180610008
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
NOVEMBER 2021
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI DESA PUSONG LHOKSEUMAWE
180610008
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
NOVEMBER 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Pertanyaan Penelitian.....................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.4.1 Tujuan Umum.....................................................................................4
1.4.2 Tujuan Khusus....................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................4
1.5.1 Manfaat Teoritis..................................................................................4
1.5.2 Manfaat Praktis...................................................................................5
i
3.3 Populasi, Sampel, Besar sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel............25
3.3.1 Populasi Penelitian............................................................................25
3.3.2 Sampel Penelitian.............................................................................25
3.3.3 Besar Sampel....................................................................................26
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel............................................................26
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian.............................26
3.4.1 Variabel Penelitian............................................................................26
3.4.2 Definisi Operasional Penelitian........................................................27
3.5 Instrumen Penelitian.....................................................................................28
3.5.1 Uji validitas.......................................................................................28
3.5.2 Uji Reabilitas....................................................................................28
3.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data...........................................29
3.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data..............................................................30
3.7.1 Cara pengolahan data........................................................................30
3.7.2 Analisis Data.....................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
diare pada balita yang datang ke sarana kesehatan adalah 20% dari perkiraan
jumlah penderita diare pada balita (8). Berdasarkan data profil kesehatan Aceh
(2019), jumlah penderita diare balita yang dilayani sebanyak 24.690 atau 32%
dari perkiraan diare di sarana kesehatan. Cakupan penanganan diare pada
kabupaten/kota di Aceh belum maksimal, masih banyak terjadinya kasus diare
yang belum mendapatkan pelayanan yang memadai. Salah satu penyebab diare
pada masyarakat adalah perilaku hidup sehat yang belum baik, masih banyak
sampah yang dibuang bukan pada tempatnya dan kebiasaan minum air mentah
serta makan yang tidak di dahului dengan mencuci tangan terlebih dahulu (9).
Cakupan penderita diare yang ditangani di Kota Lhokseumawe pada tahun 2019
sebesar 46,3% dengan jumlah penderita diare sebanyak 2.555 kasus dari jumlah
perkiraan penderita diare sebanyak 5.516 kasus (10).
Penyakit diare pada balita dapat menimbulkan dampak negatif yaitu
menghambat proses tumbuh kembang anak sehingga dapat menurunkan kualitas
hidup anak (11). Kejadian diare pada balita dapat dicegah dengan memperhatikan
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya diare. Faktor pejamu yang dapat
menurunkan insiden diare pada balita adalah penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam tatanan rumah tangga khususnya pada ibu balita (12).
Kota Lhokseumawe terdapat 4 kecamatan yaitu Banda Sakti, Muara Dua,
Muara Satu, dan Blang Mangat. Berdasarkan data dari Puskesmas Mon Geudong,
penderita diare pada tahun 2020 sebanyak 174 orang di Desa Pusong dan diare
pada balita sebanyak 57 orang. Diare disebabkan oleh banyak faktor seperti
geografis, demografis, dan sosial ekonomi. Salah satu kecamatan yang memiliki
tingkat kekumuhan sangat tinggi di Lhokseumawe yaitu Kecamatan Banda Sakti
Desa Pusong, dengan luas permukiman kumuh yaitu 9,35 Ha. Kawasan Pusong
adalah permukiman tradisional pesisir yang secara tipologis merupakan model
permukiman kumuh sepanjang pantai Lhokseumawe. Kondisi fisik infrastruktur
kawasan cukup buruk terutama drainase dan sanitasi rumah tangga (13).
Berdasarkan 10 indikator PHBS di rumah tangga yang berhubungan
dengan kejadian diare adalah bayi diberikan ASI eksklusif, menggunakan air
bersih, menggunakan jamban sehat, dan mencuci tangan dengan sabun (11).
3
Penelitian Sihotang (2016), tentang hubungan PHBS dengan kejadian diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas Hutabaginda kecamatan Tarutung mengatakan
terdapat hubungan PHBS yaitu pemberian ASI eksklusif, menggunakan air bersih,
menggunakan jamban sehat, dan mencuci tangan dengan sabun terhadap kejadian
diare pada balita (14). Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Ummah
(2020), bahwa terdapat hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan
rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di Polides Palaan Nganjum (15).
Namun, penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2017) menunjukkan hasil
berbeda. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
penggunaan air bersih dengan kejadian diare (6).
PHBS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
pengetahuan. Meningkatnya pengetahuan akan memberikan hasil yang cukup baik
dalam memperbaiki perilaku. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting
dalam terbentuknya perilaku, karena perilaku yang didasari pengetahuan akan
bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (16).
Berdasarkan hasil penelitian Shidqi (2021) mengenai gambaran tingkat
pengetahuan, sikap, dan tindakan atas kepemilikan sanitasi dasar di Desa Pusong
Kecamatan Banda Sakti menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Desa
pusong Kecamatan Banda Sakti memiliki pengetahuan yang kurang baik atas
kepemilikan sanitasi dasar (17). Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai tingkat pengetahuan ibu dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dengan kejadian diare pada balita untuk mengonfirmasi hasil dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal inilah yang membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.
6
7
dibandingkan pada kelompok lainnya (7). Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar
serangan dan 3,2 juta kematian pertahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap
anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih
kurang 80% kematian terjadi pada anak usia kurang dari 2 tahun (22).
imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan
mungkin juga berlangsung lama.
5. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada anak yang
lebih besar.
mampu melaksananakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat (36).
sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah
tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang sehari-
harinya memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa,
sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari
tempat penampungan kotor air limbah.
Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan
dengan kejadian diare. Syarat-syarat air bersih secara fisik yaitu:
a. Air tidak berwarna, harus bening/jernih
b. Air tidak keruh, harus bebas dari debu, pasir, sampah, busa, dan kotoran
lainnya
c. Air tidak berasa, tidak berasa asin, asam, payau, dan pahit, harus terbebas
dari bahan kimia beracun
d. Air tidak berbau, seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
5. Mencuci tangan pakai sabun
Mencuci tangan pakai sabun adalah tindakan membersihkan tangan
dengan air bersih mengalir dan memakai sabun untuk membersihkan
kotoran/membunuh kuman serta mencegah penularan penyakit. Jika tangan kotor
maka tubuh sangat berisiko terhadap masuknya mikroorganisme yang menempel
di tangan. Cuci tangan dengan sabun dapat membunuh bakteri. Kebiasaan yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman
diare adalah mencuci tangan.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung
digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan
untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk. jamban sehat yaitu
jamban yang memiliki tangki septik atau lebih dikenal dengan jamban leher
angsa.
16
Syarat jamban sehat yaitu: tidak mencemari sumber air minum (jarak
sumber air minum dengan penampungan minimal 10 meter), tidak berbau, kotoran
tidak terjamah serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitar, mudah
dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung,
penerangan dan ventilasi yang cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai,
tersedia air, sabun dan alat pembersih.
7. Memberantas jentik nyamuk
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan
jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk
(tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau
WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah
bebas jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus
menghindari gigitan nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung
vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta
mengandung serat yang tinggi. Makan buah dan sayur setiap hari dapat diterapkan
dalam anggota keluarga umur 10 tahun keatas untuk mengkonsumsi minimal 3
porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental
dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Anggota kelurga sebaiknya melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari
misalnya jalan, lari, senam, dan sebagainya.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Tidak boleh merokok di dalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan
anggota keluarga lainnya sebagai perokok pasif yang berbahaya bagi kesehatan.
Karena dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000
bahan kimia berbahaya seperti nikotin, tar dan carbonmonoksida (CO2).
17
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu hasil dari rasa ingin tahu melalui proses
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan juga merupakan domain penting dalam terbentuknya perilaku suatu
individu. Pengetahuan adalah penambahan informasi pada seseorang setelah
melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Secara otomatis, proses
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan dipengaruhi oleh persepsi dan
intensitas perhatian terhadap objek. Pengetahuan juga mendasari seseorang dalam
mengambil sebuah keputusan dan menentukan tindakan dalam menghadapi suatu
masalah (42).
rendah pula. Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja, akan
tetapi juga bisa diperoleh dari pendidikan non formal. Sesuatu yang telah
diketahui manusia tentang suatu objek memiliki dua aspek yaitu aspek positif dan
negatif yang akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
2. Usia
Usia seseorang mempengaruhi pola pikir dan daya tangkap dalam
mempelajari suatu objek. Semakin bertambah usia maka semakin bertambah pula
pola pikir dan daya tangkapnya untuk mempelajari sesuatu sehingga pengetahuan
yang didapatpun semakin baik.
3. Informasi/media massa
Dengan berkembangkangnya teknologi akan semakin banyak jenis-jenis
media massa yang dapat diakses untuk mengetahui informasi baru. Informasi
yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, sosial, maupun biologis. Lingkungan juga berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam diri individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Kemudian akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak.
5. Sosial, budaya, dan ekonomi
Sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari sikap
dalam menerima informasi. Sementara status ekonomi juga berperan penting
dalam proses penyediaan fasilitas untuk proses belajar sehingga status sosial
ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
6. Pengalaman
Pengalaman merupakan peristiwa yang pernah dialami seseorang dimasa
lalu. Pengalaman mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang misalnya,
pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
22
Faktor Pengetahuan
Faktor Perilaku Faktor Lingkungan
Ibu
PHBS
- Ketersediaan air bersih
- Kepemilikan jamban
sehat
- Memberikan ASI - Pembuangan sampah
eksklusif
- Penggunaan botol susu
- Kebiasaan mencuci
tangan pakai sabun
Pengetahuan Ibu
25
26
𝑁. 𝑍21 − . 𝑝. 𝑞
2
𝑛= 𝛼
2
( ) 2
𝑑 𝑁 − 1 + 𝑍 1 . 𝑝. 𝑞
2
Keterangan:
N : besar sampel
N : jumlah unit populasi
p : estimator proporsi populasi (0,5)
q : 1-p
Z21-α/2 : statistik Z (Z=1,96 untuk α=0.05)
d : besarnya penyimpangan yang masih bisa ditolerir (10%)
Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel yang akan diunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
567 . 3,84. 0,25
n=
0,01 (566) +0,96
544,32
n=
6,62
n = 82,2 82
Untuk mencegah terjadinya drop out maka dilakukan penambahan sampel
sebanyak 10% dengan asumsi peluang drop out sebanyak 8,2 atau 8 sampel. Maka
besar sampel penelitian ini adalah 90.
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode simple
random sampling dan semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan
sebagai sampel. Simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel.
Keterangan:
r : nilai reliabilitas
29
k : jumlah item
∑ 𝜎𝑏² : jumlah varians skor tiap item
𝜎𝑡² : varians total
Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan
distribusi (tabel r) untuk α = 0,05. Adapun kaidah keputusan jika nilai cronbach’s
alpha > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti reliabel, sebaliknya jika nilai cronbach’s alpha < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti
tidak reliabel.
32
33
18. Wiharto M, Hilmy R. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan
kejadian diare pada tatanan rumah tangga di daerah kedaung wetan
tangerang. Forum Ilm. 2015;12(1):59–68.
19. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. 2018.
20. Grafika D, Sabilu Y, Munandar S. Faktor risiko kurangnya perilaku hidup
bersih dan sehat (phbs) tatanan rumah tangga terhadap kejadian diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas benu-benua kota kendari tahun 2017.
JIMKESMAS. 2017;56:1–10.
21. Hartati S, Nurazila N. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru. J Endur.
2018;3(2):400.
22. Lukito A. Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat dengan kejadian diare anak. J Kesmas Gizi. 2018;1(1):1–8.
23. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011. 231 p.
24. Ariani AP. Diare Pencegahan dan Pengobatannya. 1st ed. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2017. 156 p.
25. Khasanah U, Sari G. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare
Dengan Perilaku Pencegahan Diare Pada Balita. J Kesehat Samodra Ilmu.
2016;7(2):137570.
26. Kamil R, Fujiyanti O. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Balita
Tentang Perilaku Hidup Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Puskemas Kluwut Kecamatan Bulukamba Kabupaten Brebes Tahun 2018.
J Nurs Pract Educ. 2021;
27. Prawati DD, Haqi DN. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Di
Tambak Sari, Kota Surabaya. J PROMKES. 2019;7(1):34.
28. Yusuf S. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatr. 2016;
29. Indriyani DPR, Putra IGNS. Penanganan Terkini Diare Pada Anak:
Tinjauan Pustaka. Intisari Sains Medis. 2020;11(2):928–32.
30. Sumampouw O., Soemarno, Andarini S, Sriwahyuni E. Diare Balita: Suatu
Tinjauan dari Bidang Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.
2017.
31. Amin LZ. Tatalaksana Diare Akut. Cdk-230. 2015;42(7):504–8.
32. Departemen Kesehatan. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta; 2011. 1–40 p.
33. Hutasoit M, Susilowati L, Hapzah IAN. Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Pengelolaan Diare Dengan Klasifikasi Diare Di Puskesmas
Kasihan Bantul. Med Respati J Ilm Kesehat. 2019;14(3):265.
34. Hegar B. Bagaimana Menangani Diare pada Anak. IDAI [Internet]. 2014;1.
Available from:
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bagaimana-menangani-
diare-pada-anak
35. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Tatalaksana Diare.
Direktorat Jederal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2014.
36. Natsir MF. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah
34