Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

“REUMATOID HEART DESEASE (RHD)”

DISUSUN OLEH:

QOMARIYATUL ULYAH
(21230131P)
DOSEN PEMBIMBING : Ns.Meri Epriana Susanti,S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 20222
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya, saya
dapat menyusun makalah “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Reumatoid Heart DeseaSe
(RHD)”.

Makalah ini membahas tentang apa itu Reumatoid Heart Desease (RHD), serta bagaimana
Cara kita memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan RHD.

Saya selaku penulis menyadari bahwa makalah yang saya susun jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saya ucapkan terimakasih atas bimbingan dari Ibu Ns.Meri Epriana
Susanti,S.Kep.M.Kep selaku Dosen mata kuliah Kegawatdaruratan Anak. Kritik dan saran dari
pembaca sangat saya harapkan.

Demikian makalah ini saya susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun saya selaku penulis.

Bengkulu, 07 Januari 2023

Penulis,
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang ....................................................................................................................... 4
Tujuan ................................................................................................................................... 4
Ruang Lingkup ...................................................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi RHD......................................................................................................................... 6
Etiologi .................................................................................................................................. 6
Epidemologi .......................................................................................................................... 8
Patofiologi ........................................................................................................................................ 8
Manifestasi Klinis ............................................................................................................................ 10
Klasifikasi RHD ............................................................................................................................... 11
Komplikasi ............................................................................................................................ 11
Penatalaksanaan .................................................................................................................... 12
Bab 3 TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian ............................................................................................................................. 14
Diagnosa Keperawatan ......................................................................................................... 15
Intervensi Keperawatan ........................................................................................................ 16
Implementasi ......................................................................................................................... 18
Evaluasi ................................................................................................................................. 18
Bab 4 Tinjauan Kasus ........................................................................................................ 19
Bab 5 Penutup
Kesimpulan ............................................................................................................................ 28
Saran ..................................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 30
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang membahayakan
dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi
kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik.
Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan
infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A
(contoh" Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39% pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan
pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang selaput jantung),
bahkan kematian. dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi
stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung), aritmia (gangguan
irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang jantung).Penyakit jantug reumatik
masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pada orang dewasa di
amerika Serikat.
RHD(Rheumatic Heart Desease) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus
baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15
tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang
kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit
ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit
lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus
RHD rata-rata 3,44 % dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. Secara Nasional mortalitas
akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung
sebelum usia 40 tahun.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi Rematoid Heart Disease.
2. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab Rematoid Heart Disease.
3. Mahasiswa mampu mengulas tentang Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease
pada Anak.
C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Rematoid Heart Disease ?


2. Apa penyebab Rematoid Heart Disease ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap
infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001). Penyakit jantung
reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi
autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme
perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M.
Tierney, 2002).

Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup
jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer, 2002).
Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-
jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000).

Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada
katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis
katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).

B. Etiologi
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan
infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda
dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus di kulit maupun di
saluran nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus di
kulit.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.
1. Faktor-faktor pada individu :
a. Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibody monoklonal dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan
anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.
c. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang
demam reumatik lebih sering di dapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan
orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai
faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau
bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.
d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik/penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak
umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan
pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun
atau setelah 20 tahun.
Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada
anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi
streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
e. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan
apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
selstreptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin
ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
2. Faktor-faktor lingkungan :
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk
terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah
maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi
yang buruk, sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat,
rendahnya pendidikan.
Sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat
kurang pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan
lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam
reumatik.
b. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak di
dapatkan di daerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan
bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang di
duga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik
lebih tinggi daripada di dataran rendah.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

C. Epidemologi

RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik di
diagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung
terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan
gizinya kurang memadai. Sementara di negara maju insiden penyakit ini mulai menurun
karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna.
Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44
℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup
tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

