Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

“Gastroenteritis Akut pada Anak”


Disusun untuk memenuhi tugas dokter internship
Puskesmas Ngariboyo Kabupaten Magetan

Disusun oleh : dr. Aliffarresa Muhammad Naufal


Pembimbing : dr. Siti Maifuroh

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Aliffarresa Muhammad Naufal


Judul Portofolio : Gastroenteritis Akut pada Anak
Topik : Ilmu Kesehatan Anak

Kabupaten Magetan, 29 Maret 2023


Dokter Pendamping

dr. Siti Maifuroh

2
BAB I
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : An. Fanesha Launa
Umur : 6 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Selopanggung ½ Ngariboyo, Magetan
Nomor RM : 057879
Tanggal periksa : 1 Maret 2023

2. Anamnesis
Metode anamnesa: Alloanamnesa
Keluhan Utama: BAB Cair
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke BP PKM Ngariboyo dengan keluhan BAB cair sejak 8 jam
yang lalu, dengan frekuensi mencret 5x selama 8 jam tersebut. BAB terakhir
yaitu sekitar ½ jam yang lalu. BAB berwarna kuning, dengan konsistensi air
lebih banyak dari ampas, BAB berdarah (-), lendir (-). Pasien juga
mengeluhkan nyeri di ulu hati (+), mual (+), dan muntah (-). Keluhan lain
seperti demam (-), batuk (-), pilek (-), mimisan (-) disangkal oleh pasien.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, sementara minum masih dalam
batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat: Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis

3
HR : 106 x/menit
RR : 22 x/menit
Temperatur : 37.1 oC
BB : 25 kg
TB : 120cm

Status Lokalis
Kepala : Pupil isokor 3mm/3mm, conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), hidung dalam batas normal, telinga dalam batas normal, mukosa
bibir kering (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), trakea letak medial

Thorax : Simetris fusiformis, retraksi intercostal (-), stem fremitus


ka=ki, sonor (+/+), SD vesikuler/vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen : Datar, oepel, Hepar teraba 3 jari dibawah arcus costarum /Lien
tidak teaba/Ren tidak teraba, tympani, peristaltik meningkat (+)

Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, CRT <2”, Oedem -/-/-/-

4. Diagnosis
- GEA dengan dehidrasi ringan – sedang
- Kolik abdomen e.c. dyspepsia syndrome

5. Terapi
- Attapulgite 3x1 (15)
- Zinc 2x1 tab (10)
- Metronidazole 3x1 tab (15)
- OMZ 2x1 tab (10)

4
6. Edukasi
- Konsumsi obat sesuai dosis dan kontrol apabila keluhan tidak membaik
setelah obat habis
- Gunakan air bersih untuk makan & minum, mencuci bahan makanan, dan
mencuci peralatan makan
- Mencuci tangan menggunakan air mengalir
- Konsumsi makanan dan minuman yang bersih dan matang
- Menggunakan jamban sehat untuk BAB dan BAK
- Menjaga kebersihan rumah lingkungan

7. Prognosis
- quo ad vitam : bonam
- quo ad functionam : bonam
- quo ad sanationam : bonam

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DefInisi
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan diare, yaitu buang air besar lembek atau cair, dapat
bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu
24 jam, dan disertai dengan muntah, demam, rasa tidak enak di perut dan
menurunnya nafsu makan.
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah
dan atau lendir.
Diare merupakan perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 mL/KgBB/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis adalah eradangan mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 mL/KgBB/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dapat disertai
dengan darah dan atau lendir.

B. Etiologi
Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang
usus besar. Enteritis berarti peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh
virus maupun oleh bakteri pada trakturs intestinalis.
Penyebab gastroenteritis antara lain infeksi, malabsorbsi, keracunan atau
alergi makanan dan psikologis penderita.
Infeksi penyebab gastroenteritis dapat berupa virus (rotavirus,
adenovirus, Norwalk), bakteri (Shigella sp., Salmonella sp., E. Coli, Vibrio
sp.), parasit (protozoa: E. hystolytica, G. lamblia Balantidium coli; cacing:

6
Ascariasis sp., Trichuris sp., Strongyloides sp.; jamur: Candida sp.). Infeksi
ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran kemih, pneumonia). Terbanyak
disebabkan oleh rotavirus (20-40%).

C. Patofisiologis
Keseimbangan cairan yang adekuat pada manusia bergantung pada
sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit di saluran usus. Diare terjadi
ketika cairan intestinal mengeluarkan kapasitas penyerapan saluran
pencernaan. 2 mekanisme utama yang bertanggung jawab untuk
gastroenteritis akut adalah (1) kerusakan pada sikat usus dari usus,
menyebabkan malabsorpsi isi usus dan menyebabkan diare osmotik, dan (2)
pelepasan toksin yang mengikat reseptor dan penyebab enterosit tertentu.
pelepasan ion klorida ke dalam lumen usus, menyebabkan diare sekretori.

D. Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkean timbulnya diare adalah gangguan
osmotik, gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus. Pada diare akut,
mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian mikroorganisme
tersebut berkembang biak. Setelah berhasil melewati asam lambung,
mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi rangsangan pada
mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan
tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare.

E. Klasifikasi
1. Klasifikasi Diare pada Anak Berdasarkan Derajat Dehidrasi
a. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Dua atau lebih tanda berikut:
● Kondisi umum lemah, letargis/tidak sadar

● Ubun-ubun besar, mata sangat cekung

● Malas minum/tidak dapat minum

7
● Cubitan perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)

b. Dehidrasi Ringan-Sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


Dua atau lebih tanda berikut

● Rewel, gelisah, cengeng

● Ubun-ubun besar, mata sedikit cekung

● Tampak kehausan, minum lahap

● Cubitan perut kembali lambat

c. Tanpa dehidrasi
Tidak ada cukup tanda untuk diklasifikasikan ke dalam kriteria di atas.

2. Berdasarkan Lama Waktu Diare


a. Diare Akut
Diare akut didefinisikan sebagai onset mendadak dari 3 atau lebih
tinja lembek per hari dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari
b. Diare kronis atau persisten
Diare kronis atau persisten didefinisikan sebagai episode yang
berlangsung lebih lama dari 14 hari.

F. Gejala Klinis
Gejala klinis anak dengan dehidrasi adalah sebagai berikut:
1. Diare
Tentukan durasi diare, frekuensi dan jumlah tinja, waktu sejak episode
terakhir diare, dan kualitas tinja. Tinja yang sering berair lebih konsisten
dengan gastroenteritis virus, sementara tinja dengan darah atau lendir
merupakan indikasi adanya patogen bakteri. Demikian pula, durasi diare
yang lama (> 14 hari) lebih konsisten dengan penyebab diare parasit atau
noninfeksi.

8
2. Muntah
Tentukan durasi muntah, jumlah dan kualitas muntahan (misalnya,
kandungan makanan, darah, empedu), dan waktu sejak episode terakhir
muntah. Bila gejala muntah mendominasi, orang harus
mempertimbangkan penyakit lain seperti penyakit refluks gastroesofagus
(GERD), ketoasidosis diabetes, stenosis pilorus, perut akut, atau infeksi
saluran kemih
3. Urinasi
Tentukan apakah terjadi peningkatan atau penurunan frekuensi buang
air kecil yang diukur dengan jumlah popok basah, waktu sejak buang air
kecil, warna dan konsentrasi urine, dan adanya disuria. Keluaran urin
mungkin sulit ditentukan dengan tinja berair yang sering.
4. Nyeri Abdomen
Tentukan lokasi, kualitas, penyebaran, tingkat keparahan, dan waktu
nyeri, berdasarkan laporan dari orang tua dan / atau anak. Secara umum,
rasa sakit yang mendahului muntah dan diare lebih mungkin terjadi karena
patologi abdomen selain gastroenteritis.
Selain itu gastroenteritis juga dapat timbul dengan gejala sistemik
seperti demam, letargi, dan nyeri abdomen13.

G. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesa
Perlu ditanyakan deskripsi diare (frekuensi, lama diare berlangsung,
warna, konsistensi tinja, adanya lendir/darah dalam tinja), adanya mutah,
tanda dehidrasi (rasa haus, anak rewel/lemah, BAK terakhir), demam,
kejang, jumlah cairan masuk, riwayat makan dan minum, penderita sekitar,
pengobatan yang diterima, dan gejala invaginasi (tangisan keras dan bayi
pucat).

9
Pasien datang ke dokter karena buang air besar (BAB) lembek atau
cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau
kembung), mual dan muntah serta tenesmus. Setiap kali diare, BAB dapat
menghasilkan volume yang besar (asal dari usus kecil) atau volume yang
kecil (asal dari usus besar). Bila diare disertai demam maka diduga erat
terjadi infeksi.
Bila terjadinya diare didahului oleh makan atau minum dari sumber
yang kurang higienenya, GE dapat disebabkan oleh infeksi. Riwayat
bepergian ke daerah dengan wabah diare, riwayat intoleransi laktosa
(terutama pada bayi), konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet cola,
atau makan obat-obatan seperti laksatif, magnesium hidrochlorida,
magnesium citrate, obat jantung quinidine, obat gout (colchicides),
diuretika (furosemid, tiazid), toksin (arsenik, organofosfat), insektisida,
kafein, metil xantine, agen endokrin (preparat pengantian tiroid),
misoprostol, mesalamin, antikolinesterase dan obat-obat diet perlu
diketahui.
Selain itu, kondisi imunokompromais (HIV/AIDS) dan demam tifoid
perlu diidentifikasi.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan terpenting adalah menentukan tingkat/derajat dehidrasi
akibat diare. Tanda-tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan adalah turgor
kulit perut menurun, akral dingin, penurunan tekanan darah, peningkatan
denyut nadi, tangan keriput, mata cekung tidak, penurunan kesadaran
(syok hipovolemik), nyeri tekan abdomen, kualitas bising usus
hiperperistaltik. Pada anak kecil cekung ubun-ubun kepala. Pada tanda
vital lain dapat ditemukan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksi), nadi dan
pernapasan cepat.
Point penting dari pemeriksaan fisik pasien dengan gastroenteritis
adalah sebagai berikut:

10
● Periksa keadaan umum, kesadaran, tanda vital dan berat badan;

● Selidiki tanda-tanda dehidrasi: rewel/gelisah, letargis/kesadaran

berkurang, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat (turgor


abdomen), haus/minum lahap, malas/tidak dapat minum, ubun-ubun
cekung, air mata berkurang/tidak ada, keadaan mukosa mulut;

● Tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit: kembung

akibat hypokalemia, kejang akibat gangguan natrium, napas cepat dan


dalam akibat asidosis metabolik.

● Pada anak-anak terlihat BAB dengan konsistensi cair pada bagian

dalam dari celana atau pampers.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja, namun tidak rutin dilakukan kecuali ada tanda-tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Dapat dilakukan secara
makroskopis, mikroskopis, maupun kimiawi;
b. Dehidrasi berat: elektrolit serum, analisis gas darah, nitrogen urea,
kadar gula darah

H. Penatalaksanaan
Terapi pada pasien dengan gastroenteritis dapat diberikan dengan:
1. Memberikan cairan dan diet adekuat
a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk
rehidrasi.
b. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien.
c. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein, karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan
mudah dicerna.

11
2. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti diare untuk
mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.
3. Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang
diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan
imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik
atau antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya. Antimikroba,
antara lain:
a. Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari,
atau
b. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2x 1 tablet/hari.
c. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, metronidazole dapat
digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.
d. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan
etiologi.

4. Obat antidiare, antara lain:


a. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur opium.
b. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang
disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare
semakin berat walaupun diberikan terapi.
c. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunocompromised, seperti
HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth
encephalopathy.
d. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x
1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
e. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x 1/ hari
5. Terapi probiotik dapat mempercepat penyembuhan diare akut.
6. Konseling dan Edukasi
Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga untuk
membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah
terjadinya GE dan mencegah penularannya.

12
Edukasi yang herus diberikan kepada orang tua berupa Cegah
dehidrasi dan pertahankan kecukupan gizi anak
a. ASI diteruskan, selingi dengan Cairan Rehidrasi Ora(CRO).
b. Berikan minum yang banyak.
- Bila anak tidak mengkonsumsi ASI, pemberian susu formula tidak
perlu diganti atau diencerkan.
- Bila terjadi dehidrasi ringan-sedang, pemberian makanan diteruskan
dan tidak ada pembatasan jenis makanan.
- Bila terjadi dehidrasi berat, stop makanan hingga dehidrasinya
membaik.
c. Kapan harus kembali ke dokter
- Diare cair semakin sering
- Darah pada tinja
- Muntah terus menerus
- Demam
- Nyeri perut hebat
- Terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang/ berat

Rencana Terapi pada Diare


A. Rencana Terapi A (Penanganan Diare Dirumah)
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah :
1. Beri Cairan Tambahan (sebanyak anak mau)
a) Jelaskan kepada ibu :
- Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan
tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan
- lebih lama pada setiap kali pemberian.
- Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang
sebagai tambahan.
- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih
cairan berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur),
- atau air matang.

13
Anak harus diberi larutan oralit di rumah, jika :
- Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam
kunjungan ini.
- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah
parah.
b) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri 6 bungkus
oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.
c) Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang
harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-
hari :
< 2 tahun : 50 – 100 ml setiap kali BAB
> 2 tahun : 100 – 200 ml setiap kali BAB
Katakan kepada ibu :
- Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering.
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi
dengan pemberian secara perlahan.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. Beri tablet Zinc
Pada anak berusia > 2 bulan, beri tablet Zinc selama 10 hari dengan
dosis :
< 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
> 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari.
3. Lanjutkan pemberian Makan/ASI
4. Kapan Harus Kembali

B. Rencana Terapi B (Penanganan Dehidrasi Sedang/Ringan dengan


Oralit)
Beri Oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam
1. Tentukan jumlah Oralit untuk 3 jam pertama :
Umur Berat Badan Jumlah Cairan (mL)
s/d 4 bulan <6 200-400

14
4-12 bulan 6-10 400-700
12-24 bulan 10-12 700-900
2-5 tahun 12-19 900-1400
Jumlah Oralit yang diperlukan : 75 mg/kg BB.

- Jika anak menginginkan oralit > pedoman diatas, berikan sesuai


kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
- Untuk anak < 6 bulan tidak menyusu, beri juga 100-200 mL air
matang selama periode ini.
- Mulailan memberikan makan segera setelah anak ingin makan.
- Lanjutkan pemberian ASI.

2. Tunjukkan kepada ibu cara memberikan Oralit.


- Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering.
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan
pemberian secara perlahan.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

3. Berikan tablet Zinc selama 10 hari

4. Setelah 3 jam :
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.

5. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :


- Tunjukkan cara menyiapkan Oralit di rumah.
- Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di
rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.
- Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan
menambahkan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam
Rencana Terapi A.

15
- Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah (Rencana A)

C. Rencana Terapi C (Dehidrasi Berat)

16
I. Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit gastroenteritis
dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya adalah dengan pemberian
vaksin rotavirus, dimana rotavirus itu sendiri sangat sering menyebabkan
penyakit ini. Selain itu hal lain yang dapat kita lakukan ialah dengan
meningkatkan kebersihan diri dengan menggunakan air bersih ataupun
melaksanakan kebiasaan mencuci tangan dan juga memperhatikan kebersihan
makanan karena makanan merupakan salah satu sumber penularan virus yang
menyebabkan gastroenteritis.

17
Pemberian zinc elemental 10mg/kgBB per hari untuk bayi di bawah usia
6 bulan dan 20 mg/kgBB per hari untuk anak usia sama atau di atas 6 bulan
selama 10-14 hari dapat mengurangi frekuensi buang air besar dan volume
tinja, disamping dapat mengurangi kekambuhan untuk 3 bulan medatang.
Probiotic, meskipun banyak dilaporkan dapat mengurangi volume faces
dan frekuensi diare, tetapi penggunaannya belum direkomendasikan baik oleh
WHO.

J. Komplikasi
Komplikasi utama dari gastroenteritis adalah dehidrasi dan gangguan
fungsi kardiovaskular akibat hypovolemia berat. Kejang dapat terjadi dengan
adanya demam tinggi terutama pada infeksi Shigella. Abses intestine dapat
terjadi pada infeksi Shigella dan Salmonella, terutama pada demam tifoid,
yang dapat memicu terjadinya perforasi usus, suatu komplikasi yang dapat
mengancam jiwa. Muntah hebat akibat gastroenteritis dapat menyebabkan
rupture esophagus atau aspirasi. Kematian akibat diare mencerminkan adanya
masalah gangguan system homeostasis cairan dan elektrolit, yang memicu
terjadinya dehidrsi, ketidakseimbangan elektrolit dan istabilitas vascular, serta
syok.

K. Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang,
ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya prognosis
adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan dehidrasi berat,
prognosis dapat menjadi dubia ad malam.

18

Anda mungkin juga menyukai