Anda di halaman 1dari 9

Praktikum PKDM

Dosen : Wa Ode Sri Asnaniar S,Kep. Ns. M,Kep.

LAPORAN PENDAHULUAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

NAMA : MUH. NUR IJLAL IMAM BOHARI


STAMBUK : 14220220074
KELAS : C1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2022/2023
KASUS
 Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, Kaltim, mencatat kasus diare di daerah setempat hingga awal
Agustus 2022 mencapai 1.800 kasus dan dinyatakan satu orang meninggal dunia, setelah sempat
mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panglima Sebaya, Tanah
Grogot. 

"Benar, ada satu pasien diare meninggal dunia,“ kata Humas RSUD Panglima Sebaya dr
Hadiwijaya di Tanah Grogot, Senin.

Ia menjelaskan, salah seorang pasien berusia sembilan tahun itu, mengalami kejang dan sesak
nafas sehingga dilarikan ke IGD RSUD Panglima Sebaya. Namun pasien meninggal sebelum
sempat masuk ke perawatan anak.

Menurut Hadiwijaya, kejadian meninggalnya pasien ini cepat sekali, sehingga ia menduga pasien
sebelum meninggal mengalami kondisi aspirasi atau masuknya cairan yang diminumnya ke
dalam saluran napas.

"Pasien itu sakit diare, mengalami dehidrasi, namun dehidrasinya bisa diatasi namun ada kondisi
aspirasi yang memicu kejang dan henti napas," kata Hadiwijaya.

Atas kejadian meninggalnya pasien diare  itu, ia pun mengimbau, para orangtua selalu waspada
terhadap kemungkinan terjangkit diare pada anak-anak.

Dikatakannya, bahwa diare ini banyak komplikasinya, perlu waspada. Selain bisa disebabkan
dehidrasi, penyebab kematian pada anak, bisa juga berpotensi kejang, kemudian anak mengalami
penurunan kesadaran. Itu masalah berat pada pasien diare. 

"Pencegahan terbaik yang bisa dilakukan tidak lain adalah membiasakan hidup bersih, di mulai
dari lingkungan keluarga. Sebab kuman diare masuk ke mulut melalui perantara tangan,
kemudian masuk ke saluran pencernaan, membuat infeksi saluran pencernaan," tuturnya.
A. Definisi

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar
dengan kondisi tinja yang encer atau berair. Diare umumnya terjadi akibat mengonsumsi
makanan dan minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit.(dr. Meva
Nareza,2021)

B. Tanda dan Gejala

Gejala diare bervariasi. Namun, gejala yang paling sering dialami oleh penderita diare
adalah:
- Perut mulas
- Buang air besar cair (tinja encer) atau bahkan berdarah
- Sulit menahan buang air besar
- Pusing, lemas, dan kulit terasa kering
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di usus besar yang berasal
dari makanan atau minuman yang dikonsumsi. Namun, diare yang berlangsung lama
dapat terjadi akibat peradangan di saluran pencernaan. .(dr. Meva Nareza,2021)

C. Etiologi
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi,
malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab
diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus
(Permatasari, 2021).

D. Patofisiologi
Sejumlah besar virus, bakteri/organisme protosoa dapat menyebabkan gastroenteritis.
Pada diare bayi yang paling sering patogen adalah virus dan entero patogenik, Ecoli.
Pada orang dewasa terdapat perbedaan yang berkaitan dengan umur, apakah infeksi di
daerah tropik dan faktor presipitasi seperti pengorbanan antibiotik yang terdahulu atau
imun. Enterokolitis menyebabkan kram dan diare. Sedangkan gastro entero kolitis
menimbulkan mual, muntah dan kram. Dua cara utama dimana organisme patogen
menyebabkan diare : Invasi bakteri pada mukosa kolon menyebabkan peradangan
ulserasi. Hal ini 3 menyebabkan diare berdarah dengan pasasi mucus dan nanah (sering
disebut disentri). Sekresi entero toksin bakterial menyebabkan sekresi air dan elektrolit
dengan diare berair yang banyak. Enterotoksin dapat dihasilkan sesudah kolonisasi
bakteri (tanpa invasi) pada usus halus (masa inkubasi 6-24 jam). Enterotoksin ini
mungkin masuk ke dalam karena makanan yang terkontaminasi kurang dimasak terutama
oleh pencemaran makanan stafilokoki (Carpenito, 2020: 188).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rusepno (2015: 286), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada pasien diare adalah:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
cilinictest bila terdapat toleransi glukosa.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuatitatif, terutama pada penderita diare kronik

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan utama diare adalah untuk mencegah dehidrasi. Penderita dapat meminum
cairan elektrolit, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare. Selain itu,
konsumsi makanan lunak, suplemen probiotik, dan obat antidiare yang bisa didapatkan di
apotek, juga disarankan untuk mempercepat pemulihan diare.

Pada kondisi yang lebih serius, dokter akan memberikan obat-obatan, seperti:

- Obat antibiotic
- Obat pereda nyeri
- Obat yang dapat memperlambat gerakan usus
Untuk mencegah diare, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan makanan,
misalnya dengan mencuci buah dan sayur, tidak mengonsumsi makanan atau minum air
yang belum dimasak sampai matang, dan rajin mencuci tangan.
G. Pengkajian Untuk Masalah Psikososial

1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, alamat, diagnosa
medis
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, hubungan dengan klien, pendidikan,
pekerjaan, dan alamat.
c. Keluhan utama
Meliputi buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare
tanpa dehidrasi) BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau BAB >
10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare
tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau
lebih adalah diare persisten. 22
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah suhu badan mungkin
meningkat.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai
tampak.
f) Penurunan nafsu makan
Tanda dan Gejala

a) Kram abdomen
b) Nyeri abdomen
c) Menghindari makanan
d) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
e) Diare
f) Bising usus hiperaktif
g) Kurang informasi
h) Kurang minat pada makanan
i) Membran mukosa pucat
23
j) Ketidakmampuan memakan makanan
k) Tonus otot menurun
l) Mengeluh gangguan sensasi rasa
m) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance)
n) Cepat kenyang setelah makan
o) Sariawan rongga mulut
p) Steatorea
q) Kelemahan otot pengunyah
r) Kelemahan otot untuk menelan
d. Pemeriksaan Fisik

H. Diagnosa Keperawatan

Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient


(PPNI, 2017).
I. Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
dari kreteria hasil yang dibuat. Tahap pelaksanaan dilakukan setelah rencana
tindakan di susun dan di tunjukkan kepada nursing order untuk membantu pasien
mencapai tujuan dan kriteria hasil yang dibuat sesuai dengan masalah yang pasien
hadapi. Tahap pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang
- Berat badanideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tandatanda malnutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
- Tidak terjadi
penurunan beratbadan yang berarti

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
4. Monitor mual dan muntah
5. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
6. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
7. Monitor kalori dan intake nutrisi
1. Mengetahui nilai BB normal pasien
2. Mengetahuipenurunan berat badan pasien
3. Mengetahui adanya perubahan pigmentasi
4. Mengetahui frekuensi mual dan muntah pasien
5. Mengatahui hasil Lab pasien
6. Agar mengetahuikekurangankebutuhan nutrisipasien
7. Mengetahui status nutrisi pasien mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat
membaik diharapkan bekerjasama dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan
agar tercapainy tujuan dan kriteria hasil yang sudah di buat dalam intervensi. Adapun
implementasi yang dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan yaitu :
a. Monitor frekuensi BAB
b. Mengobservasi tanda dan gejala dehidrasi (kulit membrane mukosa kering,
kenaikan berate jenis urine tiap 4 jam, dan rasa haus).
c. Pantau masukan dan keluaran dengan cermat meliputi frekuensi, warna, dan
konsistensi.
d. Monitor masukan makanan/ cairan dengan hitung intake kalori harian
e. Monitor mual dan muntah
f. Monitor adanya penurunan berat badan
g. Monitor lingkungan selama makan
h. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
i. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
j. Monitor turgor kulit
k. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
l. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
m. Monitor adanya alergi makanan
n. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nutrisi
p. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral

J. Evaluasi

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing)
(Achjar.2020). adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat
menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan
keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah
tindakan keperawatan, A (Assesment) adalah interprestsi dari data subjektif dan
objektif, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang
telah ditentukan sebelumnya (Rohmah & Saiful,2021). Evaluasi yang diharapkan
sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah di buat pada perencanaan
tujuan dan kriteria hasil.
Adapun hasil yang diharapkan yaitu:
a. Tidak terjadi dehidrasi
b. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
c. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
e. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
f. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
g. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
DAFTAR PUSTAKA

D’Amico, F., et al. (2020). Diarrhea During COVID-19 Infection: Pathogenesis,


Epidemiology, Prevention, and Management. Clinical Gastroenterology and Hepatology,
18(8), 1663-1672.
National Institutes of Health (2021). Medline. Diarrhea.
Kementerian Kesehatan RI (2020). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019.
Johns Hopkins Medicine (2021). Conditions and Diseases. Diarrhea.
Cleveland Clinic (2020). Diseases and Conditions. Diarrhea.
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Diarrhea.
Guandalini, S. Medscape (2020). Diarrhea Clinical Presentation.

Anda mungkin juga menyukai