Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GASTROENTERITIS PADA An.

C
DENGAN MASALAH RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DI DESA
SUMBERAGUNG GANDUSARI BLITAR

Oleh :
DWI WINARSIH
NIM : 1910011

PROGAM STUDI KEPERAWATAN PROGAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TA-2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan dengan drajat
kesakitan dan kematin yang tinggi di berbagai negara terutama di negara
berkembang dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian anak di dunia (Arfian 2016). Penyakit ini berbahaya karena bisa
mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan KLB (kejadian lur biasa ) di
dunia . dehidrasi disebabkan oleh diare merupakan penyebab kematian utama pada
anak.
Diare sering menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih
lemah, sehingga dapat terkena bakteri penyebab diare.jika diare disertai muntah
berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah yang harus
diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan
menyebabkan kematian .dehidrasi yang terjadi pada anak akan cepat menjadi parah.
hal ini disebabkan karena seorang anak berat badanya lebih rendah daripada
dewasa. Maka cairan tubuhnya relatif sedikit, sehingga kehilangan sedikit cairan
dapat menggagu oran-organ vitalnya. dehidrasi akan semakin parah jika di tambah
dengan keluhan lainya seperti mencret dan panas karena kehilangan cairan tubuh
lewat penguapan. (Cahyono ,2016).
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, disertai
perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Apabila pada
diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan
tubuh, maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi maka diare dapat
dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang dan diare
dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan sama dengan atau lebih
dari 10% berat badan.
Anak dan terutama bayi memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita
dehidrasi dibandingkan orang dewasa (Rudolp,2008) Tindakan yang harus
dilakukan pada pasien diare dengan Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah pemberian makanan yang mengandung zat besi dan pemberian makanan
yang sedikit berserat, pemberian cairan khusus yang mengandung campuran gula
dan garam yang disebut larutan dehidrasi bila di perlukan, pemberian obat-obatan
pemberian anti biotik. Pemberian cairan sangat penting mengingat komplikasi
tersering yang juga dapat menyebabkan kematian penderita dehidrasi (Rianto,
2017).
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga
masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB
di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR
2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756
orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi
KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73
orang (CFR 1,74 %.)
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset
Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi
penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat
diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat
dan tepat
1.2 BATASAN MASALAH

Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis atau diare dengan masalah gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit

1.3 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Gastroenteritis dengan


gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

1.4 TUJUAN

1.4.1 Tujuan Umum

1. Melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien Gastroenteritis dengan masalah


gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mendapatkan gambaran secara umumtentang asuhan keperawatan pada anak
dengan gastroenteritis.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Gastroenteritis


dengan masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien Gastoenteritis dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Menyusun perecanaan keperawatan pada klien yang mengalami Gastroenteritis
dengan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Gastroenteritis
dengan masalah keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami Gastoenteritis
dengan masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

1.5 MANFAAT

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menambah keilmuan sehingga dapat meningkatan ilmu pengetahuan, menambah


wawasan dalam mencari pemecahan permasalahan pada klien gastroenteritis dengan
keseimbangan cairan dan elektrolit
1.5.2 Manfaat praktis

a. Bagi perawat

Dengan adannya penelitian ini dapat menjadi tolak ukur dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang baik
khususnya klien Gasroenteritis/ Diare
b. Bagi Rumah Sakit

1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam penyelenggaraan


rekam medis agar agar sesuai dengan peraturan yang ada sehingga nantinya
dapat diimplementasikan di rumah sakit dalam menghadapi akreditasi
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah dan perbaikan,
terutama dalam masalah pemenuhan standar akreditasi rekam medis dirumah
sakit.
c. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumngan positif khususnya


ilmu setandar akreditasi rekam medis pasien
d. Bagi klien dan keluarga

Untuk menambah pengetahuan bagi klien dan keluarga agar dapat memahami
keadaanya, sehingga bisa mengambil keputusan yang sesui dengan masalah serta
ikut memperhatikan dan melaksanakan tindakan yang yang di berikan oleh
perawat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 KONSEP GASTROINTERITIS

1.1.1 DEFINISI

Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh


berbagai enterogen termasuk bakteri, virus dan parasit, tidak toleran
terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin yang ditandai dengan
muntah muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit
(Tucker, 1998).
Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau
200ml/24jm. Definisi lain memakai kriteria frekuaensiyaitu buang air
besar encer tersebut dapat atau tanpa di sertai lender dan darah. Jadi diare
dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapatdi sertai atau
tanpa di sertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung dan usus.

1.1.2 ETIOLOGI

Fator infeksi diare menurut Ngasityah (2016).

- Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab


utama diare
- Infeksi bakteria : vibrio, E.coli ,salmonella campilobaster

- Infeksi virus :Rostavirus, Calcivirus,Entrovirus ,Adenovirus,


Astrovirus
- Infeksi parasite : cacing, protozoa (entamoba histolica, giardia lambia),
jamur (candida aibicans).
- Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti
Tonsilitas, bronkopneumonia, ensevalitis, meliputi :
- Faktor mal absorbi : karbohidrat, lemak, protein
- Faktor makanan : basi, racun, alergi

- Faktor psikologis : rasa takut dan cemas

1.1.3 PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi Rotavirus.
Zat entroksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan terjadi lisis sel
enterosit traktus
gastrointestinal. Transmisi penyakit ini umumnya melalui rute fekal-oral dari
makanan dan minuman yang terkontamisnasi agen kausal penyakit.
Rotavirus yang masuk ke mulut akan menginfeksi lapisan mukosa usus kecil,
bereplikasi, kemudian virions akan dilepaskan ke dalam lumen usus, dan
melanjutkan replikasi pada area lebih distal dari usus kecil ( Jahja,2017)
Yang termasuk dampak dari timbulnya diare adalah :
a. Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat,sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi akibat rangsangan dari toksin pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus .
c. Gangguann mortilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatka bakteri
tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula .
(WijayaPutri,2013)
1.1.4 MANIFESTASI KLINIS

Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng,


gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair mungkin mengandung darah
atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu. Akibat seringnya defekasi, anus dan area sekitarnya
menjadi lecet karena sifat feses makin lama makin asam, hal ini terjadi
akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah terjadi diare. Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan
air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, ubun-
ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan
selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering. Berdasarkan kehilangan
berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat kategori yaitu tidak ada
dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila
terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi
penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan
berat badan 10%) (Tresnawati, 2018)
1.1.5 PATHWAY
1.1.6 KLASIFIKASI

Jenis diare ada dua yaitu diare akutdan diare persisten atau diare
kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung
lebih dari 14 hari.
1. Diare akut adalah Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak
lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu
minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya
lebih dari 3 – 4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi
masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat
normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi
laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna
2. Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam feses,
menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama disentri
akut yaitu Shigella, penyebab lain adalah Campylobacter jejuni, dan
penyebab yang jarang ditemui adalah E. Coli enteroinvasife atau
Salmonell. Pada orang deawasa muda, disentri yang serius disebabkan
oleh Entamoeba hislytica, tetapi jarang menjadi penyebab disentri pada
anak-anak (Sodikin, 2011)
3. Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair
atau disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan berat badan yang
nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga berisiko
mengalami dehidrasi. Diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab
mikroba tunggal, E. Coli enteoaggregatife, Shigella, dan Cryptosporidium,
mungkin penyebab lain berperan lebih besar. Diare persisten tidak boleh
dikacaukan dengan diare kronik, yaitu diare intermitten atau diare yang
hilang timbul, atau berlansung lama dengan penyebab noninfeksi seperti
penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang
menurun (Sodikin, 2011)
1.1.7 KOMPLIKASI

Menurut Betz, (2009) diare dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi


sebagai berikut:
a. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit

b. Syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis


metabolik, perfusi sistemik buruk)
c. Kejang demam

d. Bakteremia

e. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan brakikardi)

f. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi


enzim laktose.
g. Hipoglikemia

h. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau
kronik)

