Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

“DEPARTEMET KOMUNITAS”
Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Clinical Study 2

Oleh :

MAHARDIKA DWI HANTORO (125070218113013)

KELOMPOK 2B / KEDIRI

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyebab paling penting dari kematian dini karena
erat kaitannya dengan resiko penyakit kardiovaskuler. Hipertensi kini menjadi masalah
global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup
seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara,

1
hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering dijumpai
(WHO, 2000).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala, sehingga
disebut sebagai silent killer. Secara global, tingkat prevalensi hipertensi di seluruh dunia
masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi.
Namun sebaliknya, tingkat kontrol tekanan darah secara umum masih rendah (Bakri, 2008).
Kalau saja hipertensi tidak mengundang segudang risiko komplikasi, barangkali
permasalahannya menjadi lebih sederhana. Masalahnya, tekanan darah di atas normal yang
tidak ditangani dengan baik akan merembet kepada komplikasi yang lebih berat (Bakri,
2008).

1.2 Rumusan Masalah


 Apa Yang Definisi Hipertensi?
 Bagaimana Epidemiologi Hipertensi?
 Apa Saja Etiologi Hipertensi?
 Apa Saja Klasifikasi Hipertensi?
 Apa Saja Faktor Resiko Hipertensi?
 Bagaimana Patofisiologi Hipertensi?
 Apa Saja Komplikasi Hipertensi?
 Bagaimana Manifestasi Klinis Hipertensi?
 Apa Saja Pemeriksaan Fisik & Penunjang Hipertensi?
 Apa Saja Penatalaksanaan Hipertensi?

1.3 Tujuan
Mengetahui definisi hipertensi, epidemiologi, etiologi, faktor resiko, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, komplikasi, prognosis, penatalaksanaan medis
hipertensi.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada manula
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,
2002).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan distolik sedikitnya 90 mmHg (Price,Sylvia Anderson, 2006).

1.2 Epidemiologi Hipertensi


Pada tahun 1991, National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP)
melaporkan 43.300.000 orang dewasa di Amerika Serikat menderita hipertensi. Hipertensi
2
menurut mereka terdapat beberapa penyebaran yang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
dan ras.
Berdasarkan usia, survei National Health Examination Surveys (NHANES III)
melaporkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat secara signifikan seiring bertambahnya
usia dalam semua jenis kelamin dan ras kelompok. Prevalensi pada pria kulit putih usia 18-
29 tahun adalah 3,3%. Meningkat menjadi 13,2% pada kelompok usia 30-39 tahun.
Prevalensi meningkat menjadi 22% pada kelompok usia 40-49 tahun, 37,5% pada kelompok
usia 50-59 tahun, dan 51% pada kelompok usia 60-74 tahun. Dalam studi lain, insiden
hipertensi tampaknya meningkat sekitar 5% untuk setiap interval usia 10 tahun.
Hipertensi dipengaruhi oleh jenis kelamin, menurut NHANES III melaporkan
prevalensi hipertensi adalah 12% pada pria kulit putih dan 5% untuk wanita kulit putih
berusia 18-49 tahun. Namun, berkaitan dengan usia BP perempuan naik lebih tinggi
daripada laki-laki. Prevalensi hipertensi 50% untuk orang kulit putih dan 55% untuk wanita
kulit putih berusia 70 tahun atau lebih tua.
Berdasarkan ras orang kulit hitam memiliki prevalensi lebih tinggi pada kejadian
hipertensi dibandingkan orang kulit putih. Prevalensi hipertensi meningkat sebesar 50%
pada orang kulit hitam. Kebanyakan penelitian di Inggris dan Amerika Serikat melaporkan
bahwa tidak hanya prevalensinya yang lebih tinggi tetapi juga tingkat kesadarannya lebih
rendah daripada orang kulit putih.
Jika untuk mengetahui pengaruh etnis, penting memahami tentang sistem renin-
angiotensin. Sekresi renin ditekan ketika ginjal mendeteksi bahwa jumlah ekskresi natrium
meningkat; dengan demikian, ini adalah petunjuk untuk natrium berlebih dalam sirkulasi.
Orang kulit hitam cenderung mengalami hipertensi pada usia lebih dini dan memiliki aktivitas
renin rendah; kerusakan organ target juga berbeda pada orang kulit hitam dibanding orang
kulit putih.
Selain itu, orang kulit hitam memiliki tanggapan yang lebih buruk terhadap
angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dibanding orang kulit putih; bukti beta-blocker
yang kurang efektif pada orang kulit hitam juga jelas. Namun, diuretik lebih efektif di usia
muda pada orang kulit hitam. Dalam perbandingan orang kulit hitam dan orang Asia, stroke
lebih sering terjadi pada orang kulit hitam, tetapi penyakit jantung koroner lebih sering terjadi
pada orang Asia.

