Anda di halaman 1dari 19

MANUSIA DAN AGAMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi


antropologi

Disusun oleh:
Dina Auliya Jalaluddin (22211920)
Dhea Aulia Husna (22211918)
Destiani Syifa (22211914)
Fajrina Khairani (22211933)

Dosen Pengampu:
Drs. Arison Sani, M.A.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
T.A 1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah sosiologi dan antropologi ini dapat tersusun sampai selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Arison Sani, M. A. selaku dosen pengampu mata kuliah sosiologi dan
antropologi agama dan kami mengucapkan terima kasih banyak pula
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa kita semua praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Tangerang Selatan, 26 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................3


A. Hubungan Manusia dan Agama ............................................3
B. Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia ............................7

BAB III PENUTUP .......................................................................14


A. Kesimpulan ..........................................................................14
B. Saran ....................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai


tantangan dan masalah. Untuk menghadapi tantangan dan masalah
tersebut, manusia membutuhkan agama. Ajaran agama
merupakan hal yang penting bagi banyak orang, selain dijadikan
sebagai pedoman hidup, agama dapat memberikan solusi dalam
penyelesaian masalah. Agama dijadikan sebagai pedoman atau
petunjuk bagi kelangsungan hidup, penghubung antar manusia
dan manusia dengan penciptanya. Sebagian orang juga percaya
agama dapat memberi keselamatan dan perdamaian bagi dirinya.

Sebenarnya manusia telah memiliki bakat beragama sejak


lahir. Sehingga dapat terlihat bahwa latar belakang perlunya
manusia akan agama karena dalam diri manusia sudah terdapat
potensi untuk beragama. Manusia merasa agama memberikan rasa
aman dan perlindungan. Selain itu agama juga memberikan
penjelasan terhadap fenomena yang tidak dapat dijelaskan oleh
pikiran manusia, serta agama memberikan pembenaran terhadap
praktek kehidupan yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan Manusia dengan Agama?
2. Apa Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Hubungan Manusia dengan Agama
2. Untuk Mengetahui Fungsi Agama dalam Kehidupan
Manusia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Manusia dan Agama

Manusia dan agama merupakan hal yang sangat penting,


karena keduanya sangat berpengaruh dalam pembinaan generasi
yang akan datang. Agama akan menjaga manusia dari
penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku
yang negatif. Agama juga merupakan benteng pertahanan bagi
generasi muda dalam menghadapi berbagai aliran.
1. Pengertian Manusia

Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari


tanah dengan bermacam-macam istilah, seperti : Tur𝑎̅𝑏, Th𝑖̅n, dan
Sul𝑎̅lah. Dapat diartikan sesungguhnya Allah menciptakan jasad
manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada tanah.
Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat
dalam Al-Quran secara rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan
manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya hanya dipahami
secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya
manusia diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena
Allah maha kuasa, segala sesuatu pasti dapat terjadi.1
Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sulit
dimengerti meskipun oleh dirinya sendiri. Manusia adalah

1
Heru Juabdin Sada, “Manusia Dalam Perspsektif Agama Islam,” Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 1 (2016): 129–142.

3
makhluk yang tidak bisa ditebak, namun rasional. Manusia juga
memiliki fisik yang baik seperti halnya makhluk hidup lainnya.
Manusia juga memiliki akal sehingga dia dapat menciptakan hal-
hal yang luar biasa meskipun secara fisik dia tidak mampu
melakukannya. Manusia melakukan hal-hal hebat dengan bantuan
mesin-mesin yang dibuatnya. Dengan begitu, manusia bukanlah
hewan, tapi mirip dengan hewan karena punya akal dan perasaan.
Sehingga manusia tidak memiliki konsep definisi yang jelas akan
dirinya.
2. Pengertian Agama

Agama artinya tidak kacau atau adanya keteraturan dan


peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu dengan bahasa
latinya religio artinya mengembalikan ikatan memperhatikan
dengan seksama jadi agama adalah tindakan manusia untuk
mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungan dengan ilahi.
Agama merupakan suatu sistem sosial yang dibuat manusia untuk
berbakti dan menyembah ilahi. Perintah dan kata-kata tersebut
mempunyai kekuatan ilahi sehingga dapat difungsikan untuk
mencapai atau memperoleh keselamatan pribadi dan
masyarakat. Agama sangat penting di kehidupan manusia.2
Hubungan antara manusia dan agama merupakan topik
yang kompleks dan bervariasi tergantung pada individu, budaya,
dan keyakinan agama masing-masing. Secara umum, agama

2
Solehan Arif, “Manusia dan Agama,” Islamuna: Jurnal Studi Islam 2,
no. 2 (December 5, 2015): 149–166.

4
adalah sistem kepercayaan dan praktik spiritual yang memiliki
peran penting dalam kehidupan manusia. Hubungan antara
manusia dan agama dapat dijelaskan dengan beberapa cara:

1. Kepercayaan dan Spiritualitas: Agama memberikan kerangka


kerja untuk keyakinan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip spiritual
yang membimbing kehidupan individu. Manusia mencari arti
dan tujuan dalam hidup mereka melalui agama. Agama juga
menyediakan cara untuk mengatasi ketidakpastian dan
kebingungan yang seringkali ada dalam kehidupan.
2. Panduan Moral: Banyak agama memiliki seperangkat aturan
etika dan moral yang diikuti oleh pengikutnya. Agama dapat
membantu manusia mengenali perbedaan antara benar dan
salah, serta memberikan pedoman untuk berperilaku dengan
baik terhadap orang lain.
3. Komunitas dan Solidaritas: Agama seringkali menjadi sumber
komunitas dan solidaritas. Gereja, masjid, kuil, atau tempat
ibadah lainnya dapat menjadi tempat untuk bertemu dengan
orang-orang yang memiliki nilai-nilai dan keyakinan yang
serupa. Ini dapat memperkuat ikatan sosial dan mendukung
individu dalam waktu sulit.
4. Ketentraman Batin: Bagi banyak orang, agama memberikan
rasa ketentraman batin dan harapan dalam menghadapi
tantangan kehidupan. Doa, meditasi, dan ritual keagamaan
lainnya dapat memberikan ketenangan pikiran dan jiwa.
5. Menghadapi Kematian dan Kebangkitan: Agama seringkali
memberikan pandangan tentang apa yang terjadi setelah

5
kematian, serta cara menghadapinya. Keyakinan tentang surga,
neraka, reinkarnasi, atau kehidupan setelah kematian dapat
memberikan penghiburan bagi individu yang menghadapi
kematian atau kehilangan.3

Namun, penting untuk diingat bahwa hubungan antara


manusia dan agama sangat bervariasi. Tidak semua orang
memiliki keyakinan agama, dan bahkan di antara mereka yang
memiliki keyakinan agama, ada berbagai tingkat keterlibatan dan
penghayatan. Beberapa orang mungkin sangat mendalami praktik
agama mereka, sementara yang lain mungkin hanya memiliki
hubungan yang lebih longgar dengan aspek-aspek keagamaan.
Agama juga merupakan sumber ketenangan jiwa manusia.

Adapun manusia merupakan makhluk yang memiliki ruh,


ia juga membutuhkan ketenangan-ketenangan yang bersifat
ruhaniah, yakni ketenangan hakiki. Ketenangan ruhaniah
mempunyai kontribusi yang sangat penting terhadap kebahagiaan
hidup manusia, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Kebahagiaan hidup itu tidak akan bisa didapatkan jika manusia
tidak memperoleh ketenangan hakiki. Bahkan fisik manusia itu
bisa hancur jika ketidak tenangan manusia mencapai titik yang
paling memprihatinkan.4

3
Muhammad Arif Khoiruddin, “Pendekatan Sosiologi Dalam Studi
Islam,” Jurnal Pemikiran Islam 25, no. 2 (2014): 393–408.
4
Cindrawati Tanua, “Hubungan Manusia Dengan Agama,” Universitas
Negeri Gorntalo (October 2022).

6
B. Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia

Agama merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan,


terutama dalam kehidupan spiritual. Di sisi lain, agama kemudian
membawa nilai-nilai baru yang mengharuskan pemeluknya
menaati perintah dan menjauhi larangannya. Agama merupakan
sebuah identitas seseorang, mencerminkan nilai-nilai dan
keyakinan yang dianut. Agama memiliki pengaruh besar kepada
manusia sebagai motivator untuk melakukan sesuatu, karena
dengan melakukan sebuah tindakan dalam konteks agama
dianggap sebagai sebuah kesucian dan sebagai bentuk ketaatan.
Secara umum, agama memilki peran dan fungsi bagi
manusia yaitu sebagai pembimbing atau pedoman hidup, karena
agama memiliki ajaran, aturan yang dapat mengarah manusia
kepada kehidupan yang baik. Agama memiliki nilai-nilai bagi
kehidupan manusia baik per orang atau dalam bermasyarakat.
Agama juga memiliki banyak fungsi kepada manusia baik secara
individu maupun masyarakat luas.
1. Fungsi Agama dalam Kehidupan Individu
a. Sumber nilai dalam menjaga kesusilaan
Agama memiliki nilai-nilai, norma-norma yang
dimana nilai tersebut menjadi acuan dan pedoman.
Contohnya bagi umat beragama Islam, norma agama
bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad
SAW. Bagi umat beragama Kristen Katolik dan Kristen
Protestan, norma agama bersumber dari Alkitab. Bagi umat

7
beragama Hindu, norma agama bersumber dari kitab suci
Weda. Bagi umat beragama Budha, norma agama
bersumber dari kitab suci Tripitaka. Bagi umat beragama
Konghucu, norma agama bersumber dari kitab suci Si Shu
dan Wu Jing.5
b. Agama menjadi wadah mengatasi frustasi
Frustasi berdasarkan pengamatan dapat
menyebabkan individu mengarah pada religius. Mereka
yang sedang frustasi sering berindak secara religius untuk
menghilangkan frustasinya. Sebagai contohnya Nico
Syukur berpendapat, seorang individu memiliki motivasi
untuk beragama karena agama dapat menjadi obat dalam
mengatasi rasa frustasi dalam mengarungi hidup. Rasa
frustasi ini sangat dekat dengan siapapun terutama orang-
orang yang memiliki cita-cita dan ambisi hidup yang sangat
tinggi. Saat ambisi memasuki fase maksimum, sementara
keinginan belum tercapai, tanpa manajemen hidup yang
baik, seseorang akan dengan mudah terjebak rasa frustasi.
Rasa frustasi yang berkepanjangan ini akan berdampak kuat
pada kondisi jiwa yang lemah. Kondisi jiwa yang lemah ini
diduga dapat diatasi dengan mendapatkan pemahaman dan
pemaknaan ajaran agama.6

5
Umam, “31 Contoh Norma Agama Dalam Kehidupan Sehari-Hari”, 2.
6
Naan, “Motivasi Beragama Dalam Mengatasi Rasa Frustasi,” Syifa Al-
Qulub 3 (July 2018): 11.

8
c. Agama sebagai media pemenuhan pengetahuan
Agama merupakan solusi terhadap kesulitan kognitif
dan intelektual, kebutuhan psikologis dan kebutuhan akan
arahan dalam hidup. Contohnya seperti kitab pada setiap
agama yang berisi wawasan.7
d. Agama dapat meningkatkan kepercayaan diri
Agama dianggap sebagai cara efektif untuk
memperkuat rasa percaya diri, karena ada kepercayaan-
kepercayaan tertentu seperti “kerja adalah ibadah”, hal ini
tentu memperkuat rasa percaya diri seseorang. Penelitian
Benardin (2006) menemukan orang yang berpartisipasi
dalam religiusitas terorganisir mengalami depresi lebih
sedikit dibanding mereka yang tidak. Agama dapat
memantapkan jiwa yang mengalami kebimbangan.
Religiusitas yang tinggi dapat meningkatkan rasa percaya
diri. Pendapat Yusuf (2009) menyatakan bahwa kelebihan
manusia adalah dianugerahkannya insting religius (naluri
beragama). Religiusitas dapat mengukuhkan keyakinan.
Keyakinan adanya Tuhan, membuat merasa selalu diawasi
oleh Tuhan, sehingga ketaatan beragama tinggi akan
memiliki keyakinan dan percaya diri.8

7
Deni Irawan, “Fungsi Dan Peran Agama Dalam Perubahan Sosial
Individu, Masyarakat,” Kalimantan Barat 2 (January 2022): 131.
8
“Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Manusia,” Bina Darma
(n.d.): 12.

9
e. Pengendali Moral
Nilai-nilai dan juga norma-norma yang ada dalam
agama menata seseorang berperilaku baik. Contohnya
dalam agama Islam adanya hukum syariat yang mengatur
perilaku umat muslim.9
2. Fungsi Agama dalam Kehidupan Masyarakat
a. Berfungsi edukatif
Agama mengandung ajaran yang harus diikuti.
Secara hukum, ajaran agama memiliki fungsi perintah dan
larangan yang membimbing pemeluknya untuk menjadi
orang yang baik dan terbiasa dengan kebaikan sesuai ajaran
agama. Contohnya seperti dalam Islam ada kisah para Nabi
atau para tokoh-tokoh agama, sejarah berdirinya Agama
Islam dan lain-lain. Dalam agama Hindu ada kisah
Mahabharata, dan agama lainnya. Kisah ataupun Sejarah
tersebut berisi edukasi atau pendidikan.10
b. Berfungsi penyelamat
Setiap orang pasti menginginkan keselamatan
dimanapun mereka berada. Oleh karena itu adanya agama
untuk memberikan keselamatan pemeluknya baik di dunia
maupun di akhirat.

9
Ahmad Asir, “Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman,”
Pamekasan 1 (2014): 67.
10
Tim Humas, “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan
Masyarakat,” Universitas An-Nur Lampung (Lampung, 2022), 1 edition, 1.

10
c. Berfungsi sebagai pendamaian
Melalui agama, orang yang bersalah atau berdosa
dapat memperoleh kedamaian batin melalui bimbingan
agama seperti taubat. Contoh lainnya juga diajarkan dalam
agama untuk saling menghormati sesama, dengan ini maka
tidak ada pertengkaran. Maka hal Ini dapat menunjang
perdamaian dunia melalui peranan agama.11
d. Berfungsi menjadi pengikat rasa solidaritas
Agama mengajarkan untuk bersikap baik antar
sesama. Durkheim berpendapat bahwa agama memperkuat
solidaritas sosial. Durkheim mengidentifikasikan agama
dengan masyarakat, semakin kuat dan erat ikatan sosial
suatu masyarakat, semakin dalamlah perasaan religious.
Ahli lain menunjukkan bahwa agama mempunyai kekuatan
mengintegrasikan dalam masyarakat manusia. Ajaran
dalam agama seperti saling tolong menolong, menghargai,
dan masih banyak lagi yang menyangkut dengan kehidupan
sosial, menimbulkan rasa persatuan antar sesama. Rasa
persatuan ini menumbuhkan solidaritas dalam kelompok,
bahkan meningkatkan rasa persaudaraan yang kuat.12
e. Berfungsi sebagai transformatif
Maksud transformatif disini adalah sebagai sarana
atau cara. Hidup seorang atau kelompok dapat berubah

11
David Hartono, “Peran Agama Menciptakan Perdamaian Dunia,”
Binus University 1: 2.
12
Kamiruddin, “Agama Dan Solidaritas Sosial: Pandangan Islam
Terhadap Pemikiran Sosiologi Emile Durkheim,” Al-Fikra 5, 1 (2006): 81.

11
menjadi kehidupan yang baik melalui ajaran agama yang
dipahaminya. Seperti contohnya dalam agama Islam,
Rasulullah SAW dalam sirah kenabian menggambarkan
betapa agama Islam melakukan transformasi sosial secara
besar-besar pada masyarakat Makkah yang jahiliyah
(bodoh) menjadi masyarakat yang beradab
(berperadaban).13
f. Berfungsi kreatif
Agama mengajarkan agar pemeluknya tidak hanya
mementingkan dirinya, melainkan juga lingkungan sekitar.
Agama juga mengajarkan untuk tidak melakukan rutinitas
atau pekerjaan yang sama setiap harinya, juga berinovasi
dan melakukan hal lain atau hal baru diluar kebiasaannya.
g. Berfungsi sublimatif
Agama berfungsi sebagai sublimatif dalam
kehidupan Masyarakat. Ini berarti agama menyediakan
saluran atau cara untuk mengalihkan emosi atau konflik
yang sulit ditangani secara langsung. Contohnya adalah doa,
meditasi.
h. Memberikan rekreasi
Agama berfungsi rekreasi berarti agama
memberikan hiburan. Misalnya, pada saat upacara
keagamaan dan hari raya/perayaan keagamaan, memberikan
kebebasan bagi masyarakatnya dari berbagai tekanan. Hal

13
Muji Mulia, “Islam Dan TransformasiI Sosial Dalam Perspektif
Kuntowijoyo,” Universitas Islam Negeri Ar Raniry 3 (April 2018): 117.

12
ini juga terjadi setiap saat ada khotbah keagamaan atau acara
keagamaan diiringi beberapa kegiatan atau ritual, semakin
menambah keceriaan manusia dan menghadirkan hiburan
abadi bagi manusia.14

14
Thouless and Robert. H, Pengantar Psikologi Agama (Jakarta:
Rajawali Pers, 1992), hal. 105.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama memiliki dampak yang besar terhadap


kehidupan individu dan perubahan pada bermasyarakat. Agama
berperan dalam mewujudkan kerukunan dan perjuangan di mata
masyarakat, Agama sebagai pengatur dan penunjuk arah
kehidupan manusia serta agama juga dapat membangkitkan
kebahagiaan batin seseorang yang paling sempurna, dan juga
perasaan takut. Pengaruh agama dapat memberi kemantapan
batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses, dan rasa puas.
Selain menjadi motivasi dan nilai etik, agama juga merupakan
harapan.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah


pengetahuan tentang Sosiologi dan Atropologi Agama. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami memohon kepada pembaca untuk
memberikan saran kepada kami sebagai perbaikan sehingga
makalah ini dapat disempurnakan di kemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Asir. “Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman.”
Pamekasan 1 (2014).

Arif, Solehan. “Manusia dan Agama.” Islamuna: Jurnal Studi Islam


2, no. 2 (December 5, 2015): 149–166.

David Hartono. “Peran Agama Menciptakan Perdamaian Dunia.”


Binus University 1 (n.d.).

Deni Irawan. “Fungsi Dan Peran Agama Dalam Perubahan Sosial


Individu, Masyarakat.” Kalimantan Barat 2 (January 2022):
125–135.

Kamiruddin. “Agama Dan Solidaritas Sosial: Pandangan Islam


Terhadap Pemikiran Sosiologi Emile Durkheim.” Al-Fikra
5. 1 (2006).

Khoiruddin, Muhammad Arif. “Pendekatan Sosiologi Dalam Studi


Islam.” Jurnal Pemikiran Islam 25, no. 2 (2014): 393–408.

Muji Mulia. “Islam Dan TransformasiI Sosial Dalam Perspektif


Kuntowijoyo.” Universitas Islam Negeri Ar Raniry 3 (April
2018).

Naan. “Motivasi Beragama Dalam Mengatasi Rasa Frustasi.” Syifa


Al-Qulub 3 (July 2018): 11–17.

Sada, Heru Juabdin. “Manusia Dalam Perspsektif Agama Islam.” Al-


Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 1 (2016): 129–
142.

Tanua, Cindrawati. “Hubungan Manusia Dengan Agama.”


Universitas Negeri Gorntalo (October 2022).

Thouless, and Robert. H. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta:


Rayawali Pers, 1992.

15
Tim Humas. “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan
Masyarakat.” Universitas An Nur Lmpung. Lampung, 2022,
1 edition.

Umam. “31 Contoh Norma Agama Dalam Kehidupan Sehari-Hari,”


n.d.

“Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Manusia.” Bina Darma


(n.d.).

16

Anda mungkin juga menyukai