Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

RHD (REUMATIC HEART DESEASE)

Disusun Oleh:

FIFI FITRIAH NENGSI (2126010032)


AMI OKTAVIA (2226011158.P)

Dosen Pengampu : Ns. Elsi Rahmadani, S. Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunian-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini kami
tujukan kepada pembaca, kami susun sebagai bentuk pengetahuan.
Sebagai upaya dalam mengetahui tentang RHD (Reumatic Heart Desease),
kami sangat memperhatikan segi isi dan penyajian makalah ini. Berdasarkan
sumber-sumber belajar yang kami temukan, semoga dapat mewujudkan tujuan
makalah ini.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartispasi
dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan

berguna serta dapat dikembangkan.

Bengkulu, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTRA ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori ....................................................................................................... 3
B. Asuhan Keperawatan .......................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................. 20
B. Saran.......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
RHD atau yang lebih dikenal dengan Reumatik Heart Disease terdapat
diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa
setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung
terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi
kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden
penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya
pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia
tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah
penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi
dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia
40 tahun.
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan
kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang
berulang kali (Arif Mansjoer, 2018).
Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto
Pratanu, 2019).
Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic
heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup
jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana
perikarditis pada anak?

1
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang
perikarditis pada anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai
reaksi terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner &
Suddarth, 2018).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut
atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya
belum diketahui, dengansatu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema
marginatum (Lawrence M. Tierney, 2018).
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan
kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang
berulang kali (Arif Mansjoer, 2018).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah
reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam
reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada tenggorok
selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik
serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok
selalu mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama
maupun serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat
beberapa predisposisi antara lain :

3
Faktor-faktor pada individu :
a. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel
B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status
reumatikus.
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita
dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar
menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun
manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis
kelamin.
c. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama
maupun ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang
kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus
dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang
berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan
merupakan sebab yang sebenarnya.
d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada
timbulnya demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini
paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak
sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-
5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah
20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi
streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan
bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-
6 tahun.

4
e. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat
ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya
demam reumatik.
f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida
bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan
glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya
miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
g. Serangan demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan
Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang
sebelumnya pernah mendapat demam rematik.
3. Tanda dan Gejala
Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala
maka digunakan kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria
minor.
Kriteria Mayor
a. Carditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung (miokarditis dan atau
endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katub
mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung
(seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate
meningkat), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup
pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral (bising
sistolik), Friction rub.
b. Polyarthritis
Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut,
pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (polyarthritis migrans),
gangguan fungsi sendi.

5
c. Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal,
bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan
kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf
pusat.
d. Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit,
berupa bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat
sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang
tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan
telapak tangan.
e. Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras
dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri.
Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang
setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul
ini terutama muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama
siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak
bebas.
Kriteria Minor
a. Memang mempunyai riwayat RHD
b. Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi,
klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
c. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
d. Leukositosis
e. Peningkatan laju endap darah ( LED )
f. C- reaktif Protein ( CRP ) positif
g. P-R interval memanjang
h. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse )
i. Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO )

6
Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala
umum seperti, akral dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat
gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada
GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan
anoreksia
Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu
kriteria minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.
4. Patofisiologi Pathways
Menurut hipotesa Kaplan dkk (2018) dan Zabriskie (2019), demam
rematik terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic
similarity antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatic
streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-
hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk
reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka
antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh dalam
hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody
terhadap jaringan jantung dalam serum penderia demam rematik dan
jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan
dalam kejadian demam rematik ialah stretolysin titer 0, suatu produk
extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat
toxik terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara berbagai antigen
somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi
untuk waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat
pada penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan
A.

7
Pathways
Streptococcus Hemolitikus Pharingitis dan tonsilitis Tubuh mengeluarkan
b Grup A (melepaskan antibodi berlebihan dan
endotoksin dipharing dan tidak dapat membedakan
Respon imunologi
antibody dan antigen
abnormal/autoimun

SSP RHD

Kulit Persendian
Jantung

Peradangan pada
Peradangan Kulit dan Peradangan Katup Mitral
membrane senovial
jaringan Subcutan

Poliartritis/Atralgia
Bercak Merah/eritema
Hipertermia
marginatum
Nyeri Akut

Kerusakan Integritas
Peningkatan Sel retikuloendotelial,
Kulit Jaringan Parut
sel plasmadan limfosit

Stenosis Katun Mitral Penurunan Curah Jantung


Gerakan involunter,
irriguler, cepat dan
kelemahan otot/khorea Merangsang Medulia Baroreseptor: Meningkatkan
Oblongata VOL dan TD

Risiko Cidera
Kompensasi saraf simpati GI Tract
Intoleransi Aktivitas

Kerja Lambung meningkat

HCL Meningkat
Jantung Pembuluh darah

Mual, Anoreksia
Pengisian atrium kanan Vasokontriksi
meningkat
Ketidakseimbangan

Penurunan metabolisme nutrisi kurang dari


Penumpukan darah diparu
terutama perifer kebutuhan tubuh

Gg. Fungsi Alveoli


Perfusi jaringan perifer
tidak efektif
Risiko Kerusakan
Pertukaran Gas 8
5. Manifestasi Klinik
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung
reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium.
a. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A.
Keluhan :
1) Demam
2) Batuk
3) Rasa sakit waktu menelan
4) Muntah
5) Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
b. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya
periode ini berlangsung 1 – 3 minggu, kecuali korea yang dapat
timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
c. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam
reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam
reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik
demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
1) Demam yang tinggi
2) Lesu
3) Anoreksia
4) Berat badan menurun
5) Kelihatan pucat
6) Epistaksis
7) Athralgia

9
8) Rasa sakit disekitar sendi
9) Sakit perut
10) Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam
reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik
tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa
kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta
beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam reumatik
maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami
reaktivasi penyakitnya.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali
diantaranya adalah :
a. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara
bertahap
b. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian
antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau
pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau
sulfadiazine
c. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat
dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada
jantung)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-
data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Pengkajian
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.

