Anda di halaman 1dari 15

JIHAD, RADIKALISME DAN MUSLIM MUDERAT

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. M.KMS.Abdul Zaqi (A1C221077)


2. Mustika Pamungkas (A1C221087)
3. Safitri Fatimah Ningsih (A1C221018)
4. Sagita Aprilione (A1C221046)

Dosen Pembimbing
Muhammad sobri,S.Pd.,I.M.Pd

R001
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini dengan berbagai
sumber yang gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini. Makalah ini
memuat tentang “JIHAD, RADIKALISME DAN MUSLIM
MUDERAT”. penulis mengakui bahwa penulis adalah manusia yang
mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal
yang dapat terselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan
makalah ini yang telah penulis selesaikan. Tidak semua hal yang penulis
analisa dengan sempurna dalam makalah ini. Penulis melakukannya dengan
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang miliki. Dimana penulis
memiliki keterbatasan kemampuan.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan membangkitkan


semangat kita dalam mempelajari Psikologi Pembelajaran Matematika. Terima kasih.

Jambi, 11 April 2022


Penulis

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Pengertian jihad dan radikalisme umat beragama .................................2
B. Landasan dan macam-macam jihad.........................................................3
C. Latar belakang radikalisme umat beragama ...........................................4
D. Bentuk dan dampak radikalisme umat beragama....................................6
E. Upaya menanggulangi radikalisme umat beragama................................8
F. Muslim moderat.......................................................................................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Islam rujukan beragama yang paling utama al-Qur’an dan al-Hadist,
namun fenomena menunjukkan bahwa wajah Islam sangat banyak, Islam terkadang
memiliki khas sendiri-sendiri dalampraktek dan amaliah keagamaan. Tampaknya
perbedaan itu sudah menjadi kewajaran, sunatullah, dan bahkan suatu rahmat. Quraish
Shihab mengatakan bahwa :“Keanekaragaman dalam kehidupan merupakan
keniscahyaan yang dikehendaki Allah. Termasuk dalam hal ini perbedaan dan
keanekaragaman pendapat dalam bidang ilmiah, bahkan keanekaragaman tanggapan
manusia menyangkut kebenaran kitab-kitab suci, penafsiran kandunganna serta untuk
pengalamannya”.
Yang menjadi permasalahan adalah dapatkah dari yang berbeda tersebut untuk
saling menghormati, tidak saling menyalahkan, tidak meyatakan paling benar sendiri,
dan besedia bedialog sehingga tercermin bahwa perbedaan itu benar-benar rahmat. Jika
ini yang dijadikan pijakan dalam beramal dan beragama, maka inilah sebenarnya makna
konsep “Islam moderat”. Artinya siapa pun orangnya dalam beragama dapat bersikap
sebagaimana kriteria tersebut, maka dapat disebut dengan Islam yang moderat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jihad dan radikalis umat beragama?
2. Apa saja landasan dan macam-macam jihad?
3. Apa yang melatar belakangi radikalisme umat beragama?
4. Apakah bentuk dan dampak radikalisme umat beragama?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan jihad dan radikalisne umat beragama.
2. Mengetahui landasan dan macam-macam jihad.
3. Mengetahui latar belakang radikalisme umat beragama.
4. Mengetahui bentuk dan dampak radikalisme umat beragama.
BAB II

A. Pengertian Jihad Dan Radikalisme Umat Beragama

1. Jihad

Kata jihad mengansung beberapa pengertian, bai pengertian literal maupun


pengertian kontekstual. Didalam kamus al-mawrid karya albaki, jihad berarti perang di
jalan akidah (keimanan). Sedangkan menurut Glasse, jihad berasal dari kata jahada yang
artinya upaya sungguh – sungguh, dan mempertahankan Islam dari serangan lawan.
Sementara itu, menurut al-Raghib dalam al-Banna, kata jihad adalah bentuk infinitive
dari kata jahada, yang artinya menggunakan atau mengeluarkan tenaga, daya, usaha,
kekuatan untuk melawan suatu objek yang tercela.

Dengan demikian, jihad dalam pengertian kontekstual ini adalah perjuangan


yang dilakukan oleh individu muslim maupun kelompok Islam dalam menyiarkan agam
Islam, dan perjuangan – perjuangan lain yang lebih luas. Selaras dengan hal tersebut,
maka jihad berbeda dengan perang (qital dan harb), Jihad dalam Al-Quran seperti Q.S.
al-`Ankabut:6, Q.S. al-Hajj:78, Q.S. at-Taubah:73, Q.S. al-Taheim, dan lain – lain
berarti “berjuang”. Sementara itu, qital dan harb yang bermakna perang didalam Al-
Quran dikemukakan dengan sangat hati hati. Kalaupun ada ayat yang memerintahkan
untuk perang, hal tersebut dalam rangka mempertahankan diri dari gangguan dan
penganiyaan dari pihak luar Islam atau musuh – musuh Islam, tidak boleh melampaui
batas, dan untuk menghidari fitnah.

2. Radikalisme Umat Beragama

Kata radikalisme berasal dari kata radical yang berarti “dasar” atau sesuatu yang
fundamental. Menurut istilah, radikalisme berarti pembaruan atau perubahan sosial dan
politik yang drastic, atau sikap ekstrem dari kelompok tertentu agar terjadi pembaruan
atau perubahan sosial dan politik secara drastis. Dengan demikian, radikalisme umat
beragam adalah paham yang menginginkan pembaruan atau perubahan sosial, dan
politik secara drastis dengan menggunakan sikap yang ekstrem. Radikalisme bukan ciri
ajaran Islam karena Islam dalam menyiarkan agama menggunakan cara bil hikmah

2
(bijaksana), tutur kata yang santun, dan menggunakan cara berdebat yang dilaandasi
saling hormat – menghormati.

B. Landasan Dan Macam-Macam Jihad


1. Landasan Jihad

Landasan jihad dalam Islam terdapat dalam kitab sudi al-Quran, hadis dan had ulama.
Dalam al-Quran, landasan- landasan tersebut, antara lain, terdapat dalam ayat-ayat
sebagai berikut:

‫ومن جهد وإنما مجتهد لنفسه إن هللا لعنى عن العلمين‬

" Dan Barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jhadhya itu adalah untuk dinya
sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya tidak memakan sesuatu) dari
semesta alam” (QS. Al-Ankabut 29:6).

Hukum jihad adalah fardhu kifayah. Artinya, jika jihad telah dilakukan oleh orang
yang memenuhi persyaratan, maka gugurlah kewajiban orang yang menunaikan dan
segenap muslimin lainnya. Jihad menurut status hukum ini meliputi penegakan hukum
Islam, belajar ilmu tafsir, hadis, fikih, dan ilmu-ilmu pelengkap lainnya. Termasuk
dalam hukum jihad ini ialah menghindarkan diri dari kemudharatan dan menghindarkan
diri dari kekurangan makan. Perlu ditegaskan di sini bahwa jihad bukan merupakan
rukun Islam, karena rukun Islam sudah jelas meliputi lima aspek, yakni: syahadat,
shalat, zakat, puasa, dan haji.

Jihad hukumnya fardhu ‘ain, jika pemimpin umat Islam telah memaklumkan
nobilisasi umum bagi kaum muslimin yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan
pad dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. Misalnya, pada saat umat Islam nerasa
terhalangi untuk melaksanakan rukun Islam, dan terusik kedaulatan bangsa dan garanya,
maka mereka diperintahkan untuk berjihad (berjuang sungguh-sungguh di an Allah).
Landasan jihad yang berstatus hukum fardhu ain ini adalah firman Alish SWT berikut

‫ منوا إذا لقيم الدين كفروا رحها فال تولوهم األدبار‬، ‫" بنائها الدين‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang ang kafir

3
yang sedang menyerangmu. Maka janganlah kamu membelakang mereka mundur) (Q.S.
al-Anfal/8:15).

2. Macam-Macam Jihad

Jihad ditinjau dari macamnya dapat dipilah menjadi dua, yaitu jhad universal dan
had kontekstual. Jihad universal di dalam Al-Quran disebutkan di dalam QS.
Al-Nahi/16:110 berikut in

‫له ان رنتك الذين هاجروا من بعد ما فينوا ثم جهدوا وصبروا إن ربك من‬

‫بعدها الغفور رحيم‬

Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah


menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar. Sesungguhnya Tuhanmu
sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sedangkan jihad secara kontekstual, menurut al-Raghib dalam al-Banna), ada tiga
macam: berjuang melawan musuh yang kelihatan, berjuang melawan setan, dan
berjuang melawan hawa nafsu. Sementara itu, macam-macam jihad secara kontekstual
di era modern, menurut Sabirin, teridentifikasi ada tiga: jihad memerangi musuh secara
nyata, jihad melawan setan, dan jihad mengendalikan diri sendiri. Jihad dalam
pengertian universal di atas juga mencakup seluruh ragam jihad yang bersifat lahir dan
batin.

C. Latar Belakang Radikalisme Umat Beragama

Terdapat beragam faktor yang menyebabkan terjadinya radikalisme di kalangan


umat beragama. Bisa diklasifikasi berdasarkan jenisnya, ada dua macam faktor latar
belakang radikalisme umat beragama, yakni bersifat umum dan khusus. Latar belakang
yang bersifat umum adalah bahwa di lingkungan umat beragama apapun jenis
agamanya selalu terdapat kelompok fundamentalisme, minoritas, militan, ekstrem, dan
radikal. Menurut penelitian Amstrong, fundamentalisme tidak hanya tedapat dalam
pemeluk agama yang monoteistik saja, akan tetapi fundamentalisme juga bersemai
dalam komunitas pemeluk Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu, yang sama sama menolak
butir butir nilai budaya liberal dan saling berperang atas nama agama, serta berusaha

4
membawa hal hal yang sakral ke dalam persoalan politik dan Negara. Dengan demikian
fundamentalisme dan radikalisme ini merupakan masalah dan tantangan bagi semua
umat beragama.

Dalam islam, menurut Umar, gejala fundamentalisme dan radikalisme sebenarnya


telah disinyalir sejak Rasulullah SAW masih hidup. Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Muslim dikisahkan : "Ketika Rasulullah SAW membagi fai' (harta
rampasan perang) di daerah Thaif dan sekitarnya, Tiba-tiba salah seorang sahabat yang
bernama Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim mengajukan protes kepada nabi SAW
dengan mengatakan, "Bersikap lah adil, wahai Muhammad!" Nabi SAW merespon,
"Celakalah kamu, tidak ada orang yang lebih adil dari aku! Karena apa yang kulakukan
itu berdasarkan petunjuk Allah swt." Setelah Dzul Khuwaishirah pergi, Nabi SAW
bersabda, "Suatu saat nanti akan muncul sekelompok kecil dari umatku yang membaca
Al-Qur'an, namun tidak mendapatkan makna yang sebenarnya" (HR. Muslim).

Terbukti, setelah kemangkatan Nabi Muhammad SAW, pada tahun 35 Hijriyah,


Usman RA terbunuh secara mengenaskan oleh sekelompok umat islam yang Radikal.
Peristiwa ini kemudian terulang lagi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib yang juga
terbunuh oleh kalangan Radikal umat islam. Tindakan komunitas radikal tersebut
lazimnya bernuansa politis.

Sementara itu, latar belakang yang bersifat khusus, antara lain :

1.Pengertian seseorang terhadap agama yang tidak tepat, penyalahgunaan agama untuk
kepentingan sektarian, pemahaman agama yang tekstual, rigid (kaku), sempit, dan
penyalahgunaan simbol agama.

2.Agama digunakan sebagai pembenaran tanpa mengakui eksistensi agama lain.


Kelompok radikal agama ini mengkalim agama dan kelompoknya sebagai yang paling
benar.

3.Adanya penindasan, ketidakadilan, dan marginalisasi sehingga melahirkan gerakan


perlawanan, contohnya kondisi menyedihkan di Palestina, Afganistan, dan Irak serta
beberapa negara yang lain.

5
4.Adanya tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Jika tekanan itu melampaui batas
ambang kesabaran, maka muncul gerakan perlawanan dengan menggunakan segala cara
untuk meraih kemerdekaan. Tanpa ragu, nyawa pun dipertaruhkan, seperti bangsa
Indonesia pada saat melawan penjajah Belanda dan Jepang, Vietnam pada waktu
diduduki Amerika Serikat, Aljazair pada saat dijajah Perancis, dan sebagainya.

5.Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif terkait dengan kemakmuran, pemerataan


dan keadilan.

6.Menolak modernitas dan lebih mengukuhkan peran formal agama. Pada saat
eksistensi umat beragama dilanda krisis modernisasi, maka mereka mempertahankan
diri dengan memunculkan reaksi atas krisis yang mengancam mereka. Sebab
modernisasi merupakan sebuah fase sejarah yang mengelilingi kehidupan umat
manusia, dimana terdapat sisi positif dan juga sisi negatif.

7.Pandangan dunia (world view) dari umat beragama yang berupaya memperjuangkan
keyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap-sikap emosional yang menjurus
pada kekerasan. Secara empirik, radikalisme agama dibelahan dunia muncul dalam
bentuknya yang paling konkrit di Bisnis di mana kaum Ortodok, Katolik, dan Islam
saling membunuh. Di Irlandia Utara umat Katolik dan Protestan juga saling
bermusuhan.

8.Kurangnya kesadaran bermasyarakat dan berbangsa secara pluralistik sehingga


menyebabkan hilangnya rasa toleran, dan sebaliknya timbul fanatisme atas kebenaran
agamanya sendiri. Seharusnya sebuah masyarakat atau bangsa yang plural memiliki
kesadaran setuju untuk tidak setuju dalam menyikapi pluralisme sosial, budaya, dan
agama yang ada di tengah-tengah masyarakat maupun bangsa tersebut.

D. Bentuk Dan Dampak Radikalisme Umat Beragama

1. Bentuk-Bentuk Radikalisme Umat Beragama

Bentuk-bentuk radikalisme umat beragama ada beberapa jenis, yaitu: aksi teror, bom
bunuh diri, saling menyeranh, aksi kekerasan, intimidasi, perlawanan terhadap
pemerintahnya, dan lain-lain. Aksi radikalisme umat beragama yang terjadi belum lama
ini antara lain:

6
a. Timbulnya aksi kekerasan, seperti tragedi Black Tuesday World Trade Centre (WTC)
pada 11 september 2001 di Amerika Serikat.

b. Tragedi bom di Legian Bali dan pengeboman Hotel JW Marriot di Jakarta, yang
mengakibatkan ratusan nyawa melayang sebagai akibat dari aksi terorisme tersebut.

c. Aksi teror di Thailand Selatan, khususnya di Propinsi Pattani, Narathiwat, Yalla, dan
Songkla. Teror tersebut secara misterius berkecamuk didaerah tersebut yang mayoritas
penduduknya Muslim dan Budha. Latar belakang aksi terorisme tersebut
dilatarbelakangi oleh kesenjangan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan.

d. Perlawanan yang terjadi di Philipina Selatan. Karena tekanan rezim politik yang
berkuasa di Philipina terhadap kelompok minoritas Muslim sehingga mereka tidak
mendapat hak kebebasan beragama dan berpendapat. Karenanya, mereka melakukan
perlawanan dengan cara radikal.

2. Dampak Radikalisme Umat Beragama

Secara umum, radikalisme umat agama mengakibatkan terjadinya teror dan kekerasan
bahkan menimbulkan konflik dan peperangan secara horizontal dan vertikal, apalagi
jika yang terlibat berasal kelompok agama yang berbeda. Sudah banyak darah yang
mengalir akibat aksi radikalisme tersebut, begitu juga korban harta benda bahkan
nyawa. Di samping itu, radikalisme melahirkan beragama penderitaan dan nestapa.
Tidak sedikit wanita yang kehilangan suami, anak yang kehilangan orang tua, serta
ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Dari sisi psikis, radikalisme agama menimbulkan keresahan dan ketakutan pada
masyarakat, dan kurang adanya sikap saling percaya antara rakyat dan penguasa. Secara
Internasional, aksi-aksi radikalisme tersebut mengakibatkan turunnya citra bangsa,
negara, bahkan agama yang dipeluk oleh bangsa tersebut. Penyebabnya tidak lain
karena banyak orang yang menyamaratakan antara bangsa dan praktik-praktik yang
dilakukan oleh umat beragama tersebut.

Radikalisme yang terjadi di Timur Tengah dan Asia Tenggara (Indonesia, Thailand,
Malaysia, Singapura, dan Filipina) mengakibatkan daerah-daerah yang menjadi obyek
pariwisata bagi turis asing maupun domestik (termasuk di dalamnya tempat-tempat

7
bisnis dan lembaga-lembaga pendidikan), yang mendatangkan devisa bagi negara,
akhirnya kehilangan pemasukan strategis. Sebab turis mancanegara tidak mau datang ke
wilayah-wilayah yang tidak aman dan nyaman itu. Kondisi ini diperburuk dengan
adanya travel warning dari negara-negara tertentu agar tidak mendatangi daerah atau
negara yang rawan dari gangguan teror atau ancaman dari radikalisme.

Menurut Tahir, kini radikalisme, terutama yang bermotifkan agama, menjadi


perhatian kaum agamawan dan para pemerhati sosial, ekonomi, politik,
hukum,pendidikan, kebudayaan, dan pertahanan, baik di dalam maupun luar negeri.
Dengan merebaknya aksi kekerasan di luar negeri (tragedi WTC pada 11 September
2001) dan dalam negeri (tragedi Legian Bali, pengeboman hotel J.W. Marriot, dan
lainnya), Indonsia yang mayoritas penduduknya beragama Islam turut merasakan efek
buruk itu. Padahal aktor intelektual dibalik teror tersebut berasal dari luar negeri (bukan
umat Islam Indonesia), dan hanya dilakukan oleh sekelompok "kecil" dari umat Islam di
Indonesia.

E. Upaya Menanggulangi Radikalisme Umat Beragama

Upaya-upaya untuk menanggulangi eskalasi radikalisme umat beragama di


Indonesia khususnya, dan di negara-negara lain pada umunya, dapat dilakukan dengan
mengetahui secara tetao akar permasalahannya. Selanjutnya, dicari solusi yang tepat dan
bijak dengan melibatkan pihak-pihak terkait, khususnya para pelaku radikalisme agama.
Di antara upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi radikalisme umat
bergama adalah:

1. Perubahan sikap dan pandangan dari negara-negara Barat terhadap negara-


negara Muslim di dunia. Sudah saatnya dan sudah semestinya umat Islam di
dunia tidak diposisikan sebagai lawan Barat pasca berakhirnya era perang
dingin. Namun sebaliknya, umat Islam di dunia harus diperlakukan sebagai
sahabat dan partner dalam berbagai bidang kehidupan secara bermartabat dan
tidak diskriminatif.
2. Mengurangi dan menghapuskan kesenjangan sosial, ekonomi, politik,
pendidikan, dan kebudayaan di tingkat nasional, regional, dan internasional.
3. Reorientasi pemahaman agama yang tekstual, rigid, dan sempit menjadi
pemahaman yang konstektual, fleksibel, dan terbuka.

8
4. Melakukan modernisasi kehidupan umat secara selektif, dengan mengakomodir
sisi positifnya dan mengeliminir sisi negatifnya.
5. Menanamkan kesadaran "setuju untuk tidak setuju" dalam menyikapi pluralisme
sosial, budaya, dan agama yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan
bangsa. Perlu disemaikan pula kesadaran umat beragama di era globalisasi ini
untuk dapat hidup bersatu ditengah-tengah masyarakat, bangsa, dan negara
meski tidak harus melebur menjadi satu.

F. Muslim Moderat

Kata moderat merupakan sikap yang selalu menghindari perilaku yang berlebih –
lebihan (ekstrem). Moderat merupakan pandangan atau sikap seseorang yang cenderung
kea rah pengambilan sikap dengan menggunakan jalan tengah. Dengan demikian
muslim moderat dapat didefinisikan sebagai pandangan seorang muslim atau umat
Islam terhadap suatu persoalan dengan selalu menghindarkan praktik – praktik yang
radikal dan cenderung menyikapi segala sesuatu dengan mengambil jalan tengah
(moderat).
Muslim di Indonesia pada dasarnya adalah moderat dan toleran, karena latar
belakang masuknya Islam ke Indonesia yang damai lewat para pedagan Gujarat dan
Arab. Secara sosial – budaya, Muslim Indonesia berbeda dengan Muslim di belahan
dunia lain. Meski demikian, umat Islam di Indonesia tidak dapat dikatakan kurang
kental keislamannya dibanding umat Islam negara lain. Orang Islam di Indonesia tetap
mengamalkan akidah syariah dan akhlak secara murni. Dalam lintas sejarah bangsa ini
sejak merdeka, Indonesia bukan negara “teokrasi” (ketuahanan atau agama), dan juga
bukan negara “sekuler”. Indonesia adalah negara yang memiliki jalan hidup yang
tertuang dalam konsepsi Pancasila.
Dengan demikian, radikalisme umat Islam di Indoneisa bukan bersumber dari
budaya asli umat Islam di Indonesia, sebab pada dasarnya mereka adalah komunitas
yang moderat. Hal itu terjadi lebih karena pengaruh asing. Al – Qur`an dan as-Sunnah
sesungguhnya juga mengandung ayat – ayat dan argument tentang perdamaian.
Pemahaman Islam secara parsial yang dikembangkan oleh orientalisme dan diadopsi
oleh kelompok radika membuat sisi “sangar” Islam nampak lebih mengemuka
disbanding sisi “ramah”nya. Pemahaman tentang radikalisme menuntu pemahaman

9
secara komprehensi[ terhadap Al – Qur`an dan as-Sunnah, salah satu diantaranya adalah
pemahaman ayat dan hadis yang menentang radikalisme.

10
BAB III

A. KESIMPULAN
Dengan demikian, muslim moderat dapat didefinisikan sebagai pandangan seorang
muslim atau umat Islam terhadap suatu masalah dengan selalu menghindarkan praktik-
praktik yang radikal dan menyikapi segala sesuatu dengan mengambil jalan tengah.
MODERAT MUSLIM Kata moderat merupakan sikap yang selalu menghindari
perilaku yang berlebihanlebihan. Moderat merupakan pandangan atau sikap seseorang
yang cenderung ke arah pengambilan sikap dengan menggunakan jalan tengah. Dengan
demikian, muslim moderat dapat didefinisikan sebagai pandangan seorang muslim atau
umat Islam terhadap suatu masalah dengan selalu menghindarkan praktik-praktik yang
radikal dan menyikapi segala sesuatu dengan mengambil jalan tengah.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini kami berharap pembaca lebih bisa memahami dan
memberikan saran atau kritik atas pembuatan makalah tentang Jihad, Radikalisme, dan
Muslim Moderat. Saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan agar dalam proses
pembuatan makalah yang selanjutnya akan sesuai dengan harapan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Supian,Dkk.2022.Menjadi Islam Moderat.Tanggerang Selatan: Gaung Persada (GP)
PRESS.

12

Anda mungkin juga menyukai