Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit
peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi
autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang
mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala
mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul
subkutan dan Eritema marginatum.

DEFINISI
Demam reumatik merupakan akibat interaksi individu,
penyebab penyakit dan faktor lingkungan.
Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas
bagian atas oleh Beta Streptococcus Faktor-faktor predisposisi
yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri
serta pada keadaan lingkungan.

ETIOLOGI
Faktor-faktor pada individu

A
p
s
u
e
r
k
f
y
o
j
H
(
L
)
n
p
g
B
m
D
d
i
t
n
a
g
b
h
-
T
,
l
w
i
s
e
r
t
a
u
d
k
1
F
g
o
2
.
e
J
m
a
l
k
Faktor-faktor pada individu
D
A
d
b
r
u
,
n
y
g
U
m
i
t
p
k
e
s
g
8
T
/
P
a
5
-
3
h
a
l
n
y
0
f
o
c
6
w
j
M
z
u
t
1
G
o
a
g
e
d
k
2
.
m
u
Faktor-faktor pada individu

K
d
t
e
n
u
z
s
h
y
d
p
m
D
b
g
a
k
l
o
i
r
p
v
f
g
a
e
t
A
j
r
o
l
n
i
k
1
K
d
g
z
-
2
.
R
u
s
k
a
e
m
o
Faktor-faktor lingkungan

1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk


Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk
terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah
maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi
yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat,
rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang
menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk
perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor
yang memudahkan timbulnya demam reumatik
2. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak
didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi,
lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi
agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran rendah.
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens
infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam
reumatik juga meningkat.
PATOGENESIS

Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi


streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi
patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan. Gejala demam
reumatik bermanifestasi kira-kira 1 – 5 minggu setelah terkena infeksi. Gejala
awal, seperti juga beratnya penyakit sangat bervariasi. Gejala awal yang paling
sering dijumpai (75 %) adalah arthritis. Bentuk poliarthritis yang bermigrasi.
Gejala dapat digolongkan sebagai kardiak dan non kardiak dan dapat
berkembang secara bertahap.
PATOGENESIS

Pada umumnya para ahli sependapat


Demam reumatik dapat bahwa demam remautik termasuk
menyerang semua bagian dalam penyakit autoimun.
jantung. Meskipun Streptococcus diketahui dapat
pengetahuan tentang penyakit menghasilkan tidak kurang dari 20
ini serta penelitian terhadap produk ekstrasel yang terpenting
kuman Beta Streptococcus diantaranya ialah streptolisin O,
Hemolyticus Grup A sudah streptolisin S, hialuronidase,
berkembang pesat, namun streptokinase, difosforidin
mekanisme terjadinya demam nukleotidase, dioksiribonuklease serta
reumatik yang pasti belum streptococcal erytrogenic toxin.
diketahui Produk-produk tersebut merangsang
timbulnya antibodi.
PATOGENESIS
Pada penderita yang sembuh dari
ASTO ( anti-streptolisin O)
infeksi streptococcus, terdapat kira-
merupakan antibodi yang paling
kira 20 sistem antigen-antibodi;
dikenal dan paling sering
beberapa diantaranya menetap lebih
digunakan untuk indikator
lama daripada yang lain. Anti
terdapatnya infeksi streptococcus.
DNA-ase misalnya dapat menetap
Lebih kurang 80 % penderita
beberapa bulan dan berguna untuk
demam reumatik / penyakit
penelitian terhadap penderita yang
jantung reumatik akut
menunjukkan gejala korea sebagai
menunjukkan kenaikkan titer ASTO
manifestasi tunggal demam
ini; bila dilakukan pemeriksaan atas
reumatik, saat kadar antibodi
3 antibodi terhadap streptococcus,
lainnya sudah normal kembali
maka pada 95 % kasus demam
reumatik / penyakit jantung
reumatik didapatkan peninggian
atau lebih antibodi terhadap
streptococcus.
MANIFESTASI KLINIK

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit


jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium

Stadium I
1 Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A.
Keluhan :
1. Demam
2. Batuk
3. Rasa sakit waktu menelan
4. Muntah
5. Diare
6. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
MANIFESTASI KLINIK

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit


jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium

Stadium II
2 Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara
infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam
reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu,
kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian
MANIFESTASI KLINIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit
jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium

Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
3 timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan
menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
Demam yang tinggi
lesu
Anoreksia Epistaksis
Lekas tersinggung Athralgia
Berat badan menurun Rasa sakit disekitar sendi
Kelihatan pucat Sakit perut
MANIFESTASI KLINIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit
jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium

Stadium IV
4 Disebut juga stadium inaktif. Pada
stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung / penderita penyakit
jantung reumatik tanpa gejala sisa katup
tidak menunjukkan gejala apa-apa
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan laboratorium
1 darah
Elektrokardiogram
3
menunjukkan aritmia E
Foto rontgen menunjukkan
pembesaran jantung
2

4 Echokardiogram menunjukkan
pembesaran jantung dan lesi
PENATALAKSANAAN MEDIS

Mencegah
Memberantas komplikasi karditis
infeksi
streptococcus

Mengurangi
rasa sakit;
demam
A
S
U
H
N
K
E
P
R
Y
W
IT
JD
G
L
M
PENGKAJIAN
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data tentang :

Fungsi jantung
Toleransi terhadap aktivitas dan sikap klien terhadap pembatasan aktivitas
Status nutrisi
Tingkat ketidaknyamanan
Gangguan tidur
Kemampuan klien mengatasi masalah
Hal-hal yang dapat membantu klien
Pengetahuan orang tua dan pasien (sesuai usia pasien) tentang pemahaman pasien

Pengkajian
Riwayat penyakit
Monitor komplikasi jantung
Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole
Tanda-tanda vital
Kaji adanya nyeri
Kaji adanya peradangan sendi
Kaji adanya lesi pada kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan stenosis katub


Tujuan : COP meningkat
Kriteria :
Klien menunjukan penurunan dyspnea
Ikut berpartisipasi dalam aktivitas serta mendemonstrasikan
peningkatan toleransi

Intervensi :
Pantau tekanan darah, nadi apikal dan nadi perifer
Pantau irama dan frekuensi jantung
Tirah baring posisi semifowler 450
dorong klien melakukan tehnik managemen stress ( lingkungan tenang,
meditasi )
bantu aktivitas klien sesuai indikasi bila klien mampu
kolaborasi O2 serta terapi
Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output,
ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan
Tujuan : Klien dapat bertoleransi secara optimal terhadap
aktivitas
Kriteria :
Respon verbal kelelahan berkurang
Melakukan aktivitas sesuai batas kemampuannya ( denyut nadi
aktivitas tidak boleh lebih dari 90X/menit, tidak nyeri dada )
Intervensi :
Hemat energi klien selama masa akut
Pertahankan tirah baring sampai hasil laborat dan status klinis
membaik
Sejalan dengan semakin baiknya keadaan, pantau
peningkatan bertahap pada tingkat aktivitas
Buat jadwal aktivitas dan istirahat
Ajarkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehai-
hari
Ajarkan pada anak /orang tua bahwa pergerakkan yang tidak
disadari adalah dihubungkan dengan korea dan temporer.
Bila terjadi chorea, lindungi dari kecelakaan, bedrest dan
berikan sedasi sesuai program
Nyeri b.d respon inflamasi pada sendi
(poliarthritis).
Tujuan : tidak terjadi rasa nyeri pada
klien
Kriteria :
Nyeri klien berkurang
Klien tampak rileks
Ekspresi wajah tidak tegang
Klien dapat merasakan nyaman, tidur
dengan tenang dan tidak merasa sakit
Intervensi :

Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala


Berikan tindakan kenyamanan ( perubahan posisi sering
lingkungan tenang, pijatan pungung dan tehnik
manajemen stress)
Minimalkan pergerakkan untuk mengurangi rasa sakit
Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang sakit
Lakukan distraksi misalnya : tehnik relaksasi dan
hayalan
Pemberian analgetik, anti peradangan dan antipiretik
sesuai program.
Rujuk ke terapi fisik sesuai persetujun medik

Anda mungkin juga menyukai