Anda di halaman 1dari 37

KERANGKA ACUAN KERJA

ANC TERINTEGRASI REBORN


UPTD PUSKESMAS LOHBENER

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU


DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS LOHBENER
Jln. Raya by pass Lohbener Kecamatan Lohbener
Telp. (0234)7120217 Email. Puskesmas.Lohbener @gmail.com

TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah

Kabupaten Indramayu. Puskesmas Lohbener Kabupaten Indramayu Tahun 2021

disusun dengan tujuan memberikan gambaran tentang keadaan dan kondisi

pencapaian program Diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lohbener

Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya

pencatatan penderita diare di masyarakat. Diare merupakan penyakit umum yang

masih menjadi masalah kesehatan utama pada anak terutama pada balita di berbagai

negara-negara terutama di negara berkembang.

Penderita diare paling sering menyerang anak dibawah lima tahun (balita).

Salah satu faktor yang melatar belakangi timbulnya masalah tersebut adalah

masyarakat kurang memiliki pengetahuan dan kebiasaan yang salah tehadap pola

hidup sehat dan bersih, pengobatan diare, pemantauan pengetahuan penyebab diare

pada masyarakat, dan pengaplikasian pengetahuan pada masyarakat.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian daritugas teknis

operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana

tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan diIndonesia termasuk

memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien(Sulastomo, 2007).

Berdasarkan Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas,Pusat

Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatanmasyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defeksi

lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),

dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi

atau proses peradangan pada usus yang secara langsung mempengaruhi sekresi

enterosit dan fungsi absorbsi. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang

menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Kemenkes RI, 2015). Diare

adalah buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan

konsistensi cair (Brandt, et al, 2015). Diare saat ini masih menjadi masalah yang

sulit untuk ditanggulangi.

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, angka

kematian akibat diare pada balita di Nigeria dan India sebanyak 42% dan angka

kesakitan balita dengan diare sebanyak 39%. Menurut WHO, Penyakit diare adalah

penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan bertanggung

jawab untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun. Penyakit diare adalah

penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, dan sebagian besar hasil

dari makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di seluruh dunia, 780 juta orang

tidak memiliki akses ke air minum yang lebih baik dan 2,5 miliar tidak memiliki

sanitasi yang lebih baik. Diare akibat infeksi tersebar luas di seluruh negara

berkembang (WHO, 2017). Mayoritas kematian ini 15% disebabkan oleh pneumonia

diikuti dengan diare sebanyak 9% (UNICEF, 2016). Perkiraan angka kematian anak-

anak akibat diare di Nigeria adalah sekitar 151, 700–175.000 per tahun (Dairo dalam
Omele, 2019)..

Di Indonesia menurut KEMENKES RI 2018, penyakit diare merupakan

penyakit endemis dan juga merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar

Biasa (KLB) disertai dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang

tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 756 orang dan

kematian 36 orang (CFR 4,76%). Angka kematian (CFR) diharapkan 1%),

sedangkan pada tahun 2018 CFR Diare mengalami peningkatan dibanding tahun

2017 yaitu menjadi 4,76%. Berdasarkan Survey morbiditas diare pada tahun 2014

insiden diare pada balita yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita

sebanyak 46,4% (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2016). Target SDGs

pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita dengan upaya mengurangi

angka kematian bayi dengan 12/1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak

bawah lima tahun 25/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

B. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan dan tingkat keberhasilan pengelolaan program P2 Diare di
Puskesmas Lohbener

2. Tujuan Khusus
a. Menemukan dan membuat prioritas masalah program P2 Diare di Puskesmas
Lohbener
b. Menemukan penyebab masalah program P2 Diare di Puskesmas Lohbener
c. Menentukan penyelesaian penyebab masalah program P2 Diare di Puskesmas
Lohbener
C. Visi Misi Program Pengendalian Penyakit Diare

Visi Program Pengendalian Penyakit Diare

Tercapainya pelaksana program P2 Diare yang terstruktur sehingga dapat menciptaka

n dukungan masyarakat wilayah puskesmas Lohbener yang sehat secara optimal.

Misi Program Pengendalian Penyakit Diare

1. Tercapainya pelaksana program diare dalam pencatatan kasus penyakit diare secar

a lengkap.

2. Terlaksana tatalaksana program diare dengan penanggulangan kasus diare sesuai s

tandar.

3. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati, dan menerapkan perilaku hi

dup bersih dan sehat.

4. Tersusunya secara struktur rencana kegiatan program pengendalian penyakit diare

di wilayah puskesmas Lohbener

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defeksi

lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi

cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Diare merupakan cairan dan elektrolit

secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar

dengan bentuk tinja yang encer dan cair.

B. Etiologi

Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi atau proses peradangan pada

usus yang secara langsung mempengaruhi sekresi enterosit dan fungsi absorbsi

akibat peningkatan kadar cyclic Adenosine Mono Phosphate (AMP) yaitu vibrio

cholere, toksin heat-labile dari Escherichia choli, tumor penghasil fase aktif

intestinal peptide. Penyebab lain diare juga disebabkan karena bakteri parasit dan

virus, keracunan makanan, efek obat-batan dan sebagainya (Ngastiyah, 2005).

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:

a. Infeksi enteral

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak.

b. Infeksi bakteri: virbio, E.coli, salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,

Aeromonas, dan sebagainya.

c. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno

virus,Rotavirus, Astrovirus, dan sebagainya.

d. Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,Strongyloides), Protozoa

(Entamoeba histolityca, Giardia Lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida

albicans). Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di


usus halus. Makanan yang tidak diserap usus akan menyerap air dari dinding

usus. Pada keadaan ini proses makanan di usus besar menjadi sangat singkat

serhingga air tidak sempat diserap. Hal ini yang menyebabkan tinja beralih pada

diare.

e. Infeksi parenteral

Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaaan seperti : Otitis Media

Akut (OMA), tonsillitis atau tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,

dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur

dibawah 2 tahun.

B. Jenis – Jenis Diare

1. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang

dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikan :

a. Diare non inflamasi, diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan

diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan

abdomen jarang atau bahkan tidak sama sekali.

b. Diare inflamasi, diare ini disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin

di kolon. Gejala klinis di tandai dengan mulas sampai nyeri seperti kolik,

mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara

makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan

secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.

2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung selama lebih dari 14 hari.

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi

menjadi diare sekresi, diare osmotik, diare eksudatif, dan gangguan motilitas.

a. Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh
gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan

elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa ke usus ke dalam lumen usus

menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh

garam empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon intestinal.

b. Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi

sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen

usus sehingga terjadilah diare.

c. Diare eksudatif, inflamassi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus

halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi

bakteri atau non infeksi ataub akibat radiasi.

d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu

transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksin,

sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa muncul diare ini.

C. Patofisiologis

Faktor yang menyebabkan penyakit diare dibagi menjadi 3 meliputi :

1. Infeksi

a. Bakteri yang berkembang di saluran pencernaan mengakibatkan

terjadinya peradangan sehingga meningkatkan sekresi air dan elektrolit,

dapat terjadi meningkatnya suhu tubuh karena daya tahan tubuh

menurun, isi usus yang berlebihan, dan penyerapan makanan juga ikut

menurun, sehingga mengakibatkan terjadinya diare.

2. Stress

a. Stress memberikan impuls-impuls ke usus untuk meningkatkan gerakan

peristaltik. Keadaan ini juga bisa mengakibatkan diare. Stress juga

meningkatkan rasa cemas dan takut yang dapat mengakibatkan psikologi


menurun.

3. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein mengakibatkan tekanan osmotik

meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang

dapat meningkatkan isi rongga usus, sehingga terjadi diare.

D. Gambaran Klinis

Menurut Suratun & Lusianah (2010), gambaran klinis diare yaitu sebagai berikut:

1. Muntah/muntah dan/atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.

2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus,

hematochezia, nyeri perut atau kram perut.

3. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake lebih kecil dari outputnya.

Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun, mata

cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,dan suara

serak.

4. Frekuensi nafas lebih cepat dan dalam (pernafasan kussmaul). Bikarbonat

dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi penurunan pH

darah. pH darah yang menurun ini merangsang pusat pernafasan agar

bekerja lebih cepat dengan meningkatkan pernafasan dengan tujuan

mengeluarkan asam karbonat, sehingga pH darah kembali normal.

Asidosis metabolic yang tidak terkompensasi ditandai oleh basa excess

negative, bikarbonat standard rendah dan PaCO2normal.

5. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis tubulus

ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien beresiko menderita gagal

ginjal akut.

6. Demam
Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan

invasi ke dalam sel epitel usus. Demam dapat terjadi karena dehidrasi,

demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tidak tinggi dan

akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi

mungkin mungkin diikuti kejang demam.

E. Penatalaksanaan Penyakit Diare

Pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan suatu proses normal

atau fisiologi, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus berbagai

pertimbangan profesional dalam setiap tahan sebelum membuat suatu keputusan.

Adapun tujuan dari penalataksanaan diare terutama pada balita adalah:

1. Mencegah dehidrasi.

2. Mengobati dehidrasi.

3. Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan

sesudah diare.

4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

Prinsip dari penatalaksanaan diare Prinsip dari tatalaksana diare pada

balita adalah Lintas Diare yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI) dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk

mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/ 14 menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat

diare juga menjadi cara untuk mengobati diare untuk itu Kementrian Kesehatan

telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu: 1. Rehidrasi

menggunakan oralit osmolaritas rendah 2. Zinc selama 10 hari berturut-turut 3.

Pemberian ASI dan makanan 4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi 5. Nasihat


pada ibu/ pengasuh anak Oralit Oralit adalah campuran garam elektrolit yang

terdiri atas Natrium klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), sitrat dan glukosa.

Oralit osmolaritas rendah telah direkomedasikan oleh WHO dan UNICEF (United

Nations International Children's Emergency Fund).

F. Pemeriksaan tinja

Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya

mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika

diare berhubungan dengan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita

salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang

berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon. pH

tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja

rendah/ Ph kurang dari 5,5 makan penyebab diare bersifat tidak menular.

1. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum, kreatinin dan berat jenis

plasma. Penurunan pH darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonat

sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit terutama kadar natrium, kalium,

kalsium, dan fosfor.

G. Epidemiologi Diare

1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Diare

a. Menurut Orang

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih

besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak

perempuan.9 Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia

menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar

301 per 1.000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per
tahun. Survei Departemen Kesehatan tahun 2003 penyakit diare menjadi

penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima

pada semua umur. Kejadiandiare pada golongan balita secara proporsional lebih

banyak dibandingkan kejadian diare pada seluruh golongan umur yakni sebesar

55%.

Berdasarkan Survei Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular

dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM-PL) jumlah kasus diare pada tahun

2005 di Sulawesi Selatan berdasarkan umur yang paling tinggi terjadi pada usia

>5 tahun yaitu sebesar 100.347 kasus sedangkan kematian yang paling banyak

terjadi berada pada usia <1 tahun yakni sebanyak 25 kematian.

Perbedaan sifat keadaan karateristik personal/individu secara tidak

langsung dapat memberikan perbedaan pada sifat/keadaan keterpaparan faktor

resiko penyakit diare maupun derajat resiko penyakit diare serta reaksi individu

terhadap setiap keadaan keterpaparan, sangat berbeda dan dipengaruhi oleh

berbagai sifat karateristik tertentu. Sifat karateristik itu antara lain: umur, jenis

kelamin, kelas sosial, jenis pekerjaan, penghasilan, golongan etnik, status

perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga, dan paritas. Hasil penelitian

Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional di Kecamatan Mutiara Kabupaten

Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok

umur < 24 bulan.

b. Tempat

Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang atau

terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara

yang sudah maju sekalipun, hanya saja di negara maju keadaan penyakit diare

infeksinya jauh lebih kecil.


Berdasarkan Ditjen PPM & PL tahun 2005 bahwa KLB diare yang paling tinggi yang

paling besar terjadi pada daerah NTT dengan jumlah penderita 2.194 orang dengan CFR

sebesar 1,28% diikuti oleh Kota Banten dengan jumlah pederita 1.371 orang dan CFR

1,9% . Hali ini di sebabkan tingkat sanitasi masyarakat yang msih rendah, dimana pada

daerah NTT tersebut terjadi kekurangan air, sehingga aktivitas mereka terbatasi dengan

minimnya persediaan air.

Pada tahun 2004, di Indonesia diare merupakan penyakit dengan frekuensi

KLB kelima setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorum dan keracunan

makanan. Angka kesakitan diare di Kalimantan Tengah dari tahun 2000-2004

fluktuatif dari 15,87 sampai 23,45. Pada tahun 2005 kasus diare 37,53% terjadi

pada balita.

Berbagai penelitian tetang diare telah dilakukan di berbagai tempat. Hasil

penelitian Kasman di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota

Padang Sumatera Barat (2003) dengan desain cross sectional didapatkan proporsi

diare pada anak balita sebesar 69,1%.

c. Waktu

Masih seringnya terjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) diare

menyebabkan pemberantasannya menjadi suatu hal yang sangat penting. Di

Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir di setiap musim sepanjang tahun.

Angka kesakitan diare tahun 2000 berdasarkan Survei Ditjen PPM-PL

adalah 301 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada

tahun 2003 angka kesakitan diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan

episode pada balita 1,08 kali per tahun. Cakupan penderita diare yang dilayani dan
Berdasarkan Ditjen PPM & PL tahun 2005 bahwa KLB diare yang paling tinggi yang

paling besar terjadi pada daerah NTT dengan jumlah penderita 2.194 orang dengan CFR

sebesar 1,28% diikuti oleh Kota Banten dengan jumlah pederita 1.371 orang dan CFR

1,9% . Hali ini di sebabkan tingkat sanitasi masyarakat yang msih rendah, dimana pada

daerah NTT tersebut terjadi kekurangan air, sehingga aktivitas mereka terbatasi dengan

minimnya persediaan air.

Pada tahun 2004, di Indonesia diare merupakan penyakit dengan frekuensi

KLB kelima setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorum dan keracunan

makanan. Angka kesakitan diare di Kalimantan Tengah dari tahun 2000-2004

fluktuatif dari 15,87 sampai 23,45. Pada tahun 2005 kasus diare 37,53% terjadi

pada balita.

Berbagai penelitian tetang diare telah dilakukan di berbagai tempat. Hasil

penelitian Kasman di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota

Padang Sumatera Barat (2003) dengan desain cross sectional didapatkan proporsi

diare pada anak balita sebesar 69,1%.

d. Waktu

Masih seringnya terjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) diare

menyebabkan pemberantasannya menjadi suatu hal yang sangat penting. Di

Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir di setiap musim sepanjang tahun.

Angka kesakitan diare tahun 2000 berdasarkan Survei Ditjen PPM-PL

adalah 301 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada

tahun 2003 angka kesakitan diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan

episode pada balita 1,08 kali per tahun. Cakupan penderita diare yang dilayani dan
dilaporkan selama lima tahun terakhir cenderung menurun. Sementara itu jumlah

penderita diare yang dapat dihimpun dalam lima tahun terakhir ditemukan bahwa

jumlah penderita yang dilaporkan paling tinggi yakni pada tahun 2000 sebesar

1. penderita, sedangkan jumlah penderita yang dilaporkan paling rendah yakni

pada tahun 2004 sebesar 596.050 penderita.

2. Determinan Penyakit Diare

a. Host

(Penjamu) 1).

Umur

Survei Departemen Kesehatan tahun 2003 penyakit diare menjadi

penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima

pada semua umur. Hasil penelitian Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional

di Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada

anak balita dengan kelompok umur < 24 bulan.

2). Jenis Kelamin

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih

besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak

perempuan.9 Penelitian Efrida Yanthi (2001) di Kecamatan Padang Bolak Julu

Kabupaten Tapanuli Selatan dengan desain cross sectional menunjukkan

hubungan yang tidak bermakna antara jenis kelamin anak balita dengan kejadian

diare dengan nilai p=0,997.

3). Status Gizi

Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta

terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi


berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh

terutama penyakit diare.

Hasil penelitian Elmi Haryuni (2005) dengan desain case control di

wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi

balita dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000, OR=3,5. Hasil penelitian

Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional di Kecamatan Mutiara Kabupaten

Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok

umur < 24 bulan.

4). Status imunisasi

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi

campak juga dapat mencegah diare. Untuk itu anak harus segera diberi imunisasi

campak ketika berumur 9 bulan sampai anak berusia 1 tahun. Hasil penelitian

Efrida Yanthi (tahun 2001) di Kecamatan Padang

Bolak Julu Kabupaten Tapanuli Selatan, yang melakukan analisis faktor

resiko terhadap kejadian diare yang menggunakan desain penelitian cross

sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi

dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Ini berarti balita yang tidak

imunisasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita diare.

5). ASI Eksklusif

Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan,

akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit

karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit.
Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif

akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur dan parasit.

Hasil penelitian Dina Kamalia (2005) tentang hubungan pemberian ASI

eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 1-6 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Kedungwuni I yang menggunakan desain cross sectional,

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif

dengan kejadian diare diman nilai p=0,003 (p<0,005).

b. Agent

Beberapa penyebab diare dapat dibagi menjadi :

1). Peradangan usus oleh:

a). Bakteri, seperti : Escheria coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi

A,B, C, Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio

parahemolytius, Clostridium perferingens, Campilobacter,

Staphilococcus, Streptococcus, Coccidiosis.

b). Parasit, seperti : Protozoa (Entamoeba histolyca, Giardia lambia,

Trichomonashominis isospora), cacing (Ascaris lumbricoides,

Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichuris tricura,

Vermiccularis, Taenia saginata, Taenia solium), jamur (Candida).

c). Virus, seperti :Rotavirus, Farvovirus, Adenovirus, Norwalk.

2). Makanan, yaitu:

a). Sindroma malaborsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.

b). Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri (Clostridium

bottulinus, Staphilococcus) atau bahan kimia.


c). Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti susu kaleng

atau susu sapi.

c). Kekurangan energi protein (KEP).

3). Immunodefisiensi terutama Sig A (secretory immunoglobulin A) yang

mengakibatkan berlipat gandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama

Candida.

4). Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare

terutama pada anak yang lebih besar.

c. Environment (Lingkungan)

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.

Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua

faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor

lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan

perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman

maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

1). Ketersediaan Jamban

Penelitian Dewi Ratnawati dkk ( tahun 2006) di Kabupaten Kulon Progo

Yogyakarta dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa

penggunaan jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan

risiko 2,550 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare akut dibandingkan

dengan penggunaan jamban yang memenuhi syarat dan secara statistik bermakna.

2). Penyediaan Air Bersih

Penelitian Dewi Ratnawati dkk (tahun 2006) di Kabupaten Kulon Progo

Yogyakarta dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa


penggunaan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan

meningkatkan risiko 1,310 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare akut

dibandingkan dengan penggunaan sarana air bersih yang memenuhi syarat namun

secara statistik tidak bermakna.

3). Sanitasi Lingkungan

Rendahnya mutu sanitasi lingkungan merupakan keadaan yang potensial

untuk menjadi sumber penularan penyakit diare.

Program Pengendalian Penyakit Diare

1. Pengertian Program P2 Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defeksi

lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi

cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir.

2. Sasaran Pedoman P2 Diare

a. Tenaga P2 Diare Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puseksmas.

b. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait.

c. Pengambilan kebijakan tingkat Kabupaten.

3. Cara Pelaksanaan

a. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana

Kesehatan.

b. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan

benar (kunjungan rumah).

c. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.

d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.


4. Indikator Kinerja Dan Target

Sasaran target program P2 Diare Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu pada

Tahun 2021 sebagai berikut :

1. Cakupan temuan kasus Diare, target 1657.

2. Kunjungan rumah paska rawat inap, target 100% pasien diare dehidrasi

berat paska rawat inap dikunjungi.


BAB III

METODE

A. Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Program P2 Diare


1. Materi
Materi yang di evaluasi terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan puskesmas
mengenai program P2 Diare di puskesmas Lohbener kecamatan Indramayu
kabupaten Indramayu Tahun 2021, antara lain:
1 .Penemuan gejala Diare.
2. Penemuan dan pengobaan Lintas Diare.
3. Melakukan koordinasi lintas program.
4. Melakukan pemantauan pengobatan pasien Diare.
5. Melakukan kunjungan rumah warna setelah rawat inap.

2. Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara membandingkan cakupan program Diare
terhadap target yang ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem.
Langkah – langkah evaluasi program Diare

IDENTIFIKASI
MASALAH

PEMANTAUAN
DAN EVALUASI ANALISIS
MASALAH

MELAKSANAKAN MENENTUKAN
KEGIATAN KEGIATAN
PERBAIKAN PERBAIKAN
PROGRAM GIZI PROGRAM GIZI

Lima langkah evaluasi program Diare yaitu :


1. Identifikasi Masalah, yaitu mempelajari data berupa angka atau keterangan-
keterangan yang berhubungan dengan identifikasi masalah Diare Kemudian
melakukan validasi terhadap data yang tersedia, melihat kembali data apakah sudah
sesuai dengan data yang seharusnya dikumpulkan dan di pelajari. Selanjutnya
mempelajari besaran dan sebaran masalah Diare membandingkan dengan target
program Diare setelah itu merumuskan masalah Diare dengan menggunakan ukuran
prevalensi dan cakupan.
2. Analisis masalah, yaitu didasarkan pada hasil identifikasi dengan menganalisis faktor
penyebab terjadinya masalah. Tujuannya untuk dapat memahami secara jelas, spesifik
dan terukur, sehingga mempermudah penentuan alternatif masalah. Caranya dapat
dilakukan dengan Analisis Hubungan, Analisis Perbandingan, Analisis
Kecenderungan dan lain-lain.
3. Menentukan kegiatan penemuan dan pengobatan Diare, yaitu didasarkan pada analisis
masalah program Diare baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dimulai dengan penetapan
tujuan berupa upaya-upaya kegiatan yang dapat mempercepat penanggulangan
masalah Diare yang ada.
4. Melaksanakan program penemuan dan pengobatan Diare, yaitu setelah menentukan
kegiatan penemuan dan pengobatan Diare kemudian dilakukan langkah-langkah yang
terencana untuk setiap kegiatan, seperti penyiapan sarana dan prasarana, penyuluhan
Diare, dan pelayanan pengobatan Diare.
5. Pemantauan dan evaluasi, dimulai sejak langkah awal perencanaan dibuat sampai
dengan suatu kegiatan telah selesai dilaksanakan. Kegiatan pemantauan dapat
dilakukan melalui sistem pencatatan dan pelaporan, hasil kegiatan pemantauan
kemudian dibuat kegiatan tindak lanjut pemantauan yang telah dilakukan melalui
umpan balik. Evaluasi adalah suatu proses untuk keterkaitan, efektifitas, efesiensi, dan
dampak suatu program yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki, menentukan dan
memeproleh suatu bentuk kegiatan yang tepat. Dengan tujuan untuk memperoleh
masukan yang digunakan dalam proses perencanaan yang akan datang dengan
mengukur keberhasilan suatu program.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Profil Wilayah Dan Profil Puskesmas


1. Keadaan Geografis
Lokasi UPTD Puskesmas Lohbener berada Jalan Raya Lohbener Desa
Lohbener Kecamatan Lohbener Indramayu yang merupakan jalan utama Pantai
Utara.Transportasi antar wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama
desa sebagian besar sudah beraspal atau di beton dan mudah dijangkau dengan
sarana transportasi. Tetapi akses jalan dalam satu desa masih ada yang belum
beraspal/ beton, akan tetapi masih dapat ditempuh dengan menggunakan sarana
transportasi baik roda 2 ataupun roda 4.
2. Luas Wilayah
Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Lohbener 1668,5 ha. Secara
Administratif UPTD Puskesmas Lohbener membawahi 6 desa binaan, yaitu
desa Rambatan Kulon, Sindangkerta, Pamayahan, Lohbener, Legok dan Bojong
Slawi

a. Batas Wilayah
Adapun batasan wilayah kerja UPTD Puskesmas Lohbener adalah
sebagai berikut :
 Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Losarang

 Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Sindang

Secara Indicator tive UPTD Puskesmas Lohbener terdiri dari :


Jumlah
No Desa /Kelurahan
RT RW
1  Desa Rambatan Kulon 44 RT 05 RW
2  Desa Sindangkerta 10 RT 02 RW
3  Desa Pamayahan 16 RT 04 RW
4  Desa Lohbener 39 RT 08 RW
5  Desa Legok 15 RT 03 RW
6  Desa Bojongslawi 06 RT 02 RW
 Jumlah 130 RT 24 RW
2. Keadaan Demografi
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk
No Nama Desa Keterangan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Rambatan Kulon 5.780 5.892 11.672
2. Sindangkerta 1.246 1.189 2.435
3. Pamayahan 2.186 2.120 4.306
4. Lohbener 3.621 3.599 7.220
5. Legok 2.585 2.569 5.154
6. Bojong Slawi 1.891 1.780 3.671
Jumlah 17.309 17.149 34.458

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang padat pada suatu
wilayah didukung dengan sanitasi lingkungan yang memadai akan berpengaruh terhadap
timbulnya dan penyebaran penyakit menular di masyarakat seperti penyakit menular yang
berkaitan dengan sanitasi seperti diare, TB Paru,DBD dan penyakit lainnya. Disamping itu
tingkat kepadatan penduduk juga akan berkaitan dengan penguasaan lahan – lahan produktif
yang berhubungan dengan pendapatan dan ketahanan pangan .
Sedangkan upaya peningkatan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat,
sasaran program pembangunan kesehatan diprioritaskan pada kelompok rentan terhadap
masalah kesehatan

C. Capaian Program P2 Diare


Capaian Program P2 Diare Puskesmas Margadadi pada Tahun 2021 adalah sebagai
berikut:
1. 20.4% capaian penemuan kasus Diare.
2. 0 % penemuan pasien paska rawat inap.

1. Data Kasus Diare


Gambaran penemuan kasus diare dengan Indicator capaian temuan kasus diare Tahun
2021 di wilayah kerja puskesmas Lohbener adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

GAMBARAN CAKUPAN TEMUAN KASUS DIARE

Target Capaian

764 156 ( 20.4 % )


25

20
LOHBENER
SINDANGKERTA
15 PAMAYAHAN
LEGOK
BOJONGSLAWI
10
RAMBATAN KULON
LUAR WILAYAH
5 JUMLAH

0
JAN FEB MARAPRILMEI JUNI JULI AGUS SEP OKT NOV DES

JA FE MA APRI ME JUN JUL AGU SE OK NO DE


DESA N B R L I I I S P T V S
LOHBENER 4 0 4 0 4 1 5 3 8 3 10 2
SINDANGKERTA 1 0 0 1 0 2 0 2 1 0 0 1
PAMAYAHAN 2 2 0 0 3 1 0 0 4 0 0 0
LEGOK 0 0 2 1 4 0 4 6 0 0 3 2
BOJONGSLAWI 0 1 3 6 0 0 0 4 4 2 0 3
RAMBATAN
KULON 7 1 6 3 4 0 2 5 3 1 9 3
LUAR WILAYAH 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
JUMLAH 14 6 15 11 14 4 11 21 20 6 23 11

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui gambaran cakupan temuan kasus diare di wilayah kerja
Puskesmas Lohbener sebanyak 156 (20.4 %), dengan target yang seharusnya dicapai
sebanyak 764

1. Kunjungan Rumah Paska Rawat Inap


Cakupan kunjungan rumah paska rawat inap tidak ada karena tidak ada pelaporan
pasien diare dengan rawat inap. Kemungkinan hal ini terjadi karena tidak ada sistem
surveilans terpadu dari dinas kesehatan dan rumah sakit tertentu untuk koordinasi.

D. Identifikasi Masalah
Dari hasil capaian program P2 Diare Tahun 2021, maka didapat 2 masalah indikator
yang pencapaiannya kurang dari target yaitu :
1. Penemuan pasien kasus Diare tidak mencapai target.
2. Tidak adanya kunjungan rumah pasien diare paska rawat inap.
E. Prioritas Masalah (USG)
Karena keterbatasan penanggung jawab program dalam menyelesaikan semua masalah,
maka dibuat prioritas masalah untuk menyelesaikan masalah yang dianggap paling penting
terlebih dahulu dengan menggunakan metoda USG (Urgensi, Seriousness, Growth). Berikut
ini matrik perhitungan prioritas masalah :

Tabel 4.1
Nilai Prioritas Masalah
MASALAH NILAI PRIORITAS MASALAH URUTAN
YANG TOTAL PRIORITAS
DITEMUKAN URGENSI SERIOUSLY GROWTH MASALAH
Penemuan
pasien kasus
Diare tidak 4 4 4 12 1
mencapai target.

Tidak adanya
kunjungan
rumah pasien
4 3 3 10 2
diare paska
rawat inap.

Berdasarkan masalah yang ditemukan, prioritas masalah yang pertama yaitu cakupan
penemuan kasus Diare yang masih belum mencapai target.
Dari kedua permasalahan maka program P2 Diare membuat fishbone P2 Diare untuk
menentukan akar masalah prioritas utama yaitu capain penemuan pasien kasus Diare.
F. Penyebab Masalah
Diagram Tulang Ikan

DANA MANUSIA

Pengetahuan masyarakat
Petugas belum terlatih tentang penyakit Diare masih
kurang
di posyandu masih kurang
Petugas merangkap program

Penemuan
kasus Diare
Kurangnya informasi ke
masyarakat tentang jadwal
pengobatan standar Diare
Kebiasaan hidup yang kurang se
hat.
Kurangnya peran serta
swasta/donator dalam
pelaporan kasus Diare.

SARANA METODE LINGKUNGAN


Untuk menentukan akar penyebab masalah menggunakan metode diagram tulang ikan
(fishbone) yang terdiri dari dana, manusia, sarana, metode dan lingkungan. Dari diagram tulang
ikan (fishbone), penyebab masalah dari penemuan kasus Diare:
1. Kurangnya dukungan swasta/donator dalam pelaporan kasus Diare (met).
2. Pengetahuan masyarakat masih kurang tentang P2 Diare (man).
3. Kebiasaan hidup yang kurang sehat (ling).
4. Kurangnya informasi ke masyarakat tentang pengobatan standar kasus Diare (metode).
5. Petugas belum terlatih (man).
6. Petugas merangkap program (man).

G. Prioritas Penyebab Masalah


Karena keterbatasan penanggung jawab program dalam penyelesaian pemecahan semua
penyebab masalah, maka dibuat prioritas penyebab masalah untuk dengan menggunakan metoda
USG (Urgensi, Seriousness, Growth). Berikut ini matrik perhitungan prioritas penyebab
masalah:
Penyebab Masalah U S G Total
Kurangnya dukungan swasta/donator dalam 4 4 3 10
pelaporan kasus Diare (metode).
Pengetahuan masyarakat masih kurang tentang Diare
4 5 4 13
(man).
Petugas belum terlatih (man).
3 3 3 9

Petugas merangkap program (man).


3 3 2 8

Kebiasaan hidup yang kurang sehat (ling).


3 3 2 8
Kurangnya informasi ke masyarakat tentang
3 3 1 7
pengobatan standar Diare (metode).
H. Alternatif Penyelesaian Masalah
Di bawah ini adalah alternatif penyelesaian masalah dari tiap penyebab masalah:
Pengetahuan masyarakat masih kurang tentang P2 Diare (man).
N Nama Rincian Tujuan (why) Sasaran Waktu Lokasi Dana
o Kegiatan Kegiatan (who) Kegiatan (where)
(what) (how) (when)
1 Penyuluha Memberikan Meningkatkan Masyarkat Januari – 6 desa/ Transport
n ke informasi pengetahuan Desember kelurahan petugas 3
masyarak tentang masyarakat wilayah x 6 bulan
at penyakit tentang kerja x 50.000
( Diare ,tanda penyakit puskesmas =
individu/ke gejala dan Diare ,tanda Lohbener Rp.
lompok) pengobatan gejala dan 900.000
Diare pengobatan
Diare

Kurangnya dukungan swasta/donator dalam pelaporan kasus Diare

N Nama Rincian Tujuan (why) Sasaran Waktu Lokasi Dana


o Kegiatan Kegiatan (who) Kegiatan (where)
(what) (how) (when)
1 Kunjunga Melakukan Menemukan Sarpelkes Januari – 6 desa/ Transport
n ke kunjungan kasus Diare Desember kelurahan petugas 1
sarpelkes terhadap di sarpelkes wilayah x 12
(sarana sarpelkes kerja bulan x
puskesmas 50.000 =
pelayana
Lohbener Rp.
n 600.000
kesehata
n)
BAB V
RENCANA USULAN KEGIATAN
A. Usulan Kegiatan Rutin
Rencana Usulan Kegiatan (Ruk) Program P2 Diare
UPTD Puskesmas Lohbener Tahun 2022
TARG Jadwal SUMB
PENANGG
N UPAYA ET
O KESEHATAN
KEGIATAN TUJUAN SASARAN
SASA
UNG LOKASI ER
JAWAB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BIAYA
RAN
v  v v v v  v  v  v v  v v v
Penemuan
terduga Penyuluhan Desa /
diare di dan pencarian Menemukan Kelurah
Masyarakat Penderita Program an
1 data pasien kasus baru 100% BOK
diare P2 Diare Wilayah
diare di diare.
posyandu Kerja
Puskes
mas
B. Usulan Kegiatan Terkait Masalah
Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) BOK Tahunan Program P2 Diare
UPTD Puskesmas Lohbener Tahun 2022
PENANG LOKAS
N UPAYA TARGET Jadwal BIAYA
KEGIATAN TUJUAN SASARAN GUNG I
O KESEHATAN SASARAN
JAWAB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Meningkat Desa /
kan Kelurah
Penyuluhan dan
pengetahu an
pencarian data Program P2 Rp.
1 an Masyarkat 100% Wilayah
pasien diare di Diare 500.000
masyaraka Kerja
posyandu.
t tentang Puskes
diare. mas
v v  v  v  v  v  v v v v v v
Desa /
Kunjungan ke Kelurah
Menemuk
sarpelkes an
an kasus Program P2 Rp
2 (sarana Sarpelkes 100% Wilayah
Diare di Diare 300.000
pelayanan Kerja
sarpelkes
kesehatan) Puskes
mas
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kegiatan program P2Diare Tahun 2021 telah dilaksanakan. Terdapat beberapa masalah
yang harus ditangani lebih lanjut, diantaranya adalah cakupan penemuan kasus diare masih
kurang dari target, dan penemuan pasien diare paska rawat inap yang masih belum terdapat
laporannya.
Untuk menangani masalah tersebut maka harus ditingkatkan kegiatan penyuluhan dan
kunjungan pada masyarakat dan pasien diare.

B. Saran
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemegang program P2Diare Puskesmas
Lohbener, hendaknya diberikan ilmu tambahan berupa Pelatihan dalam rangka peningkatan
kapasitas pemegang program P2Diare.
Saran tambahan pribadi adalah melakukan penyuluhan secara rutin sesuai jadwal yang
sudah tertera dan dapat membagi waktu dalam melaksanakan kunjungan ke berbagai wilayah
yang sudah dijadwalkan guna untuk mencapai target dan mengetahui seberapa banyak wilayah
yang masih harus diberikan penyuluhan secara ekstra. Penyuluhan yang dilakukan bertujuan
untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit diare, serta mencegah
terjadinya dehidrasi berat yang dapat menyebabkan kematian.
Kita juga dapat melakukan pelatihan dan kerja sama dengan instansi Kesehatan lain
contohnya koordinasi antara Dinas Kesehatan Indaramyu dengan RSUD Indramayu yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Margadadi. Pelatihan yang dimaksud disini lebih kearah
bagaimana cara kita melakukan pencatatan kasus diare yang baik dan benar, sehingga data
yang terdapat pada instansi lain dapat diproses oleh puskesmas. Dari data tersebut juga dapat
dilakukan kunjungan pasien diare dengan dehidrasi sedang-berat paska rawat inap, sehingga
dapat meningkatkan angka cakupan kasus diare.
Saran selanjutnya adalah meningkatkan kegiatan follow up dalam setiap kegiatan
P2Diare Seperti meningkatkan follow up pada pencatatan kasus diare dan kunjungan pasien
paska rawat inap yang masih belum menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk
pencegahan kasus diare.
Dengan saran-saran tersebut diharapkan dapat meningkatkan cakupan kasus diare di
wilayah kerja Puskesmas Lohbner, sehingga cakupan pasien diare paska rawat inap dapat
terlaporkan secara lengkap di Puskesmas Lohbener

Anda mungkin juga menyukai