Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“KONSEP AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA”

DISUSUN OLEH:

1. COKRO (21230063P)
2. MURNI (21230134P)
3. KASIH (21230158P)
4. RATIA INDA SUCIANTUTI (21230102P)
5. DWI HERTI MARLIAH (21230082P)
6. QOMARIYATUL ULYAH (21230131 P)
7. AYU NOVIANTI RUSMAN (21230068P)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya,
Kami dapat menyusun makalah tentang “Konsep Agama Dalam Kehidupan Manusia”.

Makalah ini membahas tentang Konsep Agama Dalam Kehidupan Manusia,meliputi


Pengertian Agama dari berbagai sudut pandang, Agama Dalam Kehidupan Individu , fungsi
Agama dalam kehidupan,bagaimana sikap dan hikmah beragama , bagaiman cara islam
mentoleransi terhadap agama lain.

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah yang Kami susun jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Kami ucapkan terimakasih atas bimbingan dari Ibu selaku
Dosen mata kuliahAgama. Kritik dan saran dari pembaca sangat Kami harapkan.

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun kami selaku penulis.

Bengkulu, 5 Mei 2022

Tim Penulis,

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................................... 4
Tujuan .................................................................................................................................. 4
Ruang Lingkup .................................................................................................................... 4
Metode Penulisan ................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................................................... 19
Saran .................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu dibayangi oleh agama, karena setiap manusia
yang lahir ke dunia ini membawa suatu thabi’at dalam dirinya, yaitu gharizah
tadaayun atau naluri ingin beragama. Hal ini, memang telah menjadi fitrah kejadian
manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain daripada faktor internal,
dorongan manusia untuk beragamapun dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu suasana
lingkungan kehidupan dan iklim dimana ia hidup.
Peter L. Berger, melukiskan agama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia, karena
agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang
mengancam hidup manusia. Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola
prilaku yang diusahakan oleh suatu masyarakat untuk menangani sebuah masalah penting
yang tidak dapat dipecahkan, karena agama memiliki kesanggupan yang definitif dalam
menolong manusia.
Disamping itu, agama juga menyediakan diri untuk dijadikan legitimasi bagi
terimplementasinya amal-amal sosial kemanusiaan tertentu. Agama dipandang sebagai
penguat norma-norma kelompok, sanksi moral untuk perbuatan perorangan, dan menjadi
dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat.
Pendekatan hubungan dengan Tuhan, ternyata tidak hanya dibangun melalui ritus-
ritus dan upacara yang rutin, melainkan bisa dicapai melalui penciptaan harmoni sosial,
pembelaan terhadap ketidakadilan dan penindasan ataupun pengentasan sesama manusia
dari keterbelakangan.
Agama bukan sesuatu yang dapat dipahami melalui defenis-definisi belaka,
melainkan hanya dapat dipahami melalui deskripsi nyata yang bersumber dari sebuah
keyakinan yang utuh (sisi batin). Tak ada satupun defenisi tentang agama yang benar-
benar memuaskan tanpa dibarengi oleh keyakinan . Untuk itu agama dapat diartikan
sebagai gejala yang begitu sering “terdapat dimana-mana” dan agama berkaitan dengan
usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan
keberadaan alam semesta, selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang
paling sempurna dan juga mengatasi perasaan takut.

4
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adikodrati
(supernatural) ternyata seakan menyartai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang
luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang per orang atau
dalam hubungannya dengan bermasyarakat. Selain itu, agama juga memberi dampak bagi
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, secara psikologis agama dapat berfungsi
sebagai motif intrinsik (dalam diri) yang berguna, diantaranya untuk terapi mental dan
motif ekstrinsik (luar diri) dalam rangka menangkis bahaya negatif arus era global. Dan
motif yang didorong keyakinan agama dinilai memiliki kekuatan yang mengangumkan
dan sulit ditandingi oleh keyakinan non agama, baik doktrin maupun ideologi yang
bersifat profan.

B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan memberikan wawasan serta pengetahuan bagi
pembaca tentang konsep agama dalam kehidupan manusia, serta bertujuan sebagai
memenuhi tugas belajar.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini mencakup pembahasan tentang Pengertian Agama dari
berbagai sudut pandang. Agama Dalam Kehidupan Individu , fungsi Agama dalam
kehidupan,bagaimana sikap dan hikmah beragama , bagaiman cara islam mentoleransi
terhadap agama lain.

