Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PRAKTEK COMPOUNDING DAN DISPENSING

“DIARE”

Dosen pengampu:

apt. Ghani Nurfiana Fadma Sari, M.Farm

Disusun Oleh:

Septiana Aulia Anggraeni (2120414670)

PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah praktek compounding dan dispensing
”Diare” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Oleh kerana itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada para pembaca apabila
menemukan kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah kami, baik dari segi bahasanya
maupun isinya demi lebih baiknya makalah-makalah yang akan datang.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit
tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Masyarakat tidak hanya sekedar
melakukan pengobatan saja, tetapi masyarakat juga mencari informasi pilihan obat yang
sesuai dengan keluhannya dengan bantuan tenaga kefarmasian. Swamedikasi biasanya
dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan, seperti demam, nyeri,
pusing, batuk, sakit maag, diare, penyakit kulit, susah buang air besar dan lain-lain.
Pemilihan obat dalam melakukan swamedikasi harus sesuai dengan penyakit yang
dikeluhkan. Pelaksanaan swamedikasi harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional, antara lain ketepatan golongan obat, ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis
obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, dan tidak adanya interaksi
obat.
Diare merupakan penyakit umum yang masih menjadi masalah kesehatan utama
pada anak terutama pada balita di berbagai negara-negara terutama di negara
berkembang. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan
cair (Suriadi & Yuliana, 2006). Diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2005).
Faktor risiko penyebab terjadinya diare akut pada balita antara lain faktor lingkungan,
tingkat pengetahuan ibu, sosial ekonomi masyarakat, makanan atau minuman yang di
konsumsi dan perilaku atau kebiasaan cuci tangan (Hartati,2018). Kesehatan yang kurang
baik dari dalam diri anak maupun ibu dapat memicu timbulnya penyakit diare. Maka
pentingnya mengedukasikan kepada pasien tentang kebersihan diri dan lingkungan untuk
menjaga kesehatan. Kekambuhan dan komplikasi diare dapat dicegah dengan pengobatan
yang tepat.
Komplikasi utama diare cair akut adalah kekurangan cairan (dehidrasi). Derajat
dehidrasi dibagi menjadi tiga. Pertama, tanpa dehidrasi dengan gejala keadaan umum
baik dan sadar, mata normal, minum biasa dan tanpa rasa haus, turgor kulit kembali cepat
serta perkiraan kehilangan cairan <5%. Kedua, diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
dengan gejala keadaan umum gelisah, mata cekung, rasa haus dan ingin minum banyak,
turgor kembali lambat dan perkirakan kehilangan cairan 5-10%. Ketiga, diare akut
dengan dehidrasi berat dengan gejala keadaan umum lesu, lunglai atau tidak sadar, mata
sangat cekung, malas minum atau tidak bisa minum, turgor kulit kembali sangat lambat,
perkiraan kehilangan cairan >10%
Diare biasanya dapat pulih sendiri tanpa terapi atau gejala dapat diatasi dengan
pengobatan sendri (swamedikasi), apabila keluhan ini sudah kronis dan tidak dapat
diatasi sendiri, maka penderita konsultasi ke dokter. Swamedikasi untuk diare yaitu
dengan mengembalikan cairan yang hilang akibat diare. Kegagalan dalam pengobatan
diare dapat menyebabkan infeksi berulang atau gejala berulang dan bahkan timbulnya
resistensi. Untuk menanggulangi masalah resistensi tersebut, WHO telah
merekomendasikan pengobatan diare berdasarkan penyebabnya (Cakrawadi, 2011).
Panduan tatalaksana diare pada balita yang merujuk pada panduan WHO, menetapkan
lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita balita, yaitu
rehidrasi dengan menggunakan oralit, pemberian zinc selama 10 hari berturut-turut, ASI
dan makanan diteruskan, antibiotik selektif dan nasihat kepada orang tua (Subagyo dan
Santoso, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud diare ?
2. Apa sajakah penyebab diare ?
3. Bagaimana patofisiologi diare ?
4. Apa sajakah jenis diare dan bagaimana gejalanya ?
5. Bagaimana swamedikasi pada penderita diare ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud diare.
2. Untuk mengetahui apa sajakah penyebab diare.
3. Untuk mengetahui patofisiologi diare.
4. Untuk mengetahui jenis diare dan bagaimana gejalanya.
5. Untuk mengetahui swamedikasi pada penderita diare.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Diare
Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan rheein,
yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang yang menderita
“pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer” (Goodman dan Gilman, 2003).
Menurut WHO tahun 2013 diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan
konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari, sedangkan diare
akut adalah kejadian diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang air
besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih
dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti 5 biasanya, yang
biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu (Yulinah, 2008).

B. Penyebab Diare
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi atau proses peradangan pada usus yang
secara langsung mempengaruhi sekresi enterosit dan fungsi absorbsi akibat peningkatan
kadar cyclic Adenosine Mono Phosphate (AMP) yaitu vibrio cholere, toksin heat-labile
dari Escherichia choli, tumor penghasil fase aktif intestinal peptide. Penyebab lain diare
juga disebabkan karena bakteri parasit dan virus, keracunan makanan, efek obat-batan
dan sebagainya (Ngastiyah, 2005).
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
b. Infeksi bakteri: virbio, E.coli, salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya.
c. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno
virus,Rotavirus, Astrovirus, dan sebagainya.
d. Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba histolityca, Giardia Lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida
albicans). Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus
halus. Makanan yang tidak diserap usus akan menyerap air dari dinding usus. Pada
keadaan ini proses makanan di usus besar menjadi sangat singkat serhingga air tidak
sempat diserap. Hal ini yang menyebabkan tinja beralih pada diare.
e. Infeksi parenteral Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaaan seperti :
Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis atau tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.

C. Jenis Diare
Menurut Suratun & Lusianah (2010) terdapat beberapa jenis diare, yaitu sebagai berikut:
1. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari. Diare akut diklasifikasikan :
a. Diare non inflamasi, diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare
cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang atau
bahkan tidak sama sekali.
b. Diare inflamasi, diare ini disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di
kolon. Gejala klinis di tandai dengan mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan
darah pada pemeriksaan feses rutin, dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit
polimorfonuklear.
2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung selama lebih dari 14 hari. Mekanisme
terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi diare sekresi,
diare osmotik, diare eksudatif, dan gangguan motilitas. Diare kronis diklasifikasikan
menjadi :
a. Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh
gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan
elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa ke usus ke dalam lumen usus
menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon intestinal.
b. Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi sehingga
osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen usus sehingga
terjadilah diare.
c. Diare eksudatif, inflamassi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
non infeksi ataub akibat radiasi.
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksin,
sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa muncul diare ini.

D. Patofisiologi Diare
Penyebab timbulnya diare adalah infeksi atau gangguan osmotik. diare yang
disebabkan oleh infeksi diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk kedalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadinya proses perubahan usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga
karena adanya toksin atau bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
rongga usus sehingga terjadilah diare. Diare akibat gangguan osmotic yaitu akibat
makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga terjadi diare.

E. Swamedikasi Diare
- Golongan Absorben
Absorben digunakan untuk mengatasi munculnya gejala diare. Dalam kerjanya,
absorben bekerja secara tidak spesisfik dengan menyerap air, nutrisi, racun, maupun obat.
Pemberian adsorben bersama obat lain, akan menurunkan bioavailabilitas obat lain tersebut.
a. Attapulgite
Untuk pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui penyebabnya.
Kontraindikasi pada pasien hipersensitivitas, obstruksi usus, demam, disentri. Dosis dewasa
dan anak >12 tahun adalah 2 tablet setelah BAB, maks 12 tablet/hari. Dosis anak 6-12 tahun
adalah 1 tablet setelah BAB, maks 6 tablet/hari. Contoh sediaan tablet attapulgite 600mg
(Biodiar®, New Diatabs®, Teradi®) dan kombinasi attapulgite + pectin (Enterostop®,
Molagit®).
b. Kaolin
Mengikat (adsorpsi) zat-zat beracun, serta memperbesar volume isi usus, sehingga dapat
dipakai untuk meredakan mencret. Kontraindikasi pada pasien obstruksi usus. Dosis dewasa
dan anak >12 tahun adalah 30 ml, maks 180 ml /hari. Dosis anak 6-12 tahun adalah 15 ml,
maks 90 ml /hari. Contoh sediaan kombinasi Kaolin + pectin (Kaopectat®, Neo kaolana®).
c. Arang aktif
Digunakan pada diare akibat salah makan atau keracunan makanan. Dapat meringankan
diare dengan menciutkan selaput lendir usus. Dosis 2-3x sehari 3-4 tablet (250 mg/tab.) pada
diare. Contoh sediaan adalah Norit®.
- Zinc Sulfate
Terapi penunjang/ suplemen untuk diare akut non spesifik. Dosis dewasa dan anak
adalah 20 mg 1 x sehari. Dosis bayi < 6 bulan: 10 mg 1 x sehari. Zinc diberikan selama 10
hari (meskipun diare sudah berhenti). Efek samping zinc adalah mual, muntah, rasa pahit
pada lidah. Bentuk sediaan: Bubuk 10 mg (Orezinc®); tablet 20mg (Zinc, Zincare®,
Zidiar®); syrup 20mg/ 5 ml (ZircumKids®); syrup 10mg/ 5 ml (Zinkids®).
- Probiotik
Suplemen untuk membantu meredakan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus, atau parasit. Membantu meredakan diare akibat penggunaan antibiotic. Kelompok
probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila
meningkat jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek positif karena berkompetisi untuk
nutrisi dan reseptor saluran cerna. Untuk mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan
dalam jumlah adekuat. Dosis untuk probiotik sebagai berikut:
● Lacto B : Anak 1-6 th 3 sachet/ hari. Bayi < 1 th 2 sachet/ hari.
● L-Bio : Anak ≥ 12 th 3 sachet/ hari. Anak ≥ 2 th 2-3 sachet/ hari.
● Lacidofil : Dewasa 1 kapsul, 2 x sehari. Anak > 2 th 1 kapsul, 1 x sehari.

Terapi Non Farmakologi


Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan
khusus/imunisasi. Cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena
peningkatan higiene dan sanitasi dapat menurunkan insiden diare, jangan makan
sembarangan terlebih makanan mentah, mengonsumsi air yang bersih dan sudah direbus
terlebih dahulu, mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah bekerja. Pada bayi dengan
selalu memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun, memberikan
makanan pendamping ASI sesuai umur, untuk mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus
cairan untuk dehidrasi.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS 3 :
Seorang Ibu pergi ke apotik dan ingin ketemu seorang apoteker. Dengan keluhan anaknya yang
berumur 2 tahun sudah sehari menderita diare sering buang air besar sehari 6 kali dengan tektur
feses seperti air badan lemas perut melilit, dikarenakan minum susu yang baru dibeli di
supermarket (ganti merk produk susu) bukan susu yang biasa dikonsumsi.

Metode SBAR:
Subjektif :
Sering buang air besar sehari 6 kali dengan tektur feses seperti air, badan lemas, perut melilit
dikarenakan minum susu yang baru dibeli di supermarket (ganti merk produk susu).
Background :
- Sejak kapan merasakan keluhan ini ?
- Apa sajakah gejala yang dirasakan ?
- Apakah sebelumnya pernah merasakan keluhan ini ?
- Apakah sudah minum obat untuk mengatasi keluhan yang dirasakan ?
- Apakah pasien memiliki alergi makanan/susu ?
- Bagaimana pola makan pasien sehari-hari ?
Assesment :
- Diare karena minum susu yang baru dibeli di supermarket (ganti merk produk susu)
bukan susu yang biasa dikonsumsi.
- Badan lemas karena pasien kekurangan cairan tubuh (dehidrasi).
Recommendation :
- Mengatasi diare dengan pemberian zinc syrup 10 ml sekali sehari selama 10 hari
walaupun diare sudah berhenti.
- Mengatasi lemas karena dehidrasi dengan pemberian oralit dilarutkan dalam 200 ml
air ( untuk dosis anak umur 2 tahun : 50 ml dalam 4-6 jam pertama).
- Menghentikan penggunaan susu yang mengandung laktosa atau dapat diganti dengan
susu kedelai untukmemenuhi kebutuhan gizi anak.
- Mengkonsumsi makanan seperti ikan sarden atau salmon, sayuran hijau, seperti
bayam, kubis, atau brokoli, dan kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai.

Deskripsi penyakit :
Diare adalah keadaan peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi kotoran
tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu. Diare disebabkan karena
intoleransi laktosa, dimana intoleransi laktosa adalah suatu kondisi yang membuat tubuh
tidak mampu mencerna laktosa, yakni gula yang terdapat pada susu sapi dan produk
olahannya. Dalam kondisi normal, laktosa dicerna menjadi glukosa dan galaktosa oleh
enzim laktase. Glukosa dan galaktosa mampu diserap tubuh dan digunakan sebagai
sumber energi. Namun, pada pasien intoleransi laktosa tidak mampu menghasilkan
laktase yang cukup. Hasilnya, laktosa tidak tercerna masuk ke usus besar lalu
terfermentasi oleh bakteri dan menimbulkan gejala seperti diare.

Pilihan obat untuk swamedikasi :

- Zinc syrup 10 mg/5 ml


- Zinc tablet 10 mg, 20 mg, 25 mg, 30 mg.
- Zikid
- DaryaZinc
- L-Zinc
- Zircum Kid
- Interzinc
- Orezinc
- Oralit

Saran/yang dipilihkan untuk pasien :


- Obat : zinc syr 10 mg/5 ml dan oralit
- Pasien diminta untuk menghentikan minum susu yang mengandung laktosa
- Pasien disarankan untuk mengganti susunya dengan susu yang biasa dikonsumsi atau
dengan susu kedelai,
- Pasien diminta untuk mengkonsumsi ikan sarden atau salmon, sayuran hijau, seperti
bayam, kubis, atau brokoli, dan kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai karena
makanan tersebut sumber kalsium yang cocok diberikan kepada anak.

Simulasi Percakapan :
Ibu Sani datang ke Apotek “BERKAH FARMA” untuk membeli obat.
P : Pasien
A : Apoteker

P : Permisi mba.
A : Iya Bu, Selamat sore selamat datang di Apotek “BERKAH FARMA”. Ada yang bisa
saya bantu Pak?
P : Saya mau cari obat mba
A : Baik Bu, sebelumnya perkenalkan nama saya Septiana selaku apoteker yang bertugas di
apotek ini. Boleh saya tahu obatnya untuk siapa Bu ?
P : Untuk anak saya mba.
A : sebelumnya, maaf saya bicara dengan Ibu siapa ya ?
P : dengan Ibu Sani mba.
A : Baik Bu, jika anak ibu bernama siapa ya ?
P : Namanya Rani mba
A : Umurnya berapa Bu?
P : Umurnya 2 tahun mba.
A : Apakah boleh saya tahu alamat dan nomor teleponnya Bu ?
P : Boleh Mbak.
A : Alamatnya dimana Bu ?
P : Perumahan Griya Praja Brebes
A : Untuk nomor telponnya ?
P : 082 241 183 474 mbaa
A : Baik Bu, keluhan yang dirasakan anak Ibu seperti apa ya Bu?
P : sering buang air besar sehari 6 kali, bentuknya seperti air, badannya lemas, perut
melilit.
A : Udah berapa lama itu Bu?
P : Sudah sehari mba.
A : Apakah sebelumnya pernah mengalami keluhan seperti ini Pak ?
P : Belum mba, baru kali ini
A : Kalau boleh tahu, sebelumnya anak ibu mengonsumsi makanan atau obat apa ya Bu?
P : Anak saya minum susu yang baru dibeli di supermarket, biasanya itu saya pake susu
nutrilon royal soya, tetapi karena di supermarket habis, jadi saya ganti pake merk yang lain mba.
A : Maaf bu, untuk susu yang ibu beli ini apakah ada kandungan laktosanya Bu?
P : Saya tidak tahu mba ada kandungan laktosanya atau tidak, saya cuma beli saja.
A : Kalau boleh tahu susu yang baru ibu beli merk apa ya Bu?
P : Dancow Mba.
A : Baik Bu, apakah sebelumnya anak ibu sudah minum obat untuk mengatasi keluhan
tersebut?
P : Belum minum obat mba.
A : Oh begitu, untuk pola makan sehari-hari anak ibu seperti apa ya?
P : Kalau makan anak saya biasa aja mba, anaknya suka makan sayur sama buah mba
A : Apakah anak ibu memiliki alergi obat atau makanan ?
P : Sepertinya kalo alergi obat engga mba, Cuma ya itu setelah saya ganti merk susunya
anak saya jadi diare mba.
A : Baik Bu, berdasarkan kondisi dan keluhan yang sudah Ibu utarakan kemungkinan anak
Ibu mengalami diare karena susu tersebut Bu, susu yang baru ibu beli mengandung laktosa,
sehingga laktosa sulit untuk dicerna masuk ke usus yang menimbulkan gejala seperti diare.

P : Oh gitu ya mba
A : Iya Bu, Baik sebentar Bu, saya ambilkan obatnya dulu.
P : Iyaa mba.
30 detik kemudian
A : Terimakasih Bu, sudah menunggu. Jadi obatnya ini Zinc syrup untuk mengatasi
diarenya ya mba, sebagai tambahan mineral untuk anak agar sistem imun anak tetap terjaga dan
tidak mudah timbul penyakit. Obat ini diminum 10 ml sekali sehari selama 10 hari walaupun
diare sudah berhenti, diminum setelah makan, disimpan ditempat sejuk dan kering, terlindung
dari cahaya matahari. Oralit untuk mengatasi dehidrasinya Bu. Ini obatnya kan dalam bentuk
serbuk, jadi nanti ibu larutkan dalam 200 ml air putih, kemudian diminumkan sebanyak 50 ml,
ulangi kembali 4-6 jam jika masih lemas, diminum sebelum atau sesudah makan. Oralit ini
disimpan disimpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya matahari ya Bu.
P : Iya mba, untuk harga obatnya berapa ya mbak ?
A : Zinc syrup ini harganya Rp.40.000 dan oralit 1 sachet 1.000 Bu, jadi semuanya Rp
41.000 ya Bu.
P : Baik mba
A : Apabila dalam 3 hari setelah mengkonsumsi obat ini masih diare, saya sarankan untuk
konsultasi ke dokter ya Bu.
P : Iya mbaak
A : Apakah Ibu Sani sudah mengerti dengan penjelasan saya tadi Bu?
P : sudah mbak
A : Bisa tolong diulang penjelasan saya tadi Bu ?
P : Bisa mbak, jadi saya mendapatkan obat Zinc syrup untuk mengatasi diare, sebagai
tambahan mineral diminum 10 ml sekali sehari selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti,
diminumny setelah makan dan oralit untuk mengatasi dehidrasinya. Ini obatnya kan dalam
bentuk serbuk, jadi nanti dilarutkan dalam 200 ml air putih, kemudian diminumkan sebanyak 50
ml, ulangi kembali 4-6 jam jika masih lemas, diminum sebelum atau sesudah makan. Obatnya ini
disimpan disimpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya matahari. Begitu ya mbak ?
A : Iya benar, jadi penjelasan yang Ibu Sani sampaikan sudah benar. Saya sarankan untuk
tidak meminum susu formula yang baru dibeli tadi ya bu, bisa diganti dengan susu kedelai atau
dengan susu yang sebelumnya dikonsumsi, dan disarankan untuk mengkonsumsi ikan sarden
atau salmon, sayuran hijau, seperti bayam, kubis, atau brokoli, dan kacang-kacangan, termasuk
kacang kedelai.
P : Oh iya baik mbak.
A : Ada yang ingin ditanyakan lagi Bu ?
P : Enggak ada mbak
A : Oh yaa, sebentar ya Pak saya bungkus dulu obatnya.
20 detik kemudian
A : Pak ini obatnya (sambil menyerahkan obat kepada pasien )
P : Rp. 45.000 ya mbakk. ( sambil menyerah obat kepada Apoteker)
A : Iya Pak. Jangan lupa obatnya diminum sesuai aturan pakai ya Bu.
P : Iya mbak
A : Terimakasih Bu dan semoga lekas sembuh.
P : iya, makasih mbak
A : Sama-sama Bu
DOKUMENTASI SWAMEDIKASI
Nama Pasien An. Rani
Jenis Kelamin P/ L *)
Usia 2 Tahun
Alamat Perumahan Griya Praja Brebes
Tanggal pasien datan 02 Maret 2021

g
Gejala yang diderita Keluhan : menderita diare sering buang air besar sehari 6 kali denga
n tektur feses seperti air badan lemas perut melilit, dikarenakan
minum susu yang baru dibeli di supermarket (ganti merk produk susu)
bukan susu yang biasa dikonsumsi.

Pemeriksaan : -
Riwayat alergi -
Riwayat peyakit sebel Ya / tidak*)
umnya

OBAT YANG DIBERIKAN :


Nama Obat Dosis Cara pemakaian No Batch Tanggal ED
1. Zinc Syrup 10 ml sekali sehari selama 1 B 2005050 Januari 2022

0 hari walaupun diare 3

sudah berhenti
2. Oralit 50 ml Dilarutkan dalam 200 A2317501 Febuari 202

ml air putih, kemudia 7

n diminumkan sebany

ak 50 ml, ulangi kemb

ali 4-6 jam jika masih

lemas, diminum sebel

um atau sesudah maka

n.
REKOMENDASI
- Menghentikan penggunaan susu yang mengandung laktosa atau dapat diganti dengan susu
kedelai untukmemenuhi kebutuhan gizi anak.
- Mengkonsumsi makanan seperti ikan sarden atau salmon, sayuran hijau, seperti bayam, ku
bis, atau brokoli, dan kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai.

Penyimpanan : disimpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya matahari
*) coret salah satu
Brebes, 02 Maret 2021
Yang menyerahkan,

Apt. Septiana Aulia Anggraeni, S.Farm.

DAFTAR PUSTAKA

Cakrawadi, Wahyudin E, Saruddin B. Pola penggunaan antibiotik pada gastroenteritis


berdampak diare akut pada pasien anak rawat inap di badan pelayanan umum rumah sakit
dokter wahidin sudiro husodo makasar selama tahun 2009. Majalah Farmasi dan
Farmakologi Vol 15 Nomor 2. 2011;69.
Hartati S, Nurazila N. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di wilayah kerja
puskesmas Rejosari Pekanbaru. J Endur. 2018;3(2):400.
Suratun, Lusiana. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrountestinal.
Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai