Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

GANGGUAN KARDIOVASKULER (RHEUMATIC FEVER)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu : Denni , S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun oleh :

Kelompok 3

Moch Hisyam Fathurohman 211FK03012

Shafira Rizky A. 211FK03013

Silfina Rahmah 211FK03014

Leni Wulandari 211FK03015

Wine Salaisa 211FK03016

Sufiyoni Ayu F. 211FK03032

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang membahayakan
dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi
kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik.
Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai
dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus
tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam
reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi
kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang
selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada
pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung),
aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang jantung).Penyakit
jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup
pada orang dewasa di Amerika Serikat.
RHD(Rheumatic Heart Desease) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus
baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-
15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan
yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden
penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya
pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-
1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang
dirawat. Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan
penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah penyakit jantung rematik itu?
2. Bagaimana etiologi penyakit jantung rematik?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit jantung rematik?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik?
5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan pada penyakit jantung rematik?
7. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit jantung
rematik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit jantung rematik
2. Untuk mengetahu bagaimana etiologi dari jantung rematik
3. Untuk mengetahui klasifikasi jantung rematik
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi jantung rematik
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang timbul pada jantung rematik
6. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosa jantung rematik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFENISI PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease
(RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong
tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus
hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2006).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada katup
jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. (kapita selekta, edisi 3,
2007)
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang
merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A
yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor
yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema
marginatum.

2.2. ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat
berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh
streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak
terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis
antigen-antibody dari tubuh. Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai
antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik
menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
2. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel
streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
3. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah
dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk
segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang
ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang.
4. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas
bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

2.3. KLASIFIKASI JANTUNG REMATIK


Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat dibagi dalam
4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99 adalah:
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup
A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan
pada tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi streptococcus dengan
permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas tersinggung,
Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar
sendi, Sakit perut
4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa ykatup tidak
menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung,
gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada fase ini baik
penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat
mengalami reaktivasi penyakitnya.

2.4. PATOFISIOLOGI JANTUNG REMATIK


Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang saluran
nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan
A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase
laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala
demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara infeksi
streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorok dan
merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen streptokokus,
khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap
streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun
proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema marginatum dan
khorea.Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan perikarditis.
2.5. MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1) Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah, radang sendi –
sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis
migran).
2) Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3) Eritema Marginatu
4) Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
5) Nodul Subkutan Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas
jari, lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
6) Khorea Syndendham Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai
manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
b. Kriteria minor:
1) Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
2) Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien kadang
kadang sulit menggerakkan tungkainya
3) Demam tidak lebih dari 390 C
4) Leukositosis
5) Peningkatan laju endap darah (LED)
6) Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7) Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan
laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
2) Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3) Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemol itikus b grup A

2.7. PENATALAKSANAAN
1) Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
2) Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2 juta
unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg,
atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin, diberikan
eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk profilaksis diberikan penisilin
benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5
g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa
menghitung sel darah putih pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan
neutrofil < 35% sebaiknya obat dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama
terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.
3) Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan
artralgia saja cukup diberikan analgesik.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat
diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama
2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat terpilih
adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 ofdosis dan
dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg
diikuti prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan prednison
dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg
BB/hari dan dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya
untuk menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.D USIA 8 TAHUN DENGAN GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER: RHEUMATIC FEVER
DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT BANDUNG
Kasus :
Seorang anak laki-laki (an. D) usia 8 tahun, beragama islam, alamat Kp. Lampegan Rt 01,
Rw 04 Desa Lampegan Kec. Ibun Kab. Bandung. Dibawa ibunya ke rumah sakit dengan
keluhan utama sesak nafas sejak 2 hari lalu, keluhan disertai batuk dan demam. Hasil
wawancara dengan ibu (Ny. D) mengatakan 2 minggu yang lalu anaknya mengalami demam
dan sakit tenggorokan, ibu juga mengatakan anaknya mengeluh sakit sendi yang berpindah-
pindah , sakit perut dan cepat lelah setelah beraktifitas. Hasil pengkajian didapatkan hasil: S:
37,20C, RR: 43 x/mnt, Nadi: 143 x/mnt, TD 130/60 mmHg, terdapat eritema marginatum di
kulit, nodul subcutan di daerah persendian, chorea (+), akral dingin, lesu dan terlihat pucat.

A. Pengkajian
I. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung jawab)
a. Identitas Klien
Nama : An. D
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Kp. Lampegan Rt.01 Rw.04 Desa Lampegan Kec.
Ibun Kab. Bandung
No.Medrec : 01348
Dx. Medis : Rheumatic Fever
Tgl. Masuk : 20-10-2022
Tgl. Pengkajian : 20-10-2022
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny.D
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub. Dengan Klien : Ibu pasien
II. Alasan datang ke Rumah Sakit
Ibu pasien mengatakan 2 minggu yang lalu anaknya mengalami demam dan sakit
tenggorokan, ibu juga mengatakan anaknya mengeluh sakit sendi yang berpindah-
pindah, sakit perut dan cepat lelah setelah beraktifitas
III. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak nafas , pada tanggal 20 Oktober 2022 Ibu
pasien membawa anaknya ke rumah sakit.
V. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat Reproduksi (Kehamilan dan Kelahiran)
1. Pre Natal
Ibu pasien berkata selama masa kehamilan ibu pasien rutin memeriksakan keh
amilanya di bidan dan selama hamil tidak pernah ada keluhan penyakit apapun
2. Natal
Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan normal di bidan, saat lahir kondisi
pasien sehat, menangis spontan, BB lahir 3 kg 3 ons, PB
3. Post Natal (24 jam pertama – 28 hari)
Ibu pasien mengatakan setelah lahir pasien dapat menetek ASI ibunya dan tid
ak ada keluhan apapun pada pasien.

b. Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Reaksi Setelah
Pemberian pemberian
1 BCG Lengkap Tidak ada masalah
2 DPT (I, II, III) Lengkap Tidak ada masalah
3 Polio (I, II, III, 1V) Lengkap Tidak ada masalah
4 Campak Lengkap Tidak ada masalah
5 Hepatitis B (I, II, Lengkap Tidak ada masalah
III)

c. Pengobatan
No Jenis Pengobatan Total Pemberian
1 Peneselin oral 200.000 U /hari
2 Sulfadiazine 500 mg /hari
3 Penicillin VK 200 ml /6jam
4 Methotrexate 2 mg /m2

VI. Riwayat Tumbuh Kembang


1) Pertumbuhan Fisik
BB saat ini : 27 kg, TB :120 cm, LK :50 cm, LLA :20 cm
BB lahir : 3 Kg 3 ons, panjang lahir : 50 cm
Waktu tumbuh gigi : 9 bulan
2) Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
a) Berguling : 4 bulan
b) Duduk : 7 bulan
c) Merangkak : 9 bulan
d) Berdiri : 12 bulan
e) Berjalan : 14 bulan
f) Senyum kepada orang lain pertama kali : 3 bulan
g) Bicara pertama kali : 6 bulan
h) Berpakaian tanpa bantu : 4 Tahun
a) Riwayat Pertumbuhan
Pada masa ini penambahan berat badan anak usia antara 24 bulan – 48 bulan yaitu 1,5
hingga 2,5 kilogram. Sementara untuk pertambahan tinggi yang terjadi pada rentan us
ia tersebut adalah sekitar 10 sampai 13 cm.
b) Riwayat Perkembangan
Kemampuan dasarnya, seperti berlari, menggambar, menumpuk barang, atau
berbicara sudah bisa dipergunakan dengan baik walaupun tidak mudah frustasi
dengan kegiatan yang membutuhkan motorik halusnya, seperti mengancing baju atau
mengikat tali sepatu.
VII. Riwayat Psikososial Anak
a. Yang mengasuh anak : Pengasuh
b. Pembawaan secara umum : Periang
c. Lingkungan rumah : Bersih
VIII. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Riwayat kesehatan ibu
Ibu pasien mengatakan pernah menderita sakit ringan seperti batuk, pilek, dan
demam. Tidak pernah menderita penyakit seperti yang diderita pasien.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan ayah pasien menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
IX. Spiritual Anak dan Keluarga
a. Support sistem dalam keluarga : Baik
b. Kegiatan keagamaan : Belajar mengaji

X. Pola Aktivitas Sehari-hari


Di Rumah
Sebelum Masuk R Di RS
NO Pola Aktivitas
S
1 Nutrisi:
a. Makan
Nasi, sayur, tempe, tahu, lauk, buah-buahan. 3x /hari dan 3x /hari dan
menghabiskan menghabiskan
porsi makan makan ½ porsi
b. Minum / Cairan
 Air putih dan ASI. Kurang lebih 1,7 1,5 liter
liter
2 Eliminasi
a. BAK
 Warna Jernih Jernih
 Konsistensi Lunak Lunak
 Frekuensi 4-5 3-4
 Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada
keluhan
b. BAB
 Warna Kuning Kuning
 Konsistensi Padat Padat
 Frekuensi 2 kali 1 kali
 Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada
keluhan
3 Istirahat dan Tidur
a. Siang 3 jam (12.00 –
 Berapa jam (dari jam berapa sampai jam 15.00)
berapa)
 Kualitas tidur (nyenyak / tidak) Nyenyak Tidak nyenyak
 Rutin / tidak dilakukan Rutin Rutin
 Tidur sendiri / ditemani Tidur dendiri Ditemani
 Pengantar tidur ada / tidak (cerita dongen Ada ( cerita Tidak (terang)
g, ruangan yang terang / agak gelap, dll) dongeng /agak
gelap)
b. Malam
 Berapa jam (dari jam berapa sampai jam 8 jam ( 21.30- 5 jam (22.00-
berapa) 05.30) 04.00)
 Kualitas tidur (nyenyak / tidak Nyenyak Tidak nyenyak
 Tidur sendiri / ditemani Ditemani Ditemani
 Kesulitan tidur Dongeng Sulit tidur
 Pengantar tidur (cerita dongeng, ruangan Ceritadongeng
4 Aktivitas berteman / bermain dan Rekreasi
 Jenis permainan yang dilakukan dan disu Bermain boneka
kai Sulit diajak
 Teman bermain yang disukai bermain
 Waktu - waktu yang digunakan ketika be Waktu di sore hari
rmain

5 Kebersihan Diri (personal Hygiene) 2 kali sehari, 1 kali sehari,


 Mandi memakai sabun, air memakai sabun,
Berapa kali sehari, memakai sabun/tida hangat air hangat
k,mandi sendir/dibantu, memakai air din
gin/hangat. 1 kali sehari,
 Sikat Gigi 2 kali sehari, memakai odol,
Berapa kali sehari, memakai odol/tidak, memakai odol, dibantu
sikat gigi sendiri/dibantu dibantu
 Cuci Rambut 2 kali sehari
Berapa kali sehari/minggu, memakai sh 3 kali sehari, memakai
ampoo/tidak, dibantu/sendiri memakai shampo/dibantu
shampo/dibantu

XI. Pemeriksaan Fisik


a. Penampilan Umum
Pasien tampak sangat meringis, pasien mengatakan “saya tidak bisa nafas”, kulit
berkeringat pucat, terdapat eritema marginatium, terdapat nodul subcutan di
daerah persendiaan, chorea (+), akral dingin, dan terlihat lesu.
b. Ukuran pertumbuhan(saat pengkajian dan cantumkan nilai normalnya)
Tinggi Badan 120cm, Berat Badan 27kg, Lingkar Kepala 50cm, Lingkar Dada
68cm, Lingkar Lengan Atas 14cm, Lingkar Perut 55cm.
c. Tanda – tanda Vital (Saat pengkajian dan cantumkan nilai normalnya)
Suhu (S) = 37,2°C
Denyut Ndi (N) = 143x /menit
Pernafasan = 43x /menit
Tekanan Darah = 130/60 mmHg
d. Pemeriksaan Head to toe
1. Rambut
Distribusi rambut merata, pendek, hitam, lurus, bersih dan tidak ada luka.
2. Kepala
Bentuk kepala simetris, wajah tampak facial coolay, tidak ada nyeri tekan sekit
ar kepala.
3. Kulit Kepala
Kulit kepala tampak berkeringat.
a) Mata
Mata sejajar telinga, conjunctiva anemis, sklera tidak ikterik. Pupil bulat, is
okor. Rangsang cahaya (+). Pergerakan bola mata ke segala arah, fungsi pe
nglihatan normal.
b) Hidung
Bentuk simetris, ada sekret, terdapat pernapasan cuping hidung seperti
kembang kempis, ada nyeri tekan pada sinus.
c) Mulut
Mukosa bibir merah muda, kering, kebersihan gigi cukup, gigi geraham berl
ubang dua, ada karies gigi.
d) Telinga
Daun telinga bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik.
4. Leher
Tidak ada peninggian JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kak
u kuduk.
5. Thorax/Dada
Bentuk dada simetris, ukuran normal, pengembangan dada simetris, tidak terda
pat retraksi intercostal.
a. Paru-paru
suara paru vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, respirasi 22 x /
menit.
b. Jantung
Jantung : irama jantung reguler, tidak ada suara tambahan, nadi 143x
/menit, kuku pucat, tidak ada sianosis.
6. Abdomen
Bentuk cembung lembut, tidak ada distensi, hepar teraba 3 cm, pembesaran
hati, mual, muntah.
7. Genitalia
Tidak ada keluhan, tidak ada alat bantu kateter, kantung kemih normal,
produksi urin 320 cc, warna/bau kuning/khas, tidak ada diare, dan tidak ada
konstipasi.
8. Ekstremitas
Atas dan bawah simetris, tidak ada kelemahan atau spastik. Terdapat eritema
marginatium dikulit, terdapat nodul subcutan, chorea (+), akral dingin, lesu,
pucat.

XII. Data Penunjang


Pemeriksaan Hasil Satuan
ASTO 135 Tood unit
Hb 17 mm/jam
Leukosit 12.000 gr/dl
Hemoglobin 9 gr/dl
XIII. ANALISA DATA
No Data senjang Etiologi (interpr Masalah Keper
etasi data) awatan
1. Factor keturunan
DS
- Pasien mengeluh sesak nafas Alergi , populasi Bersihan jalan
- Pasien tampak meringis udara nafas tidak
efektif
DO :
- Pasien tampak gelisah Stress ,cuaca
- Pasien pucat dingin
- Konjungtiva anemis
- Bibir pucat
- Akral dingin Komsumsi obat
- Frekuensi nafas berubah

Infeksi saluran
pernafasan

2. DS
- Pasien mengeluh sulit beraktifitas Aktivitas
- Pasien tanpak meringis kesakitan berlebihan
Gangguan
DO mobilitas fisik
- Gerakan terbatas Poliatritis
- Sendi kaku
- Kekuatan otot menurun
- Fisik lemah Nyeri

3. DS Gangguan integri
tas kulit
- Pasien mengatakan gatal pada benjolan

DO
- Pasien terdapat nodul subcutan

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kesulitan beraktivitas
3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi d.d kerusakan jaringan

XV. NURSING CARE PLANNING


INTERVENSI
DIAGNOSA KEPER
NO LUARAN DAN RENCANA TIND
AWATAN RASIONAL
KRITERIA HASIL AKAN
1 Gangguan bersihan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
jalan nafas tidak tindakan 1. Kaji ulang fungsi 1. penurunan bunyi nafas
efektif keperawatan pernafasan: indikasi atelectasis,
kebersihan jalan bunyi ronki indikasi
nafas efektif, dengan nafas,kecepatan, akumulasi
kriteria hasil : irama, skret/ketidakmampuan
 Mempertahanka kedalaman dan membersihkan jalan
n jalan nafas penggunaan otot nafas sehingga otot
pasien aksesori aksesori digunakan dan
 Mengeluarkan 2. Catat kerja pernafasan
secret tanpa kemampuan meningkat.
bantuan untuk 2. Pengeluaran sulit bila
 Menunjukan mengeluarkan secret tebal, sputum
perilaku untuk secret atau batuk berdarah akibat
memperbaiki efektif, catat kerusakan paru atau
bersiha jalan karakter, jumlah luka bronchial yang
nafas pputum, adanya memerlukan
hemoptysis evaluasi/intervensilanju
3. Berikan pasien t
posis semi aatau 3. Meningkstksn ekspansi
fowler, paru, ventilasi
bantu/ajarkan maksimal membuka
batuk efektif dan area atelectasis dan
latihan nafas peningkatan gerakan
secret agar mudah
dikeluarkan.

1.
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Observasi
fisik yang asuhan keperawatan  Identifikasi  Menentukan batas
berhubungan dengan diharapkan pasien toleransi fisik gerakan yang akan
kesulitan beraktifitas dapat tetap melakukan dilakukan
mempertahankan pergerakan
pergerakannya,  Monitor  Mengetahui
dengan kriteria : frekuensi perkembangan klien
- Pergerakan tekanan darah
ekstermitas sebelum mulai
- Kekuatan otot mobilisasi
- Rentan gerak
(ROM) Terapeutik  Agar pasien beserta
 Jelaskan keluarga dapat
alasan/rasional memahami dan
pemberian mengetahui alasan
latihan pemberian latihan
menggerakan
sendi kepada
pasein/keluarga
 Libatkan
keluarga
 Untuk membantu klien
Edukasi dalam meningkatkan
 Bantu klien ke pergerakan
posisi yang
optimal untuk
latihan rentan  Cedera yang timbul
gerak dapat memperburuk
 Terapi latihan kondisi klien
fisik, mobilitas
sendi dengan
menggunakan
pergerakan  Untuk
tubuh aktif mempertahankan atau
 Terapi latihan memulihkan
fisik,latih secara fleksibilitas sendi
mandiri dengan
menggunakan
aktivitas ayau
protocol latihan
tertentu
3 Gangguan integritas Tujuan : Perawatan Observasi
kulit b.d perubahan Setelah dilakukan integritas kulit 1. Agar dapat mengetahui
pigmentasi d.d keperawatan selama gangguan integritas kulit
kerusakan jaringan 3x24 jam diharapkan Observasi : pada pasien
integritas kulit dan 1. Identifikasi
jaringan meningkat penyebab gangguan Terapeutik
dengan, integritas kulit. 1. Untuk mengetahui pola
Kriteria hasil : tidur pasien
1. kemerahan Terapeutik 2. Agar mengetahui area
meningkat dengan 1. Ubah posisi tiap 2 penonjolan pada area tulang
skala 1 (1-5) jam jika titah baring pasien
2. hidrasi meningkat 2. Lakukan
dengan skala 5 (1-5) pemijatan pada area Edukasi
3. tekstur membaik penonjolan tulang 1. agar pasien tidak
dengan skala 5 (1-5) dehidrasi akibat dari tugor
4. pigmentasi Edukasi kulit menurun
abnormal cukup 1. Anjurkan minum 2. Untuk meningkatkan
menurun 4 (1-5) air putih yang kebutuhan asupan nutrisi
cukup. pasien
2. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.

CATATAN KEPERAWATAN
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
TGL./JAM
20-10-2022 1. Kaji ulang fungsi pernafasan: bunyi S : Pasien mengatakan sesak nafas
08:00-10:00 nafas,kecepatan, irama, kedalaman d sedikit berkurang
an penggunaan otot aksesori O : Pasien tampak pucat
2. Catat kemampuan untuk mengeluark A : Masalah belum teratasi
DX-1 an secret atau batuk efektif, catat kar P : Intervensi dilanjutkan
akter, jumlah pputum, adanya hemop
tysis
3. Berikan pasien posisi semi atau fowl
er, bantu/ajarkan batuk efektif dan la
tihan nafas
20-10-2022 1. Identifikasi toleransi fisik melakukan S : Pasien mengatakan nyeri sendi mu
13:00-15:00 pergerakan lai berkurang
2. Monitor frekuensi tekanan darah O : Pasien tampak tidak meringis
sebelum mulai mobilisasi A : Masalah nyeri belum teratasi
3. Jelaskan alasan/rasional pemberian P : Intervensi dilanjutkan dari no 4-6
latihan menggerakan sendi kepada
DX-2 pasein/keluarga (libatkan keluarga)
4. Bantu klien ke posisi yang optimal
untuk latihan rentan gerak
5. Terapi latihan fisik, mobilitas sendi
dengan menggunakan pergerakan
tubuh aktif
6. Terapi latihan fisik,latih secara
mandiri dengan menggunakan
aktivitas ayau protocol latihan
tertentu
21-10-2022 1. Kaji ulang fungsi pernafasan: bunyi S : Pasien mengatakan sesak nafas
08:00-10:00 nafas,kecepatan, irama, kedalaman berkurang
dan penggunaan otot aksesori O : Wajah pasien tampak segar
2. Catat kemampuan untuk A : Masalah teratasi
DX-1 mengeluarkan secret atau batuk P : Intervensi dihentikan
efektif, catat karakter, jumlah
pputum, adanya hemoptysis
3. Berikan pasien posis semi aatau
fowler, bantu/ajarkan batuk efektif
dan latihan nafas
21-10-2022 1. Bantu klien ke posisi yang optimal S : Pasien mengatakan nyeri sendi
13:00-15:00 untuk latihan rentan gerak berkurang
2. Terapi latihan fisik, mobilitas sendi O : Pasien tampak tenang
dengan menggunakan pergerakan A : Masalah teratasi
tubuh aktif P : Intervensi dihentikan
DX-2 3. Terapi latihan fisik,latih secara
mandiri dengan menggunakan
aktivitas ayau protocol latihan
tertentu
23-10-2022 1. Identifikasi penyebab gangguan S : Pasien mengatakan benjolannya
08:00-10:00 integritas kulit. mengecil
2. Lakukan pemijatan pada area O : Pasien tampak nyaman
penonjolan tulang A : Masalah teratasi
3. Anjurkan minum air putih yang P : Intervensi
DX-3 cukup.
4. Ubah posisi tiap 2 jam jika titah
baring
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi

CATATAN PERKEMBANGAN
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL. PARAF
(SOAPIER)
21-10-2022 S : Pasien mengeluh sesak nafas
DX-1 O : Pasien tampak pucat dan menangis
A : Terjadinya gangguan bersihan jalan nafas
P : Berikan pasien posisi semi atau fowler,
bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan nafas
I : Posisikan pasien dalam setengah duduk
E : Pasien masih sesak nafas
R : Ajarkan posisi semi fowler dan Latihan nafas
21-10-2022 S : Pasien mengeluh sakit sendi
DX-2 O : Pasien tampak meringis dan menangis
A : Terjadinya mobilitas fisik
P: Terapi latihan fisik, mobilitas sendi dengan
menggunakan pergerakan tubuh aktif
I : Pasien menggerakan persendian secara masing-
masing sesuai aktif
E : Pasien sudah tidak sakit
R : Pemberian obat methotrexate (obat persendian)
22-10-2022 S : Pasien mengeluh sesak nafas
DX-1 O : Wajah tampak segar dan tenang
A : Terjadinya gangguan bersihan jalan nafas
P : Berikan pasien posisi semi fowler dan latihan
nafas
I : Posisikan pasien dalam setengah duduk
E : Pasien sudah tidak sesak nafas
R : Pemberian obat Penicillin VK (obat infeksi
saluran pernafasan)
23-10-2022 S : Pasien mengeluh gatal pada benjolan
DX-3 O : Wajah tampak tenang
A : Terjadinya gangguan integritas kulit
P : Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
I : Anjurkan minum air putih yang cukup
E : Pasien sudah tidak gatal pada benjolan
R : Pemberian obat (obatnya blm ada)

Anda mungkin juga menyukai