Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEDUDUKAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Dosen Pengampu: Julkarnain, S.Ag., S.E., M.M.

Disusun Oleh : Kelompok 4 (Empat)

1. M. ALFARIQ ALAMSYAH PUTRA (71230312010)


2. AQLINA FITRI (71230312009)
3. APRILIA SALSABILAH (71230312046)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah-Nya.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas, sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan
oleh Bapak Julkarnain, S.Ag., S.E., M.M. selaku dosen Pendidikan Agama Islam.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat di perlukan untuk perbaikan isi makalah ini agar bisa
terwujud dengan baik. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi Penulis dan para pembaca
pada umumnya, mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Medan, 16 November 2023

1
DAFTAR ISI
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................................... 1
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ........................................................................................................... 3
B.Rumusan Masalah....................................................................................................... 4
C.Tujuan ........................................................................................................................ 4
BAB II. PENDAHULUAN
A. Agama : Arti Dan Ruang lingkup……...................................................................... 5
B. Ciri-ciri Agama ………...…………………………….............................................. 5
C. Hajat Manusia Akan Agama ..................................................................................... 6
D. Hubungan Manusia Dengan Agama……………………......................................... 7
BAB III. PENUTUP
A.Kesimpulan............................................................................................................... 9
B.Saran......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengeruh yang sangat besar.
Fungsi agama adalah memberikan bimbingan dalam hidup dan menentramkan batin,
realitanya jalan yang ditunjukkan agama tidak seluruhnya diikuti oleh manusia,
bahkan sebagian besar mengingkarinya. Pengingkaran terhadap agama ini tidak hanya
terjadi pada zaman jahilliyah saja, terjadi juga pada zaman modern ini.
Proses modernisasi membawa pola hidup manusia terutama dalam cara berpikir,
bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari hari yang mana perubahan
tersebut akan membawa dampak positif dan negatif. Dampak negatif dari modernisasi
antara lain adanya perubahan tata nilai dan tata kehidupan yang serba keras bahkan
tradisi nenek moyang yang dikenal beradap telah terkikis oleh budaya baru yang serba
modern, perubahan tata nilai tersebut dikarenakan lemahnya keyakinan beragama,
sikap individual dan materialis. Hal ini karena tuntutan hidup yang semakin tinggi dan
semakin banyak yang kurang terpenuhi. Akibatnya persaingan hidup semakin tajam
dan penuh ketegangan. Sikap kebersamaan sukar didapatkan lingkungan masyarakat
yang tidak menjadi agama sebagai rasa keterkaitan antara kelompok, keluarga, dan
sesame tetagga terasa semakin longgar. Salah satu keprihatinanya adalah munculnya
pergaulan bebas di kalangan remaja, longgarnya pengawasan orang tua terhadap anak
anaknya dan tuntutan pemenuhan ekonomi, ditambah lagi krisis ekonomi yang
berkepanjangan, mengakibatkan terjadinya penyelewangan moral yag mengarah
kepada perbuatan yang dilarang agama dan norma masyarakat.
Salah satu ciri kehidupan masyarakat modern dewasa ini adalah kegoyahan
norma norma, termasuk norma norma yang kita pergunakan dalam menilai problema
manusia sebagai anggota masyarakat. Kondisi demikian merupakan faktor yang dapat
mengganggu keseimbangan jiwa bagi mereka yang tidak kuat mental agamanya.
Disisi lain agama digunakan sebagai pendekatan memberikan terapi melalui
pembinaan, bimbingan dan latihan. Karena hanya agamalah yang dapat memuaskan
jiwa, yang dapat menghilangkan konflik atau pertentangan, perasaan berdosa dan
kekecewaan.

3
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yng dikemukakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa arti agama dan ruang lingkupnya?
2. Apa saja ciri ciri agama?
3. Apa hajat manusia akan agama?
4. Apa hubungan manusia dengan agama?
B. Tujuan
Dari rumusan masalah yang dikemukakan bertujuan untuk sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui arti agama dan ruang lingkupnya
2. Untuk mengetahui ciri ciri agama
3. Untuk mengetahui apa hajat manusia akan agama
4. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan agama

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Agama Dan Ruang Lingkupnya

Mengenal agama, perlu dijelaskan lebih dahulu beberapa hal berikut. Perkataan
agama berasal dari bahasa sansekerta yang erat hubunganya dengan agama Hindu dan Budha.
Dalam keputusan dapat dijumpai uraian tentang perkataan ini. Karena itu ada bermacam teori
mengenai kata agama. Salah satu diantaranya mengatakan, akar kata agama. Salah satu
diantaranya mengatakan, akar kata agama adalah gam yang mendapatkan awal a dan akhiran
a sehingga menjadikan a-gam-a. Akar itu kadang-kadang mendapatkan awalan i dengan
akhiran yang sama, sehingga menjadi i-gam-a, kadang-kadang mendapat awalan u dengan
akhir yang sama, sehingga menjadi kata u-gam-a.
Dalam bahasa aslinya agama Islam disebut diin. Menurut ajaran Islam, istilah diin
yang tercantum dalam al-Qur’an Qs. al-Maidah 5:3 yang artinya: Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

B. Ciri Ciri Agama

Dinul Islam adalah agama yang langsung bersumber dari Allah Swt yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, bukann agama berumber dari manusia. Paada
dasarnya, agama dapat dibedakan dalam 2 (dua) bagian :
1. Agama Thabi’i, agama ardhi, agama filsafat, agama budaya. Ajaran-ajaran tersebut
merupakan produk budidaya manusia.
Cirri-cirinya antara lain :
a. Ajarannya semata-mata hasil karya manusia, sehingga berlaku proses evolusi.
b. Kebanyakan tidak memiliki kitab suci
c. Ajaran tidak monotheusme, tetapi politheisme
d. Banyak prinsip ajarannya yang tidak sesuai dengan akal pikiran dan kemnusian.
2. Agama samawi, agama langit, agama wahyu
Ajaran-ajaran agama samawi atau agama wahyu bersumber dari Allah Swt yang
disampaikan kepada manusia melalui para Rasul-Nya

5
Agama samawi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
a. Disampaikan oleh Rasul
b. Kitab suci tetap dan mutlak
c. Inti ajaran tauhid (monotheisme) murni yang tidak mungkin berevolusi.
d. Ajarannya menitikberatkan keseimbangan dunia dan akhirat
e. Prinsip ajarannya tidak bertentangan dengan akal pikiran manusia.
Dinul Islam merupakan satu-satunya agama samawi, agama sepanjang zaman dan
agama semua Rasul.

C. Hajat Manusia Akan Agama


Dalam pembahasan hajat manusia akan agama, ada dua maslahat pokok yang perlu
kita ketahui yaitu apa manusia itu dan bagaimana pentingnya dan peranan agama terhadap
manusia ?
Bertanya tentang manusia berarti bertanya tentang dan kepada diri kita sendiri,
makhluk yang paling unik di bumi ini. Menurut hipotese evolusi hayat Darwin (1809-1882),
manusia itu adalah bentuk terakhir daripada evolusi hayat, sedangkan binatang bersel satu
sebagai awal evolusi. Dengan demikian Darwin telah menempatkan manusia dalam alam
binatang, baik akal budinya, kesadaran moralnya maupun agamanya, merupakan hasil
perkembangana evolusionair.
Apabila kita uji kebenaran hipotese itu, yang tentunya agama-agama samawi (langit)
menolaknya, kita lihat ilmu telah membagi makhluk pisika (syahadah) ke dalam dua kelas :
makhluk oraganis (hidup) dan mahkluk anorganis (mati). Makhluk organis terdiri dari tingkat
vegetative (nabati) dan tingkat hewani. Sedang yang termasuk tingkat hewani terbagi dua :
tingkat animal (binatang) dan tingkatan human (Insani).
Barangkali atas dasar pola ini, Thomas (1588-1679) telah mengkualifikasikan sifat
dan tabiat manusia dengan binatang dalam teori sosiologi: homo hominilupus (manusia satu
adalah serigala buat manusia lainnya) atau : bellum omnium cantra omne (the war of all
against all : perang semua lawan semua).
Apabila ditinjau dari sudut biologis instinkif, maka keduanya pun terdapat
persamaan-persamaan sebagai berikut : Pertama, baik manusia maupun binatang punya
naluri makan dan minum, keduanya memiliki naluri mempertahankan hidup. Kedua,
keduanya memiliki naluri mempertahankan diri, tidak ada yang suka rela mengorbankan diri
secara konyol dari setiap ancaman bahaya. Ketiga, keduanya memiliki naluri keturunan, yang
mengakibatkan terjaminnya kelanjutan jenis. Andaikata naluri ini tidak ada, dalam waktu

6
yang sangat singkat planet bumi kita unu segera menjadi sepi dari makhluk hayat, melihat
umur dan usia yang sangat terbatas. Selain itu, naluri takut dan benci juga selalu menyertai
manusia dalam kehidupan biologisnya, sebagaimana adanya pada binatang-binatang.
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu ia telah menjadi
sasaran studi sejak dahulu, kini dan dan kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan
tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat,
lingkungan hidupnya. Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studiny masing-
masing, tetapi sampai sekarang para masih belum mencapai kata sepakat tentang manusia. Ini
terbukti dari banyaknya penamaan manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo
economicus (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut ekonomi animal (binatang
ekonomi), dan sebagainya. Al-Qur’an tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok
binatang (animal) selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia Allah Swt lainnya.
Namun kalau manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Allah Swt
yang sangat tinggi nilainya yakni pemikiran (rasio), kalbu, jiwa, raga, serta panca indera
secara baik dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi seperti hewan seperti
yang dinyatakan Allah Swt dalam Qs. Al-A’raf 7;179 yang artinya :
Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

D. Hubungan Manusia Dengan Agama

Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar
manusiadan di dalam diri manusia, tetapi tidak dipahami oleh mereka. Yang tidak di pahami
itu dimasukkan ke dalam kategori ghaib. Karena banyak hal atau peristiwa ghaib ini menurut
pendapat mereka, mereka merasakan hidup dan kehidupan penuh dengan keghaiban.
Mengahadapi peristiwa ghaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk menguatkan
diri, mereka mencari perlindungan pada kekuatan yang menurut anggapan mereka menguasai
alam gaib dewa atau tuhan. Karena itu hubungan mereka dengan para dewa atau tuhan
menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan dewa-dewa atau tuhan itu terjalin dalam
berbagai segi kehidupan, sosial, ekonomi, kesenian dan sebagainya. Kepercayaan dan sistem

7
hubungan manusia dengan para dewa atau tuhan itu membentuk agama. Manusia, karena itu,
dalam masyarakat sederhana mempunyai hubungan erat dengan agama. Gambaran ini
berlaku di seluruh dunia.
Dalam masyarakat modern yaitu masyarakat yang telah maju, masyarakat yang telah
memahami peristiwa-peristiwa alam dan dirinya melalui ilmu pengetahuan, ketergantungan
kepada kekuatan yang dianggap menguasai alam gaib dalam masyarakat sederhana, menjadi
hilang. Perkembangan pemikiran manusia dengan diri dan alam sekitarnya menjadi merubah.
Timbullah berbagai teori mengenai hubungan manusia terhadap diri dan alam sekitanya.
Salah satu teori (pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan menganai suatu peristiwa)
yang banyak mempengaaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan
sosial, adalah teori August Comte yang terdapat dalam bukunya yang mashur : Course de la
Philosophie Positive (1842). Dalam buku yang terdiri dari enam jilid itu, August Comte yang
menyebutkan tiga tahap perkembagan pemikiran manusia de lois des trios etat (terjemahan
bebasnya, lebih kurang tiga hukum perkembangan). Menurut August Comte dalam bukunya
itu, sepanjang sejarah, sejak dahulu sampai sekarang, pemikiran manusia berkembang
melalui tiga tahap, yaitu :
1. Tahap teologik
2. Tahap metafisika
3. Tahap positif
Kerangka berpikir ini melahirkan filsafat positivism di abad XIX, yang seperti telah
disebutkan di atas, mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora (ilmu pengetahuan
yang bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam pengertian membuat manusia lebih
berbudaya, dengan teologi, filsafat, hukum, sejarah, bahasa, kesusastraandan kesenian) di
seluruh dunia, terutama social sciences. Menurut Comte, yang gaung pemikirannya sangat
bergema dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, perkembangan pemikiran manusia
selalu berangkat dari tahap yang paling rendah ke tahap paling tinggi atau kompleks
Menurut dia, tahap pemikiran yang paling rendah ialah (a) teologik yaitu tahap
pemikiran manusia yang percaya kepada Tuhan, percaya pada ajaran agama. Menurut Comte,
dalam pemikiran teologik ini manusia belum tahu tentang sebab musebab kejadian alam ini,
tidak tahu mengenai hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Karena itu ia
selalu hidup dalam ketakutan terhadap, misalnya bencana alam seperti banjir, gunung meletus
dan sebagainya. Untuk menghidari ketakutan itu, manusia lalu melindungkan dirinya pada
Tuhan atau dewa, menyerahkan dirinya pada Yang Maha Kuasa.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap


kehidupannya, karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhiratnya.

Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwanya berbudi pekerti dengan adab
yang sempurna baik dengan tuhannya maupun lingkungan di masyarakat. Semua agama
sudah sangat sempurna dikarenakan dapat menuntun umat nya bersikap dengan baik dan
benar serta dibenarkan. Keburukan cara bersikap dan penyampaian si pemeluk agama
dikarenkan ketidakpahaman tujuan daripada agamanya. Memburukkan serta
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama. Kedudukan agama menurut perilaku manusia juga berasal dari hari serta akal,
dimana hati menjadi tempat penguat sifat serta sikap seseorang akan menghadapi suatu
kebenaran, sedangkan akal merupakan untuk berfikir apakah yang akan didapat benar
ataupun salah.

B. Saran

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan mengenai materi yang menjadi


bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang penulis peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang
budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus
pada penulis.

9
DAFTAR PUSTAKA

A. Zainuddi dkk 1999, Al-Islama Aqidah dan Ibadah, Pustaka Setia, Bandung

H Mohammad Daud Ali 2002, Pendidikan Agama Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta

Nasaruddin Razak 1989, Dienul Islam, Alam’arif. Bandung

Syamsul Rijal Hamid 2005, Buku PintarAgama Islam, Cahaya Salam. Jakarta

Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri 1995, Akidah Mukmin, Pustaka Al-Kautsa, Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai