PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare atau tanpa disertai muntah dengan frekwensi lebih banyak
dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
Diare merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi
tinja penderita. Disebut diare akut bila timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung
beberapa hari sedangkan diare kronis berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi
dari hari ke hari.
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
di negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang
tinggi disektor kesehatan oleh karena rata rata sekitar 30% dari jumlah tempat
tidur yang ada dirumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare,
selain itu juga dipelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua
dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi.
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episod diare
dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan
berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodnya
berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbahan dan kesehatan anak.
Dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi
cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi
ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat
pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa cara penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik
dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah
banyak diungkap di beberapa penelitian. Namun secara umum penanganan diare
akut ditujukan untuk mencegah / menanggulangi dehidrasi serta gangguan
keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi,
mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan
gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Penanganan diare akut bertujuan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi
serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi
gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare
secara komprehensif, efisien dan efekstif, terapi harus dilakukan secara rasional.
Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi
dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh
karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya
masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa langkah untuk pencegahan dengan
vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan
menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit. (Putra, 2008)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus
yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan
cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan
elektrolit.
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah (Buku ajar Gastroenterology-Hepatologi).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Dalam referensi lain disebutkan bahwa definisi diare untuk bayi dan anak anak
adalah pengeluaran tinja > 10g/kg/24 jam, sedangkan rata rata pengeluaran
tinja normal pada bayi sebesar 5 10 g/kg/24 jam.
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak di negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban
ekonomi yang tinggi disektor kesehatan oleh karena rata rata sekitar 30% dari
jumlah tempat tidur yang ada dirumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan
penyakit diare, selain itu juga dipelayanan kesehatan primer, diare masih
menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi.
C. ETIOLOGI
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium kuman
kuman patogen telah dapat diidentifikasi dari penderita diare sekitar 80% pada
kasus yang datang disarana kesehatan dan sekitar 50% kasus ringan
dimasyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab
utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri, dan parasit.
Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflamatory dan
inflamatory.
Berdasar penyebab diare akut yang telah terbukti dapat menyebabkan diare
pada manusia adalah sebagai berikut:
1. Faktor infeksi
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Golongan Bakteri
Aeromonas hidrophilia
Bacillus cereus
Campylobacter jejuni
Clostridium difficile
Clostridium perfringens
Escherichia coli
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Salmonella spp.
Shigella spp.
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemoliticus
Yersinia enterocolitica.
1.
2.
3.
4.
Golongan Virus
Adenovirus
Rotavirus
Virus norwolk
Astrovirus
5.
6.
7.
8.
Calicivirus
Coronavirus
Minirotavirus
Virus bulat kecil
7.
8.
9.
10.
11.
Faciolopsis buski
Sarcocystis suihominis
Trichuris trichiura
Candida spp.
Isospora belli.
II.
c. Endokrinopati
- Thyrotoksikosis
- Penyakit Addison
- Sindroma Adrenogenital
d. Keracunan Makanan
- Logam Berat
- Mushrooms
e. Neoplasma
- Neuroblastoma
- Pheochromocytoma
- Sindroma Zollinger Ellison
f. Lain lain
- Infeksi non gastrointestinal
- Alergi susu sapi
- Penyakit Crohn
- Defisiensi imun
- Colitis ulserosa
- Gangguan motilitas usus
- Pellagra
D. KLASIFIKASI
1. Secara klinis, diare dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai
dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya
dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake
makanan kurang.
b. Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
c. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya
utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta
dehidrasi.
d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan
bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal
jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2005).
2. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 7 hari.
b. Diare osmotik
Terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika
bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di
dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan
beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen
usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler
E. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi rewel, gelisah, demam, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, perut kembung dan nyeri perut. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit
terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung.
Tonus dan turgor kulit berkurang, Selaput lendir bibir dan mulut kering.
1. Diare berair biasanya memiliki gejala demam, mual muntah, kram perut dan
biasanya disebabkan oleh virus.
2. Diare berdarah biasanya memiliki gejala demam, mual muntah, kram perut,
tenesmus dan biasanya disebabkan oleh bakteri.
SYMPTOM
Keadaan Umum
Haus
Heart Rate
Minimal atau
Dehidrasi Ringan
Tanpa Dehidrasi
(<3% Loss of
Sedang
(3-9% Loss of
Body Weight)
Baik
Body Weight)
Normal, lelah,
Minum (normal),
gelisah, irritable
haus, banyak
sadar
Drinks poorly, tidak mau
might refuse
minum
minum
liquids
Normal
Normal -
Dehidrasi Berat
(>9% Loss of Body
Weight)
Kualitas nadi
Pernafasan
Mata
Air mata
Mulut dan Lidah
Cubitan kulit
Capillary refill
Ekstremitas
Normal
Normal
Normal
Ada
Basah
Segera kembali
Normal
Hangat
meningkat
Normal - melemah
Normal, cepat
Sedikit cekung
Berkurang
Kering
Kembali < 2 detik
memanjang
Dingin
Kencing
Normal
Berkurang
kasus berat
lemah, kecil, tidak teraba
Dalam
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Kembali > 2 detik
Memanjang
Dingin, mottled,
cyanotic
Sedikit
Gejala Klinik
Rotavirus
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
Masa tunas
17-72 jam
24-48 jam
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72
jam
Panas
++
++
++
Mual muntah
Sering
jarang
sering
Nyeri perut
Tenesmus
tenesmus
kramp
Tenesmus
kolik
tenesmus
kramp
Nyeri kepala
Sering
Kramp
10
Lamanya
sakit
5-7 hari
> 7 hari
3-7 hari
2-3 hari
variasi
3 hari
Sifat Tinja
Volume
Sedang
sedikit
sedikit
banyak
sedikit
Banyak
Frekuensi
5-10x/hr
> 10x/hr
sering
sering
Sering
Terusmenerus
Konsistensi
Cair
lembek
lembek
Cair
lembek
Cair
Darah
Bau
Langu
Warna
Kuning
hijau
Merah
hijau
Leukosit
Lain - lain
Anoreksia
Amis
khas
busuk
kehijauan
Tak
berwarna
Merah
hijau
Seperti
air
cucian
beras
Kejang
Sepsis
Meteoris
mus
Infeksi
Sistemik
F. PATOFISIOLOGI
Prinsip mekanisme terjadinya diare ada 2 yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini
terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi chlorida di sel
epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan
yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang
dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena
adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E.coli
dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
11
Diare osmotik
Terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika
bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya
akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang
diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit
akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas
dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini meningkatkan
volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen
PPM & PLP, 1999).
Pada
diare
akan
terjadi
kekurangan
air
(dehidrasi),
gangguan
12
untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibat lebih lanjut akan terjadi diare
osmotik. Villi usus kemudian akan memendek sehingga kemampuan untuk
menyerap dan mencerna
biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan melebar dan
kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia untuk mengatasi
infeksi sampai terjadi penyembuhan.
b. Bakteri
Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri adalah sebagai berikut,
bakteri masuk kedalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalam
traktus digestivus tersebut, bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan
merangsang epitel usus sehingga terjadi peningktan aktivitas enzim adenil
siklase (bila toksin bersifat tidak tahan panas disebut labile toxin = LT) atau
enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas disebut stabile toxin = ST).
Sebagai akibat peningkatan enzim-enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP
atau cGMP yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium
dan air dari dalam sel ke lumen usus serta menghambat sekresi absorbsi natrium,
klorida dan air dari lumen usus ke dalam sel, sehingga menyebabkan peninggian
tekanan osmotik di dalam lumen usus (hiperosmolar), kemudian akan terjaadi
hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen
usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar
(kolon). Bila kemampuan penyerapan kolon berkurang atau sekresi cairan
melebihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan terjadi diare.
c. Parasit
13
menyebabkan diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi
epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus.
15
Tinja
a. Pemeriksaan Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan
oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran
gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi
bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif
yang
dengan
Salmonella,
Giardia,
Cryptosporidium
dan
Strongyloides.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberikan
informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses
peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon
16
H. TERAPI
Departemen kesehatan menetapkan 5 pilar penatalaksanaan diare pada anak,
yaitu :
1.
2.
3.
4.
Salmonella:
ciprofloxacin
dosis: 20-30 mg/kgBB (2 x 1 3 hari)
ceftriaxone
dosis: 50-100 mg/kgBB/hari (IV/IM)
(sama dengan terapi untuk shigella)
17
- Muntah berulang-ulang
- Mengalami rasa haus yang nyata
- Makan atau minum sedikit
- Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
5 PILAR
PENATALAKSANAAN
DIARE
< 1 tahun
> 1 tahun
5. EDUKASI
2. ZINK
< 6 bulan
> 6 bulan
: 10 mg perhari
: 20 mg perhari
4. ANTIBIOTIK
(antibiotik selektif jika
terdapat infeksi)
3. NUTRISI
ASI dan makanan tetap diteruskan
(sesuai umur anak) untuk mencegah
kehilangan berat badan dan mengganti
nutrisi yang hilang.
Contoh :
ASI, makanan sesuai umur anak, susu
yang tidak mengandung laktosa,
pisang barangan.
18
19
20
21
22
23
I. Komplikasi
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi, diantaranya :
1. Gangguan Elektrolit
Hipernatremia
Penderita dengan natrium plasma >150 mmol/L : dipantau secara ketat
Tujuannya untuk menurunkan kadar natrium secara perlahan.
Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit kemudian koreksi
dengan rehidrasi intravena dengan cairan 0,45% saline - 5% dextrose
selama 8 jam.
Hiponatremia
Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan dengan sedikit
garam dapat terjadi hiponatremi (Na < 130 mol/L).
Berikan oralit, bila tidak berhasil koreksi Na dengan RL atau normal
saline.
( Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 - kadar Na serum x 0,6 x BB)
1/2 diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L
24
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia jika K < 3,5 mEq/L
koreksi menurut kadar K : jika kalium 2,5 - 3,5 mEq/L berikan per oral 75
mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis.
Bila < 2,5 mEq/L maka berikan secara IV drip (tidak boleh bolus) dalam 4
jam.
Dosis : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24jam) dalam 4
jam. 20 jam berikutnya (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x
BB).
J. PENCEGAHAN
a. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
1. Pemberian ASI yang benar
2. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih
yang cukup
4. Membiasakan mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar
5. Penggunaan toilet/jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
6. Membuang tinja bayi dengan benar
b. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
1. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
2. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan
dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
3. Memberikan imunisasi campak.
BAB III
25
KESIMPULAN
cairan
elektrolit
yang
menimbulkan
dehidrasi
dan
gejala
keseimbangan elektrolit.
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Dalam referensi lain disebutkan bahwa definisi diare untuk bayi dan anak anak
adalah pengeluaran tinja > 10g/kg/24 jam, sedangkan rata rata pengeluaran
tinja normal pada bayi sebesar 5 10 g/kg/24 jam.
Departemen kesehatan menetapkan 5 pilar penatalaksanaan diare pada
anak, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku ajar Gatroenterologi Hematologi. 2015
2. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson
eds. Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders. 2004: 1272-6
3. Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
26
4. Deddy Satriya Putra, 2008. Diare Akut pada Anak, Upaya Mengurangi
Kejadian Komplikasi Diare Akut (Departemen kesehatan RI Profil
Kesehatan Indonesia 2001).
5. Buku Pedoman Pelayanan Medis. 2009 IDAI
6. Buku Saku Lintas Diare, Departemen kesehatan RI.2011
27