Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY”R”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS REUMATIK HEART DISEASE (RHD)


DI RUANGAN PELAYANAN JANTUNG TERPADU (PJT)
RSUD KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD MUTTAQIEN
P07120421039N

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2022
HALAMAN PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA :
NIM :
JUDUL LAPORAN KASUS :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

TELAH DISAHKAN
PADA TANGGAL DI
OLEH

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

Dewi Purnamawati., M. Kep Eka Nadiastika Pramadista P.,, S. Kep., NS


NIP. NIP.
VISI DAN MISI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

VISI :

“Menjadi Program Studi yang Menghasilkan Tenaga Ners yang Expert,


Inovatif, Enterpreuner dan Berdaya Guna di Bidang Keperawatan Gawat
Darurat dan Bencana dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat, Produktif dan
Berkeadilan pada Tahun 2022”

MISI :

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang expert, inovatif, dan


enterpreneur di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana.
b. Mengembangkan penelitian berbasis inovatif di bidang keperawatan gawat
darurat dan bencana.
c. Menyelenggarakan dan meningkatkan pengabdian masyaralat yang
berdaya guna di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana dalam
mewujudkan masyarakat sehat, produktif dan berkeadilan.
d. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah, institusi pendidikan
dan lembaga pelayanan kesehatan dalam bidang keperawatan.
A. KONSEP TEORI DENGAN REUMATIK HEART DISEASE (RHD)

1. PENGERTIAN
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik
sebagai reaksi terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring
(Brunner & Suddarth, 2001).

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik


akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh
infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme
perjalanannya belum diketahui, dengansatu atau lebih gejala mayor
yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul
subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002).

Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan


kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut
yang berulang kali (Arif Mansjoer, 2002).

Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses


peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh,
terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000).

Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya


rheumatic heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi
kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau
kebocoran, terutama katup mitral sebagai akibat adanya gejala sisa
dari demam rematik.

2. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan


adalah reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh
demam reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada
tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik
demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik
serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok
selalu mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan
pertama maupun serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat
beberapa predisposisi antara lain :

Faktor-faktor pada individu :

a. Faktor genetik

Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA


terhadap demam rematik menunjkan hubungan dengan
aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal
dengan status reumatikus.

b. Jenis kelamin

Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita


dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih
besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin,
meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan
pada satu jenis kelamin.

c. Golongan etnik dan ras

Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan


pertama maupun ulang demam reumatik lebih sering
didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit
putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin
berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan
tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang
sebenarnya.

d. Umur

Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting


pada timbulnya demam reumatik / penyakit jantung reumatik.
Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15
tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang
sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi
umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus
pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa
penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-
6 tahun.

e. Keadaan gizi dan lain-lain

Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum


dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk
timbulnya demam reumatik.

f. Reaksi autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara


polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus
group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.

g. Serangan demam rematik sebelumnya.

Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi


dengan Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering
pada anak yang sebelumnya pernah mendapat demam rematik.

Faktor-faktor lingkungan :

a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting


sebagai predisposisi untuk terjadinya demam reumatik.
Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah maju,
jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan
sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk,
rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan
sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang
menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah
sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-
lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan
timbulnya demam reumatik.

b. Iklim dan geografi

Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit


terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi
data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun
mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga
semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens
demam reumatik lebih tinggi daripada didataran rendah.

c. Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan


insidens infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga
insidens demam reumatik juga meningkat.

3. MANIFESTASI KLINIK

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung


reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium.

Stadium I

Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta


Streptococcus Hemolyticus Grup
Keluhan :

a. Demam

b. Batuk

c. Rasa sakit waktu menelan

d. Muntah

e. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.


Stadium II

Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara


infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik,
biasanya periode ini berlangsung 1 – 3 minggu, kecuali korea
yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian.

Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam
reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam
reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut
dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan
menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :

1. Demam yang tinggi

2. Lesu

3. Anoreksia

4. Berat badan menurun

5. Kelihatan pucat

6. Epistaksis

7. Athralgia

8. Rasa sakit disekitar sendi

9. Sakit perut

10. Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita


demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit
jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan
gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa
kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis
serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam
reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu
dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

4. PATOFISIOLOGI

Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul


setelah infeksistreptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini
menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan
jaringan sub kutan.Demam reumatik dapat menyerang semua
bagian jantung. Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta
penelitian terhadap kuman Beta Streptococcus HemolyticusGrup A
sudah berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam
reumatik yangpasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli
sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit
autoimun.
5. PATHWAY

Ekspansin paru
terganggu

Sumber : /2011/09/askep-reumatoid-heart-disease-rhd.html
5. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik


(PJR) diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan
peradangan di seluruh bagian jantung), pneumonitis reumatik
(infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan katup
jantung, dan infark (kematian sel jantung).

a. Dekompensasi Cordis

Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak


menggambarkan terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium
tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk
pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang
berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot
jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua faktor
tersebut.

Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik


yaitu dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan
ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting
mengobati penyakit primer.

b. Pericarditis

Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang


bervariasi dari reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya
cairan dalam cavum pericard

6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali


diantaranya adalah :

1) Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara


bertahap
2) Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian
antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau
pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau
sulfadiazine

3) Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat


dapat dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan
pada jantung)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah

a)      LED tinggi sekali


b)      Lekositosis
c)      Nilai hemoglobin dapat rendah

2. Pemeriksaan bakteriologi
a) Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya
streptococcus.
b) Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO,
astistreptokinase, anti hyaluronidase.

3. Radiologi
a) Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya
pembesaran pada jantung.

4. Pemeriksaan Echokardiogram
a) Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi

5. Pemeriksaan Elektrokardiogram
a) Menunjukan interval P-R memanjang.
B. KONSEP ASKEP

1. PENGKAJIAN
1) Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1 Sering
ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena,
lingkungan sosial juga ikut berpengaruh.
2) Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.
3) Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu,
minggu pertama, timbul gerakan yang tiba-tiba.
4) Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
5) Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita
penyakit jantung
6) ADL
a) Aktivitas/istrahat
Gejala      :  Kelelahan, kelemahan.
Tanda       :  Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan
aktivitas.
b) Sirkulasi
Gejala      :  Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah
jantung. Palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda       :  Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan
inferior, Friction rub, murmur,  edema, petekie, hemoragi
splinter.
c) Eliminasi
Gejala      :  Riwayat penyakit ginjal, penurunan
frekuensi/jumlah urine.
Tanda       :  Urine pekat gelap.
d) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala      :  Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh
inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring; nyeri
dada/punggung/ sendi.
Tanda       :  Perilaku distraksi, mis: gelisah.
e) Pernapasan
Gejala      :  dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum
mungkin/tidak produktif).
Tanda       :  takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan
mengi), sputum banyak dan berbercak darah (edema
pulmonal).
f) Keamanan
Gejala      :  Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan
sistem imun.
Tanda       :  Demam.

7.) pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum lemah
 Suhu : 38 – 390
 Nadi cepat dan lemah
 BB: turun
 TD: sistol, diastole
b. Pemeriksaan fisik
o Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
 Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari
nosostae takipnos serta takhikardi
 Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
 Pemeriksaan penunjang

c.)Pemeriksaan darah

 Astopiter
 LED
 Hb
 Leukosit
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan hapus tenggorokan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan


pada penutupan katup mitral ( stenosiskatup )
2) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
3) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat
kompensasi sistem saraf simpatis
4) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan.
5) Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi
3.INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Diagnosa I Tujuan: 1.     Kaji frekuensi1.    Memonitor adanya


nadi, RR, TD perubahan sirkulasi
Penurunan curah jantung Setelahdiberikan asuhan
secara teratur jantung sedini
berhubungandengan adany keperawatan,penurunan
setiap 4 jam. mungkin dan
a gangguan pada curah jantung dapat 
terjadinya takikardia-
penutupan katup mitral diminimalkan.
disritmia sebagai
( stenosiskatup )
Kriteria hasil: kompensasi
meningkatkan curah
1.    Menunjukkan tanda-
jantung
tanda vital dalam batas
yang dapat diterima 2.    Pucat menunjukkan
(disritmia terkontrol atau2.     Kaji perubahan adanya penurunan
hilang). warna kulit perfusi perifer
terhadap terhadap tidak
2.    bebas gejala gagal
sianosis dan adekuatnya curah
jantung (mis : parameter
pucat. jantung. Sianosis
hemodinamik dalam batas
terjadi sebagai akibat
normal, haluaran urine
adanya obstruksi
adekuat).
aliran darah pada
3.    Melaporkan penurunan ventrikel.
episode dispnea,angina.
3.    Istirahat memadai
Ikut serta dalam akyivitas3.     Batasi aktifitas
diperlukan untuk
yang mengurangi beban secara adekuat.
memperbaiki efisiensi
kerja jantung.
kontraksi jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.

4.     Berikan kondisi4.    Stres emosi


psikologis menghasilkan
lingkungan yang vasokontriksi yang
tenang. meningkatkan TD
dan meningkatkan
kerja jantung.
5.    Meningkatkan
5.      Kolaborasi sediaan oksigen
untuk pemberian untuk fungsi miokard
oksigen dan mencegah
hipoksia.
6.     Kolaborasi 6.    Diberikan untuk
untuk pemberian meningkatkan
digitalis kontraktilitas miokard
dan menurunkan
beban kerja jantung.

Diagnosa II Tujuan   : nyeri dapat1.   Kaji keluhan1.     R/ membantu dalam


berkurang/hilang nyeri, catat memetukankebutuha
Nyeri akut/kronis
lokasi dan n dan manajemen
berhubungan dengan Kriteria hasil:
intensitas ( skala nyeri dan keefektifan
distensi jaringan oleh
1)   Menunjukkan nyeri 0-10).Catat program.
akumulasi cairan/proses
berkurang/hilang faktor yang
inflamasi, destruksi sendi.
memcepat  dan
2)   Terlihat rileks, dapat
tanda sakit non2.     Pada penyakit yang
tidur/istirahat
verbal. berat torah baring
3)   Berpartisipasi dalam sangat diperlukan
Biarkan pasien
aktifitas sesuai untuk membatasi
mengambil
kemampuan. nyeri/cidera berlanjut.
posisi yang
nyaman. 3.     Menigkatkan
relaksasi,
mengurangi
3.     Beri obat ketegangan
sebelum otot/spasme.
aktifitas/latihan
4.     Gejala kardinal
yang
menunjukkan
direncanakan.
keadaan fisik dari
organ-organ vital
tubuh, juga dapat
4.     Observasi
memberikan
gejala kardinal.
gambaran kondisi
pasien.

Diagnosa III Tujuan : 1.     Kaji status1.     Menyediakan data


nutrisi( perubaha dasar untuk
Ketidakseimbangan nutrisi ; Setelah dilakukan
n BB< memantau
kurang dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan
pengukuran perubahan dan
berhubungan dengan masalah
antropometrik mengevaluasi
peningkatan asam lambung ketidakseimbangan 
dan nilai HB intervensi
akibat kompensasi sistem nutrisi kurang dari
serta protein
saraf simpatis kebutuhan dapat teratasi. 2.    Membantu dalam
2.     Kaji pola diet mempertimbangkan
Kriteria hasil :
nutrisi penyusunan menu
Klien mengatakan mual klien( riwayat sehingga klien
dan anoreksia berkuarang diet, makanan
/ hilang, masukan kesukaan) berselera makan
makanan adekuat dan
3.    Menyediakan
kelemahan hilang. BB
informasi mengenai
dalam rentang normal. 3.     Kaji faktor yang
faktor yang harus
berperan untuk
ditanggulangi
menghambat
sehingga asupan
asupan nutrisi
nutrisi adekuat.
( anoreksia,
mual) 4.    Membantu
mengurangi produksi
asam lambnung/HCl
4.     Anjurkan akibat faktor-faktor
makan dengan perangsang dari luar
porsi sedikit tubuh
tetapi sering dan
tidak makan
makanan yang5.    Membantu
merangsang mengurangi produksi
pembentukan HCL oleh epitel
Hcl seperti lambung
terlalu panas,
dingin, pedas
6.    Mendorong
5.     Kolaborasi
peningkatan selera
untuk pemberian
makan.
obat penetral
asam lambung
seperti antasida
6.     Kolaborasi
untuk
penyediaan
makanan
kesukaan yang
sesuai dengan
diet klien
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap
diagnosa yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien
dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2) Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
3) Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
4) Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5) Berat Badan dalam batas normal
6) Klien dapat beraktivitas secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai