Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH AGAMA

DOKTRIN-DOKTRIN POKOK KAIDAH ISLAM


Dosen : SUWITNO,M.Pd

Kelompok :

1. DESMA CHRISTANDERA (23.11.309.301101.3332)


2. SHINDY (23.11.309.301101.3324)
3. RENDY ANDREVI (23.11.309.301101.3346)
4. FRESHENDO (23.11.309.301101. )

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)


SOELTHAN M. TSJAFIOEDDIN SINGKAWANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat -Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan. Dalam makalah ini kami
membahas “Doktrin-Dokrin Pokok Kiadah Islam”. Makalah ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini,
untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Tauhid.............................................................................................................3
2.2 Eksistansi Tuhan dan Fitrah Manusia untuk Beragama...................................................3
2.3 Tauhid dan Esensi dari Ajaran Islam................................................................................3
2.4 Karakteristik Akidah Islam...............................................................................................5
2.3.1 Agama Fitrah..............................................................................................................5
2.3.2. Bersifat Universal.....................................................................................................5
2.3.3. Melanjutkan Tradisi Tauhid......................................................................................6
2.3.4. Menyempurnakan Agama yang Terdahulu...............................................................6
2.3.5. Mendorong Kemajuan..............................................................................................6
2.5 Faktor-Faktor Manusia Memerlukan Agama...................................................................7
1. Kebutuhan akal terhadap pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar................7
2.Kebutuhan fitrah manusia................................................................................................7
3. Kebutuhan manusia terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani................................7
4. Kebutuhan masyarakat terhadap motivasi dan disiplin akhlak.......................................8
5. Kebutuhan masyarakat kepada solidaritas dan soliditas.................................................8
2.6 Perbandingan Agama Islam dengan Agama yang Lain....................................................9
2.4.1. Yahudi.......................................................................................................................9
2.4.2. Kristen.......................................................................................................................9
2.4.3. Islam, Agama Lama yang Baru...............................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembicaraan tentang Tuhan merupakan pembicaraan yang menyedot pemikiran manusia


sejak jaman dahulu kala. Manusia senantiasa bertanya tentang siapa di balik adanya alam
semesta ini. Apakah alam semesta ini terjadi dengan sendirinya ataukah ada kekuatan lain
yang mengatur alam semesta ini. Bertitik tolak dari keinginan manusia. Untuk mengetahui
keberadaan alam semesta ini, maka manusia mencoba mengkajinya sesuai dengan
kemampuan akal yang dimilikinya. Hasil dari kajian-kajian yang dilakukan, manusia sejak
jaman primitive sudah mempercayai adanya kekuatan lain diluar diri manusia yang disebut
Tuhan.

Namun, kepercayaan kepada adanya tuhan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
perbedaan tingkat kemampuan akal manusia. Menurut Ibnu Thufail yang menulis kisah novel
Hayy bin Yaqdzan mengatakan bahwa manusia dengan akalnya mampu mempercayai adanya
Tuhan.

Mengingat kepercayaan terhadap Tuhan berbeda-beda, lantas apakah semua Tuhan yang
dipercaya oleh manusia merupakan Tuhan yang Haq (benar), dan bagaimana cara mengetahui
Tuhan yang benar tersebut? Tulisan ini akan menjelaskan tentang Tuhan yang benar dalam
perspektif Islam, dan menguji Tuhan-Tuhan yang ada dalam kepercayaan manusia di luar
islam

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa pengertian Tauhid?

2) Bagaimana Eksistansi Tuhan dan Fitrah Manusia untuk Beragama?

3) Apa Tahuid dan Esensi Ajaran Islam?


4) Apa Karakteristik Akidah Islam?

5) Apa Faktor-Faktor Manusia Membutuhkan Agama?

6) Bagaimana Perbandingan Agaman Islam dengan Agama Lain?

1.3 Tujuan

1. Untuk menjelasakan pengertian Tauhid

2. Untuk menjelaskan bagaimana eksistensi Tuhan dan Fitrah manusia untuk beragama

3. Untuk menjelasakan tentang Tauhid dan Esensi ajaran Islam

4. Untuk menjelaskan Karakteristik akidah Islam

5. Untuk menjelaskan faktor manusia membutuhkan agama

6. Untuk menjelasakan bagaimana perbandingan islam dengan agama lain

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis

Manfaat bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai


Agama Islam khususnya Konsep Ketuhanan dalam Islam dalam kaitannya untuk
memenuhi kebutuhan dan fitrah manusia untuk beriman kepada Allah SWT.

2. Bagi Pembaca

Manfaat bagi pembaca, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai


Agama Islam Khususnya yang berkaitan tentang konsep Ketuhanan dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tauhid
Tauhid adalah sikap dasar seorang muslim yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya
Dzat yang berhak disembah dan dipatuhi segara perintah dan larangan-Nya. Tauhid juga
menjadikan seorang muslim hanya menjadikan Allah Swt sebagai tujuan. Secara harfiyah,
tauhid artinya “satu”, yakni Tuhan yang satu, tiada Tuhan selain-Nya (keesaan Allah). Tauhid
terangkum dalam kalimat tahlil, yakni Laa Ilaaha Illaallaah (tiada Tuhan selain Allah). Tauhid
menjadi inti ajaran agama para nabi dan rasul, sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad
Saw sebagai nabi dan rasul terakhir, tidak ada lagi nabi/rasul setelahnya.

Tauhid adalah penopang utama yang memberikan semangat dalam melakukan ketaatan
kepada Allah. Orang yang bertauhid akan beramal untuk dan hanya karena Allah semata.

2.2 Eksistansi Tuhan dan Fitrah Manusia untuk Beragama


Sepanjang sejarahnya, manusia telah menunjukkan rasa ketundukan dan kepasrahan pada
sesuatu yang diluar jangkauannya. Aktualisasi ketundukan itu terkihat didalam berbagai
macam ritus, yang berbeda-beda menurut tingkat perkembangan intelektual dan cultural
sesorang atau masyarakat. Fitrah beragama, atau yang dipopulerkan oleh ahli syaraf
California University, V.S. Ramachandra sebagai God-Spot, merupakan suara Tuhan yang
terekam di dalam jiwa manusia.

Pengertian ini menunjukkan bahwa agama merupakan kelanjutan dari nature manusia
sendiri,yang merupakan wujud nyata dari kecenderungan alamiahnya untuk mencari kebaikan
dan kebenaran. Dengan demikian, nilai agama dengan nilai kemanusiaan, atau sebaliknya
terhadap nilai ketuhanan yang sempurna akan menghasilkan penghayatan terhadap nilai
kemanusiaan.

2.3 Tauhid dan Esensi dari Ajaran Islam


Tauhid diambil dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan, yang berarti “mengesakan”. Satu
asal kata dengan kata wahid yang berarti “satu” atau kata ahad yang berarti “esa”. Dalam
ajaran islam, tauhid berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat tauhid adalah la ilaha illa
Allah, yang berarti “tiada Tuhan selain Allah.

Tauhid merupakan inti dari seluruh tata nilai dan norma islam. Karenanya Islam dikenal
sebagai agama tauhid, yakni agama yang mengesakan Allah. Bahkan gerakan-gerakan
pemurnian Islam dikenal dengan nama gerakan muwahhidin.

Dalam perkembangannya, tauhid telah menjelma menjadi salah satu cabang ilmu dalam
islam. Ilmu tauhid merupakan disiplin ilmu yang mengkaji dan membahas masalah-masalah
yang berhubungan dengan keimanan, trutama yang menyangkut keesaan Allah.

Begitu pentingnya doktrin tauhid ini, Nabi Muhammad SAW selalu menyampaikan dan
menekankan kepada semua orang,suku dan bangsa tanpa terkecuali. Lebih jauh, posisi
strategis doktrin tauhid dalam ajaran islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, dakwah
Rasulullah SAW pada periode Makkah dititik-beratkan pada usaha pembinaan tauhid,
khususnya bagi mereka yang baru memeluk agama islam. Kedua, dalam ibadah
mahdhah(ritual khusus), dktrin tauhid tercermin dalam pelaksanaanya yang hanya
ditunjukkan secara langsung kepada Allah SWT tanpa perantara. Berbeda halnya dengan
ibadah ghair mahdhah (ritual umum), masih ada ruang bagi keragaman cara dan teknis
beribadah sejauh hanya mengarahkan peribadatannya itu kepada Allah semata.

Setiap perbuatan yang bertentangan dengan visi dan esensi tauhid divonis sbagai syirik.
Syirik ialah menyekutukan Allah SWT dengan melakukan sesuatu yang seharusnya hanya
ditunjukan kepada-Nya. Seperti menjadikan Tuhan selain Allah;
menyembah,mentaati,meminta pertolongan kepada selain Allah atau melakukan perbuatan
lain yang seharusnya hanya ditunjukan kepada Allah.

Itulah yang dinamakan syirik akbar, yang mengakibatkan amal kebaikannya tidak
diterima dan sia-sia. Karena syarat utama agar amal ibadah itu dinilai dan diterima ialah
kemurnian peruntukannya hanya bagi Allah SWT.

Tidak kalah berbahaya adalah syirik asghar (kecil). Pelakunya terancam meninggal
dalam keadaan kufur, jika Allah tidak mengampuninya dan elama ia tidak bertaubad kepada-
Nya. Berikut beberapa perilaku yang masuk kategori syirik asghar:

Bersumpah atas nama selain Allah


Diantara syirik asghar adalah bersumpah dengan nama selain Allah, seperti bersumpah
atas nama nabi, kakbah, wali, tanah air,nenek moyang dll. Semua itu termasuk syirik.
Bersumpah adalah pengangungan sesuatu yang atas namanya seseorang bersumpah. Padahal
yang harus diagungkan dan disucikan hanya Allah SWT.

Berkorban untuk selain Allah

Mempersembahkan kurban atau menyembelih hewan bukan karena Allah SWT adalah
termasuk perbuatan syirik. Telah menjadi kebiasaan kaum musyrikin disetiap bangsa
melakukan penyembelihan kurban sebagai sarana pendekatan diri kepada tuhan-tuhan dan
berhala-berhala mereka.

Sihir

Sihir ialah semacam cara penipuan dan pengelabuan yang dilakukan dengan cara
memantera, menjampi dan lainnya. Perbuatan ini termasuk syirik yang dilarang islam. Karena
didalamnya mengandung makna meminta pertolonngan kepada selain Allah, yakni jin dan
setan. Perbuatan sihir adalah haram. Orang yang mempercayai sihir dan daang ke tukang sihir
untuk melakukan penyihiran, ia turut berdosa bersama si tukang sihir.

Ramalan

Salah satu bentuk sihir adalah ramalan. Yang dimaksudkan dengan ramalan adalah
asumsi mengetahui dan melihat rahasia-rahasia masa depan berupa kejadin umum atau
khusus ataupun nasib seseorang, melalui perbintangan dan sebagainnya.

2.4 Karakteristik Akidah Islam


Agama islam, sebagai system ajaran yang sempurna (al-din al-kamil), memiliki sederet
keunggulan dan kekhasan, antara lain:

2.3.1 Agama Fitrah


Agama Islam diturunkan oleh Allah untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia. Siapa
pun yang mengamalkan Islam dengan penuh ketaatan, kepasrahan, dan ketulusan, niscaya
akan menemukan kedamaian dan memperoeh kemuliaan. Tidak sedikitpun ajaran Islam yang
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak pula membebani dan memberatkan
manusia. Bahkan jika diperhatikan, semua hokum yang disyariatkan oleh Allah justru
menopang kebutuhan dasar manusia.

2.3.2. Bersifat Universal


Perjumpaan ajaran Islam dengan tradisi dan budaya sekitarnya, tidaklah dilakukan
dengan cara konfrontasi melainkan dengan jalan akomodasi kreatif. Penetahuan yang
dikembangkan dalam ajaran Islam pun merupakan serapan dari warisan intelektual peradaban
sebelumnya. Kemudian peradaban itu disajikan kembali menjadi warisan dunia yang
memberi manfaat bagi seluruh umat manusia.

2.3.3. Melanjutkan Tradisi Tauhid


Tauhid merupakan urat nadi dan tujuan utama agama Islam. Dengan tauhid, manusia
dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat.

Konsep Islam sebagai agama tauhid merupakan mata rantai ajaran sepanjang sejarah
manusia dari para nabi dan rasul. Mulai dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Daud, Musa, dan Isa
samapai Muhammad SAW.

2.3.4. Menyempurnakan Agama yang Terdahulu


Sebelum Islam datang, telah ada banyak agama di dunia ini, baik agama yan masuk
kategori samawi( agama langit) maupun ardhi (agama bumi). Diantara agama-agama itu
adalah agama bangsa Kildean (Mesopotamia), agama bangsa mesir, hindu dan budha ( india),
Zoroastr atau Masuji (persia Iran), Tao (Tiongkok), Shinto (jepang), masrani (palestina), dan
Yahudi (Israel). Namun agama-agama tersebuut memiliki berbagai keterbatasan.

