Anda di halaman 1dari 8

A.

DEFINISI PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b
grup A (Pusdiknakes, 2006).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan
kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut
yang berulang kali. (kapita selekta, edisi 3, 2007).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik
akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya
belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema
marginatum.

B. ETIOLOGI
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit
ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas
yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang
pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian
menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-
antibody dari tubuh. Antibody yang melawan streptococcus bersifat
sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi
timbulnya RHD yaitu :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan
aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal
dengan status reumatikus.

2. Reaksi autoimun
Penelitian yang ditemukan adanya kesamaan antara
polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus

1
group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung
terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.

3. Keadaan sosial ekonomi yang buruk


Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi
lingkungan yang buruk, rumah dengan penghuni yang padat,
rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera
mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan
sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang

4. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan
insidens infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga
insidens demam reumatik juga meningkat.

C. KLASIFIKASI
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun
reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99
adalah:
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu
menelan, Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai
eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik;
biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang
dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam
reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam
reumatik /penyakit jantung reumatik.Manifestasi klinis tersebut

2
dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan
menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia,
Lekas tersinggung, Berat badan menurun, Kelihatan pucat,
Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar sendi, Sakit perut

4. Stadium IV
Stadium ini disebut stadium inaktif. Pada stadium ini
penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita
penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak
menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala
sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan
jenis serta beratnya kelainan.Pada fase ini baik penderita demam
reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat
mengalami reaktivasi penyakitnya.

D. PATOFISIOLOGI
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya
didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh
infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga bakteri
termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu.
Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut. Hingga
sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara
infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-
sel tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti.
Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat
mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan
jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi
eksudatif maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul
subkutan eritema marginatum dan khorea.

3
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan
perikarditis.

E. MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnosa demam dapat digunakan criteria Jones
yaitu:
a. Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah,
radang sendi – sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan,
siku (Poliartitis migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak
gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.

4
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi
peradangan pada sistem saraf pusat.

b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi;
pasien kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat
terjadi penurunan hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada
jantung.
Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

5
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:
1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
Kelompok Tirah baring Mobilisasi bertahap
Klinis ( minggu ) ( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis ( + ) 2 2
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ ) >6 > 12

2. Eradikasi
Terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2
juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat
badan < 30 kg, atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika
alergi penisilin, diberikan eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari.
Untuk profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali.
Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan <
30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah
putih pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil <
35% sebaiknya obat dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama
terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.
3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan
ditambah kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat
dosis tinggi dapat menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan
hiperpnea. Untuk pasien dengan artralgia saja cukup diberikan analgesik.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali,
salisilat diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi
dalam 3 dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari
selama 4-6 minggu kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan
kardiomegali. Obat terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg
BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat,

6
diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti prednison oral. Sesudah 2-
3 minggu secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3
hari. Secara bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan
dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya
untuk menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni Ilyas,dkk (2006), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks


Keluarga,PusatPendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta

LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo, Surabaya

Ngastiyah (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.

Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta. Doenges,
Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit
Ed. 6 Vol 1. EGC. Jakarta.

Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.

Suriadi, SKep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada


Anak. Jakarta: Sagung Seto. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3.
Volume II, 2001, FKUI.

Anda mungkin juga menyukai