Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu: Ahmad Machfudli, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Arifin Nur Huda ( 216121173 )


2. Damar Graha Buana ()
3. Ajeng Putri Shoniawati (216121202)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
INGGRIS FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UIN RADEN MAS SAID
SURAKARTA 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita
Rahmat, Hidayah, serta Inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama” guna
memenuhi tugas dari Mata Kuliah Metodologi Studi Islam. Sholawat serta salam
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta Keluarga, Sahabat, dan
para pengikut- pengikutnya. Yang kita nanti-nantikan Syafa’atnya di Yaumul
Qiyamah nanti Aamiin.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengerti dan memahami secara
keseluruhan tentang materi tersebut. Kami selaku penyusun makalah
mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dosen Ahmad Machfudli M.Pd.
yang sudah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami juga
berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan mendorong
kelancaran baik dalam penyusunan maupun dalam proses lainnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan serta wawasan yang


lebih luas kepada pembaca, walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan banyak
sekali kekurangan. Kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun, sehingga kedepannya kami dapat memperbaikinya dengan sebaik
mungkin.

Surakarta, 9 Maret 2024

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Agama.........................................................................................3

B. Agama dan Perkembangannya......................................................................5

C. Kebutuhan Manusia terhadap Agama...........................................................7

D. Fungsi Agama dalam Kehidupan..................................................................8

E. Rasa Ingin Tahu Manusia (Human Quest for Knowledge) ..........................9

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP.............................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

B. Saran...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia disebut sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup dan
berkembang dengan baik tanpa bantuan orang lain. Hubungan manusia dengan sesama manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang kompleks, yaitu kebutuhan bersifat fisik dan
psikis. Substansi hubungan manusia itu pada pokoknya adalah saling memenuhi kebutuhan
masing- masing. Ini pertanda bahwa manusia diberikan batasan-batasan tentang perbuatan yang
baik untuk keharmonisan interaksi.

Didalam kehidupan manusia ada peran agama yang sangat penting dan melekat didalamnya.
Yang bertujuan unuk mendapakan kebahagian dan kesejahteraan hidup jasmani dan rohani. Untuk dekat
dengan sang pencipta kita harus berada di jalan agama yang benar. Adapun urgensi agama untuk
kehirasional untuk lebih sabar dan bisa saling meminta maaf jika terjadinya perselisihan dupan manusia
sangatlah penting guna mengakses kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi agama sebagai pengawas dan
petunjuk dalam menjalani kehidupan ini.

Agama merupakan risalah yang disampaikan Tuhan kepada para nabi-Nya untuk
memberi peringatan kepada manusia. Memberi petunjuk sebagai hukum- hukum sempurna
untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata hidup yang nyata. Mengatur
tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat dan alam sekitarnya. Oleh karena itu,
kewajiban semua orang untuk menyadarkan bahwa agama merupakan kebutuhan umat manusia.

Untuk membahas hal tersebut yang menjadi pokok masalah dalam tulisan ini adalah
untuk menjawab “mengapa manusia membutuhkan agama”, dengan sub pokok bahasan :
Pengertian agama, Agama dan perkembangannya, Kebutuhan manusia terhadap agama, Fungsi
agama dalam kehidupan, dan Rasa ingin tahu manusi (Human Quest for Knowledge).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian agama?


2. Bagaimana agama dan perkembangannya?
3. Apa kebutuhan manusia terhadap agama?

4. Apa fungsi agama dalam kehidupan?

1
5. Apa itu rasa ingin tahu manusia (human quest for knowledge)?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian agama.


2. Untuk mengetahui agama dan perkembangannya.
3. Untuk mengetahui kebutuhan manusia terhadap agama.
4. Untuk mengetahui fungsi agama dalam kehidupan
5. Untuk mengetahui rasa ingin tahu manusia (human quest for knowledge).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama
Secara etiminologi agama atau yang lebih dikenal pula dari kata “ad-din” yang
berasal dari bahasa arab dan kata religi dari bahasa eropa. Sebagai mana yang kita ketahui
juga dalam bahasa sansekerta agama memiliki arti adan gan. A “tidak”, dan gam “pergi”.
Jadi dapat kita tarik benang merah yaitu tidak pergi, langgeng, tetap di tempat serta di
wariskan secara turun temurun. (Hikmah & Fachrurozi, 2022; Sodikin, 2003). Dengan ini
bahwasanya agama ialah sebuah cara manusia untuk dapat berbakti kepada Tuhan, dengan
berbaktinya kepada Tuhan sehingga didapatkan ketaatan, serta patuh dan tunduk akan
kebersaranya. (Musa, 2022) Adapun buah hasil dari kita tunduk patuh serta berbakti pada
Tuhan yaitu mendapakan pedoman hidup guna menggapai kebahagian dunia akhirat.
(Asir, 2014).

Agama Islam merupakan agama yang komprehensif dan berkaitan dengan


berbagai macam ilmu yang mengatur urusan manusia secara terperinci. Islam akan lebih
bermakna dalam kehidupan bagi pemeluknya jika ditinjau dari berbagai disiplin ilmu
antara lain ekonomi, ilmu sosial, budaya, politik, pendidikan, psikologi, teknologi, hukum,
sejarah serta mengandung pesan yang bermuara pada agama Islam dari urusan yang
membutuhkan logika (ta'aquly) sampai urusan yang membutuhkan hati (ta'abbudy).
Melihat sepintas sejarah peradaban umat manusia, orang akan mengetahui kekuatan pokok
dalam perkembangan umat manusia sekarang ini adalah agama. Melalui iman maka hal
yang dikatakan baik pada manusia itu diperoleh kepada Tuhan, suatu kebenaran yang
barang kali saja orang atheis pun akan sulit menentangnya. Orang mulia terdahulu seperti
Ibrahim, Musa, Isa, Krisna, Buddha, Muhammad SAW masing-masing dalam
tingkatannya sendiri-sendiri telah mengubah sejarah umat manusia dan menjadikannya
bermartabat.

Umat manusia akan terus tenggelam dalam kerendahan dan orang-orang yang
lebih terpelajar tidak lagi memperoleh ketinggian ilmunya yang hanya diberikan oleh
agama apabila sanksi agama tidak ada. Satu fakta tekstualis, Agama Islam memiliki pesan
yang kontradiktif. Satu sisi menekankan pentingnya lemah lembut dan disisi lain
memerintahkan kekerasan atau permusuhan. Ayat yang satu memerintahkan menghargai
atau melindungi non muslim, di ayat lainnya mengajarkan memusuhi atau memerangi non
3
muslim. Di surah yang ini memerintahkan melindungi harkat dan martabat manusia, tetapi
di ayat lainnya membolehkan melakukan pembunuhan (qital). Fakta fakta tekstualis yang
dianggap kontradiktif akan merugikan peradaban Islam di internal umat Islam maupun di
mata non muslim. Jika tidak dipahami dengan pendekatan berfikir yang tepat. Setidaknya
ada dua doktrin yang harus ada di dalam agama Islam yaitu doktrin kebenaran dan doktrin
keberagaman. Doktrin kebenaran berkaitan dengan keyakinan terhadap Islam adalah
agama yang suci dan memiliki kebenaran mutlaq (absolut) jika dibanding dengan agama
lainya. Selain memiliki doktrin kebenaran mutlaq, Islam sebagai agama sempurna dan
paripurna juga memiliki doktrin keberagaman. Yaitu Islam mengajarkan keanekaragaman
yang ada di dunia. Islam menjelaskan bahwa keberagaman atau perbedaan menjadi
bawaan setiap manusia yang tidak mungkin di hindari (sunnatullah).1

1
Abdul Wahid, Ilham Panji Akbar, Janu Annas Wijanarko, Wawan Kurniawan Purnomo Aji, Nurul Hikmah.
(2022). MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA. Jurnal Kajian Isla & Pendidikan, 14.
4
Menurut Mukti Ali definisi dari kata agama bersandarkan pada tiga alasan.
bahwa pengalaman ialah soal subjektif, rohaniah, dan sifatnya yang suka menyendiri.
(Liswi, 2018) Sedangkan secara terminologi agama diartikan fenomena yang rumit
untuk dijelaskan. Beberapa para ahli berpendapat bahwa agama :

a. Emile Durkheim berpendapat, agama selaku bentuk yang diyakini serta berkarekter
pengetahuan terhadap sesuatu yang suci, lantas kepercayaan dan pengetahuan tersebut
bersatu ke dalam suatu kumpulan akhlak

b. Karl Mark mengartikan bahwasanya agama ialah suatu keberatan dari makhluk yang
terpaksa hatinya, dan tertekan jiwanya. Beliau menyimpulkan agama sebagai kebiasaan
bagi masyarakat.

c. Spencer menyebutkan bahwasanya agama itu keyakinan akan adanya sesuatu yang
Maha benar.

d. Dewey mengatakan agama merupakan suatu bentuk eksplorasi manusia akan tujuan
yang dihadapkan suatu tantangan yang membahayakan jiwanya , beliau menyimpulkan
agama ialah suatu pengenalan kepada manusia terhadap kekuatan yang gaib.(Hikmah &
Fachrurozi, 2022)

e. Endang Saefuddin Anshari mengemukakan pendapatnya bahwa agama ialah sebuah


program keimanan keyakinan tentang sesuatu yang tetap diluar akal sehat manusia dan
sebuah cara peribadatan kepada hal yang dianggap kuasa serta ajaran petunjuk yang
mengatur manusia dengan manusia lainnya bahkan dengan alam lain.(Agus Miswanto,
2012)

Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan maka agama ialah sebuah bentuk
kepercayaan yang dimana kepercayaan itu suci dan suatu yang mutlaq, yang bertujuan untuk
pengenalan terhadap kepada manusia untuk mengenal hal hal yang bersifat gaib. Doktrin agama
memiliki jangkauan yang sangat luas, sumber nilai pengembangan kepribadian, paham mengenai
tindakan sosial dan menjalin hubungan antar manusia. Dibelahan bumi manapun doktrin agama
mengajarkan kepada seluruh pemeluknya supaya manusia berperilaku baik terhadap yang lain,
manusia yang amanah, manusia yang memiliki rasa simpati, mencintai sebuah perdamaian.(Irzum
Farihah, 2014).

5
Doktrin agama ditemukan didalamnya kebenaran yang sepihak atau doktrin mengakui
bahwa selain ketaqwaannya adalah keliru. Doktrin yang bersifat khusus tersebut menjadi acuan
iman untuk merangkul pengikutnya supaya tetap yakin dalam kepercayaan tersebut. Tidak mungkin
adanya ajaran agama tanpa doktrin agama yang memiliki keyakinan yang kuat. Oleh karena itu,
pengakuan tersebut dapat dimengerti sebagai bentuk keyakinan dalam ajaran agama.(Mikail, 2020).

6
B. Agama dan Perkembangannya

Definisi agama, seperti yang dipaparkan oleh para ahli seperti Tylor, Frazer, dan
Koentjaraningrat, memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas kepercayaan manusia
terhadap yang supranatural serta peran agama dalam memberikan keseimbangan spiritual dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, Tylor menyoroti kepercayaan pada makhluk spiritual sebagai
faktor yang memengaruhi tindakan manusia, sementara Frazer menekankan perbedaan antara
agama dan sihir, menyoroti kekuatan personal dewa dalam mengatur alam. Di Indonesia,
konsep agama mencakup enam agama resmi serta perannya dalam memberikan ketenangan
jiwa dalam menjalani kehidupan. Sementara itu, sejarah munculnya agama, seperti yang
diuraikan oleh Spencer, memberikan gambaran tentang kompleksitas evolusi kepercayaan
manusia, mulai dari upaya untuk menjelaskan misteri alam semesta hingga konsep Tuhan
sebagai pencipta alam semesta. Pemahaman akan kedua aspek ini menjadi landasan bagi
perkembangan agama, yang terbagi menjadi dua kategori utama: agama Wahyu dengan kitab
suci sebagai panduan, dan agama Bumi atau Alam yang berhubungan dengan kepercayaan pada
alam dan makhluknya. Selain itu, pemahaman akan asal usul dan perkembangan agama, baik
melalui metode komparatif maupun pendapat Tylor, membuka jendela bagi penelitian lebih
lanjut tentang akar psikologis dan filosofis agama serta pengaruhnya terhadap budaya, moral,
dan pandangan dunia. Dalam upaya untuk menggali lebih dalam tentang fenomena ini, jurnal
ilmiah menjadi sumber penting bagi para peneliti dalam mencari pemahaman yang lebih
mendalam.

A. Sejarah Munculnya Agama :

Herbert Spencer adalah seorang filsuf dan sosiolog Inggris yang memainkan peran
penting dalam perkembangan pemikiran tentang evolusi dan sosialisme. Pandangannya tentang
agama dan perkembangannya memberikan wawasan tentang bagaimana manusia mulai
memahami dunia spiritual dan mengembangkan keyakinan agama.

Mari kita jelaskan lebih rinci mengenai konsep Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan
penguasa segala hal:

a. Evolusi Konsep Tuhan :

7
a) Animisme : Pada awalnya, manusia prasejarah mengamati fenomena alam dan
mencari penjelasan. Mereka mengasosiasikan keberadaan roh atau kekuatan gaib
dengan objek alam seperti pohon, sungai, dan gunung. Inilah awal mula animisme,
di mana segala sesuatu memiliki roh atau kekuatan spiritual.

b) Dinamisme : Konsep ini melibatkan keyakinan pada keberadaan kekuatan gaib


yang menggerakkan alam semesta. Manusia mulai memahami bahwa ada kekuatan
di balik peristiwa alam, dan mereka menghubungkannya dengan entitas spiritual.

c) Toteisme : Toteisme melibatkan penghormatan terhadap makhluk tertentu sebagai


dewa atau roh. Manusia mulai mengaitkan kekuatan alam dengan entitas yang lebih
spesifik, seperti dewa matahari, dewa hujan, atau dewa tanah.

b. Konsep Tuhan sebagai Pencipta :

Seiring berjalannya waktu, manusia mengamati ketertiban alam dan


kompleksitasnya. Pertanyaan tentang asal usul dan tujuan hidup muncul. Konsep
Tuhan sebagai pencipta alam semesta mulai berkembang.

a) Teisme : Teisme adalah keyakinan pada keberadaan Tuhan yang menciptakan


alam semesta dan mengatur segala hal. Tuhan dipandang sebagai entitas yang
memiliki kekuasaan mutlak dan kebijaksanaan.
b) Monoteisme : Monoteisme adalah keyakinan pada satu Tuhan tunggal. Agama-
agama seperti Islam, Kristen, dan Yahudi mengajarkan monoteisme. Tuhan
dipandang sebagai pencipta, penguasa, dan pemelihara alam semesta.
c) Polyteisme : Meskipun monoteisme dominan, masih ada agama-agama yang
mempercayai banyak dewa (polyteisme). Misalnya, agama Hindu memiliki banyak
dewa dan dewi yang mewakili berbagai aspek alam dan kehidupan.

c. Implikasi Konsep Tuhan :

a) Konsep Tuhan memberikan makna dan tujuan bagi manusia. Manusia mencari
bimbingan moral, perlindungan, dan harapan melalui hubungan dengan Tuhan.

8
b) Agama mengatur norma-norma etika, ritual, dan praktik ibadah. Konsep Tuhan
memengaruhi budaya, seni, dan kehidupan sehari-hari.

Dalam perkembangan agama, konsep Tuhan sebagai pencipta dan penguasa alam
semesta menjadi pusat perhatian. Penelitian ilmiah dan pemahaman filosofis terus menggali
lebih dalam tentang fenomena ini melalui jurnal-jurnal dan artikel yang berkontribusi pada
pemahaman kita tentang agama dan spiritualitas.

B. Perkembangan Agama :

a. Agama Wahyu (Agama Samawi) seperti Yahudi, Katolik, Kristen, dan Islam memiliki
aturan yang tertulis dalam “Kitab Suci”, yang dianggap sebagai wahyu ilahi dan
panduan bagi umat manusia.

b. . Agama umumnya dikategorikan menjadi dua jenis: Agama Bumi atau Agama Alam,
yang terkait dengan kepercayaan pada alam dan makhluk di sekitarnya; dan Agama
Wahyu atau Agama Langit, yang didasarkan pada ajaran yang diwahyukan kepada nabi
atau tokoh agama.

C. D. Asal Usul dan Perkembangan Agama:

Metode Komparatif melibatkan pengumpulan bukti dari berbagai suku bangsa di seluruh
dunia untuk menjelaskan asal usul agama. Ini mencerminkan upaya untuk memahami
variasi dan kesamaan dalam praktik dan kepercayaan agama di berbagai budaya. Pendapat
Edward B. Tylor tentang asal usul agama menyoroti gagasan bahwa agama berakar dalam
konsep tentang jiwa dan makhluk halus. Ini menekankan aspek psikologis dan filosofis
dalam pembentukan keyakinan agama. Agama, sebagai bagian integral dari kehidupan
manusia, terus mempengaruhi budaya, moral, dan pandangan dunia. Penelitian terus
berkembang untuk memahami fenomena ini, dengan jurnal ilmiah menjadi sumber penting
dalam proses tersebut.

9
1
0
C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Terdapat 3 hal yang membuat keharusan manusia beragama. Ketiga hal tersebut dapat
dilihat seperti berikut:

1. Fitrah manusia

Pada lingkup ini terdapat diayat “al qur’an Ar-Rum ayat 30” bahwa ada
kemampuan fitrah beragama yang ada dalam jiwa manusia. Dalam konteks ini dapat
kita pahami bahwa seorang manusia yang mendapat pelajaran dari tuhan tentang hal
apa yang tidak diketahui nya. Jiwa manusia secara takdir diciptakan oleh tuhan dengan
segala kesempurnaan. Baik secara fisik, dan memahami akan adanya kebaikan yang
terpercik dari ciptaanya. (Liswi, 2018). Dalam pandangan islam manusia adalah suatu
pemimpin yang Allah ciptakan di muka bumi. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia
memiliki sifat yang multifaset, diberi hak untuk mengatur alam ini sesuai dengan
kemampuannya adalah tugas dari manusia. Dalam menjalankan tugas ini, manusia
diberikan oleh Allah berupa wahyu dan mengenali kemampuan yang dimilikinya.
Kemudian manusia juga ditempatkan oleh Allah diposisi yang paling mulia di antara
makhluk lainnya. (Kesuma, 2013) Manusia dalam pandangan islam adalah makhluk
yang memiliki unsur yang sangat sempurna meliputi pada aspek fitrah jasmani, fitrah
ruhani, yang dimana kedua fitrah ini saling keterkaitan dan tidak terlepas antara satu
dengan yang lainya. Oleh karena itulah tumpuan kepribadian tidak hanya ada pada
fitrah jasmani melainkan pada keduanya. (Judrah, 2020)

2. kelemahan dan kekurangan manusia

Menrut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al-Qur’an, nafs diciptakan


Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia
berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh al-
Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. Di antara ayat yang menjelaskan
hal ini terdapat dalam surat al-Syams ayat 7-8, bahwa “ Demi nafs serta
penyempurnaan ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kafasikan dan ketaqwaan”

Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar manusia
melalui nafs menangkap makna baik dan buruk. Di sini berbeda dengan terminologi
kaum Sufi bahwa nafs adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan prilaku buruk

1
1
dan dalam hal ini sama dengan pengertian yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Lebih jauh Qurash Shihab berpendapat bahwa kendatipun nafs berpotensi
positif dan negatif, namun diproleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif
manusia lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja dorongan dan daya tarik
keburukan lebih kuat dari pada daya tarik kebaikan.

Dalam literatur teologi Islam kita jumpai pandangan kaum Mu’tazilah yang
rasionalis, karena banyak mendahulukan akal dalam memperkuat argumentasinya dari
pada wahyu. Namun demikian, mereka sepakat bahwa manusia dengan akalnya
memiliki kelemahan. Akal memang dapat mengetahui yang baik dan buruk, tetapi tidak
semua yang baik dan buruk dapat diketahui oleh akal. Dalam hubungan ini, kaum
Mu’tazilh mewajibkan kepada Tuhan agar menurunkan wahyu dengan tujuan agar
kekurangan akal dapat dilengkapi oleh wahyu dalam ini agama. Dengan demikian
secara tidak langsung kaum Mu’tazilah memandang bahwa manusia memerlukan
wahyu (agama).

1
2
3. Tantangan manusia

Ada aspek penting yang mempengaruhi manusia didalam memerlukan agama,


dengan adanya agama kita mampu untuk menyelesaikan berbagai keadaan baik itu
masalah yang terjadi dari dalam diri mapun luar. Dorongan hawa nafsu dan bisikan
setan adalah tantangan dari dalam diri manusia. Sedangkan rekayasa atau upaya yang
dilakukan manusia baik secara sengaja ingin memalingkan manusia dari tuhan adalah
tantangan dari luar diri manusia. Didalam misi untuk menjauhkan manusia dari tuhan
mereka rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang diperuntukan dalam
berbagai bentuk kebudayaaan yang ada. Bentuk budaya ini dapat diselipkan pada
hiburan, obat obatan terlarang dan lain sebagai nya yang diperuntukan dengan sengaja
pada zaman modern agama sangat memainkan peran penting dalam keberlangsungan
hidup manusia. Hal yang perlu ada didalam diri manusia untuk membentengi adalah
dengan cara memberikan pemahaman untuk taat menjalankan agama.(Liswi, 2018)
Agama menolak kekerasan sebagai prinsip dalam melakukan suatu tindakan. Dengan
agama manusia dapat dikendalikan karena didalam agama sudah mengatur semuanya.
(Isnaini, 2017)

13
D. Fungsi Agama dalam Kehidupan

Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia sebagai pedoman, aturan dan undang-
undang Tuhan yang harus di taati dan mesti dijalankan dalam kehidupan. Agama sebagai way of life,
sebagai pedoman hidup yang harus diberlakukan dalam segala segi kehidupan. Orang yang beragama
dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, menguasai nafsunya sesuai dengan ajaran agama. Orang yang
beragama cendrung berbuat baik sebanyak- banyaknya, dengan hartanya, tenaganya dan pikirannya. Dan
dia akan berusaha sehabis daya upayanya untuk menghindarkan dirinya dari segala perbuatan yang keji
dan munkar. Selain itu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan
membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai. (Rousydiy : 1986 90-92)
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa masayarakt adalah kumpulan dari individu- individu.
Masyarakat akan baik, manakala terdiri dari pribadi- pribadi yang baik. Pribadi yang baik hanya dapat
dibina melalui ajaran agama. Oleh sebab itu orang yang beragama, walau tidak ada orang yang tahu, ia
tetap berbuat baik dan menjaga diri dari yang dilarang Tuhan, karena ia yakin bahwa ia tetap diawasi
Tuhan. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama sangat berfungsi dam memiliki kedudukan
yang strategis dalam menata kehidupan manusia untuk mendapatkan kesemalatan dirinya dan
kemaslahatan bagi orang lain.
Kumpulan dari beberapa individu atau yang lebih kita kenal dengan masyarakat yang tercipta
karena adanya lapisan sosial. Dalam prakteknya fungsi agama dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsure
pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam
pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur
pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi
dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akanmampu menghadapi
dengan tenang.
b. Penolong dalam Kesukaran
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi
cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup dengan
berlebihan dan menyalahkan semua orang. Beda halnya dengan orang yang beragama dan
teguh imannya, orang yang seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada.
Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan
(Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada
hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi
ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
c. Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu kaya apalagi miskin

1
4
pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya
yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa
kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup. Lain halnya dengan orang yang beriman,
orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam
ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak
orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang
maha berkehendak, tidak mungkin gelisah. Begitu juga dengan orang yang miskin yang
beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan
ketetapan Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya
melainkan keimanan dan ketakwaannya.
d. Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran agamanya.
Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di junjung tinggi dalam
Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk
menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati.
Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam Al-Qur’an ada
ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada
ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta dihormati kepada anak.
Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari
berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain (hablum
minannas atau hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika seorang berkata
bohong maka, dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil peraturan Islam yang
berkaitan dengan moral. Masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan tatanan
perilaku moral yang baik, namun tidak dapat sepenuhnya dituliskan disini.10

Dari semua fungsi yang diatas bahwa agama didalam kehidupan bermasyarakat
berfungsi untuk menjadikan manusia yang berjiwa pembimbing, penolong, penentram
batin, dan juga bermoral. Fungsi tersebut sangat penting dan berguna untuk bisa mengatur
manusia didalam kehidupan bermasyarakat yang harmoni dan tentram. Al-Qurthubi
memberikan pendapat bahwa seseorang yang paham mengenai ilmu agama islam
mendefinisikan ada tiga kriteria tingkatan pengetahuan tentang agama islam yakni
pengetahuan tinggi ilmu tauhid, pengetahuan menengah mengenai dunia sains dan
matematika, pengetahuan rendah pengetahuan konkrit. Bahwa pendidikan agama harus
diprioritaskan dalam pendidikan. (Rahmadania et al., 2021)

1
5
E. Rasa Ingin Tahu Manusia ( Human Quest for Knowledge)

Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika yang diketahuinya hanya “saya tidak
tahu”. Petunjuk Allah, akal dan segala potensi manusia, ilmu dan teknologi sebagai produk
dari akal, adalah untuk melaksanakan program hidup melaksanakan program hidup dan alat
untuk mencapai tujuan hidup manusia. Baik disadari maupun tidak disadari, akal dan potensi
yang dimiliki manusia terbatas kemampuannya. Di dalam memenuhi segala hajatnya, manusia
hanya dapat mecoba, mempelajari, meneliti, memahami dan memanfaatkan yang ada pada
dirinya dan yang ada pada alam semesta. Keterbatasan panca indra dan akal menjadikan
sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat
mengganggu perasaan dan jiwanya yang semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut
semakin gelisah apabila tak terjawab. Hal ini yang disebut rasa ingin tahu manusia. Manusia
membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama adalah sistem kepercayaan dan praktik yang melibatkan hubungan antara
manusia dan kekuatan supranatural, seperti dewa atau roh, yang memainkan peran penting
dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangannya, agama telah mengalami
transformasi dari berbagai keyakinan primitif hingga bentuk-bentuk yang lebih terorganisir
dan terstruktur, seperti agama-agama samawi dengan kitab suci mereka. Kebutuhan manusia
terhadap agama tercermin dalam upaya mereka untuk mencari makna, ketenangan, dan
panduan moral dalam kehidupan mereka, sementara fungsi agama meliputi pembentukan
identitas kultural, pengaturan moralitas, dan menyediakan kerangka spiritual bagi individu dan
masyarakat. Human quest for knowledge, atau rasa ingin tahu manusia, adalah dorongan
bawaan untuk memahami dan menjelajahi dunia sekitar mereka, mendorong penelitian,
eksplorasi, dan perkembangan intelektual. Dalam kesimpulan, agama memberikan kerangka
spiritual dan moral bagi manusia, sementara keinginan untuk pengetahuan mendorong
eksplorasi dan perkembangan intelektual yang lebih lanjut, menciptakan kesinambungan yang
kompleks antara dimensi spiritual dan intelektual dalam kehidupan manusia.

B. Saran

Pemakalah berharap makalah yang telah disusun ini dapat membantu berbagai pihak
untuk memahami urgensi dan tujuan studi Islam. Mohon dimaklumi jika dalam makalah
pemakalah ini masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa maupun pemahaman.
Pemakalah mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar dapat
memenuhi tugas kedepannya dengan lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Ilham Panji Akbar, Janu Annas Wijanarko, Wawan Kurniawan Purnomo Aji, Nurul
Hikmah. (2022). MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA. Jurnal Kajian Isla &
Pendidikan, 14.

Ahmad Asir. (2014, Februari). AGAMA DAN FUNGSINYA DALAM KEHIDUPAN UMAT
MANUSIA. JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN, 1.

Muhammaddin. (2013, Juni). KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA. JIA, 99-114.

Rafael Elfan Risaldy1) Silvani Urza Sitorus2). (2023, Januari - Juni ). Manusia dan Kebutuhan Doktrin
Agama. Jurnal Fakultas Agana Islam, 1.

Anda mungkin juga menyukai