Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

DENGAN DIAGNOSA : GASTROENTERITIS (GE)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen pengampu : Haerul Imam S.Kep Ners

Disusun Oleh :

Kelompok B2

Novia Fitriani 211FK03004

Sinta Rahmawati 211FK03008

Feni Fauziah 211FK03010

Leni Wulandari 211FK03015

Moch Hisyam Faturahman 211FK03012

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gastroenteritis saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada
masyarakat. Gastroenteritis juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian
pada anak di berbagai Negara. Gastroenteritis dapat menyerang semua kelompok usia
terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare, karena sistem pertahanan
tubuh anak belum sempurna (Paramita, 2017). Gastroenteritis akut perlu tatalaksana
yang cepat dan tepat. Gastroenteritis akut merupakan peningkatan pengeluaran tinja
dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit
tiga kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, Gastroenteritis akut
didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/24 jam, penanganan gastroenteritis sangat
penting dan harus selalu diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam
pertolongan dan mengakibatkan kematian (Maidarti dan Rima Dewi, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO 2018) saat ini penyakit Gastroenteritis
diderita 66 juta orang di dunia. Gastroenteritis Akut adalah penyebab nomor satu
kematian balita di seluruh dunia, dimana setiap tahun 1,5 juta balita meninggal dunia
akibat diare. Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi
atau terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Di dunia, terdapat 1,7
miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya (Veneziano, 2017). Tindakan yang perlu
dilakukan pada pasien Gastroenteritis Akut dengan diare yaitu manajemen diare
(I.03101) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). mengidentifikasi penyakit diare,
mengidentifikasi riwayat pemberian makanan, memonitor warna, volume, fekuensi dan
kosistensi tinja, memonitor jumlah pengeluaran diare, memberikan asupan cairan oral,
memasang jalur intravena, mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap,
menganjurkan makanan porsi kecil tapi sering, menganjurkan melanjutkan pemberian
air susu, berkolaborasi pemberian obat antimodilitas. Selain itu, manajemen diare salah
satunya adalah dengan mengamati turgor kulit secara berkala untuk mengetahui tingkat
dehidrasi (NIC, 2016).
Aspek yang paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektolit, ini
dilakukan dengan cara rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua pasien, kecuali
jika tidak dapat minum atau diare hebat yang membahayakan jiwa yang memerlukan
hidrasi intravena. Status hidrasi harus dipantau dengan baik dengan memerhatikan
tanda-tanda vital, pernafasan dan urin, serta penyesuaian infus jika diperlukan. Jumlah
cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar. (Veneziano,
2017)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Gastroenteritis?
2. Bagaimana etiologi Gastroenteritis?
3. Bagaimana faktor resiko pada Gastroenteritis?
4. Bagaimana patofisilogi Gastroenteritis?
5. Bagaimana manifestasi klinis Gastroenteritis?
6. Bagaimana pathway pada Gastroenteritis?
7. Bagaimana penatalaksanaan Gastroenteritis?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada Gastroenteritis?
9. Pertanyaan dari LO

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Gastroenteritis
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi Gastroenteritis
3. Untuk mengetahui bagaimana faktor resiko pada Gastroenteritis
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Gastroenteritis
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis Gastroenteritis
6. Untuk mengetahui bagaimana pathway pada Gastroenteritis
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksaan Gastroenteritis
8. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang pada Gastroenteritis
9. Untuk mengetahui jawaban pertanyaan dari LO
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gastroenteritis


Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan (-s) pada
saluran pencernaan yang melibatkan lambung ("gastro"-) dan usus kecil("entero"-),
sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut
Gastroenteritis juga sering disebut seba gai gastro, stomach bug, dan stomach virus.
Walaupun tidak berkaitan dengan influenza, penyakit ini juga sering disebut flu perut
dan flu lambung.
Secara global, sebagian besar kasus pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus. Pada
orang dewasa, norovirus dan Campylobacter menjadi penyebab yang lebih umum.
Penyebab lain yang lebih jarang ditemukan yakni bakteri lain (atau racun bakteri) dan
parasit. Penularannya bisa terjadi karena konsumsi makanan yang dimasak secara tidak
benar atau air yang terkontaminasi atau melalui persinggungan langsung dengan orang
yang terinfeksi. Yang paling utama dalam penanganan penyakit ini adalah hidrasi yang
cukup. Untuk kasus atau sedang, ini bisa dilakukan melalui pemberian larutan rehidrasi
oral. Untuk kasus yang lebih berat, pemberian cairan melalui infus mungkin diperlukan.
Gastroenteritis paling banyak terjadi ringan pada anak-anak dan masyarakat di negara
berkembang.
2.2. Etiologi Gastroenteritis
Virus (terutama rotavirus) dan spesies bakteri Escherichia coli dan Campylobacter
adalah penyebab utama gastroenteritis. Akan tetapi, banyak agen infeksi lain yang dapat
menyebabkan sindrom ini. Penyebab non-infeksi kadangkala terlihat, tetapi lebih jarang
daripada etiologi virus atau bakteri. Risiko infeksi lebih tinggi pada anak-anak karena
kurangnya kekebalan mereka dan kebersihan yang relatif buruk.
Virus. Virus yang diketahui menyebabkan gastroenteritis meliputi rotavirus,
norovirus, adenovirus dan astrovirus. Rotavirus adalah penyebab gastroenteritis yang
paling umum pada anak-anak dan mengakibatkan tingkat insiden yang serupa baik di
negara maju maupun negara berkembang. Virus mengakibatkan sekira 70% episode
diare menular pada kelompok usia anak anak. Rotavirus lebih jarang menjadi penyebab
pada orang dewasa karena kekebalan alami mengakibatkan lebih dari 90% wabah.
Epidemi lokal ini biasanya terjadi jika sekelompok orang berada dalam jarak fisik yang
berdekatan, seperti di kapal pesiar, rumah sakit, atau di restoran Orang-orang mungkin
tetap bisa menularkan virus bahkan setelah sembuh dari diarenya. Norovirus adalah
penyebab dari kira-kira 10% kasus pada anak-anak.
Bakteri. Di negara maju Campylobacter jejuni menjadi penyebab utama
gastroenteritis bakteri, dimana separuh dari kasus ini terkait dengan pajanan terhadap
unggas. Pada anak-anak, bakteri merupakan penyebab dari sekira 15% kasus, dengan
jenis yang paling umum meliputi spesies Escherichia coli, Salmonella, Shigella, dan
Campylobacter. Bila makanan terkontaminasi dengan bakteri dan berada pada suhu
ruangan selama beberapa jam, bakteri berkembang biak dan meningkatkan risiko
infeksi pada orang-orang yang mengonsumsi makanan tersebut. Beberapa makanan
yang umum dikaitkan dengan penyakit ini yakni daging mentah atau daging yang
kurang matang, ayam, makanan laut, dan telur; kecambah mentah; susu yang belum
dipasteurisasi dan keju lunak; serta jus jeruk dan sayuran. Di negara berkembang,
khususnya Afrika subwilayah Sahara dan Asia, kolera adalah penyebab umum
gastroenteritis. Infeksi ini biasanya ditularkan melalui air atau makanan yang
terkontaminasi.
Clostridium difficile toksigenik adalah penyebab utama diare yang lebih sering terjadi
pa munculnya gejala. Ini adalah penyebab diare yang umum pada mereka yang dirawat
inap dan sering dikaitkan dengan penggunaan antibiotik. Diare infeksi Staphylococcus
aureus juga mungkin terja pada mereka yang menggunakan antibiotik "Traveler's
diarrhea" biasanya merupakan jen gastroenteritis bakteri Obat penekan asam tampaknya
meningkatkan risiko infeksi secara signifika setelah terpajan sejumlah organisme,
termasuk spesies Clostridium difficile. Salmonella d Campylobacter Risiko ini lebih
tinggi bagi mereka yang menggunakan penghambat pompe proton dibandingkan dengan
mereka yang menggunakan antagonis H2.
Beberapa protozoa dapat mengakibatkan gastroenteritis-paling umum adalah Giardia
lamblia tetapi spesies Entamoeba histolytica dan Cryptosporidium juga terlibat. Sebagai
sebuah kelompok agen ini mencakup sekitar 10% kasus pada anak-anak Giardia lebih
umum terjadi di negar berkembang, tapi agen etiologi ini menyebabkan jenis penyakit
ini dengan jumlah tertentu hampir dengan prevalensi tinggi, anak-anak di penitipan
anak, pria yang berhubungan seksual dengan pr semua tempat. Ini lebih umum terjadi
pada orang-orang yang pernah bepergian ke tempat-tempat dan dalam keadaan setelah
terjadinya bencana.
2.3. Faktor Resiko Gastroenteritis
Faktor resiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan kematian karena
diare khususnya Gastroenteritis Akut antara lain faktor lingkungan, faktor balita, faktor
ibu, dan faktor sosiodemografis. Bahwasannya faktor resiko yang paling rentan
menyebabkan penyakit diare itu terjadi adalah faktor lingkungan. Sedangkan faktor
resiko penyebab diare menurut faktor ibu menurut peneliti Fadli et al., (2016) yaitu
hygiene ibu, salah satu perilaku hidup bersih yang umum dilakukan ibu adalah mencuci
tangan sebelum memberikan makan pada anaknya, rendahnya pengetahuan ibu
mengenai pola hidup sehat merupakan faktor resiko yang menyebabkan penyakit diare
pada bayi dan balita. (Fadli et al., 2016).
Dampak yang dapat terjadi antara lain yaitu pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa invasi dan
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang
dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malaborsbsi(Ms et al., 2018). Apabila tidak
segera mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami
kematian.
Cara mengatasi dampak yang terjadi pada anak dengan Gastroenteritis Akut dapat
dengan mengupayakan minum lebih banyak cairan seperti ASI yang tetap diteruskan
dan selingi dengan cairan rehidrasi Oral (CRO) bila anak masih menyusui, berikan
minum yang banyak, bila anak tidak mengkonsumsi ASI pemberian susu formula tidak
perlu diganti, pemberian makanan diteruskan dan tidak ada pembatasan jenis makanan,
berikan suplementasi zinc atau oralit. Pemberian terapi cairan yang dilakukan ini
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat dehidrasi yang disebabkan oleh
diare(Amin, 2015).
Adapun peran perawat untuk menekan penurunan angka kejadian Gastroenteritis Akut
setiap tahunnya dengan cara promotif yaitu pemberian eduksai kepada keluarga tentang
penyebab, pencegahan dan akibat dari Gastroenteritis Akut yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga tidak menganggap remeh tentang
penyakit ini. Peran preventif yaitu untuk mencegah terjadinya Gastroenteritis Akut
dengan cara menjaga kebersihan terutama cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
aktifitas dengan apapun dan siapapun, menurut buku Standart Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) yaitu monitor keamanan penyiapan makanan, berikan asupan cairan
oral (missal: larutan garam gula, oralit, dll), anjurkan makanan dengan porsi kecil
secara berskala, anjurkan melanjutkan pemberian ASI sebagai pendamping makanan
pengganti bila anak masih di bawah usia 2 tahun, kolaborasi dengan pemberian obat
anti mortilitas (missal L-zinc, lacto B) sebagai mencegah dan mengobati diare pada
anak usia 1-12 tahun (PPNI, 2018).
2.4. Patofisiologi Gastroenteritis
Penyebaran virus dari orang ke orang terjadi melalui transmisi fecal-oral dari
makanan dan air yang terkontaminasi. Beberapa virus, seperti norovirus, dapat
ditularkan melalui jalur udara. Manifestasi klinis berhubungan dengan infeksi usus,
tetapi mekanisme yang tepat dari induksi diare tidak jelas.
Studi yang paling luas telah dilakukan dengan rotavirus. Rotavirus menempel dan
memasuki enterosit dewasa di ujung vili usus halus. Mereka menyebabkan perubahan
struktural pada mukosa usus kecil, termasuk pemendekan vili dan infiltrat inflamasi
mononuklear di lamina propria.
Pengetahuan saat ini tentang mekanisme yang menyebabkan penyakit diare oleh
rotavirus adalah sebagai berikut:
 Infeksi rotavirus menyebabkan maldigesti karbohidrat, dan akumulasinya di lumen
usus, serta malabsorpsi nutrisi dan penghambatan reabsorpsi air secara bersamaan,
dapat menyebabkan komponen malabsorpsi diare.
 Rotavirus mensekresi enterotoksin, NSP4, yang menyebabkan mekanisme sekresi
Cl yang bergantung pada Ca2+. Mobilisasi kalsium intraseluler yang terkait dengan
NSP4 yang diekspresikan secara endogen atau ditambahkan secara eksogen
diketahui menginduksi sekresi klorida sementara.

Kelainan morfologi dapat minimal, dan penelitian menunjukkan bahwa rotavirus


dapat dilepaskan dari sel epitel yang terinfeksi tanpa merusaknya. Perlekatan dan
masuknya virus ke dalam sel epitel tanpa kematian sel mungkin cukup untuk memulai
diare. Sel epitel mensintesis dan mengeluarkan banyak sitokin dan kemokin, yang dapat
mengarahkan respon imun pejamu dan berpotensi mengatur morfologi dan fungsi sel.
Studi juga menunjukkan bahwa salah satu dari

2.5. Manifestasi Klinis Gastroenteritis


Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah satu hasil
penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%) atau diare
(89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala yang paling sering
dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang
sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau
perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala
pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar
10%.
Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau
memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea) dengan
gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai
atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair. Umumnya gejala diare
sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minurnan yang
terkontaminasi.
Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan
cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa
haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menumn serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
deplesi air yang isotonik.
Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang mengakibatkan
penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan Kussmaul). Reaksi ini adalah
usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat kembali normal.
Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang
sianosis karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
2.6. Pathway Gastroenteritis
2.7. Penatalaksanaan Gastroenteritis
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare
akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan
pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat. Pada
umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan
dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1
ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral
c. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa /
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
1) Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.Klorrpomozin,
dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium
loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras
tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari.
Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.
2.8. Pemeriksaan Penunjang Pada Gastroenteritis
Menurut Muttaqin & Kumala Sari (2011) pemeriksaan penunjang pada penyakit
gastroenteritis, yaitu:
1. Pemeriksaan darah rutin, digunakan untuk mendeteksi kadar berat jenis plasma dan
adanya kelainan pada peningkatan kadar leukosit.
2. Pemeriksaan elektrolit, terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfat.
3. Pemeriksaaan analisa gas darah, untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan
asam basa dalam darah.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin, digunakan untuk mengetahui faal ginjal.
5. Pemeriksaan enzim, untuk menilai keterlibatan rotavirus dengan ELISA ( Enzyme-
linked Immunosorbent Assay).
6. Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi agen penyebab.
7. Pemeriksaan endoskopi walaupun jarang dilakukan, dengan sigmoidoskopi dapat
mendeteksi penyakit kolitis pseudomembran.
2.9. Pertanyaan dari LO
1. Zat makanan apa yang membuat sakit perut ?
2. Bagaimana reaksinya terhadap tubuh bisa sakit ?
3. Apa yang membuat sakit sampai terbakar ?
1. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung bahan makanan yang
mempunyai nilai gizi baik dan tak berbahaya bagi kesehatan. Maraknya
bahan makanan yang mengandung formalin, khususnya pada mie basah
sangat tidak menguntungkan bagi konsumen. Dengan adanya bahan
makanan yang megandung formalin berarti hak-hak konsumen dalam pasal
4 UUPK dilanggar.
2. Akibat dari penggunaan formalin terhadap bahan makan apabila tertelan
atau termakan oleh manusia adalah :
 Jangka pendek (akut), bila tertelan maka mulut, tenggorokan dan
perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, dapat
terjadi pendarahan, sakit perut hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan
darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Disamping itu
formalin juga menyebabkan kerusakan jantung, hati, otak, limpa,
pancreas, system saraf pusat dan ginjal.
 Jangka panjang (kronik), mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung formalin efek sampingnya tampak setelah jangka
panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.

Timbul iritasi pada saluran pernapasan, muntah, sakit kepala, rasa


terbakar pada tenggorokan, dan rasa gatal didada. Pada hewan percobaan
dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat
karsinogen (menyebabkan kanker) Apabila dalam kegiatan usahanya
melakukan kegiatan yang dapat merugikan konsumen misal pelaku
usaha mie basah menggunakan formalin sebagai bahan penagwet untuk
mie basah hasil dari kegiatan produksinya maka pelaku usaha tersebut
harus bertanggung jawab dengan cara mengganti kerugian yang diderita
oleh konsumen tersebut.

4. Apakah ada hubungannya dengan peningkatan asam lambung?


Sistem pencernaan pada tubuh manusia berfungsi menerima makanan dan
mencerna menjadi nutrisi yang diserap oleh tubuh untuk disalurkan ke organ-
organ oleh darah. Penyakit pencernaan merupakan penyakit yang menyerang
organ pencernaan sehingga mengganggu kerja sistem pencernaan. Beberapa
faktor yang dapatmenyebabkan penyakit pencernaan antara lain makanan yang
kurang baik, keseimbangan nutrisi, pola makan yang tidak teratur, dan infeksi
serta kelainan pada organ pencernaan.Pengembangan sistem pakar untuk
mendeteksi penyakit pencernaan dimaksud untuk membantu dan mempermudah
dalam mengenali dan mendeteksi adanya gangguan pada sistem pencernaan.
Metode yang digunakan adalah metode Naive Bayes dalam menganalisa gejala-
gejala penyakit pada pasien sehingga dapat diketahui penyakit pencernaan yang
diderita.
5. Bagaimana mekanisme produksi asam lambung?
Pada saat terjadi rangsangan oleh protein atau asam amino maka sel G akan
menyekresi gastrin. Gastrin dilepaskan dengan cepat secara eksositosis. Selain
diangkut ke sel parietal, gastrin juga berinteraksi dengan reseptor CCK2 (CCK-
2R) pada sel enterochromaffin-like (ECL), melepaskan histamin yang kemudian
berinteraksi dengan sel parietal untuk menginduksi sekresi asam lambung.
Gastrin juga telah terbukti memiliki beberapa fungsi tambahan, diantaranya
merangsang sekresi pepsin, faktor intrinsik, enzim pankreas dan pengeluaran
insulin, meningkatkan tonus istirahat sfingter esofagus bagian bawah, serta
menghambat pengosongan lambung.
Gastrin mempengaruhi sel parietal untuk menyekresi asam lambung.
Kekurangan gastrin dapat menyebabkan terjadinya hipoklorhidria. Dalam hal
ini, makanan menjadi sulit atau lama dicerna dalam lambung sehingga pada saat
masuk ke dalam duodenum belum lumat seutuhnya yang berakibat penyerapan
makanan menjadi kurang maksimal. Kelebihan gastrin dapat terjadi pada
beberapa keadaan inflamasi lambung seperti gastritis dan ulkus peptikum.
Umumnya hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya terlalu banyak
mengonsumsi makanan yang mengiritasi lambung seperti makanan pedas atau
asam, kopi, minuman beralkohol, obat-obatan (aspirin), adanya asam lambung
yang berlebihan, serta infeksibakteri.
Ericson et al meneliti efek capsaicin terhadap sekresi gastrin pada antrum
manusia, sebelum dan sesudah mengonsusmi cabe merah. Ternyata cabe merah
merangsang sekresi gastrin dari kelenjar antrum
manusia sedangkan diet rendah cabe menurunkan sekresi gastrin.
6. Kapan waktu makanan bisa dicerna?
Seluruh proses pencernaan bisa memakan waktu beberapa jam. Makanan
umumnya tetap berada di perut antara 40 dan 120 menit lebih. Kemudian
tambahkan lagi 40 hingga 120 menit untuk waktu yang dihabiskan di usus kecil
7. Bagaimana proses mual dan muntah?
Muntah dapat terjadi apabila ada stimulasi pada pusat muntah di medula batang
otak. Muntah dimulai dengan tarikan napas yang dalam dan penutupan glotis
(celah yang menghubungkan faring dan trakea). Kontraksi otot-otot di bawah
rongga dada (diafragma) menekan ke bawah, ke arah lambung dan kontraksi
otot-otot perut menekan rongga perut sehingga tekanan di dalam rongga perut
meningkat dan isi lambung bergerak ke atas. Sewaktu lambung terperas antara
otot-otot di bawah rongga dada di bagian atas dan rongga perut yang mengecil
di bagian bawah, isi lambung terdorong ke atas melalui kerongkongan yang
melemas dan keluar melalui mulut. Glotis dan saluran hidung tertutup sehingga
bahan muntah tidak masuk ke dalam saluran napas. Siklus muntah terjadi dapat
berulang kali hingga lambung kosong. Muntah biasanya didahului oleh
pengeluaran liur berlebihan, berkeringat, denyut jantung meningkat
dan sensasi mual.
8. Bagaimana proses pencernaan dan enzim apa yang keluar ?
 Mulut
Makanan pertama kali masuk melalui mulut. Di dalamnya, terjadi proses
pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Untuk proses pencernaan
mekanik dilakukan oleh gigi, sedangkan proses pencernaan kimiawi
dibantu oleh beberapa enzim seperti amilase, ptialin, dan juga enzim
maltase.
 Kerongkongan
Setelah diproses melalui mulut, selanjutnya makanan menuju ke
kerongkongan terlebih dahulu sebelum mencapai lambung. Di
kerongkongan, terdapat gerakan peristaltik (seperti meremas-remas)
guna mendorong makanan menuju lambung.
 Lambung
Selain di mulut, proses pencernaan secara mekanik juga terjadi di dalam
lambung ketika makanan dihaluskan oleh gerakan otot-otot lambung.
Pada lambung, terjadi pula proses pencernaan secara kimiawi melalui
enzim-enzim. Ada enzim pepsin yang berfungsi mengubah protein
menjadi asam amino, enzim renin yang berfungsi mengubah protein
menjadi kasein, dan juga HCl (asam klorida) yang berfungsi memecah
protein serta melawan virus dan bakteri yang masuk melalui sistem
pencernaan.
 Usus halus
Dari lambung, makanan yang sudah diproses di lambung menuju usus
halus. Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus 12 jari),
jejunum (usus kosong), dan ileum (usus penyerapan). Di usus halus ini
makanan kembali diproses secara kimiawi yang dibantu oleh enzim-
enzim dari pankreas, empedu, dan hati seperti tripsin, amilase, maltase,
sukrase, laktase, dan lipase.
 Usus besar
Setelah nutrisi diserap di usus halus, sisa-sisa makanan mengalami
pembusukan di dalam usus besar. Selain pembusukan, di dalam usus
besar juga air diserap sehingga sisa-sisa makanan siap diubah menjadi
feses (kotoran).
 Rektum dan anus
Feses akan disimpan di dalam rektum sebelum dikeluarkan lewat anus.
Di rektum, sensor di sana akan mengirimkan sinyal ke otak untuk
memutuskan apakah feses perlu dikeluarkan atau tidak.
Setelah itu, feses yang siap dibuang akan dikeluarkan melalui anus. Otot
anus berfungsi untuk menahan dan menjaga feses agar tidak keluar dari
rektum sebelum saatnya.

9. Cairan RL itu apa saja dan apa bedanya dengan NACL ?


 Ringer Laktat (RL)
RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada
kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan sebagai
replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma,
dan luka bakar. Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan
dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat yang berguna untuk
memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Kalium yang terdapat
di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan sehari-hari, apalagi untuk
kasus defisit kalium. Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga
bila akan dipakai sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa
yang berguna untuk mencegah terjadinya ketosis. Kemasan larutan
kristaloid RL yang beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+
(130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L).
Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah 500 ml dan
1.000 ml.
 Natrium Chlorida (NaCl) 0,9%11
NaCl 0,9% (normal saline) dapat dipakai sebagai cairan resusitasi
(replacement therapy), terutama pada kasus seperti kadar Na+ yang
rendah, dimana RL tidak cocok untuk digunakan (seperti pada alkalosis,
retensi kalium). NaCl 0,9% merupakan cairan pilihan untuk kasus
traumakepala, sebagai pengencer sel darah merah sebelum transfusi.
Cairan ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu tidak mengandung
HCO3- , tidak mengandung K+, dapat menimbulkan asidosis
hiperkloremik, asidosis dilusional, dan hipernatremi. Kemasan larutan
kristaloid NaCl 0,9% yang beredar di pasaran memiliki komposisi
elektrolit Na+ (154 mEq/L) dan Cl- (154 mEq/L), dengan osmolaritas
sebesar 300 mOsm/L. Sediaannya adalah 500 ml dan 1.000 m
10. Bagaimana nutrisi diserap itu?
Saluran pencernaan terdiri dari: mulut, pangkal kerongkongan atau faring,
esofagus atau kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Masing-masing saluran pencernaan memiliki fungsi masing-masing dalam
proses pencernaan makanan dalam tubuh manusia.
- Proses pencernaan sudah dimulai di mulut. Di dalam mulut
makanan secara mekanik dipotong-potong menjadi bagian lebih kecil
dengan bantuan gigi. Kemudian lidah mencampur makanan dengan
saliva atau air ludah yang membuat makanan kasar menjadi lunak
sehingga mudah untuk ditelan.
- Esofagus memiliki panjang kurang lebih 20 cm. Esofagus akan
membasahi makanan yang masuk dari mulut dengan mucus atau lendir
dan mendorongnya sampai ke lambung dengan gerakan peristaltik.
Gerakan peristaltik adalah gerakan (kontraksi dan relaksasi) yang terjadi
pada otot-otot saluran pencernaan secara terus-menerus yang
menimbulkan gerakan semacam gelombang sehingga menimbulkan efek
mendorong makanan ke bawah.
- Lambung mirip bentuk
huruf J terletak di sebelah kiri bagian perut. Sekat antara esofagus dan
lambung dinamakan katup kardiak, dan antara lambung dan usus halus
dinamakan katup pilorus. Katup ini berfungsi untuk mengontrol masuk
dan keluarnya makanan katup kardiak, dan antara lambung dan usus
halus dinamakan katup pilorus. Katup ini berfungsi untuk mengontrol
masuk dan keluarnya makanan dari lambung
- pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak terjadi di usus halus. Usus
halus memiliki panjang kurang lebih 7 meter, yang terdiri dari:
Duodenum (usus 12 jari), Yeyenum (usus kosong), dan Ileum (usus
penyerapan).
- Usus besar akan menyerap kembali air dan garam-garam mineral yang
masih dibutuhkan tubuh
- Rektum berfungsi untuk menyimpan sisa makanan/kotoran sebelum
dikeluarkan melalui anus.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Nn. Alice 27 th, mengeluh lemas. Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan mual
muntah terus menerus lebih dari 10 kali disertai diare. Klien dengan lemas mengatakan sakit
diperutnya terutama ketika sebelum defekasi. Sebelumnya, sudah 3 tahun terakhir klien
sering mengeluh sensasi nyeri seperti terbakar pada area epigastrium yang dirasakan lebih
nyeri setelah makan, disertai perasaan mual dan kadang-kadang muntah. la juga mengeluh
perutnya kembung dan disertai diare. Namun kali ini berbeda, nyeri sangat hebat seperti
melilit. Berdasarkan pengkajian HR: 90x/menit, RR: 20x/menit, TD: 90x/menit, mata terlihat
cekung, turgor kulit menurun, feses berbau dan berlendir namun tidak ada melena. Ditambah
lagi, Nn. Alice seringkali menggunakan aspirin saat ia merasa tidak enak badan. Ia juga
bekerja pada perusahaan garment yang mengharuskan bekerja dengan target tertentu sehingga
setiap hari duburu-buru tugas sehingga kadang pulang malam dan memberli makanan
dipinggir jalan. Ia adalah karyawan baru yang bertugas sebagai Quality Control (QC) dengan
60 pegawai perempuan dan rata-rata bekerja lebih dari 4 tahun. Ia dibawa ke klinik
perusahaan dan mendapatkan ter api cimetidhine, Infuse RL, cefixime, carbon, dan diet untuk
penyakitnya dengan pantangan serta diet The BRAT.

1. Defekasi
Defekasi adalah pembuangan tinja dari rectum atau pembuangan kotoran, seperti pada
zat kimia
2. Melena
Melena adalah keluarnya feses hitam yang diwarnai oleh arah yang berubah
3. Epigastrium
Epigastrium adalah daerah perut bagian tengah dan atas yang terletak diantara angulus
sterni. Ks. Epigastric
4. Aspirin
Aspirin adalah asam asetilsalisilat, C9H804, sebagai analgetic, antipiretik, dan
antirematik
5. Cefixime
Cefixime adalah sefalosporin semisintesis generasi ketiga yang efektif terhadap
Sebagian besar bakteri dipakai pada pengobatan otitis media dan bronchitis
6. Cimetidine
Cimetidine antagonis terhadap reseptor histamin H2 yang menghambat sekresi asam
lambung dalam respons terhadap seluruh stimuli digunakan sebagai basa dan garam
monohidroklorida pada pengobatan ulkus peptikum
7. Carbon
Carbon adalah unsur kimia (lihat Tabel Unsur) nomor atom 6, simbol C. c. dioxide,
gas tidak berbau, tidak berwarna, CO₂, diha silkan dari oksidasi karbon dan terbentuk
dalam jaringan dan dibuang oleh paru-pa ru; bercampur dengan udara atau oksigen,
karboksil asam alfa a digunakan untuk merangsang pernapasan carboxylation pe dan
dalam bentuk padat (carbon dioxide snow) sebagai eskarotik. c. monoxide, gas
carboxyl radikal m tidak berwarna, CO, terbentuk dengan carboxylesterase membakar
karbon atau bahan bakar organik sivisitas luas yang m dengan suplai oksigen yang
terbatas; inha lasi menyebabkan kerusakan sistem saral pusat dan asfiksia dengan cara
mengikat secara tetap pada hemoglobin darah. c. tel rachloride cairan jernih, tidak
berwama, mudah menguap; inhalasi uapnya dapat mendepresi aktivitas sistem saraf
pusat serta menyebabkan degenerasi hati dan ginjal.

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung jawab)
a. Identitas Klien
Nama : Nn. Alice
Umur : 27 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Jln. gerlong No. 05
No.Medrec : 00154 Dx.
Medis : Gastroentritis Akut (GEA)
Tgl.Masuk : 22 Oktober 2022
Tgl.Pengkajian : 22 Oktober 2022
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Umur : 49 thn
Pekerjaan : IRT
Hubungan : Ibu
II. Alasan datang ke Rumah Sakit
Klien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan mual muntah terus menerus lebih dari
10 kali disertai diare.
III. Keluhan Utama
Klien mengeluh mual dan muntah
IV. Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengeluh mual dan muntah
Pada saat pengakajian tanggal 22 Oktober 2022 pasien mengeluh mual muntah terus
menerus lebih dari 10 kali disertai diare, klien juga mengatakan perutnya kembung
dan sakit diperutnya nyeri dirasakan seperti terbakar pada area epigastrium dengan
nyeri bertambah ketika pasien makan.
V. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya sudah mengalami sensasi nyeri seperti terbakar pada
area epigastrium sejak 3 tahun yang lalu disertai perasaan mual dan kadang-kadang
muntah.
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama,
pasien juga mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti diabetes mellitus tidak ada yang mempunyai
penyakit menular.
VII. Aspek Psikososial
1) Status emosi
Klien tampak terlihat tidak bergairah
2) Gaya Komunikasi
Klien dapat berbicara dengan lancar, menggunakan bahasa indonesia
3) Pola interaksi
Klien dapat berinteraksi dengan oranglain
4) Mekanisme Koping
Klien seringkali menggunakan aspirin saat merasa tidak enak badan
5) Kebutuhan Spiritual
Terpenuhi
6) Konsep Diri
a. Identitas Diri : Sebagai perempuan karyawan pabrik
b. Ideal Diri : Sebagai orang dewasa yang aktif dalam pekerjaannya
c. Gambaran Diri : Klien tidak terlalu cemas dan merasa bisa untuk sembuh
d. Harga Diri : Tidak terganggu
e. Peran : Sebagai seorang perempuan dewasa yang bekerja sebagai
karyawan
VIII. POLA AKTIVITAS

N Pola Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit


o

Nutrisi
1
a. Makan
 1 porsi nasi dan  ½ porsi bubur
 Jenis, jumlah
lauk pauk. 2x1 hari dan lauk pauk.
porsi dan
3x1 hari
frekuensi (berapa
kali sehari)
makanan yang
apa saja yang
dimakan (termasuk
makan pokok,dan  Nafsu makan
cemilannya)  Nafsu makan
baik
 Nafsu makan terganggu
 Tidak ada
 Tidak memakan
 Pantangan/alergi makanan yang
makanan keras dan
pedas
 Makan
 Makan sendiri dibantu

 Makan sendiri /  pantangan serta  pantangan serta

dibantu diet The BRAT diet The BRAT

 Pantangan / diet

b. Minum/Cairan
 Jenis, jumlah  Air mineral, 1  Air mineral, 1
porsi dan gelas, ±7 gelas, ±6 gelas/hari
frekuensi minuman gelas/hari
/ cairan yang
dikonsumsi
(termasuk air
putih, dan
minuman yag  Tidak ada
lainnya)  Tidak ada
 Minuman yang
disukai dan tidak
disukai

 9-10x/hari, warna
2 Eliminasi
kuning jernih,
a. BAK  9-10x/hari, terdapat bau
 Berapa kali warna kuning
sehari, jumlah yang jernih, terdapat
keluar (cc/ liter) bau
per berapa jam atau
hari, warna, bau  Tidak ada
 Tidak ada
 Kesulitan dalam
BAK  Tidak ada
 Tidak ada

 Terpasang kateter /
tidak

b. BAB
 Berapa kali
 3x1hari,  10x/hari,
sehari, jenis BAB
konsistensi konsistensi
(cair,
lembek, lembek, berbau
lembek,padat, ) per
bau khas, dan berlendir,
berapa jam atau
warna coklat warna coklat
hari, warna, bau
Istirahat dan Tidur
3
a. Siang
 Berapa jam (dari  1 jam/ hari  Tidak tidur
jam berapa
sampai jam
 Nyenyak  Tidak nyenyak
berapa)
 Kualitas tidur
(nyenyak / tidak)

b. Malam
 21:00-06:00  22:00-03:00
 Berapa jam (dari
(±8 jam) (±5 jam)
jam berapa
sampai jam
berapa)  Nyenyak  Tidak Nyenyak

 Kualitas tidur
 Tidak ada  Sulit tidur
(nyenyak / tidak)
karna terganggu
Kesulitan tidur ingin BAB

Kebersihan Diri
4
(personal Hygiene)
 Mandi  2x1 hari, memakai
Berapa kali sehari, sabun, dibantu,
memakai dibantu memakai
sabun/tidak,mandi air hangat
sendir/dibantu,
memakai air
dingin/hangat.  2x1 hari memakai
 Sikat Gigi pasta gigi, mandiri
Berapa kali sehari,
memakai
odol/tidak,sikat  1x/hari memakai
gigi shampoo,
sendiri/dibantu mandiri
 Cuci Rambut
Berapa kali
sehari/minggu,
memakai
shampoo/tidak,
dibantu/sendiri

5 Aktivitas sehari-hari Sebagai seorang pekerja Istirahat dengan


berbaring lemas

IX. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
GCS E:4 V:5 M:6 Composmentis
HR : 90x/mnt
RR : 20x/mnt
TD : 90/80 mmHg
b. Sistem Pernafasan
Jalan nafas terlihat bersih, pernafasan tidak ada sesak, frekuensi nafas 20x/mnt,
irama nafas teratur, jenis pernafasan spontan, inspeksi terlihat simetris, palpasi
dada tidak ada kelainan, perkusi dada tympani, auskultasi vesikuler
c. Sistem Kardiovaskuler
Nadi 90x/mnt, TD 90/80 mmHg, Konjungtiva anemis, Temperature kulit hangat,
warna kulit kemerahan, pengisian kapiler 1,2 detik
d. Sistem Pencernaan
1. Abdomen
Inspeksi tidak ada kelainan, Auskultasi bising usus 20x/mnt, perkusi kembung
( + ), palpasi disensi otot perut ( - ), nyeri tekan di daerah epigastrium ( + )
2. Muntah
Konsitensi makanan dan cairan, warna muntah berwarna makanan, frekuensi
lebih dari 10x dalam sehari, jumlahnya 100cc/muntahan
3. Diare
Frekuensi lebih dari 10x dalam sehari, warna feses kuning kehijauan
e. Sistem Persyarafan
Tidak mengalami kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah
f. Sistem Integumen
Turgor kulit terlihat elastatis, berwarna kemerahan, temperature kulit hangat,
kondisi kulit daerah pemasangan infus tidak ada kelainan
g. Sistem Endokrin
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tiroid
h. Sistem Perkemihan
Tidak terpasang kateter, frekuensi kencing 4-5x/hari, warna urine kuning cerah,
bauk has urie
i. Sistem Reproduksi
Genetalia normal, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan pada skrotum. Tidak
ada nyeri tekan
j. Sistem Muskuloskeletal
Keadaan tonus otot terlihat baik
X. Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Darah
2. Feses

3. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

1 DS : Klien Toksisitias makanan, efek Nyeri abdominal


mengatakan sakit obat, keracunan bahan laut,
pada perutnya makanan dan minuman

DO : Gastroentritis
HR : 90x/mnt
RR : 20x/mnt Iritasi saraf lokal
TD: 90/80 mmHg
Nyeri Abdomen

2 DS : klien Toksisitias makanan, efek Keseimbangan nutrisi


mengeluh mual obat, keracunan bahan laut, kurang dari kebutuhan
dan muntah terus makanan dan minuman
menerus

DO : klien Gastroentritis
tampak lemah
Gangguan gastrointestinal

Mual, Muntah, Kembung,


Anoreksia

Asupan nutrisi tidak adekuat

Keseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

3 DS : Klien Toksisitias makanan, efek Aktual / risiko


mengeluh diare obat, keracunan bahan laut, keseimbangan cairan
makanan dan minuman dan elektrolit
DO : klien lemas
Gastroentritis

Masuknya Nutrisi

Nutrisi tidak dapat


diabsorpsi

Peningkatan asam organik

Peningkatan asam osmotik

Sekresi air kelumen


intestinal

Diare

Peningkatan sekresi cairan


dan elektrolit

Aktual / risiko
keseimbangan cairan dan
elektrolit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri abdominal b.d iritasi saluran gastroenteritis
2. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kurangnya asupan makanan yang adekuat
3. Aktual / risiko keseimbangan cairan dan elektrolit b.d diare, kehilangan cairan pada
gastrointestinal, gangguan absorpsi usus besar, pengeluaran elektrolit dari muntah
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeri Tujuan : 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
abdominal b.d Setelah dilakukan skala nyeri skala nyeri
iritasi saluran Tindakan keperawatan 2. Idetifikasi 2. Untuk mengetahui
gastroenteritis 1x24jam diharapkan faktor yang penyebab nyeri
klien memenuhi memperberat dan
Kriteria hasil : memperingan
nyeri 3. Agar mengurangi
3. Berikan rasa nyeri
Teknik
nonfarmakologis 4. Untuk memenuhi
kebutuhan
istirahat dan tidur
4. Fasilitasi
5. Agar klien tidak
istirahat dan tidur
merasakan nyeri

5. Kolaborasi
pemberian
analgetik

2. Keseimbangan Tujuan : 1. Pemantauan 1. Agar nutrisinya


nutrisi kurang Setelah dilakukan nutrisi terpantau
dari kebutuhan Tindakan keperawatan
b.d kurangnya 1x24jam diharapkan
asupan klien memenuhi 2. Anjurkan makan 2. Agar klien bisa
makanan yang sedikit tapi mengatur pola
Kriteria hasil : Mual
adekuat sering makan dengan
muntah hilang
tepat waktu
- Klien tidak lemah
3. Untuk menilai
3. Kaji asupan
- TTV jumlah output
nutrisi klien
dan input asupan
TD : 100/80 mmHg
makanan
RR : 20x/menit 4. Agar klien tidak
merasakan mual
HR : 91x/menit 4. Pemberian obat
Ketika memakan
intravena
obat

3. Aktual / risiko Tujuan : 1. Identifikasi tanda 1. Dapat mengetahui


keseimbangan Setelah dilakukan dan gejala tanda dan gejala
cairan dan Tindakan keperawatan keseimbangan keseimbangan
elektrolit b.d 1x24jam diharapkan kadar elektrolit klien sehingga
diare, keseimbangan cairan dapat melakukan
kehilangan elektrolit. intervensi yang
cairan pada Kriteria hasil : tepat.
gastrointestinal, - Klien tidak mual
2. Berikan cairan
gangguan dan muntah 2. Dengan
RL
absorpsi usus - Klien tidak lemas memberikan
besar, - TTV cairan RL pasien
pengeluaran TD : 100/80 mmHg dapat terpenuhi
elektrolit dari RR : 20x/menit keseimbangan
muntah HR : 91x/menit cairannya.

3. Berikan diet 3. Agar mengatur


yang tepat (mis. pola makanan
Tinggi kalium, klien dengan
rendah natrium) membatasi
konsumsi
makanan.
4. Kolaborasi
pemberian
4. Untuk
suplemen
meningkatkan
elektrolit (mis.
cairan elektrolit
Oral, NGT, IV)
agar seimbang.
sesuai indikasi
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tanggal dan Dx Implementasi Evaluasi


Waktu

1. 22-10-2022 Dx-1 1. Identifikasi skala S : klien mengatakan


nyeri sakit pada perutnya
2. Idetifikasi faktor O : HR 90x/menit
yang memperberat RR 20x/menit
dan memperingan TD 90/80
nyeri A : masalah belum
3. Berikan Teknik teratasi
nonfarmakologis P : intervensi
4. Fasilitasi istirahat dilanjutkan
dan tidur
5. Kolaborasi
pemberian
analgetic

2. 22-10-2022 Dx-2 1. Pemantauan nutrisi S : klien mengeluh


2. Anjurkan makan mual dan muntah terus
sedikit tapi sering menerus
3. Kaji asupan nutrisi O : klien tampak
klien lemah
4. Pemberian obat A : masalah belum
intravena teratasi
P : intervensi
dilanjutkan

3. 22-10-2022 Dx-3 1. Identifikasi tanda S : klien mengeluh


dan gejala diare
keseimbangan O : klien tampak
kadar elektrolit lemas
2. Berikan cairan RL A : masalah belum
3. Berikan diet yang teratasi
tepat (mis. Tinggi P : intervensi
kalium, rendah dialnjutkan
natrium)
4. Kolaborasi
pemberian
suplemen elektrolit
(mis. Oral, NGT,
IV) sesuai indikasi

4. 23-10-2022 Dx-1 1. Identifikasi skala S : klien mengatakan


nyeri tidak sakit pada
2. Idetifikasi faktor perutnya
yang memperberat O : HR 91x/menit
dan memperingan RR 20x/menit
nyeri TD 100/80
3. Berikan Teknik A : masalah teratasi
nonfarmakologis P : intervensi
4. Fasilitasi istirahat dilanjutkan
dan tidur
5. Kolaborasi
pemberian
analgetic

5. 23-10-2022 Dx-2 1. Pemantauan nutrisi S : klien mengatakan


2. Anjurkan makan sudah tidak mual dan
sedikit tapi sering muntah terus menerus
3. Kaji asupan nutrisi O : klien tampak lebih
klien segar
4. Pemberian obat A : masalah teratasi
intravena P : intervensi
dihentikan

6. 23-10-2022 Dx-3 1. Identifikasi tanda S : klien mengatakan


dan gejala sudah tidak diare
keseimbangan O : klien tampak
kadar elektrolit sudah bisa melakukan
2. Berikan cairan RL aktifitas
3. Berikan diet yang A : masalah teratasi
tepat (mis. Tinggi P : intervensi
kalium, rendah dihentikan
natrium)
4. Kolaborasi
pemberian
suplemen elektrolit
(mis. Oral, NGT,
IV) sesuai indikasi
E. PHATWAY

Toksisitas makanan, efek obat,


Invasi virus dan bakteri ke saluran keracunan bahan laut, makanan, dan
gasstrointestinal minuman

Invasi pada mukosa, memproduksi


Gastroenteritis Iritasi saraf lokal
enterotoksin, dan atau memproduksi
sitotoksin

Nyeri abdominal

Masuknya nutrisi Entorotoksin agen infeksi Peningkatan motilitas


usus

Nutrisi tidak dapat diabsorpsi


Stimulasi dari c-AMP, c- Gangguan absorpsi
GMP nutrisi dan cairan oleh
mukosa intestinal
Peningkatan asam lambung
Peningkatan aktivitas
sekeresi air dan elektrolit
Peningkatan tekanan osmotik Diare

Akumulasi air di lumen


Sekresi air kelumen intestinal intestial

Diare
Penurunan Gabungan Respons Respons
absorpsi cairan gastrointestinal sistemik psikologis
Penigkatan sekresi dan elektrolit midinterpretasi
cairan dan elektrolit Kontak antara perawatan dan
permukaan usus Mual muntah, Peningkatan penatalaksanaan
halus dengan kembung, suhu tubuh pengobatan
Aktual/risiko
makanan anoreksia
ketidakseimbangan
berkurang
cairan dan elektrolit Hipertermi
Kecemasan
Asupan nutrisi
pemenuhan
tidak adekuat
informasi

Risiko syok Ketidakseimbangan Ketidakseimban


hipovolemik asam basa gan nutrisi
kurang dari
Pasase fases
Penurunan Risiko asidosis Aktuak/risiko yang encer
perfusi ke ginjal metabolik gangguan pola
napas
Respons injuri
Oligori anuria anus
Aktual/risiko
penurunan
Penurunan perfusi serebral Kerusakan
Risiko gagal perfusi ke otak integritas
ginjal akut jaringan anus
BAB IV
PENUTUP
4.1.

Anda mungkin juga menyukai