1.3 Etiologi Hipertensi


Menurut Mansjoer (2001), berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek

3
dalam ekskresi natrium, peningkatan natrium dan kalsium intraselular dan faktor-
faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia.
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti gangguan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan
sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10


% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
 Faktor keturunan
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
 Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih

 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (lebih dari 30 gr), obesitas, stress dan pengaruh lain misalnya
merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

2.4 Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi menurut JNC VII (Price,Sylvia Anderson, 2006).
Kategori Sistol Diastol
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-tinggi 130-139 85- 89
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub-grup perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

2.5 Faktor Resiko Hipertensi


Faktor risiko adalah karakteristik, tanda dan gejala penyakit yang terdapat pada
individu dan kelompok masyarakat, yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan
insiden dari suatu penyakit. Terdapat dua faktor resiko pada penyakit hipertensi, yaitu faktor

4
yang tidak dapat diubah atau dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan.
Diantara faktor resiko yang dapat menimbulkan hipertensi yaitu :
a. Obesitas
Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Di
mana seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa
memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini
berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat
sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat di
atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan
epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi
pasien hipertensi. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume
darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara.
Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja
yang mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa
meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan
tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan membatasi
kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah
terjadinya hipertensi. Sedangkan hipertensi sangat erat dengan kejadian penyakit
jantung dan stroke. Untuk mengetahui kategori obesitas atau tidak dapat di hitung
dengan perhitungan berat tubuh ideal yaitu : Tinggi badan-110, hasilnya di bandingan
dengan berat badan.

Ketegorinya :
Kurus tingkat berat : < 17
Kurus tingkat ringan : 17,0 - 18
Normal : 18,5 - 25,0
Gemuk tingkat ringan : 25,0 - 27,0
Gemuk tingkat berat : > 27,0
b. Kadar Lemak Tubuh
Kadar lemak tubuh di golongkan menjadi lemak yang ada di jaringan bawah
kulit, lemak yang menumpuk di jaringan perut dan lain-lain, tergantung di mana
lokasi lemak itu berada pada tubuh. Kadar lemak di bawah jaringan kulit dan di perut
yang berlebihan mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap munculnya
penyakit tertentu, seperti DM, hiperlipidemi dan penyakit jantung. Tingginya kadar
lemak yang ada pada tubuh seseorang, meningkatnya kadar kolesterol sebagai
5
faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Tingginya kadar lemak tubuh juga
berpengaruh terhadap lemahnya kemampuan insulin merubah glukosa menjadi
glikogen sehingga lama kelamaan kemampuan insulin akan terus berkurang dan
menyebabkan penyakit DM.
Lemak dibawah kulit yang berlebihan (>10) tidak hanya berada di sekeliling
perut tetapi juga di pinggul dan paha, hal ini diperkirakan dapat meningkatkan risiko
perlemakan di hati dan komplikasi penyakit lainnya. Untuk mencegah munculnya
penyakit tertentu adalah merupakan hal penting dengan mengurangi kegemukan
sampai pada tingkat normal.
Kadar lemak tubuh diukur dengan cara membagi massa lemak tubuh (kg)
dengan berat badan (kg) dikalikan 100, dengan nilai satuan persen. Kadar lemak
perut dikategorikan dengan normal, cenderung tinggi dan tinggi, dengan nilai
ambang batas 10. Selengkapnya hasil perhitungan dapat diklasifikasikan seperti
tertera di bawah.

Klasifikasi kadar lemak tubuh :


Laki-Laki Klasifikasi Perempuan
25% / > Tinggi 35% / >
20% - < 25% Cenderung Tinggi 30% - < 35%
10% - < 20% Normal 20% - < 30%
< 10% Rendah < 20%

Kadar lemak perut :


Klasifikasi Nilai
Normal 1-9
Cenderung Tinggi 10 - 14
Tinggi 15 ke atas

c. Konsumsi Lemak Jenuh


Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan
risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan
konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan
dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat
menurunkan tekanan darah.
d. Olahraga / Aktifitas Fisik
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

6
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.
Pada kasus diabetes mellitus, olah raga ringan dapat membantu pembakaran
kalori sehingga memacu insulin untuk metabolisme glukosa. Pada penderita jantung,
olah raga sangat bermanfaat karena dapat membakar lemak sehingga risiko
penumpukan kolesterol dapat dikontrol. Olahraga juga dikaitkan dengan peran
obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi.
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita DM dan hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering
otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
e. Kebiasaan Merokok
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat
merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang
lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang
tidak merokok.
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Nikotin dalam tembakaulah penyebab meningkatnya tekanan darah segara
setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke
aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih
tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik
akan meningkat 10 mmHg.
Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah
berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang,
tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat
tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari.

7
Secara langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan
terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin (adrenalin).
Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa mendadak sehingga
kadar gula darah meningkat dan tekanan darah juga meningkat, selain itu
pernafasan dan detak jantung akan meningkat.
Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas, berarti perokok sering
mengalami hiperglikemi (kelebihan gula dalam darah). Nikotin secara tidak langsung
menyebabkan pelepasan dopamin dalam otak yang mengontrol kesenangan dan
motivasi. Selain kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis syaraf dan
perubahan perilaku.

f. Konsumsi Garam
Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung
natrium, berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang
mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas,
pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada
kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga
memicu terjadinya hipertensi.
Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari prevalensi hipertensinya rendah,
sedangkan asupan garam antara 5-15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam meyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan
di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan
darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan
tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan
darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6
gram/hari yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari. Asupan natrium
akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume
darah.
g. Stress
Stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari
situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan
tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya

8
dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh
yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari
luar itu.
Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,
murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar
anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul berupa
hipertensi atau penyakit maag.
Stress juga diyakini memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga
melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah
yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa yang
mendadak yang menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat
dipastikan.
h. Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk
menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan
dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung
dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak
jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak
tidak jenuh (ALTJ).
Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak
bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang menyebabkan
berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ yang
didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat
sering juga disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ,
sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90% komposisinya
adalah ALTJ.12,20 Jelantah dapat menyebabkan risiko hipertensi sebesar 5,43 kali
dibanding yang tidak mengkonsumsi jelantah.
Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi
rusak karena tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang tinggi kandungan
ALTJ-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja, selebihnya
minyak tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya omega-3 yang dapat
menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak berkasiat bila dipanaskan dan diberi

9
kesempatan untuk dingin kemudian dipakai menggoreng kembali, karena komposisi
ikatan rangkapnya telah rusak.
Minyak goreng terutama yang dipakai oleh pedagang goreng-gorengan
pinggir jalan, dipakai berulang kali, tidak peduli apakah warnanya sudah berubah
menjadi coklat tua sampai kehitaman. Alasan yang dikemukakan cukup sederhana
yaitu demi mengirit biaya produksi.
Bagi mereka yang tidak menginginkan menderita hiperkolesterolemi untuk
membatasi penggunaan minyak goreng terutama jelantah karena akan
meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan
aterosklerosis dan hal ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit
jantung, darah tinggi dan lain-lain.
i. Faktor keturunan
Bukan hanya warna kulit, ciri fisik atau sifat yang bisa diwarisi dari orang tua
kita. Ternyata, penyakit pun bisa. Jika salah satu, atau kedua orang tua Anda
mengalami tekanan darah tinggi, kemungkinan anda pun beresiko tinggi
mengalaminya.
j. Usia
Seiring bertambahnya usia, kita semua semakin beresiko menderita tekanan
darah tinggi. Semakin bertambah tua, elastisitas pembuluh darah kita juga berkurang
sehingga cenderung mengalami penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan
darah meningkat. Hingga usia 45, pria lebih beresiko mengalami tekanan darah
tinggi. Pada usia 45-64 tahun, baik pria maupun wanita memiliki tingkat resiko yang
sama. Tetapi, justru pada usia di atas itu, wanita lebih beresiko.
k. Kondisi penyakit yang lain
Menurut para ahli, gangguan kondisi kesehatan seperti Apnea tidur (Sleep
Apnea) dapat menimbulkan tekanan darah tinggi. Orang yang mengalami gangguan
ini sangat dianjurkan berkonsultasi dengan dokternya.

2.6 Patofisiologi Hipertensi


Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, strees, kurang olahraga,
genetic, alcohol, garam, obesitas

hipertensi

10
Rangsangan saraf simpatis (epineprin, norepineprin) menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah

vasokontriksi pembuluh darah

perubahan struktur

penyumbatan pembuluh darah

vasokontriksi

gangguan sirkulasi

persarafan jantung pembuluh


darah

otak peningkatan beban ventrikel kiri sistemik

peningkatan pembuluh darah hipertrofi ventrikel kiri vasokontriksi

pecahnyahnya aliran otak peningkatan denyut jantung afterload

resiko tinggi penurunan curah jantung fatigue


gangguan jaringan serebral
intoleransi
aktivitas
TIK meningkat nyeri kepala bradikardi Nyeri

2.7 Komplikasi Hipertensi


Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009),
yaitu strok, Infark miokard, Gagal ginjal, Ensefalopati (kerusakan otak), Kejang. Sedangkan
menurut Sjaifoellah (2002) komplikasi pada hipertensi yaitu Angina pectoris, Infark miokard,
Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan kegagalan jantung kongestif dan kerusakan ginjal
permanen menyebabkan kegagalan ginjal.
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
11
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000). Gejala tekanan stroke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, lambung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak (Novianty, 2006).
Infark miokardium apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran
darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,
maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin,
2000).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke
unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik (Corwin, 2000).
Tanda gejala dari encefalopati diantaranya nyeri kepala hebat, berubahnya
kesadaran, kejang dengan defisit neurologi fokal azotermia, mual dan muntah-muntah
(Stein, 2001). Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neron-
neron di sekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).

2.8 Manifestasi Hipertensi


Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang
bersangkutan. penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel
saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak
mampu lagi menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan
12
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang
termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
ketajaman penglihatan.Gejala dan tanda yang bisa timbul pada penyakit hipertensi yaitu
Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk, Pandangan kabur, Terjadi peningkatan
tekanan darah, Mata berkunang-kunang, Jantung berdebar-debar, Badan terasa lemah,
Perubahan emosi (mudah marah), Telinga sering berdenging, Rasa pegel dibahu huingga
tengkuk.

2.9 Pemeriksaan Fisik & pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang pada hipertensi (Arif Mansjoer, 2000):
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
- Glucosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalis : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
b. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
e. Foto dada: Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.

2.10 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet, yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Diet tinggi kalium
b. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi.
c. Edukasi Psikologis
13
1) Teknik Biofeedback
Suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan pada tanda – tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh dianggap tidak normal.
Terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala
dan migrain.
2) Teknik relaksasi
Suatu prosedur atau teknik yang betujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot – otot dalam tubuh menjadi rileks.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi ( Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Presure, USA, 1998 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.

Peran perawat
 Mengawasi dan mengontrol diet klien berhubungan dengan pembatasan
konsumsi garam serta mempertahankan atau mengurangi BB klien
 memberikan edukasi kepada klien dan keluarga manfaat dari diet tsb.
 mencatat Mencatat hasil pengukuran sehingga perkembangan dapat
dipantau
2). Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
Peran perawat
 Perawat memilihkan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien dan
batasan medis ini bertujuan untuk mengurangi tingkat strees pasien
 Perawat memberitahu pasien bahwa terlibatnya pasien dalam proses
perawatan dapat membantu mengontrol penyakit dan mencegah komplikasi.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada manula
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,
2002).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang
bersangkutan. Gejala dan tanda yang bisa timbul pada penyakit hipertensi yaitu Nyeri
kepala yang menjalar sampai kekuduk, Pandangan kabur, Terjadi peningkatan tekanan
darah, Mata berkunang-kunang, Jantung berdebar-debar, Badan terasa lemah, Perubahan
emosi (mudah marah), Telinga sering berdenging, Rasa pegel dibahu huingga tengkuk.
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg yang tidak lepas dari peran perawat dalam
penatalaksanaannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

- Brunner & Suddarth. Buku Ajar :Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
2002
- Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan
oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
- Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius,
2001
- Heni Rokhaeni,dkk. 2001. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita. EGC: Jakarta.
- Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta kedokteran , Ed-3, jilid I. Jakarta:FKUI Media
Aesculapius
- Slamet Suyono. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi ketiga. EGC: Jakarta.
- http://emedicine.medscape.com
- Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
- Indriyani, W. N, 2009, Deteksi dini kolesterol, hipertensi & stroke, Millestone Jakarta
- Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta
- Price, A & Wilson, M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6 Vol 1, Terjemahan, EGC, Jakarta
- Smeltzer, Suzanne C, 2002, Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8 Vol 2, Alih Bahasa: Agung Waluyo, EGC, Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai