Anda di halaman 1dari 33

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN KASUS PENYAKIT DIARE

DI PUSKESMAS CEMPAE TAHUN 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan
masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare
tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena
kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari
lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di
lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara.
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates.
Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat
Indonesia. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan
dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare
adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja
diare. Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.

Di Indonesia, diperoleh angka kesakitan Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000
penduduk, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun
1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan laporan kabupaten/ kota pada
tahun 2008 diperoleh angka kesakitan diare sebesar 27,97 per 1000 penduduk. Sedangkan angka
kesakitan diare pada tahun 2009 sebesar 27,25%. Jauh menurun jika dibandingkan 12 tahun
sebelumnya.
Kabupaten/kota dengan angka kesakitan diare tertinggi (86,87-135,91 per 1000
penduduk) yaitu Kabupaten Takalar, Enrekang, Tanatoraja, Palopo, Soppeng, Enrekang dan
Luwu Timur. Sedangkan terendah (9,82-31,93 per 1000 penduduk) yaitu Kabupaten Selayar,
Bulukumba, Jeneponto, Sinjai, Maros, Bone, Sidrap, Parepare, Luwu dan Palopo. Jumlah
kejadian luar biasa diare periode Januari Desember 2004 sebanyak 21 kejadian, dengan jumlah
penderita sebanyak 1.145 orang dan jumlah kematian sebanyak 25 penderita (CFR=2,18%),
tersebar pada 10 kabupaten, 15 kecamatan dan 24 desa. Untuk tahun 2005, jumlah kejadian luar
biasa diare periode Januari-Desember sebanyak 8 kejadian, 8 Kabupaten/Kota dengan jumlah
penderita sebanyak 443 orang, dengan kematian sebanyak 9 orang (CFR=2,03%). Sementara di
tahun 2006 tercatat jumlah KLB diare sebanyak 14 kejadian, dengan jumlah penderita 465 orang
dan CFR sebesar 2,15%.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak dipaparkan dalam
makalah ini adalah bagaimana kasus penyakit diare di puskesmas perawatan cempae pada tahun
2012.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana kasus penyakit
diare di puskesmas perawatan cempae pada tahun 2012.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi penyakit diare


Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut
Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau
bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan

yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung
antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan.

B. Etiologi
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie


Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan travellers diarre
Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
Keracunan makanan dan minuman
Gangguan gizi
Pengaruh enzim tertentu
Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu
( Depkes RI, 2007):
1) Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak
diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena
botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjamjam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena
botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu
kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4) Menggunakan air minum yang tercemar.
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum
makan dan menyuapi anak.
6) Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja
binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
C. Jenis diare
Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu :
1. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7
hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
2. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia,
penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

4. Diare dengan masalah lain


Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan
penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

D. Gejala diare
gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi,
Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
Lecet pada anus,
Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
Muntah sebelum dan sesudah diare,
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
Dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan
dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang
hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang,
denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita
lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.

E. Epidemiologi penyakit diare


Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan ataukontak langsung dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar,
menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau

sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang
tinja dengan benar.
2. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya
diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi,
campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi
pada golongan balita.
3. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian diare.
F. Upaya Preventif
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu :
1. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang
kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan
2.
3.
4.
5.

makan ataupun alat bermain si kecil.


Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih.
Sanitas air yang bersih
Kebersihan perorangan
Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air
besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga
kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga.

6.
7.
8.
9.

Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah
Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan status endemik/ penyakit


Puskesmas Perawatan Cempae adalah salah satu dari dua Puskesmas yang terdapat di
wilayah kecamatan Soreang Kota Parepare. Puskesmas yang berdiri sejak tahun 1991 ini
melayani 3 kelurahan yaitu : Kelurahan Watang Soreang, Bukit Indah dan Bukit Harapan.
Puskesmas ini terletak 2 km dari pusat Kota Parepare dengan letak geografis Puskesmas
1.
2.
3.
4.