1.1.8 PENATALAKSANAAN

a. Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan penatalaksanaan


dilakukan dengan rawat jalan, rehidrasi dapat dilakukan per oral
dengan larutan rehidrasi oral (Pedialyte, Ricelyte). Cairan rehidrasi
oral diberikan sedikit tetapi sering (5 sampai 15 ml). Bagi yang
mendapat ASI dapat terus disusui selama periode diare.
b. Dehidrasi berat, anak dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan terapi
intravena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah dehidrasi dihitung
dan cairan di ganti dalam 24 jam, bersamaan dengan pemberian cairan
rumatan
c. Jika ada syok, segera di lakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan
salin normal atau larutan Ringer laktat; ulangi bila perlu). Pada kasus-
kasus ini, bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intraoseus dapat
dipakai untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak
yang berusia 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti
koreksi dehidrasi telah dimulai Setelah rehidrasi selesai, kompleks (nasi,
Gandum, sereal, kentang dan roti), yogurt, daging tidak berlemak, buah-
buahan dan sayuran. Diet klasik adalah BRAT (banana/pisang, rice/nasi,
applesauce/saus apel, dan toast/roti panggang), walaupun dapat ditoleransi
dengan baik, mengandung protein, lemak, dan kalori yang rendah untuk
energi. Jus, minuman berenergi dan sofdrink harus dihindari.

Pemberian cairan rehidrasi dari ASI dan makanan per oral telah
dilaporkan menurunkan durasi diare. Pengembalian kemakanan oral
normal adalah penting, khususnya pada kasus sebelum terjadinya
malnutrisi. Pemberian antiemetik dan antispasmodik biasanya tidak
dianjurkan

1.1.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis


yangtepat sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun
pemeriksaan yang perlu dikerjakan adalah:
a. Pemeriksaan feses

Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan


kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap
berbagai antibiotik serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi glukosaa.
b. Pemeriksaan Darah

Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit terutama (Na, ca, K
dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi
karena malnutrisi atau malabsorbsi tekanan fungsi sumsum tulang
(proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan
kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
c. Pemeriksaan elektrolit tubuh

untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat

d. Duodenal Intubationuntuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan


kualitatif terutama pada diare kronik
1.2 KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN

1.2.1 DEFINISI

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan atau kekurangan.
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
a. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh metabolisme


yang di perlukan dan berat badan.
b. Temperature lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.seseorang dapat


kehilangan NaCI melalui kringat sebanyak 15-30g/hari.
c. Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi , tubuh akan memecah


cadangan energi proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan
dari intersisial ke intraseluler.
d. Stress

Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,


konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urin

2. Pergerakan cairan tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui empat proses yaitu:

a. Osmosis

Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel dari larutan


yang berkonsentrasi tinggi, dengan kata lain, air bergerak menuju
zat teralut yang berkonsentrasi lebih tinggi sebagai upaya untuk
menyeimbangkan konsentrasi.
b. Difusi
Difusi merupakan percampuran kontitu beberapa molekul di dalam
cairan, gas atau zat padat yang di sebabkan oleh pergerakan
molekul secara acak. Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan
ukuran molekul ,kosentrasi larutan dan suhu larutan.
c. Filtrasi

Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan cairan dan zat larut


secara bersama menyebrangi sebuah membran dari satu
kompartemen ke kompartemen yang laen . pergerakan terjadi di
area bertekanan tinggi ke arah bertekanan rendah
d. Tanspor aktif

Zat dapat bergerak menyebrangi membran sel dari larutan


kosentrasi rendah ke kalarutan konsentrasi tinggi dengan sebuah
transfor aktif. Prosen ini terutama penting dalam mempertahankan
perbedaan kosentrasi ion natrium dan kalium

1.2.2 Cara pengeluaran cairan

Menurut tarwoto 2006, pengeluaran cairan terjadi melalui organ organ


seperti:
1. Ginjal

Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170


liter darah untuk di saring setiap hari. Produksi urin untuk semua umur
1ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urin sekita 1,5 liter/ hari.
Jumlah urin yang di produksi oleh ginjal di pengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
2. Kulit

Hilangnya cairan melalui kulit di atur oleh saraf simpatis yang


merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar kringat
dapat di hasilkan dari qktivitas otot, temperatur lingkungan meningkat
dan demam. Disebut juga isensibel watel loss (IWL) sekitar 15-20ml/
jam
3. Paru-paru

Menghasilkan IWL sekitar 400ml/hari, meningkatkan cairan yang


hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman
napas akibat pergerakan atau demam
4. Gastrointestinal

Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastroentestinal setiap


hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah
10-15cc/kg/bb/24jm dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap
kenaikan temperatur 1 drajat celcius

1.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.3.1 PENGUMPULAN DATA

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan secara


sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data
dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi, observasi, psikal assessment. Mengingat diare sebagaian
besar menular, maka diperlukan penatalaksanaan lingkungan sehingga
tidak terjadi penularan pada klien lain.
1. Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, nomor register, diagnosa medis, dan tanggal MRS
2. Keluhan utama

Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak
dan berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai
muntah
3. Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya awal serangan anak cengeng, gelisah, suhu tubuh


meningkat anoreksia dan didapatkan keluhan utama pada penderita,
yaitu peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi
cair, naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut , demam,
lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa
disebabkan oleh terapi obat terakhir, masukan diet, atau adanya
masalah psikologis (rasa takut dan cemas)
4. Riwayat penyakit dahulu

kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumya misalnya


gastroenteritis akut riwayat penggunaan obat obatan ( antitrispin)
5. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit


gastroenteritis
6. Kebutuhan dasar

a. Pola eliminasi: akanmengalami perubahan yaitu BAB lebih dari


4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, kram abdomen,
nyrti abdomen, bising usus hiperaktif, kurang informasi, kurang
minatpada makanan menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
c. Pola tidur dan istirahat terganggu karena adannya distensi
abdomen yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygine: kebiasaan mandi setiap harinya.

e. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan


adanya nyeri akibat distensi abdomen
7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan gastroenteritis meliputi


pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum
pemeriksaan fisik tanda tanda vital, dan pemeriksaan fisik head to
toe.
a. Pemeriksaan psikologis: keadaan umum tampak lemah,
kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh
meningkat, nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat.
b. Pemeriksaan sistematik:

1. Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir,


mulut dan mukosa bibir kering, berat badan menurun, anus
kemerahan terlihat kesakitan pada abdomen, kurang minat
pada makanan.
2. Perkusi: adanya sitensi abdomen.

3. Palpasi: turgor kulit kurang elastis.

4. Auskultasi: bising usus hiperaktif.


8. Pemeriksaan tumbuh kembang

Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang Pada anak diare akan


mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun
9. Pemeriksaan penunjang diagnostik

Pemeriksaan penunjang Diagnosis di tegakan berdasarkan gejala


dan hasil pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan tinja (Makroskopis dan mikroskopis )

d. Ph dan kadar gula dalam tinja

e. Bila perlu di adakan uji bakteri untuk untuk mengetahui


organism penyebabnya dengan melakukan pembikan
terhadap contoh tinja
f. Pemeriksaan laboratorium: Darah lengkap elektrolit
glukosa darah, Urine: urinlengkap, kulturdan test kepekaan
terhadaantibiotika

1.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Resiko Ketidakseimbangan Cairan

1.3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Luaran/Kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan  Management cairan


cairan asuhan keperawatan selama
1. Monitor tanda-tanda vital
Definisi: berisiko 3x24 jam diharapkan volume
2. Monitor status hidrasi
mengalami penurunan, cairan pada pasien seimbang
peningkatan atau percepatan dengan kriteria hasil: 3. Monitor berat badan
perpindahan cairan dari 1. Asupan cairan dari sebelum dan sesudah
intravaskuler, interstisial atau skala 1(menurun) ke dianalisis
intraselular skala 5(meningkat) 4. Catat intake-output dan
2. Dehidrasi pada pasien hitung balans cairan 24
Faktor resiko: dari skala 1(meningkat) jam
ke skala 5(menurun) 5. Berikan asupan cairan
1.Prosedure pembedahan
sesuai kebutuhan
mayor 3. Nafsu makan 6. Kolaborasi pemberian
meningkat diuretik, jika perlu
2.Trauma atau perdarahan
4. Keluhan mual menurun
3.Luka bakar
4.Aferesis
5.Obstruksi intestinal
6.Peradangan pankreas
7.Penyakit ginjal dan
kelenjar
8.Dissfungsi intestinal

1.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implemetasi keperawata merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan


terhadap klien yang di dasarkan pada rencana keperawatan yang telah disusun
untuk mencapai tujuan yang di iginkan meliputi peningkatan
kesehatan,pencegahan penyakit, pemukihan penyakit dan memfasilitasi
koping. Implementasi keperawatan akandapat dilaksanakan dengan baik
apabila klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan selama tahap implementasi keperawatan/ perawatterus
melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling
sesui dengan kebutuhan klien.

1.5 EVALUASI

Adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah di susun


tercapai atau tidak Menurut Friedman (dalam harmoko ,2016) evaluasi
didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang di lakukan
oleh keluarga, perawat dan yang lainya . ada beberapa metode evaluasi yang di
pakai dalam perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode
tersebut harus di sesuikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang
dievaluasi. Evaluasi yang diharapkan adalah keseimbangan cairan dalam
tubuh kembali normal.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah studi
kasus.Studi kasus merupakan suatu rancangan penelitian yang mencakup
satu unit.Satu unit disini berarti satu klien, keluarga, kelompok, komunitas,
atau institusi.Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis
baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-
faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul
sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap
suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Dalam studi kasus ini peneliti
menggunakan dua klien yang akan dikaji sesuai keluhan dan diberi asuhan
keperawatan yang sesuai denangan diagnosa klien tersebut (Notoatmodjo,
2012). Studi kasus yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah
digunakan untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami Gastroenteritis dengan masalah Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit di Desa Sumberagung Gandusari Blitar

3.2 BATASAN ISTILAH

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka


peneliti sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Asuhan keperawatan,ialah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan meliputi
kebutuhan
2. biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang diberikan langsung pada
klien
3. Diare merupakan penyakit yang sering menimbulkan KLB. Dan
merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan dan penyebabnya
multifaktorial.
4. Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan

3.3 PARTISIPAN

Partisipan adalah Pengambilan bagian atau keterlibatan orang atau


masyarakat dengan cara memberikan dukungan (tenaga,pikiran maupun
materi)dan tanggung jawabnya terhadap setiap keputusan yang telah
diambil demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan bersama
(Cahyono,2016). Dalam karya tulis ini Subyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 2 klien yang mengalami Gastroenteritis dengan
masalah gangguan cairan dan elektrolit di Desa Sumberagung Gandusari
Blitar

Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:


1. klien yang sudah dirawat sejak pertama kali MRS (Masuk Rumah
Sakit) dan minimal dirawat selama 3 hari di Desa Sumberagung
Gandusari Blitar
2. klien dengan diagnosa medis Gastroenteritis 2 klien dengan
diagnosa keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
3. klien anak. 2 Klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan
penelitian studi

3.4 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipakai untuk melaksanakan penelitian untuk karya tulis


ini ialah di Desa Sumberagung Rt 02/ Rw 07 Rejokaton Blitar Waktu
Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bulan juni pada minggu
pertama
3.5 PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis


dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai
sumber,degna menggunakan teknik pengupulan data yang bermacam-
macam (triagulasi), dan dilakukan terus menerus sampai datanya jenuh.
Data di dalam karya tulis ini diperoleh dengan menggunakan teknik atau
cara sebagai berikut:
1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila


peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan juumlah
respondennya sedikit/kecil . Dalam study kasus ini, peneliti
menggunakan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnese (wawancara
langsung dengan klien) dan aloaanamnese (wawancara dengan
keluarga klien)
2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah


melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrumen . Dari peneliti yang berpengalaman diperoleh siatu petunjuk
bahwa observasi yang dilakukan tidak hanya mencatat apa yang terjadi
akan tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian dalam suatu skala yang bertingkat. Misalnya dalam menilai
suatu hal, peneliti selain mencatat data tersebut juga harus memberi
penilaian apakah data yang muncul tersebut sangat, kurang atau tidak
sesuai dengan yang dikehendaki. Pemeriksaan fisik pada studi kasus
ini menggunakan pendekatan IPPA: Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Auskultasi pada sistem tubuh klien.
3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel


yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Metode dokumnetasi
memegang ceklis untuk mencari variabel yang sudah ditentukan.
Apabila muncul variabel yang dicari maka peeliti tiggal membubuhkan
tanda atau tally ditepat yang sesuai.Dalam studi kasus ini
menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil data rekam
medis, review literatur dan pemeriksaan diagnostik dan data lain yang
relevan.

3.6 UJI KEABSAHAN DATA

Uji keabsahan data sering ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas.
Dalam penelitian kualtitatif, data dapat dikatakan valid bila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pad obyek yang diteliti. Sedangkan reliabilitas dalam penelitian
kualitatif realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah,
sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang sepertyi semula:
1. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan. Dengan perpanjangan
pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru. Hal ini berguna untuk membentuk hubungan
kedekatan yang baik antara peneliti dengan narasumber sehingga
informasi yang dikemukakan tidak ada yang disembunyikan lagi
2. Melakukan triangulasi data. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas
ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan begitu maka dalam karya
tulis ini akan dilakukan triagulasi sumber data dan triangulasi teknik
pengumpulan data.Triagulasi sumber data yaitu pasien, perawat dan
keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.Sedangkan
triagulasi teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi

3.7 ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum


memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-
jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara
mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Urutan analisis data disini adalah:
1. Pengumpulan data. Data dikumpulkan dari hasil wawancara,
observasi, dokumentasi. hasil ditulis dalam bentuk catatan
lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip. Data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan/implementasi, dan evaluasi.
2. Data Reduction. Data yang diperoleh dari lapangan julahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti
yang telah dikeukakan, semakin lama peneliti di lapangan maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
maka perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya
3. Data Display. Langkah setelah reduksi data ialah menyajikan data.
Dalam hal ini penyajian data bisa berupa tabel, grafik, pie chart,
pictogram dan sejenisnya. Melalui poenyajian data tersebut maka
data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan
sewhingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian
kualitatif penyajian bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
baga, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang
paling sering digunakan utnuk menyajikan data adalah dengan teks
yang bersifat naratif.
4. Conclusion drawing/Verification. Langkah terakhir adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan
diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih reang-remang sehingga setelah diteliti menjadi
jelas (Sugiyono 2011:253).

3.8 ETIK PENELITIAN

Beberapa prinsip etik menurut Nursalam (2016) yang perlu diperhatikan


dalam penelitian antara lain:
1. Informed consent (persetujuan responden). Subjek harus
mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuanpenelitian
yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak, menjadi responden. Pada bagian ini
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Anonimity (tanpa nama) Subjek mempunyai hak untuk meminta
bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.kerahasiaan dari
responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
responden atau tanpa nama (anonim)
3. Confidentility (kerahasiaan)

Kerahasiaan yang diberikan kepada responden dijamin oleh peneli


DAFTAR PUSTAKA

Mardiana, Y. (2019). Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis dengan masalah


keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit di ruang asoka rsud bangil
pasuruhan.

Sari, I. M. (2018). Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
gastroenteritis di rumah sakit samarinda medika citra.

Tresnawati, yeni D. (2018). Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas


Jember Jember Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember
Jember.

Departemen Kesehatan RI (2007). Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2007. Kementrian


kesehatan RI. Jakarta

Ngastiyah . (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan . Jakarta: Medika salemba

Anda mungkin juga menyukai