D. Patofisiologi
Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan
oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada pharynx.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstrasel yang
terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, di
fosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk-
produk tersebut merangsang timbulnya antibodi.
Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan
terhadap beberapa produk tersebut. Sensitivitas sel B antibodi memproduksi
antistreptococcus yang membentuk imun kompleks. Reaksi silang imun kompleks tersebut
dengan sarcolema kardiak menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular.
Peradangan biasanya terjadi pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan
permanen.
Demam reumatik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan
yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A betahemolytic.
Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang kelas atau
tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas
adalah fase akut dan kronik dengan karditis.
E. Manifestasi Klinis
Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena. Katup
mitral adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kiri sesak napas dengan
krekels dan wheezing pada paru. Beratnya gejala tergantung pada ukuran dan lokasi lesi.
Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang.
Bila ditemukan murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik, maka harus
dicurigai adanya infeksi endocarditis.
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah
mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang
berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-
kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut,
kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam. Berikut ini ialah tanda-tandanya
dan kriteria diagnosis :
1. Kriteria Mayor
a. Carditis
b. Polyarthritis
c. Khorea Syndenham
d. Eritema Marginatum
e. Nodul Subcutan
2. Kriteria Minor
a. Memang mempunyai riwayat RHD
b. Nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit
menggerakkan tungkainya
c. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
d. Leukositosis
e. Peningkatan laju endap darah (LED)
f. C- reaktif Protein (CRP) positif
g. P-R interval memanjang
h. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
i. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
F. KLASIFIKASI JANTUNG REMATIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99 adalah:
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup
A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan pada
tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum
dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas tersinggung,
Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar sendi,
Sakit perut
4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak
menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung,
gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada fase ini baik
penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat
mengalami reaktivasi penyakitnya.
G. Komplikasi
Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya
terjadi setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah dikurangi
dengan luas penggunaan antibiotik efektif terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan
demam rematik.
H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:

1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.


Kelompok Tirah baring Mobilisasi bertahap

Klinis ( minggu ) ( minggu)

- Karditis ( - )

- Artritis (+) 2 2

- Karditis (+)

- Kardiomegali (-) 4 4

- Karditis ( + )

- Kardiomegali(+) 6 6

- karditis ( + )

- Gagal jantung (+ ) >6 > 12

2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2 juta unit
IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg, atau
penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin, diberikan eritromisin
2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3
atau 4 minggu sekali. Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat
badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih
pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat
dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan jantung dan
rekurensi.
3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea.Untuk pasien dengan
artralgia saja cukup diberikan analgesik. Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau
tanpa kardiomegali, salisilat diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari,
dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama
4-6 minggu kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat
terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan
dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti
prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg
setiap 2-3 hari. Secara bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan
dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk
menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru.
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
2. Keluhan utama: Nyeri dada, Sakit persendian dan demam.
3. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri dada, Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu
pertama, timbul gerakan yang tiba-tiba, sesak nafas.
4. Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
5. Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
6. ADL
a. Aktivitas/istrahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan
Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi,
jatuh pingsan.
Tanda : Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction
rub, murmur, edema, petekie, hemoragi splinter.
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda : Urine pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
Tanda : Perilaku distraksi, mis: gelisah.
e. Pernapasan
Gejala : dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak
produktif).
Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
f. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
Tanda : Demam.
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum lemah
Suhu Nadi: 38 – 390
cepat dan lemah
BB: turun
TD: sistol, diastole
b. Pemeriksaan fisik
 Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
 Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos serta
takhikardi
 Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
c. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah
 Astopiter
 LED
 Hb
 Leukosit
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan hapus tenggorokan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan katup
mitral ( stenosiskatup )
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Intervensi Rasional
Hasil

Diagnosa I Tujuan: 1. Kaji frekuensi nadi, 1. Memonitor adanya


RR, TD secara teratur perubahan sirkulasi
Penurunan curah jantung Setelahdiberikan asuhan setiap 4 jam. jantung sedini mungkin
berhubungandengan adanya keperawatan,penurunan dan terjadinya takikardia-
gangguan pada penutupan curah jantung disritmia sebagai
katup mitral ( stenosiskatup dapat diminimalkan. kompensasi
) meningkatkan curah
Kriteria hasil:
jantung
1. Menunjukkan tanda-
tanda vital dalam batas 2. Pucat menunjukkan
yang dapat diterima adanya penurunan perfusi
2. Kaji perubahan perifer terhadap tidak
(disritmia terkontrol atau warna kulit terhadap
hilang). adekuatnya curah jantung.
sianosis dan pucat. Sianosis terjadi sebagai
2. bebas gejala gagal akibat adanya obstruksi
jantung (mis : parameter aliran darah pada
hemodinamik dalam batas ventrikel.
normal, haluaran urine
adekuat). 3. Istirahat memadai
diperlukan untuk
3. Melaporkan penurunan 3. Batasi aktifitas
memperbaiki efisiensi
episode dispnea,angina. secara adekuat.
kontraksi jantung dan
Ikut serta dalam akyivitas menurunkan komsumsi
yang mengurangi beban O2 dan kerja berlebihan.
kerja jantung.
4. Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi yang
4. Berikan kondisi
meningkatkan TD dan
psikologis lingkungan
meningkatkan kerja
yang tenang.
jantung.

5. Meningkatkan sediaan
oksigen untuk fungsi
miokard dan mencegah
5. Kolaborasi untuk hipoksia.
pemberian oksigen
6. Diberikan untuk
meningkatkan
6. Kolaborasi untuk kontraktilitas miokard
pemberian digitalis dan menurunkan beban
kerja jantung.

Diagnosa II Tujuan : nyeri dapat 1. Kaji keluhan nyeri, 1. R/ membantu dalam


berkurang/hilang catat lokasi dan memetukankebutuhan dan
Nyeri akut/kronis intensitas ( skala 0- manajemen nyeri dan
berhubungan dengan Kriteria hasil: 10).Catat faktor yang keefektifan program.
distensi jaringan oleh memcepat dan tanda
akumulasi cairan/proses 1) Menunjukkan nyeri
berkurang/hilang sakit non verbal.
inflamasi, destruksi sendi.
2. Pada penyakit yang
2) Terlihat rileks, dapat 2. Biarkan pasien berat torah baring sangat
tidur/istirahat mengambil posisi
yang nyaman. diperlukan untuk
3) Berpartisipasi dalam membatasi nyeri/cidera
aktifitas sesuai berlanjut.
kemampuan. 3. Beri obat sebelum 3. Menigkatkan relaksasi,
aktifitas/latihan yang mengurangi ketegangan
direncanakan. otot/spasme.

4. Gejala kardinal
menunjukkan keadaan
4. Observasi gejala fisik dari organ-organ
kardinal. vital tubuh, juga dapat
memberikan gambaran
kondisi pasien.

Diagnosa III Tujuan : 1. Kaji status nutrisi( 1. Menyediakan data dasar


perubahan BB< untuk memantau
Ketidakseimbangan nutrisi ; Setelah dilakukan pengukuran perubahan dan
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan antropometrik dan mengevaluasi intervensi
tubuh berhubungan dengan masalah nilai HB serta protein
peningkatan asam lambung ketidakseimbangan nutrisi 2. Membantu dalam
akibat kompensasi sistem kurang dari kebutuhan 2. Kaji pola diet nutrisi mempertimbangkan
saraf simpatis dapat teratasi. klien( riwayat diet, penyusunan menu
makanan kesukaan) sehingga klien berselera
Kriteria hasil : makan
Klien mengatakan mual
dan anoreksia berkuarang 3. Kaji faktor yang 3. Menyediakan informasi
/ hilang, masukan berperan untuk mengenai faktor yang
makanan adekuat dan menghambat asupan harus ditanggulangi
kelemahan hilang. BB nutrisi ( anoreksia, sehingga asupan nutrisi
dalam rentang normal. mual) adekuat.

4. Membantu mengurangi
produksi asam
4. Anjurkan makan lambnung/HCl akibat
dengan porsi sedikit faktor-faktor perangsang
tetapi sering dan tidak dari luar tubuh
makan makanan yang
merangsang
pembentukan Hcl
seperti terlalu panas, 5. Membantu mengurangi
dingin, pedas produksi HCL oleh epitel
lambung
5. Kolaborasi untuk
pemberian obat
penetral asam 6. Mendorong peningkatan
lambung seperti selera makan.
antasida

6. Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang
diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang akan
dilakukan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
3. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5. Berat Badan dalam batas normal
6. Klien dapat beraktivitas secara mandiri
BAB IV
TINJAUAN KASUS PENYAKIT JANTUNG REMATIK

A. PENGKAJIAN
Identitas Diri Klien
1. Nama : An. W
2. tanggal lahir : 23 September 2008
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat :
5. Status perkawinan :-
6. Agama : Kristen
7. Suku : Batak
8. Pendidikan : SD
9. Tanggal masuk RS : 01 November 2016

Status kesehatan klien saat ini


1. Keluhan utama : Demam dan nyeri sendi ± 3 hari ini
2. Faktor pencetus : Radang tenggorokan ± 1 minggu yang lalu
3. Faktor yang memperberat keluhan : Mudah lelah saat bermain
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Kompres
5. Diagnosa Medik : Rheumatic Heart Desease/ Penyakit Jantung Rematik

Riwayat Kesehatan Klien yang lalu

1. Riwayat penyakit yang pernah dialami klien : Faringitis


2. Riwayat pengobatan : -
3. Riwayat operasi :-
4. Riwayat kecelakaan : -
5. Riwayat hospitalisasi : -
6. Reaksi alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat
7. Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap
Pola Kebiasaan Sehari-Hari (ADL)

1. Pola Nutrisi : Klien mengatakan tidak selera makan


2. Pola Eliminasi : Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB
3. Pola Aktivitas : Kelelahan, malaise
4. Pola Istirahat : Klien sulit tidur
5. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri : Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
6. Pola Keyakinan Nilai : Orangtua klien mengajarkan anaknya untuk banyak berdoa

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum: Klien tampak lemah

BB: 30 kg

TB: 120 cm

2. Tanda-tanda vital

Kes: Composmentis

TD: 90/60 mmHg

HR: 110x/i

RR: 26x/i

T : 37,8 0C

3. Kepala: Bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih

4. Mata: Pupil isokor, konjungtiva (-) anemis

5. Hidung: Simetris, (-)pembesaran polip ataupun sinus

6. Mulut: Mukosa bibir kering

7. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

8. Sis. Pernapasan: Pernapasan vesikuler,


9. Sirkulasi: Takikardi: 110x/i

10. Abdomen: (-)nyeri tekan

11. Anogenetal: tidak dikaji

12. Neurologis: Kes: Composmentis

13. Integumen: Turgor kulit baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Hb : 10 gr/dl

HMT : 45%

Leukosit : 12 ribu gr/dl

Trombosit : 120.000

Eritrosit : 4,6 juta

ASTO : 400

2. Radiologi

Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.

3. Hapusan tenggorokan

Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A


B. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS: Toxin beredar melalui Nyeri
-Klien mengatakan sakit pada sendi aliran darah
DO:
-Klien tampak meringis kesakitan Poliartritis

Nyeri

2. DS: Orangtua klien mengatakan Aktivasi Peningkatan suhu


anaknya demam antigen/antibodi tubuh
DO:
-Klien tampak gelisah Inflamasi
-Suhu tubuh klien di atas batas
normal Impuls disampaikan
ke hipotalamus
TTV:
TD: 90/60 mmHg Peningkatan suhu
HR: 110x/i tubuh
RR: 26x/i
T : 37,80C

3. DS: Katup jantung Intoleransi aktifitas


-Klien mengatakan cepat lelah mengalami gangguan
DO:
-Klien tampak lemah Peningkatan tekanan
-Klien tampak berbaring ditempat vena dan arteri
tidur pulmonalis

Kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d poliartritis d/d klien mengatakan nyeri pada sendi, klien tampak meringis
2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan anaknya demam,
suhu tubuh diatas batas normal
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat lelah, klien tampak
lemah dan berbaring ditempat tidur.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan
No. Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Nyeri b/d poliartritis d/d Tujuan: Mandiri: 1. Pengkajian
klien mengatakan nyeri Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dilakukan
pada sendi, klien tampak intervensi vital untuk
meringis keperawatan selama 2. Kaji skala nyeri mengetahui
3x24 jam diharapkan 3. Ajarkan teknik abnormalitas
nyeri dapat teratasi relaksasi tanda vital
Kriteria Hasil: Kolaborasi: 2. Menurunkan
- Klien tampak 1. Berikan stimulus nyeri
tenang analgesic 3. Analgesik
- Skala nyeri: 2-4 sesuai advise akan
dokter mengurangi
rasa nyeri