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode pustaka dan sumber dari
internet yang berhubungan dengan konsep agama dalam kehidupan manusia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Agama dari berbagai sudut pandang


Fenomena agama merupakan fenomena yang tak bisa dijelaskan secara tuntas dengan
kategori ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun begitu, Arnold Toynbee, seorang ahli
sejarah ternama, mengatakan bahwa:
“in religion the whole of human being personality is involved: the emotional and moral
facets of the human psyche above all, but the intellectual facet as well. And the concern
extends to the whole of Man’s World; it is not limited to that part of which is accessible to
the human senses and which can therefore be studied scientifically and can be
manipulated by technology (John Goley 1968, v)”.
Jadi menurut Toynbee, dalam agama, keseluruhan kepribadian manusia terlibat antara
lain: segi-segi emosional, segimoral dan kejiwaan, dan segi intelektual juga. Keprihatinan
agama mencakup keseluruhan “dunia manusia”; tidak hanya dibatasi pada bagian yang
bisa diakses oleh indra manusia yang pada gilirannya dapat dipelajari secara ilmiah tetapi
juga yang dapat dimanipulasi oleh teknologi. Singkatnya, seluruh kemanusiaan kita
terlibat di dalam pengalaman beragama manusia.
Beberapa definisi yang diberikan oleh berbagai kamus antara lain seperti
berikut:
a. Penguin Dictionary of Religion (1970) mendefinisikan agama sebagai suatu istilah
umum yang dipakai untuk menggambarkan semua konsep tentang kepercayaan kepada
ilah (ilah-ilah) dan keberadaan spiritual yang lain atau keprihatinan ultima yang
transendental.
b. Britanica Concise Encyclopedia (2006) mendefinisikan agama sebagai hubungan
manusia kepada Allah atau ilah-ilah, atau apa saja yang dianggap sakral, atau dalam
beberapa kasus hal-hal yang supernatural.
c. Encyclopedia Britanica (2006) mendefinisikan agama sebagai hubungan manusia
dengan apa yang dianggap sebagai suci, sakral, spiritual atau ilahi.

Selain definisi-definisi dari kamus yang sifatnya netral, ada juga pengertian
agama yang sifatnya negatif. Berikut tiga contoh definisi negatif tentang
agama:

6
a) Karl Marx mendefinisikan agama adalah vitamin untuk masyarakat yang
tertindas, agama adalah candu bagi masyarakat.
b) Sigmund Freud dalam New Introductory Lectures on Psychoanalysis, mengatakan
bahwa agama adalah ilusi dan menarik kekuatannya dari fakta bahwa ia berasal dari
keinginan-keinginan instingtif manusia.
c) Bertrand Russel berpendapat bahwa agama adalah sesuatu yang terbawa/tertinggal dari
masa kanak-kanak dari inteligensi kita, agama akan lenyap ketika kita mengadopsi
penalaran dan ilmu pengetahuan sebagai penuntun kita.
2. Agama Dalam Kehidupan Individu
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat
norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan
dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya.
Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta
dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Dapat disaksikan dan bahkan dilihat dalam pengalaman kehidupan nyata bahwa,
betapa besar perbedaan antara orang beriman yang hidup menjalankan agamanya, dengan
orang yang tidak beragama atau acuh tak acuh kepada agamanya. Pada rawud wajah orang
yang hidup denhgan berpegang teguh dengan keyakinan agamanya terlihat ketentraman
pada batinnya , sikapnya selalu tenang. Mereka tidak merasa gelisah atau cemas, kelakuan
dan perbuatannya tidak ada yang akan menyengsarakan atau menyusahkan orang lain.
Lain halnya dengan orang yang hidupnya terlepas dari ikatan agama. Mereka biasanya
mudah terganggu oleh kegoncangan dan suasana galau vyang senanhtiasa menghiyasi
pikiran dan perasaanya.
Perhatiannya hanya tertuju kepada diri dan golongannya; tingkah laku dan sopan
santun dalam hidup biasanya diukur atau dikendalikan oleh kesenangan kesenangan
lahiriyah yang mengacu kepada pemenuhan dan kepuasan hawa nafsu belaka. Dalam
keadaan senang, dimana segala sesuatu berjalan lancar dan menguntungkannya, seorang
yang tidak beragama akan terlihat gembira, senang dan bahkan mungkin lupa daratan.
Tetapi apabila ada bahaya yang mengancam, kehidupan susah, banyak problema yang
harus dihadapinya, maka kepanikan dan kebingungan akan menguasai jiwanya, bahkan
akan memuncak sampai kepada terganggunya kesehatan jiwanya, bahkan lebih jauh
mungkin ia akan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Menurut Mc. Guire, diri manusia memiliki bentuk sistem nilai tertentu. Sistem nilai
ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem ini dibentuk melalui
7
belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai dipengaruhi oleh keluarga, teman,
institusi pendidikan dan masyarakat luas. Selanjutnya, berdasarkan perangkat informasi
yang diperoleh seseorang dari hasil belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam dirinya.
Sejak itu perangkat nilai itu menjadi sistem yang menyatu dalam membentuk identitas
seseorang. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana sikap,
penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan
tertentu.
Menurut pandangan Mc. Guire dalam Jalaludin menjelaskan bahwa dalam membentuk
sistem nilai dalam diri individu adalah agama. Segala bentuk simbol-simbol keagamaan,
mukjizat, magis maupun upacara ritual sangat berperan dalam proses pembentukan sistem
nilai dalam diri seseorang. Setelah terbentuk, maka seseorang secara serta-merta mampu
menggunakan sistem nilai ini dalam memahami, mengevaluasi serta menafsirkan situasi
dan pengalaman. Dengan kata lain sistem nilai yang dimilikinya terwujud dalam bentuk
norma-norma tentang bagaimana sikap diri. Misalnya seorang sampai pada kesimpulan:
saya berdosa, saya seorang yang baik, saya seorang pahlawan yang sukses ataupun saya
saleh dan sebagainya. Pada garis besarnya, menurut Mc. Guire sistem nilai yang
berdasarkan agama dapat memberi individu dan masyarakat perangkat sistem nilai dalam
bentuk keabsahan dan pembenaran dalam mengatur sikap individu dan masyarakat.
Pengaruh sistem nilai terhadap kehidupan individu karena nilai sebagai realitas yang
abstrak dirasakan sabagai daya dorong atau prinsip yang menjdi pedoman hidup. Dalam
relaitasnya nilai memiliki pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku, pola pikir, dan pola
bersikap.
Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan
pada tindakan sesoerang. Karena itu nilai menjadi penting dalam kehidupan seseorang,
sehingga tidak jarang pada tingkat tertentu orang siap untuk mengorbankan hidup mereka
demi mempertahankan nilai. Nilai mempunyai dua segi, yaitu segi intelektual dan segi
emosional. Dan gabungan dari kedua aspek ini yang menentukan suatu nilai beserta
fungsinya dalam kehidupan. Bila dalam kombinasi pengabsahan terhadap suatu tindakan
unsure intelektual yang dominan, maka kombinasi nilai itu disebut norma atau prinsip.
Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu, baik
dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling
penting adalah sebagi pembentuk kata hati (conscience). Kata hati menurut Erich Froom
dalam Jalaluddin adalah panggilan kembali manusia kepada dirinya. Erich Froom melihat
manusia sebagai makhluk yang secara individu telah memiliki potensi humanistik dalam
8
dirinya. Kemudian selain itu individu juga menerima nilai-nilai bentukan dari luar.
Keduanya membentuk kata hati dalam diri manusia. Dan apabila keduanya berjalan
seiring secara harmonis, maka manusia akan merasa bahagia. Pada diri manusia telah ada
sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah
hidayat al- ghariziyyat (naluriah); hidayat al-hissiyat (inderawi); hidayat al-aqliyat (nalar);
dan hidayat al-diniyat (agama). Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi
potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan tehadap seseorang adalah
memberi bimbingan kepada potensi yang dimiliki itu. Dengan semikian jika potensi fitrah
itu dapat dikembangkan sejalan dengan pengaruh lingkungan maka akan terjadi
keselarasan.
Sebaliknya jika potensi itu dikembangkan dalam kondisi yang dipertentangkan oleh
kondisi lingkungan, maka akan terjadi ketidakseimbangan. Berdasarkan pendekatan ini,
maka pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa
bahagia, rasa terlindung, rasa suskes dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan
menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi
motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. Agama berpengaruh sebagai motivasi
dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang
dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian,
serta ketaan. Keterkaitan ini akan member pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu.
Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang
akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut
ajaran agama yang dianutnya. Sebaliknya agama juga sebagai pemberi harapan bagi
pelakunya. Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu
harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib (supernatual).
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban.
Sedangkan nilai etik mendorongm seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji manjaga
amanat dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas,
menerima cobaan yang berat ataupun berdo’a. Sikap seperti itu akan lebih teras secara
mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama. Agama dalam kehidupan
individu juga berfungsi sebagai :
a. Sumber Nilai Dalam Menjaga Kesusilaan
Di dalam ajaran agama terdapat nilai - nilai bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai
inilah yang dijadikan sebagai acuan dan sekaligus sebagai petunjuk bagi manusia.
Sebagai petunjuk agama menjadi kerangka acuan dalam berpikir, bersikap, dan
9
berperilaku agar sejalan dengan keyakinan yang dianutnya. Sistem nilai yang
berdasarkan agama dapat member pedoman bagi individu dan masyarakat. Sistem nilai
tersebut dalam bentuk keabsahan dan pembenaran dalam kehidupan individu dan
masyarakat.
b. Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Frustasi
Menurut pengamatan psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat menimbulkan
tingkah laku keagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak jarang bertingkah laku
religius atau keagamaan, untuk mengatasi frustasinya. Karena seseorang gagal
mendapatkan kepuasan yang sesuai dengan kebutuhannya, maka ia mengarahkan
pemenuhannya kepada Tuhan. Untuk itu ia melakukan pendekatan kepada Tuhan
melalui ibadah, karena hal tersebut yang dapat melahirkan tingkah laku keagamaan.
c. Agama Sebagai Sarana Untuk Memuaskan Keingintahuan
Agama mampu memberikan jawaban atas kesukaran intelektual kognitif, sejauh
kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu oleh keinginan
dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat menempatkan diri
secara berarti dan bermakna ditengah-tengah alam semesta ini.

3.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
   Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap
kehidupannya,karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhiratnya Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya
ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan
masyarakat.semua agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya
bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian
si pemeluk agama dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan
serta membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama.

B. Saran

 Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya  pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah
ini dan dan penulisan makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penyusun  pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai