Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang
membahayakan dari demam reumatik. Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi
dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh
demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit
yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β
hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan
demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi
kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang
selaput jantung), bahkan kematian. Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada
pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung),
aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang jantung).Penyakit
jantung reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup
pada orang dewasa di Amerika Serikat.
Rheumatic Heart Desease (RHD) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000
kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak
usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab,
lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai. Sementara di negara
maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan
upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun
1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang
dirawat. Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan
penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi penyakit jantung rematik ?
2. Bagaimana etiologi penyakit jantung rematik?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit jantung rematik?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik?
5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan pada penyakit jantung rematik?\
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit jantung rematik?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit jantung rematik
2. Untuk mengetahu bagaimana etiologi dari jantung rematik
3. Untuk mengetahui klasifikasi jantung rematik
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi jantung rematik
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang timbul pada jantung rematik
6. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosa jantung rematik
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan jantung rematik

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan
penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2006).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada
katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. (kapita selekta,
edisi 3, 2007)
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik
yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala
mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan
Eritema marginatum.

B. ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat
berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh
streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak
terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi
imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody yang melawan streptococcus bersifat
sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun. Terdapat faktor-faktor predisposisi
yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu :
1. Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal
dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.

3
2. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam
katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada
reumatik fever.
3. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk,
rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.
4. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.

C. KLASIFIKASI JANTUNG REMATIK


Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat
dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99 adalah:
1. Stadium 1
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup
A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan
pada tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi streptococcus dengan
permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian.

4
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Gejala
peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas tersinggung, Berat
badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar sendi,
Sakit perut
4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak
menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala
sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya
kelainan.Pada fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung
reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

D. PATOFISIOLOGI JANTUNG REMATIK


Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang
saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus
golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik
akut. Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik,
diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul
gejala-gejala demam reumatik akut. Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti
hubungan langsung antara infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorokan
dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen
streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti
terhadap streptokokus dan jaringan tubuh. Pada demam reumatik dapat terjadi
keradangan berupa reaksi eksudatif maupun proliferatif dengan manifestasi artritis,
karditis, nodul subkutan eritema marginatum dan khorea. Kelainan pada jantung dapat
berupa endokarditis, miokarditis, dan perikarditis.

5
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnosa demam dapat digunakan criteria Jones yaitu :
Kriteria mayor :
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah, radang sendi –
sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian
kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi peradangan
pada sistem saraf pusat.
Kriteria minor :
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien kadang –
kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

6
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan
laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu :
1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.

Kelompok Tirah baring Mobilisasi bertahap


Klinis ( minggu ) ( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis ( + ) 2 2
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ ) >6 > 12
2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2 juta
unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg,
atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin, diberikan
eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk profilaksis diberikan penisilin
benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5
g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa
menghitung sel darah putih pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan
neutrofil < 35% sebaiknya obat dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama
terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.

7
3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan
arthralgia saja cukup diberikan analgesik. Pada artritis sedang atau berat tanpa
karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan
maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75
mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.

Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat terpilih
adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan dosis
maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti
prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5
mg setiap 2-3 hari. Secara bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan
dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk
menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru.

8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
2. Keluhan utama : Sakit persendian dan demam.
3. Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama,
timbul gerakan yang tiba-tiba.
4. Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
5. Riwayat penyakit keluarga : Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
6. ADL
a. Aktivitas/istirahat
- Gejala : Kelelahan, kelemahan.
- Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b. Sirkulasi
- Gejala : Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung.
Palpitasi, jatuh pingsan.
- Tanda : Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior,
Friction rub, murmur, edema, petekie, hemoragi splinter.
c. Eliminasi
- Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
- Tanda : Urine pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
- Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi,
batuk, gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/
sendi.
- Tanda : Perilaku distraksi, mis: gelisah.

9
e. Pernapasan
- Gejala : dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum
mungkin/tidak produktif).
- Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi),
sputum banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
f. Keamanan
- Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan system
imun.
- Tanda : Demam
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum lemah, Suhu : 38 – 390 , Nadi cepat dan lemah, BB : turun, TD :
sistol, diastole
b. Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata
Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos serta
takhikardi
Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah, Astopiter, LED, Hb, Leukosit, Pemeriksaan EKG, Pemeriksaan
hapus tenggorokan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan
katup mitral ( stenosiskatup )
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.

10
5. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Diagnosa I Tujuan: 1. Kaji frekuensi nadi,1. Memonitor adanya
Penurunan curah Setelahdiberikan RR, TD secara teratur perubahan sirkulasi
jantung asuhan setiap 4 jam. jantung sedini mungkin
berhubungandengan adanya keperawatan,penurunan dan terjadinya takikardia-
gangguan pada penutupan curah jantung disritmia sebagai
katup mitral ( stenosiskatup dapat diminimalkan. kompensasi
) Kriteria hasil: meningkatkan curah
1. Menunjukkan tanda-tanda2. Kaji perubahan warna jantung
vital dalam batas yang kulit terhadap sianosis2. Pucat menunjukkan
dapat diterima (disritmia dan pucat. adanya penurunan perfusi
terkontrol atau hilang). perifer terhadap tidak
2. bebas gejala gagal jantung adekuatnya curah jantung.
(mis : parameter Sianosis terjadi sebagai
hemodinamik dalam batas3. Batasi aktifitas secara akibat adanya obstruksi
normal, haluaran urine adekuat. aliran darah pada
adekuat). ventrikel.
3. Melaporkan penurunan 3. Istirahat memadai
episode dispnea,angina. diperlukan untuk
Ikut serta dalam akyivitas4. Berikan kondisi memperbaiki efisiensi
yang mengurangi beban psikologis lingkungan kontraksi jantung dan
kerja jantung. yang tenang. menurunkan komsumsi
O2 dan kerja berlebihan.
4. Stres emosi
5. Kolaborasi untuk menghasilkan
pemberian oksigen vasokontriksi yang
meningkatkan TD dan
6. Kolaborasi untuk meningkatkan kerja
pemberian digitalis jantung.
5. Meningkatkan sediaan
oksigen untuk fungsi
miokard dan mencegah
hipoksia.
6. Diberikan untuk
meningkatkan
kontraktilitas miokard
dan menurunkan beban

11
kerja jantung.
Diagnosa II Tujuan : nyeri1. Kaji keluhan nyeri,1. R/ membantu dalam
Nyeri akut/kronis dapat berkurang/hilang catat lokasi dan memetukankebutuhan dan
berhubungan dengan Kriteria hasil: intensitas ( skala 0- manajemen nyeri dan
distensi jaringan oleh1)Menunjukkan nyeri 10).Catat faktor yang keefektifan program.
akumulasi cairan/proses berkurang/hilang memcepat dan tanda
inflamasi, destruksi sendi. 2) Terlihat rileks, dapat sakit non verbal. 2. Pada penyakit yang berat
tidur/istirahat 2. Biarkan pasien torah baring sangat
3) Berpartisipasi dalam mengambil posisi diperlukan untuk
aktifitas sesuai yang nyaman. membatasi nyeri/cidera
kemampuan. berlanjut.
3. Beri obat sebelum3. Menigkatkan relaksasi,
aktifitas/latihan yang mengurangi ketegangan
direncanakan. otot/spasme.
4. Gejala kardinal
4. Observasi gejala menunjukkan keadaan
kardinal. fisik dari organ-organ
vital tubuh, juga dapat
memberikan gambaran
kondisi pasien.
Diagnosa III Tujuan : 1. Kaji status nutrisi(1. Menyediakan data dasar
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan perubahan BB< untuk memantau
nutrisi ; kurang dari tindakan keperawatan pengukuran perubahan dan
kebutuhan tubuh masalah antropometrik dan mengevaluasi intervensi
berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi nilai HB serta protein 2. Membantu dalam
peningkatan asam lambung kurang dari kebutuhan2. Kaji pola diet nutrisi mempertimbangkan
akibat kompensasi sistem dapat teratasi. klien( riwayat diet, penyusunan menu
saraf simpatis Kriteria hasil : makanan kesukaan) sehingga klien berselera
Klien mengatakan makan
mual dan anoreksia3. Kaji faktor yang3. Menyediakan informasi
berkuarang / hilang, berperan untuk mengenai faktor yang
masukan makanan adekuat menghambat asupan harus ditanggulangi
dan kelemahan hilang. BB nutrisi ( anoreksia, sehingga asupan nutrisi
dalam rentang normal. mual) adekuat.
4. Membantu mengurangi
4. Anjurkan makan produksi asam
dengan porsi sedikit lambnung/HCl akibat
tetapi sering dan tidak faktor-faktor perangsang
makan makanan yang dari luar tubuh
merangsang
pembentukan Hcl5. Membantu mengurangi
seperti terlalu panas, produksi HCL oleh epitel

12
dingin, pedas lambung
5. Kolaborasi untuk
pemberian obat6. Mendorong peningkatan
penetral asam selera makan.
lambung seperti
antasida
6. Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang
diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang
akan dilakukan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
3. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5. Berat Badan dalam batas normal
6. Klien dapat beraktivitas secara mandiri

13
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah
oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A. Demam reumatik adalah suatu
sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh
steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan
dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub. Demam reumatik akut
biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi
streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman termasuk dianggap sebagai
penyebab demam reumatik akut. Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang,
ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu.
Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara
adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik.
Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan
seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran
tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah
menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan
mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami
perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup
tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran. Apabila diagnosa penyakit jantung rematik
sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal
utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang.
Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G.
Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian
erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya
diberikan adalah Cortisone and Aspirin.

14
B. SARAN
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan mengalami demam
reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotika, hal ini untuk
menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit
jantung reumatik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni Ilyas,dkk (2006), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga,PusatPendidikan


Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta

LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo, Surabaya

Ngastiyah (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.

Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 1.
EGC. Jakarta.

Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.

Suriadi, SKep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto. Tim
Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

16

Anda mungkin juga menyukai