perjuangan di bidang pendidikan, kesehatan, moral, ekonomi,
social, budaya, politik, keamanan, hak dan kewajiban, lapangan pekerjaan,
dan lain-lain dengan segenap kemampuan yang dimiliki.

3
Jihad dapat dimaknai sebagai segala usaha yang sungguh- sungguh
untuk melayani maksud Tuhan untuk menyebarluaskan sesuatu yang bernilai
etik yang tinggi, seperti perwujudan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan
perdamaian. Jihad jelas bertentangan dengan segala tindakan yang mengarah
pada tindakan kekerasan apalagi terorisme (Umar, 2006).
Seperti telah dikemukakan diatas, jihad berbeda dengan perang,
meskipun sebagian orang barat mengidentikkan jihad sebagai perang (war)
untuk menyiarkan Islam. Jihad yang diartikan perang, menurut Ali
(1996:638), sebenarnya tidak dikenal dalam ajaran Islam. Jihad dalam arti さ
pera ミ g suci ざ ふ hol┞ ┘ar ぶ, seperti ┞a ミ g dikemukakan oleh Klein dalam Ali
(1996), dipandang sebagai suatu pemaknaan yang dipengaruhi oleh konsep
Kristen (Perang Salib), dimana pandang anter sebut keliru sekaligus
menyesatkan (Umar, 2006).
Faktor paling utama kesalahpahaman tersebut, adalah diseHaHka ミ
oleh ra ミ cu ミ┞a pe マ aha マ a ミ a ミ tara さ Jihad ざ da ミ さ Qital ざ yang diletakkan
kedalam satu bingkai pemahaman, bahkan tak jara ミ g マ e ミ gedepa ミ ka ミ マ ak ミ
a さ Qital ざ Hahka ミ マ e ミ ga ミ ggap Jihad adalah Qital (Umar, 2006)
Selaras dengan hal tersebut, maka jihad berbeda dengan perang (qital
dan harb). Jihad banyak disebutkan dalam al-Qur げ a ミ seperti dalam Q.S
Al-け A ミ kaHut:ヶ, Q.S Al-Hajj:78, Q.S Al-Taubah:73,
Q.S Al-Tahrim:9, Q.S Al-Baqarah:190-194, Al-Baqarah:218, An-
Nisa げ:Α ヵ-78, dan lain-lain yang menyebutkan bahwa jihad berarti さ
Herjua ミ g ざ. (Suparno, 2013)
Sementara itu, qital dan harH ┞a ミ g Her マ ak ミ a さ pera ミ g ざ di dalam
al-Qur げ a ミ dike マ ukaka ミ dengan sangat hati-hati. Kalaupun ada ayat yang
memerintahkan untuk perang, hal tersebut dalam rangka mempertahankan
diri dari gangguan dan penganiayaan dari

4
pihak luar Islam atau musuh-musuh Islam, tidak boleh melampaui batas,
dan untuk menghindari fitnah, menurut Umar (dalam Suparno, 2013).
Hal ini sesuai firman Allah sebagai berikut :

さ Da ミ pera ミ gilah di jala ミ Allah ora ミ g-orang yang memerangi kamu,


(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-ora ミ g ya ミ g マ ela マ paui Hatas. ざ ふ Q.S Al-
Baqarah: 190)

さ Da ミ pera ミ gilah マ ereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan
(sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka
berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi),
kecuali terhadap orang-ora ミ g ya ミ g zali マ.ざ ふ Q.S Al-Baqarah: 193)

さ Bula ミ hara マ de ミ ga ミ Hula ミ hara マ , da ミ pada sesuatu ya ミ g patut


dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barang siapa yang
menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya
terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah
beserta orang-orang yang bertaqwa. (Q.S Al-Baqarah: 194)

5
Islam diturunkan untuk pedoman manusia dalam mengemban misis
idealnya sebagai Khalifah Allah SWT di bumi. Artinya, umat islam dituntut
untuk selalu menjaga harmonitas hidup ditengah dua karakter yang ada dalam
dirinya; ifsad fil-ardl, (berkecenderungan membuat kerusakan di muka bumi)
dan safk al- di マ a げ (potensi konflik antar sesama manusia). (al-Banna, 2006)
Menurut Al-Banna (2006), wajah Islam yang toleran tampak jelas dalam
peristiwa Fath Makkah (pembebasan Kota Makkah) yang dilakukan oleh umat
Islam. Makkah perlu dibebaskan setelah sekitar 21 tahun dijadikan sebagai pusat
komunitas musyrikin. Saat umat Islam mengalami kegembiraan atas
keberhasilannya, ada sekelompok kecil sahabat Nabi Muhammad SAW
berpawai dengan マ e マ ekikka ミ sloga ミ さ al-yaum yaum al-マ ah マ alah ざ ふ hari ini
adalah hari pertumpahan darah). Slogan ini dimaksudkan sebagai upaya balas
dendam terhadap kekejaman kaum musyrik Makkah terhadap umat Islam di
masa silam. Gejala radikalisme ini dengan cepat diantisipasi oleh Nabi
Muhammad SAW dengan melarang beredarnya slogan tersebut dan
menggantinya dengan slogan さ al yaum-yaum al- マ arha マ ah ざ ふ hari ini
adalah hari kasih sayang). Akhirnya peristiwa pembebasan Kota Makkah dapat
terjadi tanpa terjadinya pertumpahan darah (Umar, 2006)
2.1.2 Pengertian Radikalisme Umat Beragama
Islam sebagai agama rahmatan lil け ala マ i ミ tampil dengan wajah yang
sarat kasih sayang, toleran, dan penuh percaya diri. Islam tidak mengajarkan
kekerasan apalagi radikalisme. (Suparno, 2013)
Kata radikalisme berasal dari kata radical yang berarti さ dasar ざ
atau sesuatu yang fundamental. Menurut istilah, radikalisme berarti pembaruan
atau perubahan social dan politik

6
drastic, atau sikap ekstrem dari kelompok tertentu agar terjadi
pembaruan atau perubahan social dan politik secara drastic (Salim,
t.t:1220). Menurut Gove (1968:1873):
Radical: relating to the root, original, fundamenta. Radicalis: tending
or dispose to make extreme, changes in existing views, habits,
conditions, or institutions in politic and conservative in religion.
Radicalism: the will or the effort to uproot and reform that wich is
established (Radikal: berhubungan dengan akar, asal-usul, dan
fundamental. Radikalis: cenderung atau kecenderungan untuk menjadi
ekstrem, merubah cara pandang, kebiasaan, kondisi, atau institusi politik
dan konservatif dalam agama. Radikalisme: kemauan atau usaha untuk
mengubah apa yang ada).
Dengan demikian, radikalisme umat beragama adalah paham
yang menginginkan pembaruan atau perubahan social, dan politik secara
drastic dengan menggunakan sikap yang ekstrem. Radikalisme bukan
ciri ajaran Islam karena Islam dalam menyiarkan agama menggunakan
cara bil hikmah (bijaksana), tutur kata yang santun, dan menggunakan
cara berdebat yang dilandasi saling hormat-menghormati.
2.2 Landasan dan Macam-macam Jihad
2.2.1 Landasan Jihad
Landasan jihad dalam Islam terdapat dalam kitab suci di al- Qu’an, hadis,
dan ijtihad ulama. Dalam al-Qura’an, landasan - landasan tersebut, antara lain,
terdapat dalam ayat-ayat sebagai berikut :

さ Bara ミ g siapa ya ミ g Herjihad, マ aka sesu ミ gguh ミ ya jihad ミ ya itu adalah


untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu ぶ dari se マ esta ala マ ざ ふ Q.S Al- け A ミ kaHut:
6)

7
さ Ka マ i wajiHka ミ マ a ミ usia ふ u ミ tuk HerHuat ぶ keHaika ミ kepada dua
orang ibu-bapaknya. Jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang kamu tidak memiliki
pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya!
Hanya kepada-Ku-lah kamu kembali, lalu Aku kabarkan kepada マ u apa
ya ミ g telah ka マ u kerjaka ミざ ふ Q.S Al-け A ミ kaHut: 8)

さ Berjihadlah ka マ u di jala ミ Allah de ミ ga ミ jihad yang sebenar-


benarnya. Dia telah memilihmu, dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untukmu suatu kesempitan dalam agama. Ikutilah agama orang tuamu,
Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakanmu sekalian orang-orang muslim
sedari dulu (Maksudnya: dalam kitab- kitab yang telah diturunkan
kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW), dan begitu pula
dalam al-Qur げ a ミ i ミ i, agar ‘asul itu menjadi saksi atas dirimu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu pada tali
Allah! Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan
sebaik-Haik pe ミ olo ミ g ざ ふ Q.S Al-Hajj: 78)

8
さ Sesu ミ gguh ミ ya ora ミ g-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, da ミ
Allah Maha Pe ミ ga マ pu ミ lagi Maha Pe ミ yaya ミ g ざ ふ Q.S. al-
Baqarah:218)

Sementara itu, menurut sebagian ulama fikih, seperti


)ai ミ uddi ミ Hi ミ AHdul け Aziz al-Malibari (penulis Fath al-Mu げ i ミぶ, I マ a マ
Malik, Imam Nawawi, dan al-S┞afi げ I, hokum jihad adalah fardhu
kifayah da ミ fardhu け ai ミ.
Hukum jihad adalah fardhu kifayah. Artinya, jika jihad telah
dilakukan oelh orang yang memenuhi persyaratan, maka gugurlah
kewajiban orang yang menunaikan dan segenap muslim lainnya. Jihad
menurut status hokum ini meliputi penegakan hukum Islam, belajar ilmu
tafsir, hadis, fikih, ilmu-ilmu pelengkap lainnya. Termasuk dalam
hukum jihad ini ialah menghindarkan diri dari kemudharatan dan
menghindarkan diri dari kekurangan makan. Perlu ditegaskan di sini
bahwa jihad bukan merupakan rukun Islam, karena rukun Islam sudah
jelas meliputi lima aspek, yakni : syahadat, shalat, zakat, puasa, dan
haji.
Landasan jihad yang berstatus hukum fardhu kifayah, antara
lain, terdapat dalam Q.S. al-Fath : 17

さ Tiada dosa atas ora ミ g ya ミ g Huta, ora ミ g ya ミ g pi ミ Ia ミ g, dan


atas orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). Barang siapa
yang

9
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya
ke dalam surge yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Namun
barang siapa yang berpaling dari-Nya, niscaya akan diazab oleh-Nya
de ミ ga ミ azaH ya ミ g pedih ざ (Q.S Al- Fath: 17)

Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman:

さ Tiada dosa ふ la ミ tara ミ tidak pergi Herijtihad ぶ atas ora ミ g-orang yang
lemah, orang-orang uang sakit, dan orang-orang yang tidak memiliki
apa yang akan dapat mereka belanjakan (untuk keperluan jihad).
Apabila mereka berlaku ikhlas (dan jujur) kepada Allah dan Rasul-Nya,
tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang- orang yang
berbuat baik. Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Pe ミ yaya ミ g
ざ ふ Q.S At-Taubah: 91)

Jihad huku マミ┞a fardhu け ai ミ, jika pe マ i マ pi ミ u マ at Isla マ


memaklumkan mobilisasi umum bagi kaum muslimin yang memiliki
kemampuan untuk melaksanakan jihad dengan segenap kekuatan yang
dimilikinya. Misalnya, pada saat umat Islam merasa terhalangi untuk
melaksanakan rukun Islam, dan terusik kedaulatan bangsa dan
negaranya, maka mereka diperintahkan untuk berjihad (berjuang
sungguh-sungguh di jalan Allah).
La ミ dasa ミ jihad ┞a ミ g Herstatus huku マ farhu け ai ミ i ミ i adalah
firman Allah SWT berikut:

10
さ Wahai ora ミ g-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan
orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka ja ミ ga ミ lah ka
マ u ふマ u ミ dur ぶ マ e マ Helaka ミ gi マ ereka ざ ふ Q.S Al-Anfal: 15)

さ Bara ミ g siapa ya ミ g ふ マ u ミ dur ぶ マ e マ Helaka ミ gi マ ereka di waktu itu,


kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan
diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali
dengan membawa kemurkaan Allah, dan tempatnya kelak ialah neraka
jahanam. Sungguh teramat buruk tempat kembalinya (Q.S Al-Anfal: 16)

さ Pera ミ gilah マ ereka, supaya tidak ada lagi fitnah (gangguan-


gangguan terhadap uma Islam dan agama Islam) dan agar agama itu
semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan (Q.S Al-
Anfal: 39)

2.2.2 Macam-macam Jihad


Jihad ditinjau darai macamnya dapat dipilah menjadi dua, yaitu jihad
universal dan jihad kontekstual. Jidah universal di dalam al-Qur げ a ミ
diseHutka ミ di dala マ Q.S Al-Nahl: 110 berikut ini:

さ sesu ミ gguh ミ ya tuha ミマ u ふ adalah peli ミ du ミ g ぶ Hagi ora ミ g-orangyang


berhijrah sesudah menderuta cobaan, kemudian mereka berjihad

11
dan sabar. Sesungguhnya Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha
Pe ミ ga マ pu ミ lagi Maha Pe ミ yaya ミ g ざ (Q.S An-Nahl: 110)

Sedangkan berjihad secara kontekstual, menurut al-Raghib


dalam al-Banna (2006), ada tiga macam: berjuang melawan musuh yang
kelihatan,berjuang melawan setan, dan berjuang melawan hawa nafsu.
Sementara itu, macam-macam jihad secara kontekstual di era modern,
menurut sabirin(2004), teridentifikasi ada tiga: jihad memerangi musuh
secara nyata, jihad melawan setan, dan jihad mengendalikan diri sendiri.
Jihad dalam pengertian universal di atas juga mencakup seluruh jihad
yang bersifat lahir dan batin, sebagaimna dicontohkan dalam perjuangan
Nabi Muhammad SAW selama di Makkah dan Madinah.

Jihad memerangi musuh secara nyata dapat dimetukan dalam


firman Allah berikut:

さ Maka, ja ミ ga ミ lah ka マ u マ e ミ gikuti ora ミ g-orang kafir, dan


Herjihadlah terhadap マ ereka de ミ ga ミ jihad ya ミ g Hesar ざふ Q.S Al-
Furqan: 52)

Sedangkan berjihad terhadap setan akan terus berlangsung


sepanjang hidup. Selama manusia hidup didunia, setan selalu melakukan
tipu daya, baik melalui harta, tahta, wanita, nafsu, kekuasaan,dan
kesombongan.di dalam Q.S Al-Isra げ: 64,Allah SWT berfirman:

さ ajaklah siapa saja ya ミ g ka マ u マ a マ pu マ e ミ gajak ミ ya dia ミ tara mereka,


dan kerahlaknalah terhapdap mereka pasukan berkuda dan pasukan
pejalnan kaki, dan berserikatlah dengan mereka harta dan anak-anak,
dan berjanjilah kepada mereka. Tidak ada yang dija ミ jika ミ oleh seta ミ
kepada マ ereka マ elai ミ ka ミ tipua ミ Helaka ざ (Q.S Al-Isra げ: 64)

12
Meskipun Allah SWT memberi kesempatan kepada iblis(setan)
untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuannya, tetapi
segala tipu daya setan itu tidak akan mampu menyesatkan manusia yang
benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Manusia selain dibekali dengan agama dan akal, juga diberi


nafsu oleh Allah SWT. Nafsu manusia pada dasarnya meliputi nafsu
baik dan nafsu buruk. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia jika diberi
kesenangan maupun cobaan sering memiliki sikap berbeda. Pada saat
manusia senang, mendapat nikmat dari Allah,mereka seharunya
bersyukur,dan memperbanyak amal ibadahnya. Tetapi tidak sedikit
manusia yang diberi kesenangan dan kenikmatan, justru kufur kepada-
Nya. Begitu pula pada saat memperoleh cobaan, orang yang beriman
seharusnya menykapinya dengan sabar dan bertawakal serta lebih
mendekatakan diri kepada Allah SWT. Namun tidak sedikit orang yag
mendapat cobaan justru menjauhkan diri dari Allah. Siakp
kufur,sombong, dan menjajuhkan diri dari Allah tersebut dikarenakan
manusia dipengaruhi olah nafsu buruk yang ada pada dirinya. Allah
SWT berfirman dalam al-Qur げ a ミ:

さ Adapu ミ マ a ミ usia, apaHila Tuha ミミ ya マ e ミ guji, lalu ia di マ ulyaka ミ - Nya


kesenangan, maka ia kan berkata: さ Tuhanku telah memulyakanku ざ .
ざ (Q.S Al-Fajr: 15)

さ Namun apabila Tuhannya menguji, lalu membatasi rezekinya, maka ia


berkata: Tuha ミ ku マ e ミ ghi ミ aka ミ ku ざ ふ Q.S Al- Fajr: 16)

Allah SWT menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa


kekayan itu adalah suatu kemuliaan, dan kemiskinan adalah suatu
kehinaan, seperti dikemukakan dalam dua ayat di atas. Kerna
sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah SWt bagi
hamba-hamba-Nya.

Dengan demikan, jihad melwan musuh yang kelihatn, melawan


setan, dan melawan hawa nafsu yang ada pada diri

13
merupakan jihad yang sifatnya kontekstual. Lebih lanjut Sabirin(2004)
mengemukakanm jihad zaman modern lebih bersifat kontekstual, yakni
meliputi jihad di bidang ekonomi,sosial dan ilmu pengetahuan.

Jihad ekonomi dalah upaya membebaskan diri dari kemiskinan


sehingga umat islam menjadi umat yang kaya. Era modern ditamdai
dengan kemakmuran suatu negara. Fenomena itulah yang perlu kita
jihadkan, sebab islam bukan identik dengan agama orang miskin dap
kaum papa. Kernanya, membebaskan diri dari kemiskinanan merupakan
jihad ekonomi.

Berikutnya dalah jihad ilmu. Jihad di bidang ilmu sangat perlu


diprioritaskan. Menguasai ilmu pengtahhunan dan taknologi (IPTEK)
sejaln dengan jihad untuk kemajuan dan kejayaan suatu bangsa.
Termasuk dalam kelompok ini, berjigad mengatasi pengangguran. Hal
itu merupakan suatu angkah penyelamatan dari ancaman kefakiran,
kriminalitas,dan degradasi moral.

Lebih lanjut, jihad dalm konteks berperang sangat terbatas dan


harus memenuhi kriteria yang sangat ketat. Ketika umat islam terancam
oleh kakuatan nyata dari orang – orang kafir, pada saat itulah jihad dalm
arti berperang baru diwajibkan. Jihad dalam bentuk perang fisik harus
dipersiapkan secara matang, baik sumber daya manusia (SDM), mental,
taktik,strategi maupun peralatannya.

さ sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-


Nya dalm barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan ya ミ g tersusu ミ kokoh ざふ Q.S Ash- Shaff: 4).

Gamal al-Banna, saudara kandung al-Syahid Hasan al-Banna


pendiri al-Ikhwan al-Muslimin Mesir, memberi interpretasi yang マ e ミ
arik マ e ミ ge ミ ai jihad. Jihad pada マ asalalu adalah さ siap マ ati ざ di jalan
Allah. Jihad masa sekarang adalah siap mempertahankan hidup dijalan
Allah.

14
2.3 Latar Belakang Radikalisme Umat Beragama
Ada 2 faktor latar belakang radikalisme umat beragama, yakni yang
bersifat umum dan bersifat khusus.
Latar belakang yang bersifat umum ialah bahwa dilingkungan umat
beragama apapun jenis agamanya selalu terdapat fundamentalisme, minoritas,
militan, ekstrem, dan radikal. Menurut penelitian amstrong (dalam Umar,
2006), fundamentalisme tidak hanya terdapat dalam pemeluk agama yang
monoteistik saja, akan tetapi fundamentalisme juga bersemai dalam komunitas
pemeluk Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu, yang sama-sama menolak butirbutir
nilai budaya liberal dan saling berperang atas nama agama, serta berusaha
membawa hal-hal yang sakral ke dalam politik dan negara. Dengan demikian
fundamentalisme dan radikalisme ini merupakan masalah dan tantangan bagi
semua umat beragama Dalam Islam, menurut Umar (2006), gejala
fundamentalisme dan radikalisme sebenarnya telah disinyalir sejak Rasul Allah
SAW masih hidup. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim dikisahkan

Ketika ‘asul Allah SAW マ e マ Hagi fai げ ふ harta ra マ pasa ミ pera ミ g ぶ di daerah
Thaif dan sekitarnya, tiba-tiba salah seorang sahabat yang bernama Dzul
Khuswaishirah dari Bani TaMim mengajukan protes kepada Nabi SAW de ミ ga
ミ マ e ミ gataka ミ, さ Hersikaplah adil, wahai Muha ママ ad!ざ NaHi SAW マ erespo ミ, さ
Ielaka ka マ u, tidak ada ora ミ g ya ミ g leHih adil dari aku! Kare ミ a apa ya ミ g
kulakuka ミ itu Herdasarka ミ petu ミ juk Allah SWT.ざ Setelah Dzul Khuswaishirah
pergi, NaHi SAW HersaHda, さ Suatu saat ミ a ミ ti aka ミ マ u ミ Iul sekelompok
kecil dari umatmu yang membaca al-Qur げ a ミ, ミ a マ u ミ tidak マ e ミ dapatka ミ マ ak
ミ a ya ミ g seHe ミ ar ミ ya ざ ふ H‘. Musli マぶ.

Sementara itu, latar belakang yang bersifat khusus, anatar lain:

1. Pengertian seseorang terhadap agama yang tidak tepat, penyalahgunaan


agama untuk kepentingan sektarian, pemahaman agama yang tekstual, rigid
(kaku), sempit, dan penyalahgunaan simbol agama.
2. Agama digunakan sebagai pembenar tanpa mengakui eksistensi agama lain.
3. Adanya penindasan, ketidakadilan, dan marginalisasi sehingga melahirkan
gerakan perlawanan.

15
4. Adanya tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Jika tekanan itu melampaui
batas ambang kesabaran, maka muncul gerakan perlawanan dengan
menggunakan segala cara untuk meraih kemerdekaan.
5. Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif terkait dengan kemakmuran,
pemerataan, dan keadilan.
6. Menolak modernitas dan lebih mengukuhkan peran formal agama.
7. Pandangan dunia (world view) dari umat beragama yang berupaya
memperjuangkan keyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap- sikap
emosional yang menjurus pada kekerasan.
8. Kurangnya kesadaran bermasyarakat dan berbangsa secara pluralistik
sehingga menyebabkan hilangnya rasa toleran, dan sebaliknya timbul
fanatisme atas kebenaran agamanya sendiri

2.4 Bentuk dan Dampak Radikalisme Umat Beragama


2.4.1 Bentuk-Bentuk Radikalisme Umat Beragama

Bentuk-bentuk radikalisme umat beragama ada beberapa jenis, yaitu:


aksi terror, bom bunuh diri, saling menyerang, aksi kekerasan, intimindasi,
perlawanan terhadap pemerintahnya, dan laian-lain. Aksi radilkalisme umat
beragama yang terjadi belum lama ini diantaranya:

a. Timbulnya aksi kekerasan, seperti tragedi di Black Tuesday World


Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 di Amerika Serikat
b. Tragedi bom di Legian Bali dan pengeboman Hotel JW Marriot di
Jakarta, yang mengakibatkan ratusan nyawa melayang sebagai
akibat dari aksi teririsme tersebut.
c. Aksi teror di Thailand Selatan, khususya di Provinsi Pattani,
Narathiwat, Yalla, dan Songkla. Teror tersebut secara misterius
berkecamuk di daerah tersebut mayoritas penduduknya Muslim
dan Budha. Latar belakang aksi terorisme tersebut di latar belakangi
oleh kesengajaan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan
kebudayaan.
d. Perlawanan yang terjadi di Philipina Selatan. Karena tekana rezim
politik yang berkuasa di Philipina terhadap kelompok minoritas
Muslim sehingga mereka tidak mendapatkan hak kebebasan
beragama dan berpendapat. Karenanya, mereka melakukan
perlawana dengan cara radikal.

16
2.4.2 Dampak Radikalisme Umat Beragama

Secara umum, radikalisme umat beragama mengakibatkan terjadinya


teror dan kekerasan bahkan menimbulkan konflik dan peperangan secara
horizontal dan vertikal, apalagi jika terlibat berasal kelompok agama yang
berbeda. Sudah banyak darah yang mengalir akibat aksi radikalisme tersebut,
begitu juga korban harta benda bahkan nyawa. Di samping itu, radikalisme
melahirkan beragama penderita dan nestapa. Tidak sedikit wanita yang
kehilangan suami, anak yang kehilangan orang tua, serta ribuan orang
kehilangan tempat tinggal.
Dari sisi psikis, radikalisme agama menimbulkan keresahan dan
ketakutan pada masarakat, dan kurang adanya sikap saling percaya antara
rakyat dan penguasa. Secara internasional, aksi-aksi radikalisme tersebut
mengakibatkan turunya citra bangsa, Negara, bahkan agama yang dipeluk oleh
bangsa tersebut. Penyebabnya tidak lain karena banyak orang yang
menyamaratakan antara agama dan praktik-praktik yang dilakukan oleh umat
beragama tersebut.
Radikalisme yang terjadi di Timur Tengah dan Asia Tenggara
(Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina) mengakibatkan
daerah-daerah yang menjadi obyek pariwisata bagi turis asing maupun
domestic (termasuk di dalamnya tempat-tempat bisnis dan lembaga-lembaga
pendidikan) yang mendatangkan devisa bagi Negara, akhirnya kehilangan
pemasukan strategis. Sebab turis mancanegara tidak mau dating ke wilayah-
wilayah yang tidak aman dan nyaman itu. Kondisi ini diperburuk dengan
adanya travel warning dari Negara-negara tertentu agar tidak mendatangi
daerah atau Negara yang rawan dari gangguan teror atau ancaman dari
radikalisme.
Menurut Tahir (2004), kini radikalisme, terutama yang bermotifkan
agama, menjadi perhatian kaum agamawan dan pemerhati sosial, ekonomi,
politik, hukum, pendidikan, kebudayaan dan pertahanan, baik di dalam
maupun di luar negeri. Dengan merebaknya aksi kekerasan di luar negeri
(tragedy WTC pada 11 September 2001) dan dalam negeri (tragedy Legian
Bali, pengeboman hotel J.W.Mariot lainnya), Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama islam turut merasakan efek buruk itu. Padahal aktor
intelektual dibalik teror tersebut berasal dari luar

17
negeri (bukan umat Islam Indonesia), dan hanya yang dilakukan oleh
sekelo マ pok さ kecil ざ dari umat Islam di Indonesia.

2.4.3 Upaya Menanggulangi Radikalisme Umat Beragama

Upaya-upaya untuk menanggulangi eskalasi radikalisme umat beragama


di Indonesia khususnya, dapat dilakuakan dengan mengetahui secara tepat akar
permasalahannya. Selanjutnya, dicari solusi yang tepat dan bijak dengan
melibatkan pihak-pihak terkait, khusuanya para pelaku radikalisme agama.
Diantara upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi radikalisme
umat beragama adalah:

1. Perubahan sikap dan pandangan dari negara-negara Barat terhadap negara-


negara Muslim di dunia. Sudah saatnya dan semestinya umat islam di
dunia tidak diposisikan sebagai lawan Barat pasca berakhirnya era perang
dingin. Namun sebaliknya, umat islam di dunia harus diperlakukan sebagai
sahabat dan patner dalam berbagaibidang kehidupan secara bermartabat
dan tidak diskriminatif.
2. Mengurang dan menghapuskan kesenjangan sosial, ekonomi, politik,
pendidikan, dan kebudayaan ditingkat nasional, regional, dan internasional.
3. Riorientasi pemahaman agama yang tekstual, rigid, dan sempit menjadi
pemahaman yang kontekstual, fleksibel, dan terbuka.
4. Melakukan modernsasi kehidupan umat secara selektif, dengan
mengakomodir sisi positifnya dan mengeliminir sisi negatifnya.
5. Me ミ a ミ a マ ka ミ kesadara ミ さ setuju u ミ tuk tidak setuju ざ dala マ menyikapi
pluralism sosial, budaya, dan agama yang berkembang di tengah- tengah
masyarakat dan bangsa. Perlu disemaikan pula kesadaran umat beragama
di era globalisasi ini untuk dapat hidup bersatu di tengah- tengah
massyarakat, bangsa, dan negara meski tidak harus melebur menjadi satu.

2.5 Muslim Moderat


Kini sudah saatnya umat islam menumbuhkan karakter keberagaman
yang moderat, dan memahami dinamika kehidupan secara lebih terbuka dalam
konteks pluralitas kehidupan dari pihak lain (the other) yang berada di luar
kelompoknya. Keberagaman yang moderat akan mengurangi polarisasi antara
fundamentalisme dan sekuralisme dalam menyikapi modernitas dan perubahan.
Islam yang di tengah-tengah (ummatan wasathan) akan membentuk karakter
islam yang terbuka,

18
rasional, dan demokratis. Islam hadir di muka bumi untuk memenuhi panggilan
kemanusiaan, keadilan, kasih sayang, dan perdamaian. Tugas seluruh umat islam
adalah memberikan citra positif bagi islam yang memang berwajah humanis, anti
kekerasan, sarat cinta kasih, dan moderat.
Kata moderat merupakan sikap yang selalu menghindari perilaku yang
berlebih-lebihan (ekstrem). Moderat merupakan pandangan atau sikap seseorang
yang cenderung kearah pengambilan sikap dengan menggunakan jalan tengah.
(Salim, 2012).
Dengan demikian muslim moderat dapat didefinisikan sebagai pandangan
seorang muslim atau umat islam terhadap suatu persoalan dengan selalu
menghindarkan praktik-praktik yang radikal dan cenderung menyikapi segala
sesuatu dengan mengambil jalan tengah (moderat).
Muslim di Indonesia pada dasarnya adalah moderat atau toleran, karena latar
belakang masuknya Islam ke Indoneia yang damai lewat para pedagang Gujarat
dan Arab. Padahal, saat itu penduduk Indonesia sudah memiliki keyakinan dan
kepercayaan tertentu, seperti: Hindu, Budha, animism, dan dinamisme. Secara
sosial-budaya, muslim di Indonesia berbeda dengan muslim di belahan dunia lain.
Meski demikian, umat islam di Indonesia tidak dapat dikatakan kurang kental
keislamannya disbanding dengan umat Islam di Negara-negara lain.
Orang islam di Indonesia tetap mengamalkan akidah syariah dan akhlak
secara murni. Keragaman pandangan yang terjadi di kalangan umat isla マ di I ミ do ミ
esia ha ミ ┞ a Herada pada tatara ミ furu げ i┞ah. Di I ミ do ミ esia, u マ at islam yang
merupakan populasi mayoritas itu kaya dengan khazanah tradisi dan budaya, dan
memiliki banyak institusi social, budaya, ekonomi, politik, keamanan, pendidikan,
dan kesehatan. Contohnya adalah NU dan Muhammadiyah, serta beberapa
organisasi social-keagamaan lainnya. Hal itu dilukiskan oleh Azyumardi Azra
(2006) dengan sangat indah melalui per ミ┞ataa ミ Herikut i ミ i, さ I ミ do ミ esia ミ Isla マ is
┗er┞ rich, ミ ot o ミ l┞ i ミ ter マ s of its culture a ミ d social e┝pressio ミ s, Hut also i ミ ter マ s
of i ミ stitutio ミ s.ざ
Dalam lintasan sejarah bangsa ini sejak merdeka, Indonesia bukan Negara さ
teoraksi ざ ふ ketuha ミ a ミ atau aga マ a ぶ, da ミ juga Huka ミ Negara さ sekuler ざ. I ミ do ミ
esia adalah Negara ┞a ミ g マ e マ iliki jala ミ hidup ふ┘a┞ of life ぶ yang tertuang dalam
konsepsi Pancasila. Karena itu, Pancasila dapat diterima oleh organisasi-organisasi
dan partai-partai politik tersebut. Mereka tidak menghendaki bentuk Indonesia
sebagai Negara Islam, tetapi mereka meginginnkan bentuk Negara kesatuan, untuk
selanjutnya berjuang agar umat Islam dapat menjalankan syariat Islam secara
simultan.
Partai-partai politik di Indonesia yang berwawasan keislaman, seperti: PKS,
PAN, PKB, PPP, PKNU, PBR, PBB, dan lain-lain, tidak

19
memperjuangkan atau berusaha mendirikan Negara Islam di Indonesia. Tetapi
mereka berjuang dan berusaha mewujudkan pemerintahan yang bersih,
berwibawa, da ミ さ pro-rak┞at ざ, serta Herjihad Hagi Herlaku ミ┞a s┞ariat Islam di
lingkungan umat Islam di Indonesia menggunakkan azas keterbukaan terhadap
keanggotaan partai tersebut. Dalam arti, walaupun partai Islam namun anggota
bahkan pengurus atau wakilnya di parlemen dapat datang dari kalangan non-
Muslim. Disini tampak jelas moderatisme partai-partai islam di Indonesia.
Dengan demikian, radikalisme umat Islam di Indonesia bukan bersumber dari
budaya asli umat Islam di Indonesia, sebab pada dasarnya mereka adalah
komunitas yang moderat. Hal itu terjadi lebih karena pengaruh asing. Maraknya
konspirasi politik dan kepentingan pragmatis dari pihak tertentu, baik dari
dalam maupun dari luarnegeri, berpotensi untuk merusak citra Islam dan citra
umat Islam di Indonesia, yang merupakan Negara berpenduduk Muslim
terbesar di dunia. Mereka tidak menginginkan terwujudnya masyarakat Islam di
Indonesia yang gemah ripah loh jinawi, yang dalam terminology Al-Qur げ a ミ
seri ミ gkali diistilahka ミ dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri
yang sejahtera dan dirahmati Tuhannya).

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Jihad hari ini tidaklah mengharuskan kita untuk mati di Jalan Allah, akan tetapi
bagaimana supaya kita bisa tetap hidup di Jalan Allah.
2. Radikalisme umat beragama adalah paham yang menginginkan pembaruan atau
perubahan social, dan politik secara drastic dengan menggunakan sikap yang
ekstrem.
3. Muslim Moderat adalah pandangan seorang muslim atau umat islam terhadap
suatu persoalan dengan selalu menghindarkan praktik-praktik yang radikal dan
cenderung menyikapi segala sesuatu dengan mengambil jalan tengah
(moderat).

3.1 Saran
1. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam
memaknai arti dan makna jihad, radikalisme umat beragama dan muslim
moderat.
2. Perlu diadakan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai kajian ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Al-Malibari, Zainuddin Abdul Aziz. 1993. Fath al-Mu げ i ミ. Surabaya: Nurul Huda.
Al-Banna, Gamal. 2006. Al-jihad. Terj. Jakarta: Tim Mata Air Publishing.
Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progresif.
Albaki, Munir. 1973. Al-Mawrid: a Modern English-Arabic Dictionary. Bairut: Dar
al-Islam li al-Malayin.
Ali, Maulana Muhammad. 1996. Din al-Islam. Lahore: Ahmadiyah Building.
Azra, Azyumardi. 2006. Moderate Islam and Democracy in Indonesia. Bangkok:
The Embassy of the Republic of Indonesia.
Bahreisj, Salim. 1997. Riyadh al-Shalihin. Terj. Ba ミ du ミ g: PT Ma げ arif.
Baqi, Fuad Abdul. Al-Lu げ lu げ wa al-Marjan. Bairut: Darul Fikr.
Glasse, Cyril. 1998. The Concise Encyclopedia of Islam. New York: Columbia
University.
Gove, Philip Babcock. 1968. Webster げ s Third New I ミ ter ミ atio ミ al DiItio ミ ary.
Massachusetts: G&C Merriam Company Springfield.
Kementrian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah, dan Irsyad Kerajaan Saudi
Arabia. 1990. Al-Qur げ a ミ da ミ Terje マ aha ミミ ya. Madi ミ ah: Maj マ a げ Malik
Fahd li ThiHa げ ah al-Mushaf al-Syarif.
Sabirin, Rahimi. 2004. Jihad Akbar di Dunia Modern. Jakarta: Teras.
Salim, Peter, et. al. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English
Press.
Suparno. 2013. Pendidikan Transformatif: Menuju Pengembangan Pribadi
Berkarakter. Malang: Gunung Samudera.
Tahir. 2004. Meredam Gelombang Radikalisme. Jakarta: CMM Press dan KArsa
Rezeki.
Umar, Nasaruddin. 2006. Jihad. Jakarta: Mata Air Publishing.

22

Anda mungkin juga menyukai