10
Data Fokus
a. Data Subjektif
Kelelahan, kelemahan, Nyeri abdomen, nafsu makan menurun,
gelisah, mual, muntah, batuk, dyspnea, sakit pada dada, nyeri sendi,
sesak nafas, sulit menelan, dan jantung berdebar-debar
b. Data Objektif
Takipnea (pernapasan cepat dan dangkal), bunyi nafas
adventisius (krekels dan mengi), Takikardia, disritmia, Friction rub,
murmur, edema, penurunan TD, peningkatan suhu tubuh yang tidak
terpola, Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO), peningkatan laju
endap darah ( LED)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutup katup
mitral (stenosiskatup)
b. Nyeri akut b.d distensi jaringan oleh akmulasi cairan/ proses
inflamasi, destruksi sendi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpati

11
3. Tujuan Rencana Keperawatan dan Kriteria Hasil, Intervensi Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI)

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


No
(SDKI) Tujuan Dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

1 Penurunan curah jantung b.d - Cardiac pump effectiveness Cardiac Care


adanya gangguan pada penutup - Circulation status - Evaluasi adanya nyeri dada (intesitas, lokasi,
katup mitral (stenosiskatup) - Vital sign status durasi)
Kriteria Hasil - Catat adanya distrimia jantung
- Tekanan vital dalam rentang - Catat adanya tanda dan gejala penurunan
normal (tekanan darah, nadi, cardiac putput
respirasi) - Monitor status kardiovaskuler
- Dapat mentolerasi aktivitas, tidak - Monitor status pernafasan yang menandakan
ada kelelahan gagal jantung
- Tidak ada edema paru, perifer, dan - Monitor abdomen sebagai indikator
tidak ada asites penurunan perfusi
- Tidal ada penurunan kesadaran - Monitor balnce cairan
- Monitor adanya perubahan tekanan darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia

12
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindar kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu
dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau
berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi, R sebelum, selama dan
setelah aktifitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung

13
- Monitor bunyi jantung
- Monitor frekuensi dan irama pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernafasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
2 Nyeri akut b.d distensi jaringan - Pain level - Lakukan pengkajian nyeri secara
oleh akmulasi cairan/ proses - Pain control komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
inflamasi, destruksi sendi - Comfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria Hasil : prepitasi)
- Mampu mengontrol nyeri (tahu - Obs reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu - Gunakan tehnik komunikasi teraupetik untuk
menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk mengurangi - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

14
nyeri, mencari bantuan) - Evaluasi pengalamn nyeri masa lampau
- Melaporkan bahwa nyeri - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
berkurang dengan menggunakan lain tentang ketikefektifan kontrol nyeri masa
manajemen nyeri lampau
- Mampu mengenali nyeri (skala, - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
intensitas, frekuensi dan tanda menemukan dukungan
nyeri) - Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
- Kurangi faktor prespitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penangan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi ketidakefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat

15
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
- Analgesik Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Cek intruksi dokter tentang pemberian obat,
jenis, dan frekuenasi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari 1
- Tentukan pilihan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama

16
- Berikan analgesik tepat waktu terumata saat
nyeri hebat
- Evaluasi afektivitas analgesik, tanda dan
gejala
3 Ketidakseimbangan nutrisi - Nutritional Status - Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh b.d - Nutritional Status : Food and Flud - Kaji adanya alergi makanan
peningkatan asam lambung akibat - Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kompensasi sistem saraf simpati - Nutritional Status : Nutrient intake menentukan kalori dan nutrisi yang
- Weight control dibutuhkan pasien
Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
- Adanya peningkatan berat badan Fe
sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
- Berat badan ideal sesuai dengan dan vit C
tinggi badan - Berikan subtansi gula
- Mampu mengidentifikasi - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Berikan makan yang terpilih (sudah
- Menunjukkan peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
pengecapan dari menelan - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan

17
- Tidak terjadi penuruan berat badan makanan harian
yang berarti - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan pasien
- Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, mudah

18
patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna magenta, scariet.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya
timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus
golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat
menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas
bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus
golongan A, sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam
reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru
setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani
secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit
jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A
yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali
terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan
dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman
ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup
jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga
menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak
sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih
adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang
terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang.

20
Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine
penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut,
alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin.
Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.

B. Saran
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan
mengalami demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan
antibiotika, hal ini untuk menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya
bahkan menyebabkan penyakit jantung reumatik

21
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Putra, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Reumatic


Heart Disease (RHD) Di Bangsal Jantung RSUP Dr.Djamil Padang.
Retrieved From Http://Pustaka.Poltekkespdg.Ac.Id/Index.Php?P=Show
Detail&Id= 5245&Keywords=

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta.

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi
Keperawatan. 1– Retrieved from http://bppsdmk. kemkes.go.id/
pusdiksdmk /wpcontent /uploads /2017/11 /praktika-dokumen keperawatan
- dafis. pdf.

Gledis, M., & Gobel, S. (2016). Hubungan Peran Perawat Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Di Rs Gmibm Monompia Kota Mabagu Kabupaten
Bolaang Mongondow. Elektronik Keperawatan, 4(2), 1–6.
https://doi.org/10.22460/infinity.v2i1.22.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Mahananto, F., & Djunaidy, A. (2017). Simple Symbolic Dynamic of Heart Rate
Variability Identify Patient with Reumatic Heart Disease . Procedia
ComputerScience, 124, 197–
204.https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.12.147.

22

Anda mungkin juga menyukai