Perawatan Cempae sebagai berikut :


Sebelah Utara
: Kabupaten Pinrang
Sebelah Timur
: Kelurahan Lapadde Kecamatan Ujung
Sebelah Barat
: Teluk Parepare
Sebelah Selatan
: Kelurahan Lakessi Kecamatan Soreang.

Puskesmas yang kemudian resmi sebagai Puskesmas Perawatan pada tanggal 06 Juni
tahun 2006 ini memiliki wilayah kerja seluas 7,76 km 2 dengan keadaan geografis terdiri dari
dataran rendah sekitar 20 %, dataran tinggi 79 % dan pesisir pantai sekitar 1 %. Jumlah
penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Perawatan Cempae adalah

24033 jiwa dengan

jumlah Kepala Keluarga sebanyak 5531 KK.


Di puskesmas perawatan cempae Bukan hanya penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD), malaria, TB paru, kusta, rabies, penyakit ISPA, tetapi juga penyakit diare.
Dari data yang didapatkan, jumlah kasus diare dari Januari hingga Desember tahun 2012
sebanyak 1.070 kasus. Dari 3 kelurahan yaitu Watang Soreang, Bukit indah dan Bukit harapan.
Diantara ke 3 kelurahan tersebut angka tertinggi kasus diare adalah kelurahan Bukit Harapan
yaitu

391 kasus diare. Jika dilihat dari jumlah kasus diare dari ke 3 kelurahan tersebut dari

bulan Januari hingga Desember 2012 kasus tertinggi adalah pada bulan Oktober yaitu 126 kasus.

Kelurahan Watang Soreang, Bukit Indah Dan Bukit Harapan tergolong daerah endemik diare.
Karena itu kita tingkatkan pengawasan dan pendataan untuk penyakit tersebut.

B. Konfirmasi Diagnosis
Diare akut akibat infeksi dapat ditegakkan diagnosis etiologi bila anamnesis, manifetasi
klinis, dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin
1.
2.
3.
4.
5.

dapat membantu diagnosis di antaranya :


Bentuk feses
Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dikonsumsi penderita;
Adakah orang disekitarnya yang menderita hal serupa
Dimana tempat tinggal penderita; serta
Siapa penderita tersebut.
Beberapa agen infeksi yang dapat menyebabkan diare inflamasi antara lain dari golongan
protozoa adalah Entamoeba hystolitica dan dari golongan cacing adalah cacing cambuk.

1. Entamoeba hystolitica
Infeksi terjadi karena tertelannya kista dalam makanan dan minuman yang terkontaminasi
tinja. Kista yang tertelan mengeluarkan trofozoit dalam usus besar dan memasuki submukosa.
Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. Amebiasis dapat
berlangsung tanpa gejala (asimptomatik). Gejala bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut hingga
diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan
yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai tenesmus.
Diagnosis amebiasis yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi
bentuk trofozoit dan kista. Metode yang paling disukai adalah teknik konsentrasi dan pembuatan
sediaan permanen dengan trichom stain. Untuk screening cukup menggunakan sediaan basah
dengan bahan saline dan diwarnai lugol agar terlihat lebih jelas. Selain tinja, spesimen yang dapt
diperiksa berasal dari enema, aspirat, dan biopsi.

Sering digunakan kombinasi obat untuk meningkatkan hasil pengobatan. Walaupun tanpa
keluhan dan gejala klinis, sebaiknya diobati, karena amoeba yang hidup sebagai komensal di
dalam lumen usus besar, sewaktu-waktu dapat menjadi patogen.
2. Trichuris trichiura
Disebut juga cacing cambuk dan menimbulkan penyakit trikuriasis. Pada infeksi berat,
terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum, kadang terlihat di mukosa
rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada saat defekasi. Cacing ini
memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi
dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping
itu, ternyata cacing ini menghisap darah, sehingga menyebabkan anemia.
Diagnosis dengan menemukan telur di dalam tinja. Penatalaksanaannya dengan
menggunakan mebendazol, albendazol dan oksantel pamoat, infeksi cacing Trichuris dapat
diobati dengan hasil yang cukup baik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tinja.
Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya
dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik, warna tinja dapat
dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obatan yang
diberikan. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus. Jika lendir tersebut berada
di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; jika bercampur baur dengan tinja
mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin
proksimal terjadinya perdarahan, darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya.
Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar di bagian distal. Pada pemeriksaan
mikroskopik, usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud terpenting.
C. Pendefinisian Kasus dan Perhitungan kasus

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984
mendefenisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam).
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000)

Perhitungan kasus
Tabel 1.1. Rekapan kunjungan diare menurut wilayah di Puskesmas Perawatan Cempae tahun
2012
Kelurahan
Watang Soreang
Bukit Indah
Bukit Harapan
Jumlah

Jan
27
26
20
73

Feb
16
17
17
50

Mar
20
17
17
54

Apr
27
25
30
82

Mei
21
36
24
81

Jun
24
28
18
70

Jul
26
33
41
100

Ags
22
30
56
108

Sep
38
30
45
113

Okt
25
54
47
126

Nov
26
43
44
113

Tabel 1.2. Rekapan kunjungan diare menurut golongan umur di Puskesmas Perawatan Cempae
tahun 2012
Gol.
umur
< 1 th
1 4 th
> 5 th
Jumlah

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

17
27
29
73

15
22
23
60

3
23
28
54

11
32
39
82

10
21
50
81

10
23
37
70

Bulan
Jul
12
40
48
100

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

6
44
58
108

5
37
61
103

14
41
71
126

11
45
57
113

13
46
41
100

Tabel 1.3. Rekapan kunjungan diare menurut jenis kelamin di Puskesmas Perawatan Cempae
tahun 2012
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Jan
35
30
65

Feb
31
19
50

Mar
25
29
54

Apr
40
42
82

D. Orientasi data dalam hal waktu, tempat dan persen

Mei
39
50
89

Jun
36
34
70

Jul
51
49
100

Ags
52
56
108

Sep
47
66
113

Okt
55
71
126

Nov
64
49
113

Dari data yang didapatkan di puskesmas perawatan cempae kasus penyakit diare dari
bulan Januari sampai Desember 2012 sebanyak 1.070 kasus dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu
:
1. Watang Soreang sebanyak 301 kasus penyakit diare
2. Bukit indah sebanyak 378 kasus penyakit diare
3. Bukit harapan sebanayak 391 kasus penyakit diare
Dilihat dari segi umur :
1. Umur < 1 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 127.
2. Umur 1-4 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 401.
3. Umur > 5 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 542.
Gambar 1.1. Persentase kasus penyakit diare menurut tempat/lokasi di Puskesmas Perawatan
Cempae tahun 2012

Data yang didapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari segi tempat
dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Wt. Soreang, Kelurahan Bukit Indah dan
Kelurahan Bukit Harapan. Dari ke 3 kelurahan ini menunjukkan bahwa kelurahan yang paling
tinggi angka persentase kejadian penyakit diare adalah kelurahan bukit harapan dengan
persentase sebesar 37 %. Kemudian yang paling rendah adalah Kelurahan Wt. Soreang dengan
persentase sebesar 28 %.
Gambar 1.2. Persentase kasus diare menurut golongan umur di Puskesmas Perawatan Cempae
tahun 2012
Data yang didapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari segi golongan
umur dimana terdiri dari umur < 1 tahun, 1-4 tahun dan > 5 tahun. Untuk angka kasus penyakit
diare yang paling tinggi adalah pada golongan umur > 5 tahun dengan besar persentase yaitu 51
%. Dan yang paling rendah adalah golongan umur < 1 tahun dengan persentase 12 %.

Gambar 1.3. Persentase kasus diare menurut jenis kelamin di Puskesmas Perawatan Cempae
tahun 2012
Data yang di dapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari jenis kelamin ,
jenis kelamin perempuan lebih besar yaitu 52 % dan laki-laki 48 %.

E. Penentuan mereka yang risiko jatuh sakit


Penderita diare kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor seperti di bawah ini :
1. Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI ekslusif lagi. (ASI ekslusif adalah
pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-4 bulan). Hal ini akan meningkatkan risiko kesakitan
dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.
2. Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan
makanan mengalami kontak dengan peralatan makanan yang merupakan media yang sangat baik
bagi perkembangan mikroba.
3. Tidak mencuci tangan saat memasak, makan, atau sudah buang air besar (BAB) akan
memungkinkan kontaminasi langsung.
4. Dan faktor lain yang menyebabkan timbulnya penyakit diare.
F. Hal-hal yang membatasi (kendala) penelitian anda
Adapun yang membatasi kendala kami dalam penelitian adalah banyaknya jenis penyakit
yang terdata oleh Puskesmas Perawatan Cempae dan banyaknya kegiatan petugas surveilans di
lapangan, sehingga dalam pengambilan data membutuhkan waktu yang cukup lama.

G. Pelaksanaan upaya intervensi dan pencegahan


Upaya intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara :
1. Intervensi yang dilakukan dengan melakukan surveilans epidemilogi pada penderita diare.
2. Melakukan penyuluhan dan upaya promotif untuk memberikan pengetahuan dan pemahanan
mengenai diare dan faktor penyebabnya baik secara door to door maupun secara media radio.

3.

Memasang spanduk dan poster-poster mengenai penyakit infeksi dan slogan-slogan peduli
kesehatan.

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :


1. Menggunakan air bersih yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman
penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang
air besar.
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia 2 tahun.
5. Melakukan pola hidup bersih dan sehat.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wilayah kasus penyakit diare yakni di Kelurahan Wt. Soreang, Kelurahan Bukit Indah
dan Kelurahan Bukit harapan merupakan wilayah endemik diare, sejak tahun 2010 hingga tahun
2012 mengalami peningkatan kasus pada tahun 2010 sebanyak 732 kasus dan tahun 2012
sebanyak 1070 kasus. Oleh sebab itu perlu peningkatan upaya preventif dan promotif serta
intervensi untuk mengurangi angka kejadian kasus penyakit diare khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Perawatan Cempae.
B. Saran

Sebaiknya petugas surveilans lebih giat untuk mengurangi angka kejadian kasus diare di
wilayah kerja PKM Cempae, namun sebagai warga sadar kesehatan sudah seharusnya kita
menjaga kesehatan dan kebersihan baik pribadi, keluarga maupun lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Dinar, Agatha. 2009.

Diagnosis

dan Patofisiologi Diare Akut Terkait dengan Infeksi.

http://agathariyadi.wordpress.com

Mahing, Ana. Dkk. 2011. Makalah Epidemiologi Praktikum Surveilans Diare. Parepare : UMPAR

Najwa, Helwatin. 2012. Makalah Penyakit Diare. http://helwatinnajwa93.blogspot.com/

Septiani, Desi. 2012. Makalah Diare. http://kesehatan94.blogspot.com

Mata Kuliah : Epidemiologi Praktikum Surveilans


Dosen

: Henni Kumaladewi H, SKM, M. Kes

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN KASUS PENYAKIT DIARE


DI PUSKESMAS CEMPAE TAHUN 2012

DISUSUN OLEH :
MISLIANA MULA ASABRI

PUTRIANY

YUSRIANI

KARMAN

ANGRENI PUSPITA SARI

MASRI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas hidayah dan rahmat ilmu serta kekuatan dari Ilahi Rabbi yang telah
dicurahkan kepada penyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam juga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta junjungannya karena
keindahan budi pekerti yang menjadi suri tauladan kita.
Penulis sangat berterima kasih kepada Kepala Puskesmas Cempae yang sudah
memperkenankan kami untuk dapat melihat data rekapan kunjungan khususnya penyakit diare
tahun 2012, sehingga makalah ini menjadi lebih baik dan dapat terselesaikan. Kami menyadari
bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pun dengan makalah ini, namun kami berharap
makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan baru bagi pembaca dan penulis sendiri.

Parepare, 15 Mei 2013

KELOMPOK 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................

B.

Rumusan Masalah............................................................................

C.

Tujuan...............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Defenisi Penyakit Diare........................................................................

B.

Etiologi.............................................................................................

C.

Jenis Diare........................................................................................

11

D.

Gejala-gejala.....................................................................................

12

E. Epidemiologi.........................................................................................

12

F. Upaya Preventif......................................................................................

14

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penentuan Status Endemik Diare..........................................................

15

B.

Konfirmasi Diagnosis.......................................................................

16

C.

Pendefenisian Kasus dan Perhitungan Kasus...................................

19

D.

Orientasi data dalam hal waktu, tempat dan persen.........................

20

E. Penentuan mereka yang risiko jatuh sakit.............................................

24

F. Hal-hal yang membatasi (kendala) penelitian anda..............................

24

G. Pelaksanaan upaya intervensi dan pencegahan.....................................

25

BAB IV PENUTUP

A.

Kesimpulan......................................................................................

26

B.

Saran ................................................................................................

26

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

27

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan
masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare
tersebut.

Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan


pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena
kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari
lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di
lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara.
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates.
Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat
Indonesia. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan
dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare
adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja
diare. Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Di Indonesia, diperoleh angka kesakitan Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000
penduduk, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun
1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan laporan kabupaten/ kota pada
tahun 2008 diperoleh angka kesakitan diare sebesar 27,97 per 1000 penduduk. Sedangkan angka
kesakitan diare pada tahun 2009 sebesar 27,25%. Jauh menurun jika dibandingkan 12 tahun
sebelumnya.
Kabupaten/kota dengan angka kesakitan diare tertinggi (86,87-135,91 per 1000
penduduk) yaitu Kabupaten Takalar, Enrekang, Tanatoraja, Palopo, Soppeng, Enrekang dan
Luwu Timur. Sedangkan terendah (9,82-31,93 per 1000 penduduk) yaitu Kabupaten Selayar,
Bulukumba, Jeneponto, Sinjai, Maros, Bone, Sidrap, Parepare, Luwu dan Palopo. Jumlah
kejadian luar biasa diare periode Januari Desember 2004 sebanyak 21 kejadian, dengan jumlah
penderita sebanyak 1.145 orang dan jumlah kematian sebanyak 25 penderita (CFR=2,18%),

tersebar pada 10 kabupaten, 15 kecamatan dan 24 desa. Untuk tahun 2005, jumlah kejadian luar
biasa diare periode Januari-Desember sebanyak 8 kejadian, 8 Kabupaten/Kota dengan jumlah
penderita sebanyak 443 orang, dengan kematian sebanyak 9 orang (CFR=2,03%). Sementara di
tahun 2006 tercatat jumlah KLB diare sebanyak 14 kejadian, dengan jumlah penderita 465 orang
dan CFR sebesar 2,15%.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak dipaparkan dalam
makalah ini adalah bagaimana kasus penyakit diare di puskesmas perawatan cempae pada tahun
2012.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana kasus penyakit
diare di puskesmas perawatan cempae pada tahun 2012.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi penyakit diare


Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut
Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau
bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan
yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung
antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan.

B. Etiologi
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie


Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan travellers diarre
Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
Keracunan makanan dan minuman
Gangguan gizi
Pengaruh enzim tertentu
Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu
( Depkes RI, 2007):
1) Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak
diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena
botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjamjam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena
botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu
kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4) Menggunakan air minum yang tercemar.
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum
makan dan menyuapi anak.
6) Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja
binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
C. Jenis diare
Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu :
1. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7
hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
2. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia,
penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

4. Diare dengan masalah lain


Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan
penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

D. Gejala diare
gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi,
Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
Lecet pada anus,
Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
Muntah sebelum dan sesudah diare,
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
Dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan
dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang
hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang,
denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita
lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.

E. Epidemiologi penyakit diare


Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan ataukontak langsung dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar,
menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau

sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang
tinja dengan benar.
2. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya
diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi,
campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi
pada golongan balita.
3. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian diare.
F. Upaya Preventif
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu :
1. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang
kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan
2.
3.
4.
5.

makan ataupun alat bermain si kecil.


Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih.
Sanitas air yang bersih
Kebersihan perorangan
Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air
besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga
kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga.

6.
7.
8.
9.

Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah
Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan status endemik/ penyakit


Puskesmas Perawatan Cempae adalah salah satu dari dua Puskesmas yang terdapat di
wilayah kecamatan Soreang Kota Parepare. Puskesmas yang berdiri sejak tahun 1991 ini
melayani 3 kelurahan yaitu : Kelurahan Watang Soreang, Bukit Indah dan Bukit Harapan.
Puskesmas ini terletak 2 km dari pusat Kota Parepare dengan letak geografis Puskesmas
1.
2.
3.
4.

Perawatan Cempae sebagai berikut :


Sebelah Utara
: Kabupaten Pinrang
Sebelah Timur
: Kelurahan Lapadde Kecamatan Ujung
Sebelah Barat
: Teluk Parepare
Sebelah Selatan
: Kelurahan Lakessi Kecamatan Soreang.

Puskesmas yang kemudian resmi sebagai Puskesmas Perawatan pada tanggal 06 Juni
tahun 2006 ini memiliki wilayah kerja seluas 7,76 km 2 dengan keadaan geografis terdiri dari
dataran rendah sekitar 20 %, dataran tinggi 79 % dan pesisir pantai sekitar 1 %. Jumlah
penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Perawatan Cempae adalah

24033 jiwa dengan

jumlah Kepala Keluarga sebanyak 5531 KK.


Di puskesmas perawatan cempae Bukan hanya penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD), malaria, TB paru, kusta, rabies, penyakit ISPA, tetapi juga penyakit diare.
Dari data yang didapatkan, jumlah kasus diare dari Januari hingga Desember tahun 2012
sebanyak 1.070 kasus. Dari 3 kelurahan yaitu Watang Soreang, Bukit indah dan Bukit harapan.
Diantara ke 3 kelurahan tersebut angka tertinggi kasus diare adalah kelurahan Bukit Harapan
yaitu

391 kasus diare. Jika dilihat dari jumlah kasus diare dari ke 3 kelurahan tersebut dari

bulan Januari hingga Desember 2012 kasus tertinggi adalah pada bulan Oktober yaitu 126 kasus.

Kelurahan Watang Soreang, Bukit Indah Dan Bukit Harapan tergolong daerah endemik diare.
Karena itu kita tingkatkan pengawasan dan pendataan untuk penyakit tersebut.

B. Konfirmasi Diagnosis
Diare akut akibat infeksi dapat ditegakkan diagnosis etiologi bila anamnesis, manifetasi
klinis, dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin
1.
2.
3.
4.
5.

dapat membantu diagnosis di antaranya :


Bentuk feses
Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dikonsumsi penderita;
Adakah orang disekitarnya yang menderita hal serupa
Dimana tempat tinggal penderita; serta
Siapa penderita tersebut.
Beberapa agen infeksi yang dapat menyebabkan diare inflamasi antara lain dari golongan
protozoa adalah Entamoeba hystolitica dan dari golongan cacing adalah cacing cambuk.

1. Entamoeba hystolitica
Infeksi terjadi karena tertelannya kista dalam makanan dan minuman yang terkontaminasi
tinja. Kista yang tertelan mengeluarkan trofozoit dalam usus besar dan memasuki submukosa.
Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. Amebiasis dapat
berlangsung tanpa gejala (asimptomatik). Gejala bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut hingga
diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan
yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai tenesmus.
Diagnosis amebiasis yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi
bentuk trofozoit dan kista. Metode yang paling disukai adalah teknik konsentrasi dan pembuatan
sediaan permanen dengan trichom stain. Untuk screening cukup menggunakan sediaan basah
dengan bahan saline dan diwarnai lugol agar terlihat lebih jelas. Selain tinja, spesimen yang dapt
diperiksa berasal dari enema, aspirat, dan biopsi.

Sering digunakan kombinasi obat untuk meningkatkan hasil pengobatan. Walaupun tanpa
keluhan dan gejala klinis, sebaiknya diobati, karena amoeba yang hidup sebagai komensal di
dalam lumen usus besar, sewaktu-waktu dapat menjadi patogen.
2. Trichuris trichiura
Disebut juga cacing cambuk dan menimbulkan penyakit trikuriasis. Pada infeksi berat,
terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum, kadang terlihat di mukosa
rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada saat defekasi. Cacing ini
memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi
dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping
itu, ternyata cacing ini menghisap darah, sehingga menyebabkan anemia.
Diagnosis dengan menemukan telur di dalam tinja. Penatalaksanaannya dengan
menggunakan mebendazol, albendazol dan oksantel pamoat, infeksi cacing Trichuris dapat
diobati dengan hasil yang cukup baik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tinja.
Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya
dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik, warna tinja dapat
dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obatan yang
diberikan. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus. Jika lendir tersebut berada
di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; jika bercampur baur dengan tinja
mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin
proksimal terjadinya perdarahan, darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya.
Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar di bagian distal. Pada pemeriksaan
mikroskopik, usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud terpenting.
C. Pendefinisian Kasus dan Perhitungan kasus

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984
mendefenisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam).
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000)

Perhitungan kasus
Tabel 1.1. Rekapan kunjungan diare menurut wilayah di Puskesmas Perawatan Cempae tahun
2012
Kelurahan
Watang Soreang
Bukit Indah
Bukit Harapan
Jumlah

Jan
27
26
20
73

Feb
16
17
17
50

Mar
20
17
17
54

Apr
27
25
30
82

Mei
21
36
24
81

Jun
24
28
18
70

Jul
26
33
41
100

Ags
22
30
56
108

Sep
38
30
45
113

Okt
25
54
47
126

Nov
26
43
44
113

Tabel 1.2. Rekapan kunjungan diare menurut golongan umur di Puskesmas Perawatan Cempae
tahun 2012
Gol.
umur
< 1 th
1 4 th
> 5 th
Jumlah

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

17
27
29
73

15
22
23
60

3
23
28
54

11
32
39
82

10
21
50
81

10
23
37
70

Bulan
Jul
12
40
48
100

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

6
44
58
108

5
37
61
103

14
41
71
126

11
45
57
113

13
46
41
100

Tabel 1.3. Rekapan kunjungan diare menurut jenis kelamin di Puskesmas Perawatan Cempae
tahun 2012
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Jan
35
30
65

Feb
31
19
50

Mar
25
29
54

Apr
40
42
82

D. Orientasi data dalam hal waktu, tempat dan persen

Mei
39
50
89

Jun
36
34
70

Jul
51
49
100

Ags
52
56
108

Sep
47
66
113

Okt
55
71
126

Nov
64
49
113

Dari data yang didapatkan di puskesmas perawatan cempae kasus penyakit diare dari
bulan Januari sampai Desember 2012 sebanyak 1.070 kasus dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu
:
1. Watang Soreang sebanyak 301 kasus penyakit diare
2. Bukit indah sebanyak 378 kasus penyakit diare
3. Bukit harapan sebanayak 391 kasus penyakit diare
Dilihat dari segi umur :
1. Umur < 1 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 127.
2. Umur 1-4 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 401.
3. Umur > 5 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 542.
Gambar 1.1. Persentase kasus penyakit diare menurut tempat/lokasi di Puskesmas Perawatan
Cempae tahun 2012

Data yang didapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari segi tempat
dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Wt. Soreang, Kelurahan Bukit Indah dan
Kelurahan Bukit Harapan. Dari ke 3 kelurahan ini menunjukkan bahwa kelurahan yang paling
tinggi angka persentase kejadian penyakit diare adalah kelurahan bukit harapan dengan
persentase sebesar 37 %. Kemudian yang paling rendah adalah Kelurahan Wt. Soreang dengan
persentase sebesar 28 %.
Gambar 1.2. Persentase kasus diare menurut golongan umur di Puskesmas Perawatan Cempae
tahun 2012
Data yang didapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari segi golongan
umur dimana terdiri dari umur < 1 tahun, 1-4 tahun dan > 5 tahun. Untuk angka kasus penyakit
diare yang paling tinggi adalah pada golongan umur > 5 tahun dengan besar persentase yaitu 51
%. Dan yang paling rendah adalah golongan umur < 1 tahun dengan persentase 12 %.

Gambar 1.3. Persentase kasus diare menurut jenis kelamin di Puskesmas Perawatan Cempae
tahun 2012
Data yang di dapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari jenis kelamin ,
jenis kelamin perempuan lebih besar yaitu 52 % dan laki-laki 48 %.

E. Penentuan mereka yang risiko jatuh sakit


Penderita diare kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor seperti di bawah ini :
1. Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI ekslusif lagi. (ASI ekslusif adalah
pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-4 bulan). Hal ini akan meningkatkan risiko kesakitan
dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.
2. Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan
makanan mengalami kontak dengan peralatan makanan yang merupakan media yang sangat baik
bagi perkembangan mikroba.
3. Tidak mencuci tangan saat memasak, makan, atau sudah buang air besar (BAB) akan
memungkinkan kontaminasi langsung.
4. Dan faktor lain yang menyebabkan timbulnya penyakit diare.
F. Hal-hal yang membatasi (kendala) penelitian anda
Adapun yang membatasi kendala kami dalam penelitian adalah banyaknya jenis penyakit
yang terdata oleh Puskesmas Perawatan Cempae dan banyaknya kegiatan petugas surveilans di
lapangan, sehingga dalam pengambilan data membutuhkan waktu yang cukup lama.

G. Pelaksanaan upaya intervensi dan pencegahan


Upaya intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara :
1. Intervensi yang dilakukan dengan melakukan surveilans epidemilogi pada penderita diare.
2. Melakukan penyuluhan dan upaya promotif untuk memberikan pengetahuan dan pemahanan
mengenai diare dan faktor penyebabnya baik secara door to door maupun secara media radio.

3.

Memasang spanduk dan poster-poster mengenai penyakit infeksi dan slogan-slogan peduli
kesehatan.

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :


1. Menggunakan air bersih yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman
penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang
air besar.
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia 2 tahun.
5. Melakukan pola hidup bersih dan sehat.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wilayah kasus penyakit diare yakni di Kelurahan Wt. Soreang, Kelurahan Bukit Indah
dan Kelurahan Bukit harapan merupakan wilayah endemik diare, sejak tahun 2010 hingga tahun
2012 mengalami peningkatan kasus pada tahun 2010 sebanyak 732 kasus dan tahun 2012
sebanyak 1070 kasus. Oleh sebab itu perlu peningkatan upaya preventif dan promotif serta
intervensi untuk mengurangi angka kejadian kasus penyakit diare khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Perawatan Cempae.
B. Saran

Sebaiknya petugas surveilans lebih giat untuk mengurangi angka kejadian kasus diare di
wilayah kerja PKM Cempae, namun sebagai warga sadar kesehatan sudah seharusnya kita
menjaga kesehatan dan kebersihan baik pribadi, keluarga maupun lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Dinar, Agatha. 2009.

Diagnosis

dan Patofisiologi Diare Akut Terkait dengan Infeksi.

http://agathariyadi.wordpress.com

Mahing, Ana. Dkk. 2011. Makalah Epidemiologi Praktikum Surveilans Diare. Parepare : UMPAR

Najwa, Helwatin. 2012. Makalah Penyakit Diare. http://helwatinnajwa93.blogspot.com/

Septiani, Desi. 2012. Makalah Diare. http://kesehatan94.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai