Anda di halaman 1dari 3

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Remaja

Harga
diri tinggi Pembentukan harga diri
remaja meliputi aspek: Perilaku merokok:

Harga 1. Perasaan berharga 1. Jumlah rokok yang dihisap


2. Perasaan mampu perhari.
diri
3. Perasaan diterima 2. Waktu pertama kali merokok.
sedang 3. Durasi menghisap rokok.
4. Jenis rokok.
Harga
diri
rendah
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Perilaku Perilaku
Perilaku
harga diri: merokok merokok
merokok
1. Pengalaman ringan sedang berat
2. Pola asuh
3. Lingkungan
4. Sosial ekonomi
Keterangan:

= diteliti

= tidak diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Hubungan Harga Diri Dengan Perilaku


Merokok pada Remaja Laki-Laki di SMK PGRI 1 Kediri.

55
56

Kerangka kerja dalam penelitian ini dimulai dari kerangka konsep

yang akan menjadi landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

Kerangka konsep menjadi batasan bagi peneliti agar peneliti tidak

menyimpang dari hasil yang ingin dicapai. Berdasarkan teori yang telah

diuraikan di bab 2.

Gambar diatas menggambarkan bagaimanaremaja rentan

terhadap perilaku merokok. Karena, pada masa remaja merupakanmasa

peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa dimana pada masa ini

terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang pesat. Hal inilah

melatarbelakangi remaja untuk mulai merokok yang berkaitan dengan

adanya krisis aspek psikososial pada masa perkembangan remaja, yaitu

masa ketika remaja sedang mencari jati diri. Remaja sering bertingkah

laku yang membuat mereka seperti orang dewasa, seperti merokok,

minum minuman keras dan menggunakan obat-obatan (Mubarok, 2009).

Perilaku merokok yang dilakukan remaja merupakan penunjukan

simbol status sosial, ikatan kekerabatan dalam kelompok, dan

memberikan kesan mengagumkan. Alasan “ingin memberikan kesan

mengagumkan” adalah alasan paling umum untuk dimulainya perilaku

merokok pada remaja. Remaja seringkali beranggapan perilaku merokok

sebagai identitas diri, yaitu memberikan kesan tidak kolot, dewasa,

gagah, dan berani.

Santrock(2007) mengungkapkan bahwa harga diri diartikan

sebagai suatu dimensi evaluatif global mengenai diri sendiri. Individu

mendapatkan nilai harga dirinya melalui persesi yang diperoleh dari


57

persepsi diri sendiri dan orang lain. Penilaian tinggi terhadap diri sendiri

adalah penilaian terhadap kondisi diri dengan menghargai kelebihan,

memahami potensi diri, dan menerima kekurangan yang ada dalam

dirinya. Sedangkan, penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi

diri sendiri, tidak menghargai kelebihan diri, dan selalu melihat dirinya

sebagai sesuatu yang selalu kurang merupakan bentuk penilaian rendah

terhadap diri sendiri (Santrock, 2007).

Perasaan negatif dapat muncul pada diri remaja jika remaja

merasa tidak berharga, mengalami penolakan dari lingkungan, merasa

diabaikan, merasa diacuhkan, dan tidak dihargai. Bagi sebagian remaja,

merokok dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi perasaan

negatif yang remaja rasakan (Veselska, 2009). Hal ini terjadi karena rokok

dapat memberikan dampak positif bagi remaja yang mengonsumsi rokok

antara lain merasa lebih dewasa, menurunkan kecemasan, mudah

berkonsentrasi, dapat memunculkan ide-ide atau inspirasi, dan dapat

membantu dalam menghadapi permasalahan sosial.

3.2. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan harga diri dengan perilaku merokok pada remaja

laki-laki di SMK PGRI 1 Kota Kediri. Saat harga diri semakin tinggi maka

perilaku merokok akan semakin ringan, sebaliknya saat harga diri

semakin rendah maka perilaku merokok akan semakin berat.

Anda mungkin juga menyukai