Pertama, agama-agama sebelum Islam hanya diperuntukan bagi umat tertentu. Misalnya
agama Yahudi dan nasrani hanya diperuntukkan bagi bani israil seperti dalam Mathius 15:24,
“maka jawab Yesus. Katanya: tiadalah aku disuruh kepada yang lain, hanya kepada segala
domba yang tersesa diantara Bani Israil.

Kedua, ajaran-ajaran Tuhan yang terdapat dalam agama sebelum Islam sudah dipalsukan
oleh para tokoh pemuka agama-agama itu. Misalnya, Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil
(Perjanjian Baru), saat ini tidak ada yang asli.

2.3.5. Mendorong Kemajuan


Kemajuan peradaban manusia akan terwujud apabila manusia mampu memanfaatkan
potensi akalnya dengan baik. Misi tauhid adalah membebaskan manusia dari penjara
mitos,tahayul, dan penghambaan kepada ciptaan Allah yang hakikatnya lebih rendah
martabatnya. Alam dengan segala isinya diciptakan untuk dimanfaatkan,bukan untuk
disakralkan. Ini merupakan paradigma yang sangat revolusioner dalam sejarah umat manusia.
Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menentang manusia untuk menggunakan akal
pikirannya. Islam mengajarkan bahwa hukuk-hukum Allah dalam kehidupan ini ada dua
macam, yaitu yang tertuis (qauliyah) dan yang tidak tertulis (kauniyah). Sunnah qauliyah
adalah hokum yan diwahyukan kepada para nabi. Sedangkan sunnah kauniyah ketentuan
yang tidak diwahyukan, seperti suhu udara, tata surya, panas matahari, iklim, derajat panas
air, hokum titik cair baja,a gravitasi dan sebagainnya. Hal itu dimaksudkan agar manusia
melakukan penelitian dan memikirkan betapa dahsyat ciptaan-Nya.

2.5 Faktor-Faktor Manusia Memerlukan Agama


Dr. Yusuf Al-Qaradhawy dalam bukunya “Madkhal li-Ma’rifatil Islam”-Pengantar
KajianIslam- menyebutkan paling tidak ada lima faktor yang menyebabkan manusia butuh
terhadap agama, lima faktor itu bisa dijabarkan sebagai berikut:

1. Kebutuhan akal terhadap pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar.


Betapapun cerdasnya manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan bisa menjawab
dengan pasti pertanyaan: darimana ia berasal?, kemanakah ia setelah mejalani hidup ini? dan
untuk apa ia hidup?. Banyak filosof dan pemikir yang mencoba mencari jawaban pertanyaan-
pertanyaan ini, namun tak ada jawaban pasti yang dapat mereka berikan. Karenanya tak
mengherankan jika jawaban- jawaban itu berbeda-beda satu dengan yang lain. Ini terjadi
karena jawaban- jawaban yang mereka berikan hnya didasarkan pada asumsi-asumsi dan
prasangka. Jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, hanya bisa didapatkan
melui agama dan itu pun tidak semua agama. Sebab pada hakikatnya jawaban pasti itu adalah
berasal dari Tuhan yang menciptakan manusia dan jagat raya ini. Dan saat ini hanya Islamlah
yang mempunyai sumber autentik firman Tuhan, yaitu Al-Qur’an. Selain Al-Qur’an semua
sudah tercampur denganperkataan manusia, bahkan ada yang murni hasil karya manusia
namun dianggapfirmanTuhan.

2.Kebutuhan fitrah manusia


Bukti yang paling jelas menunjukkan bahwa secara fitrah manusia butuh terhadap agama
adalah kenyataan bahwa semua bangsa mengenal kepercayaan terhadap dzat yang dianggap
agung. Baik itu bangsa yang primitif maupun yang berperadaban, yang di barat maupun yang
di timur, yang kuno maupun yang modern. Sedangkan orang-orang yang mengaku tidak
percaya terhadap Tuhan, itu sebenarnya adalah hanya sebuah pelarian dari rasa kecewa
terhadap agama yang mereka lihat. Padahal yang salah adalah ajaran agama itu dan sama
sekali itutidak membuktikan bahwa Tuhan tidak ada.
3. Kebutuhan manusia terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani
Kehidupan manusia tak selamanya mulus tanpa kerikil dan batu sandungan. Ada saat-
saat gembira, bahagia, damai dan tentram namun juga ada saat dimana ia sedih, gundah,
menderita dan tertimpa musibah. Disaat jiwa sedang dalam kondisi lemah seperti itulah
semakin terasa ia membutuhkan kekuatan yang bisa mengembalikan rasa bahagia, tentram
dan damai yang hilang. Atau paling tidak ia bisa menghadapi semua itu dengan jiwa yang
besar, ketabahan dankesadaran. Keyakinan dan keimanan terhadap agamalah sumber
kekuatan itu. Sebab hanya agamalah yang mengajarkan tentang kepercayaan terhadap takdir,
tawakkal, kesabaran, pahala dan siksa. Dengan kepercayaan terhadap takdir ia bisa dengan
mudah menerima kenyataan. Dengan tawakkal ia tidak akan terlalu kecewa jika ternyata jerih
payahnya tak sesuai dengan harapan. Dan dengan kepercayaan terhadap pahala dan siksa ia
akan bisa segera bangkit kembali tatkala didzalimi orang lain. Dengan kepercayaan semacam
itulah jiwa akan menjadi sehat dan rohani akan menjadi kuat.

4. Kebutuhan masyarakat terhadap motivasi dan disiplin akhlak.


Hukum dan peraturan jelas tidak bisa menjamin bahwa anggota sebuah masyarakat akan
bisa melaksanakan kebaikan, menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sebab
hukum dan peraturan itu tidak bisa menciptakan motivasi dan menumbuhkan kedisiplinan.
Karena memanipulasi hukum adalah suatu hal yang mungkin terjadi dan mencurangi
peraturan adalah bukan hal sulit untuk dilakukan.

Hukum dan peraturan hanyalah sebuah perwujudan dari pengawasan eksternal, dan itu
tidak cukup sampai di situ. Masyarakat membutuhkan motivasi internal yang kita kenal
dengan hati nurani. Dengan membina hati nurani inilah seorang manusia akan termotivasi
untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan sukarela walaupun tanpa
ada pengawasan dari manusia dan tekanan dari hukum dan peraturan.

5. Kebutuhan masyarakat kepada solidaritas dan soliditas.


Agama sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar urgensinya dalam mempererat
hubungan antara manusia satu sama lain, dalam status mereka semua sebagai hamba milik
satu Tuhan (Allah) yang talah menciptakan mereka dan dalam status mereka semua sebagai
anak dari satu bapak (Adam) yang telah menurunkan mereka, terlebih lagi dengan
persaudaraan akidah dan ikatan iman yang dibangun oleh agama diantara mereka.

Bahkan ikatan akidah dan keimanan ini mampu melampaui batas-batas bangsa, suku,
warna kulit, jenis kelamin dan melebihi ikatan darah dan kekerabatan. Maka tidak
mengherankan jika kita menemukan mereka mencintai yang lainnya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri, rela mengorbankan nyawa demi saudaranya dan berlinang air mata
karena penderitaan saudaranya di negeri lain meskipun dipisahkan jarak beribu-ribu kilo
meter. Dengan cinta dan pengorbanan semacam itulah sebuah masyarakat menjadi solid dan
kokoh dalam menjalankan agama.

2.6 Perbandingan Agama Islam dengan Agama yang Lain


2.4.1. Yahudi
Yahudi adalah agama tertua diantara agama-agama Semitik (Ibrahimiah). Agama ini
telah hidup hampir 4000 tahun dalam peride-periode yang ditandai oleh perubahan, baik yang
evolusioner maupun revolusioner. meskipun penyebar sebenarnya agama Yahudi adalah Nabi
Musa AS, orang Yahudi ortodoks memandang bahwa agama mereka itu bermula dari Nabii
Ibrahim AS, nenek moyang mereka. Ibrahim AS adlah Bapak Monoteisme, karena ia adalah
pioneer tradisi monoteistik yang diikuti oleh keturunannya dan banyak bangsa di dunia ini.

Tradisi monoteistik yang diperjuangkan Ibrahim AS dan keturunannya (Ishaq AS,


Ya’qub, AS dan seterusnnya) mendapat tantangan dari kepercayaan kafir dan syirik. Suku-
suku bangsa lain tetap menyembah Tuhan-Tuhan mereka sendiri. Suku-suku bangsa Kanaan
menpunyai Baal-Baal, orang mesir mempunyai Ra, Orisis,dan amon. Agama Israil pada masa
iu dirusak oleh kepercayaan animism,penyembahan nene moyang, sishir, dan kepercayaan
terhadap Tuhan-Tuhan jelmaan.

Dalam situasi krisis social dan keagamaan itu, lahirlah seorang bayi Israil di Mesir diberi
nama Musa. Bayai yang selamat dar pembunuhan yang diperintah oleh Fir’aun itu kelak
menjadi pemimpin besar Yahudi yang berjuang membebaskan mereka dari kekejaman
Fir’aun.

Doktrin paling esensial dan system kepercayaan yang dianut dan diperjuangkan Nabi
Musa AS adalah monoteisme. Baginya Tuhan adalah satu, tidak ada Tuhan selain Dia. Namun
sepeninggal Nabi Musa AS, takhayul dan pemujaan berhala semakin meningkat dari tahunn
ke tahun.temasuk didalamnya konsep ‘Uzair sebagai anak Allah’.

2.4.2. Kristen
Secara kronologis, Kristen muncul setelah Yahudi dan sebelum Islam. Pertumbuhan
Kristen dapat dipandang sebagai perkembangan suatu sekte Yahudi yang menjadi sebuah
agama dunia. Asal-usul Kristen tidak mungkin dipahami tanpa menempatkan agama dan
kebudayaan Yunani sebagai latar belakang.
Istilah “Kristen” atau “Kristenitas” berasal dari kata Yunani Christos sebagai terjemahan
istilah Ibrani Mesias, yang digunakan orang Yahudi untuk menunjuk penyelamat agung
mereka. Kemudian istilah meisas digunakan untuk menyebut Yesus dari Nasaret. Karena
Yesus berasal dari Nasaret Palestina,maka ia digelari Masrani dan agama yang dibawanya
disebut agama nasrani.

Agama ini berkembang dari kehidupan dan karta Yesus dar nasaret. Yesus Kristus bukan
hanya tokoh sentral dalam Kristen, tetapi juga pusat dari keselruhan bangunannya. A memilih
12 murid, yang kemudian disebut sebagai “al-Hawariyyun” untuk menjalankan tugas
dakwahnya. Namun dipihak lain timbul rasa permusuhan dari beberapa kalangan umat
Yahudi yang berujung pada penyaliban Yesus di pinggiran kota Yerussalem.

Terkait dengan peristiwa penyaliban ini, Islam menyangkal bahwa Yesus telah meninggal
di tiang salib.

2.4.3. Islam, Agama Lama yang Baru


Meskipun Ialam dibawa Muhammad SAW sebagai nabi terakhir atau (Penutup Nabi-
Nabi) agama ini tidak memandang dirinya sebagai agama baru, tetapi sebagai agama tertua.
Memang jika dilihat dari perjalanan sejarah agama-agama Semitik atau Ibrahimiah, Islam
adalah agama tertua yang telah ada sejak Nabi Adam AS.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kehidupan manusia di muka bumi ini selalu dihadapkan pada beragam persoalan.
Dengan potensi lahiriah dan batiniahnya, manusia senantiasa berupaya untuk mengatasinya,
meski ia seringkali dibenturkan pada realitas keterbatasan. Keterbatasan dan ketidakpuasan
manusia inilah yang pada akhirnya melahirkan tuntutan dan kebutuhan terhadap kekuatan
metafisika di luar dirinya. Ia lantas melakukan aktivitas mencari, membanding, dan
menyimpulkan kekuatan-kekuatan yang mengitarinya, yang diasumsikannya sebagai
“Tuhan”, yang diharapkan dapat menemukan dan meringankan problem hidupnya.

Agama Islam diturunkan oleh Allah untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia. Siapa
pun yang mengamalkan Islam dengan penuh ketaatan, kepasrahan, dan ketulusan, niscaya
akan menemukan kedamaian dan memperoeh kemuliaan. Tidak sedikitpun ajaran Islam yang
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak pula membebani dan memberatkan
manusia. Bahkan jika diperhatikan, semua hukum yang disyariatkan oleh Allah justru
menopang kebutuhan dasar manusia.

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu pendidikan agama Islam dan dapat pula mengerti dan paham akan
konsep ketuhanan dalam Islam dan lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Negeri Malang.2014. Pendidikan
Islam Transformatif. Malang: Dream Litera.

www. bunglong11.blogspot.com/2011/10/konsep-ketuhanan-dalam-islam.html

www.erlapramana.blogspot.com/2011/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

www.studiislam.wordpress.com/2010/05/22/

http://assalaam.or.id/id/kebutuhan-manusia-terhadap-agama/

http://www.risalahislam.com/2013/10/pengertian-tauhid.html

Anda mungkin juga menyukai