2. Peningkatan suhu tubuh b/d Tujuan: Mandiri: 1.Untuk


proses inflamasi d/d ibu Setelah dilakukan -Monitor tanda vital menormalkan suhu
klien mengatakan anaknya intervensi -Beri kompres tubuh klien
demam, suhu tubuh diatas keperawatan selama -Anjurkan klien
batas normal 3x24 jam diharapkan minum banyak
peningkatan suhu Kolaborasi:
tubuh dapat teratasi -Beri anti piretik
Kriteria Hasil: sesuai advise dokter
1. Klien tampak
tenang
2. Suhu dalam
batas normal:
36,5-37,20C
3. Intoleransi aktivitas b/d Tujuan: -Monitor tanda vital
kelemahan fisik d/d klien Setelah dilakukan -Anjurkan ibu klien -Menghemat
mengatakan cepat lelah, intervensi bantu klien energy klien
klien tampak lemah dan keperawatan selama beraktifitas
berbaring ditempat tidur. 3x24 jam diharapkan -Berikan bantuan
masalah intoleransi sesuai kebutuhan
aktifitas dapat
teratasi
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat
beraktifitas
secara mandiri
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Hari/Tanggal Jam Impleentasi


1. Nyeri b/d poliartritis d/d klien Rabu, Mandiri:
mengatakan nyeri pada sendi, 02-11-2016 11.00 1. Memonitor tanda vital
klien tampak meringis TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
11.00 2. Mengkaji skala nyeri:
6
3. Mengajarkan teknik
relaksasi: nafas dalam

2. Kolaborasi:
13.00 1. Memberikan
analgesic: ketorolac 1
amp/12 j: drip

2. Peningkatan suhu tubuh b/d Kamis, 03 Mandiri:


proses inflamasi d/d ibu klien November 09.00 -Memonitor tanda vital
mengatakan anaknya demam, 2016 TD: 90/60 mmHg
suhu tubuh diatas batas normal HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
10.00 -Mengompres klien
-Memberi minum air
hangat
12.00
Kolaborasi:
-Memberi anti piretik:
Novalgin 1 amp/12 j
3. Intoleransi aktivitas b/d Kamis, 03 -Memonitor tanda vital
kelemahan fisik d/d klien November 20.00 TD: 90/60 mmHg
mengatakan cepat lelah, klien 2016 HR: 110x/i
tampak lemah dan berbaring RR: 26x/i
ditempat tidur. 20.00 T : 37,8 0C
-Menganjurkan ibu klien
bantu klien beraktifitas
-Memberikan bantuan
sesuai kebutuhan klien
07.00

F. EVALUASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Hari/Tanggal Evaluasi Paraf


1. Nyeri b/d poliartritis d/d Kamis, 03 S: Kien mengatakan
klien mengatakan nyeri November nyeri sendi mulai
pada sendi, klien tampak 2016 berkurang
meringis O: - Klien tampak
tenang
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
Skala nyeri: 3
A: Masalah nyeri
teratasi
P:Intervensi dihentikan
2. Peningkatan suhu tubuh Jumat, 04 S: Ibu klien
b/d proses inflamasi d/d November mengatakan demam
ibu klien mengatakan 2016 anaknya mulai turun
anaknya demam, suhu O: - klien tampak
tubuh diatas batas normal tenang
Skala nyeri: 3
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
A: Masalah
peningkatan suhu
tubuh teratasi
P: Intervensi
dihentikan
3. Intoleransi aktivitas b/d Jumat, 04 S: Klien mengatakan
kelemahan fisik d/d klien November masih belum bisa
mengatakan cepat lelah, 2016 beraktifitas secara
klien tampak lemah dan mandiri
berbaring ditempat tidur. O: - Klien tampak
dibantu keluarga
dalam beraktifitas
A: Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah
suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai
kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya
katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman
termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti
fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala
demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat,
Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh
kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami
demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan,
dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan
racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan
katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit,
atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi
kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi
oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah
pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara
oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut,
alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan
antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan
terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung,
endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang
mengandung cukup vitamin.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami
demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk
menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit
Jantung Rematik

B. SARAN
Saya selaku penulis menyadari bahwa makalah yang saya susun jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni Ilyas,dkk (2006), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga,PusatPendidikan


Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta

LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo, Surabaya

Ngastiyah (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.

Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 1.
EGC. Jakarta.

Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.

Suriadi, SKep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto. Tim
Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

Anda mungkin juga menyukai