TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah
masih menjadi masalah kesehatan utama pada anak terutama pada balita di berbagai
Penderita diare paling sering menyerang anak dibawah lima tahun (balita).
Salah satu faktor yang melatar belakangi timbulnya masalah tersebut adalah
masyarakat kurang memiliki pengetahuan dan kebiasaan yang salah tehadap pola
hidup sehat dan bersih, pengobatan diare, pemantauan pengetahuan penyebab diare
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota
operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi
atau proses peradangan pada usus yang secara langsung mempengaruhi sekresi
enterosit dan fungsi absorbsi. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Kemenkes RI, 2015). Diare
adalah buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan
konsistensi cair (Brandt, et al, 2015). Diare saat ini masih menjadi masalah yang
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, angka
kematian akibat diare pada balita di Nigeria dan India sebanyak 42% dan angka
kesakitan balita dengan diare sebanyak 39%. Menurut WHO, Penyakit diare adalah
penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan bertanggung
jawab untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun. Penyakit diare adalah
penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, dan sebagian besar hasil
dari makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di seluruh dunia, 780 juta orang
tidak memiliki akses ke air minum yang lebih baik dan 2,5 miliar tidak memiliki
sanitasi yang lebih baik. Diare akibat infeksi tersebar luas di seluruh negara
berkembang (WHO, 2017). Mayoritas kematian ini 15% disebabkan oleh pneumonia
diikuti dengan diare sebanyak 9% (UNICEF, 2016). Perkiraan angka kematian anak-
anak akibat diare di Nigeria adalah sekitar 151, 700–175.000 per tahun (Dairo dalam
Omele, 2019)..
penyakit endemis dan juga merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar
Biasa (KLB) disertai dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang
sedangkan pada tahun 2018 CFR Diare mengalami peningkatan dibanding tahun
2017 yaitu menjadi 4,76%. Berdasarkan Survey morbiditas diare pada tahun 2014
insiden diare pada balita yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita
pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita dengan upaya mengurangi
angka kematian bayi dengan 12/1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak
1. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan dan tingkat keberhasilan pengelolaan program P2 Diare di
Puskesmas Lohbener
2. Tujuan Khusus
a. Menemukan dan membuat prioritas masalah program P2 Diare di Puskesmas
Lohbener
b. Menemukan penyebab masalah program P2 Diare di Puskesmas Lohbener
c. Menentukan penyelesaian penyebab masalah program P2 Diare di Puskesmas
Lohbener
C. Visi Misi Program Pengendalian Penyakit Diare
1. Tercapainya pelaksana program diare dalam pencatatan kasus penyakit diare secar
a lengkap.
tandar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Diare merupakan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
B. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi atau proses peradangan pada
usus yang secara langsung mempengaruhi sekresi enterosit dan fungsi absorbsi
akibat peningkatan kadar cyclic Adenosine Mono Phosphate (AMP) yaitu vibrio
cholere, toksin heat-labile dari Escherichia choli, tumor penghasil fase aktif
intestinal peptide. Penyebab lain diare juga disebabkan karena bakteri parasit dan
a. Infeksi enteral
usus. Pada keadaan ini proses makanan di usus besar menjadi sangat singkat
serhingga air tidak sempat diserap. Hal ini yang menyebabkan tinja beralih pada
diare.
e. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaaan seperti : Otitis Media
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
1. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang
a. Diare non inflamasi, diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan
diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
b. Diare inflamasi, diare ini disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin
di kolon. Gejala klinis di tandai dengan mulas sampai nyeri seperti kolik,
makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan
2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung selama lebih dari 14 hari.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi diare sekresi, diare osmotik, diare eksudatif, dan gangguan motilitas.
a. Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh
gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan
b. Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi
sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa muncul diare ini.
C. Patofisiologis
1. Infeksi
menurun, isi usus yang berlebihan, dan penyerapan makanan juga ikut
2. Stress
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
D. Gambaran Klinis
Menurut Suratun & Lusianah (2010), gambaran klinis diare yaitu sebagai berikut:
cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,dan suara
serak.
dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi penurunan pH
ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien beresiko menderita gagal
ginjal akut.
6. Demam
Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan
invasi ke dalam sel epitel usus. Demam dapat terjadi karena dehidrasi,
demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tidak tinggi dan
akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi
1. Mencegah dehidrasi.
2. Mengobati dehidrasi.
sesudah diare.
balita adalah Lintas Diare yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare untuk itu Kementrian Kesehatan
telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu: 1. Rehidrasi
terdiri atas Natrium klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), sitrat dan glukosa.
Oralit osmolaritas rendah telah direkomedasikan oleh WHO dan UNICEF (United
F. Pemeriksaan tinja
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya
mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika
diare berhubungan dengan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita
tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja
rendah/ Ph kurang dari 5,5 makan penyebab diare bersifat tidak menular.
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum, kreatinin dan berat jenis
sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit terutama kadar natrium, kalium,
G. Epidemiologi Diare
a. Menurut Orang
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih
besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar
301 per 1.000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per
tahun. Survei Departemen Kesehatan tahun 2003 penyakit diare menjadi
penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima
pada semua umur. Kejadiandiare pada golongan balita secara proporsional lebih
banyak dibandingkan kejadian diare pada seluruh golongan umur yakni sebesar
55%.
dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM-PL) jumlah kasus diare pada tahun
2005 di Sulawesi Selatan berdasarkan umur yang paling tinggi terjadi pada usia
>5 tahun yaitu sebesar 100.347 kasus sedangkan kematian yang paling banyak
resiko penyakit diare maupun derajat resiko penyakit diare serta reaksi individu
berbagai sifat karateristik tertentu. Sifat karateristik itu antara lain: umur, jenis
Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok
b. Tempat
terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara
yang sudah maju sekalipun, hanya saja di negara maju keadaan penyakit diare
paling besar terjadi pada daerah NTT dengan jumlah penderita 2.194 orang dengan CFR
sebesar 1,28% diikuti oleh Kota Banten dengan jumlah pederita 1.371 orang dan CFR
1,9% . Hali ini di sebabkan tingkat sanitasi masyarakat yang msih rendah, dimana pada
daerah NTT tersebut terjadi kekurangan air, sehingga aktivitas mereka terbatasi dengan
fluktuatif dari 15,87 sampai 23,45. Pada tahun 2005 kasus diare 37,53% terjadi
pada balita.
Padang Sumatera Barat (2003) dengan desain cross sectional didapatkan proporsi
c. Waktu
Masih seringnya terjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir di setiap musim sepanjang tahun.
adalah 301 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada
tahun 2003 angka kesakitan diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan
episode pada balita 1,08 kali per tahun. Cakupan penderita diare yang dilayani dan
Berdasarkan Ditjen PPM & PL tahun 2005 bahwa KLB diare yang paling tinggi yang
paling besar terjadi pada daerah NTT dengan jumlah penderita 2.194 orang dengan CFR
sebesar 1,28% diikuti oleh Kota Banten dengan jumlah pederita 1.371 orang dan CFR
1,9% . Hali ini di sebabkan tingkat sanitasi masyarakat yang msih rendah, dimana pada
daerah NTT tersebut terjadi kekurangan air, sehingga aktivitas mereka terbatasi dengan
fluktuatif dari 15,87 sampai 23,45. Pada tahun 2005 kasus diare 37,53% terjadi
pada balita.
Padang Sumatera Barat (2003) dengan desain cross sectional didapatkan proporsi
d. Waktu
Masih seringnya terjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir di setiap musim sepanjang tahun.
adalah 301 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada
tahun 2003 angka kesakitan diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan
episode pada balita 1,08 kali per tahun. Cakupan penderita diare yang dilayani dan
dilaporkan selama lima tahun terakhir cenderung menurun. Sementara itu jumlah
penderita diare yang dapat dihimpun dalam lima tahun terakhir ditemukan bahwa
jumlah penderita yang dilaporkan paling tinggi yakni pada tahun 2000 sebesar
a. Host
(Penjamu) 1).
Umur
penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima
pada semua umur. Hasil penelitian Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih
besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
hubungan yang tidak bermakna antara jenis kelamin anak balita dengan kejadian
wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi
balita dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000, OR=3,5. Hasil penelitian
Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok
campak juga dapat mencegah diare. Untuk itu anak harus segera diberi imunisasi
campak ketika berumur 9 bulan sampai anak berusia 1 tahun. Hasil penelitian
dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Ini berarti balita yang tidak
Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan,
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit.
Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif
akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri,
eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 1-6 bulan di wilayah kerja
b. Agent
Candida.
4). Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare
c. Environment (Lingkungan)
Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman
risiko 2,550 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare akut dibandingkan
dengan penggunaan jamban yang memenuhi syarat dan secara statistik bermakna.
meningkatkan risiko 1,310 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare akut
dibandingkan dengan penggunaan sarana air bersih yang memenuhi syarat namun
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
3. Cara Pelaksanaan
Kesehatan.
2. Kunjungan rumah paska rawat inap, target 100% pasien diare dehidrasi
METODE
2. Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara membandingkan cakupan program Diare
terhadap target yang ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem.
Langkah – langkah evaluasi program Diare
IDENTIFIKASI
MASALAH
PEMANTAUAN
DAN EVALUASI ANALISIS
MASALAH
MELAKSANAKAN MENENTUKAN
KEGIATAN KEGIATAN
PERBAIKAN PERBAIKAN
PROGRAM GIZI PROGRAM GIZI
a. Batas Wilayah
Adapun batasan wilayah kerja UPTD Puskesmas Lohbener adalah
sebagai berikut :
Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Losarang
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang padat pada suatu
wilayah didukung dengan sanitasi lingkungan yang memadai akan berpengaruh terhadap
timbulnya dan penyebaran penyakit menular di masyarakat seperti penyakit menular yang
berkaitan dengan sanitasi seperti diare, TB Paru,DBD dan penyakit lainnya. Disamping itu
tingkat kepadatan penduduk juga akan berkaitan dengan penguasaan lahan – lahan produktif
yang berhubungan dengan pendapatan dan ketahanan pangan .
Sedangkan upaya peningkatan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat,
sasaran program pembangunan kesehatan diprioritaskan pada kelompok rentan terhadap
masalah kesehatan
Tabel 3.1
Target Capaian
20
LOHBENER
SINDANGKERTA
15 PAMAYAHAN
LEGOK
BOJONGSLAWI
10
RAMBATAN KULON
LUAR WILAYAH
5 JUMLAH
0
JAN FEB MARAPRILMEI JUNI JULI AGUS SEP OKT NOV DES
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui gambaran cakupan temuan kasus diare di wilayah kerja
Puskesmas Lohbener sebanyak 156 (20.4 %), dengan target yang seharusnya dicapai
sebanyak 764
D. Identifikasi Masalah
Dari hasil capaian program P2 Diare Tahun 2021, maka didapat 2 masalah indikator
yang pencapaiannya kurang dari target yaitu :
1. Penemuan pasien kasus Diare tidak mencapai target.
2. Tidak adanya kunjungan rumah pasien diare paska rawat inap.
E. Prioritas Masalah (USG)
Karena keterbatasan penanggung jawab program dalam menyelesaikan semua masalah,
maka dibuat prioritas masalah untuk menyelesaikan masalah yang dianggap paling penting
terlebih dahulu dengan menggunakan metoda USG (Urgensi, Seriousness, Growth). Berikut
ini matrik perhitungan prioritas masalah :
Tabel 4.1
Nilai Prioritas Masalah
MASALAH NILAI PRIORITAS MASALAH URUTAN
YANG TOTAL PRIORITAS
DITEMUKAN URGENSI SERIOUSLY GROWTH MASALAH
Penemuan
pasien kasus
Diare tidak 4 4 4 12 1
mencapai target.
Tidak adanya
kunjungan
rumah pasien
4 3 3 10 2
diare paska
rawat inap.
Berdasarkan masalah yang ditemukan, prioritas masalah yang pertama yaitu cakupan
penemuan kasus Diare yang masih belum mencapai target.
Dari kedua permasalahan maka program P2 Diare membuat fishbone P2 Diare untuk
menentukan akar masalah prioritas utama yaitu capain penemuan pasien kasus Diare.
F. Penyebab Masalah
Diagram Tulang Ikan
DANA MANUSIA
Pengetahuan masyarakat
Petugas belum terlatih tentang penyakit Diare masih
kurang
di posyandu masih kurang
Petugas merangkap program
Penemuan
kasus Diare
Kurangnya informasi ke
masyarakat tentang jadwal
pengobatan standar Diare
Kebiasaan hidup yang kurang se
hat.
Kurangnya peran serta
swasta/donator dalam
pelaporan kasus Diare.
A. Kesimpulan
Kegiatan program P2Diare Tahun 2021 telah dilaksanakan. Terdapat beberapa masalah
yang harus ditangani lebih lanjut, diantaranya adalah cakupan penemuan kasus diare masih
kurang dari target, dan penemuan pasien diare paska rawat inap yang masih belum terdapat
laporannya.
Untuk menangani masalah tersebut maka harus ditingkatkan kegiatan penyuluhan dan
kunjungan pada masyarakat dan pasien diare.
B. Saran
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemegang program P2Diare Puskesmas
Lohbener, hendaknya diberikan ilmu tambahan berupa Pelatihan dalam rangka peningkatan
kapasitas pemegang program P2Diare.
Saran tambahan pribadi adalah melakukan penyuluhan secara rutin sesuai jadwal yang
sudah tertera dan dapat membagi waktu dalam melaksanakan kunjungan ke berbagai wilayah
yang sudah dijadwalkan guna untuk mencapai target dan mengetahui seberapa banyak wilayah
yang masih harus diberikan penyuluhan secara ekstra. Penyuluhan yang dilakukan bertujuan
untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit diare, serta mencegah
terjadinya dehidrasi berat yang dapat menyebabkan kematian.
Kita juga dapat melakukan pelatihan dan kerja sama dengan instansi Kesehatan lain
contohnya koordinasi antara Dinas Kesehatan Indaramyu dengan RSUD Indramayu yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Margadadi. Pelatihan yang dimaksud disini lebih kearah
bagaimana cara kita melakukan pencatatan kasus diare yang baik dan benar, sehingga data
yang terdapat pada instansi lain dapat diproses oleh puskesmas. Dari data tersebut juga dapat
dilakukan kunjungan pasien diare dengan dehidrasi sedang-berat paska rawat inap, sehingga
dapat meningkatkan angka cakupan kasus diare.
Saran selanjutnya adalah meningkatkan kegiatan follow up dalam setiap kegiatan
P2Diare Seperti meningkatkan follow up pada pencatatan kasus diare dan kunjungan pasien
paska rawat inap yang masih belum menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk
pencegahan kasus diare.
Dengan saran-saran tersebut diharapkan dapat meningkatkan cakupan kasus diare di
wilayah kerja Puskesmas Lohbner, sehingga cakupan pasien diare paska rawat inap dapat
terlaporkan secara lengkap di Puskesmas Lohbener