A DENGAN DIAGNOSA
Laporan ini disusun oleh memenuhi persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
201913056
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
201913056
Mengetahui, Menyetujui,
......................................... .............................................
Mengetahui,
Ketua STIKes,
.........................................
A. TINJAUAN KASUS
Pasien datang ke IGD dibantu oleh ibunya dengan keluhan BAB cair selama 4 hari
smrs dengan frekuensi 5-10x perhari, muntah 2x saat masuk rumah sakit, demam 4
hari smrs, badan tampak lemas, klien banyak menangis air mata, BAK normal, saat
dikasi suhu 37,6 C, akral teraba hangat, tugor sedang, bibir tampak kering, disertai
batuk namun tidak ada sesak.
Tanda – tanda vital:
Suhu : 37,6 C Respirasi : 20 x/min BB : 8,5 kg
SpO2 : 98% Nadi : 120 x/min
B. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Penyakit
a. Definisi
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi). Gastroenteritis akut,
dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 -200 ml per jam
tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat
pula disertasi frekuensi defekasi yang meningkat.
b. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor:
1) Berdasarkan lama waktu
a) Akut : berlangsung < 5 hari
b) Persisten: berlangsung 15-30 hari
c) Kronik berlangsung > 30 hari
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a) Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b) Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3) Berdasarkan derajatnya
a) Diare tanpa dehidrasi
b) Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c) Diare dengan dehidrasi berat
4) Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a) Infektif
b) Non infeksif
c. Etiologi
Etiologi dari GE di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1) Infeksi interal; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab GE
a) Infeksi bakteria: vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
b) Infeksi Virus: Rotavirus, Calcivirus, Enterovirus, Adenovirus,
Astrovirus
c) Infeksi Parasit: Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa
( Entamoeba Histolcya, Tricomonas hominis, Giardia Lambia),
Jamur (Candiida Albicans).
2) Infeksi Parental: infeksi diluar alat pencernaan seperti: Tonsilitis,
Encephalitis, Broncopneumonia.
3) Faktor Malabsorpsi:
a) Karbohidrat, gejalanya seperti tinja berbau asam, sakit daerah perut.
b) Malabsorpsi lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang
disebut dengan triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase,
triglyserida mengubah lemak menjadi miccless yang bisa diserap
usus. Tetapi karena kegagalan penyerapan sehingga lemak tidak
dapat diproses akibat tidak ada lipase karena kerusakan dinding usus
sehingga terjadi GE. Pada kasus ini fesesnya berlemak.
c) Malabsorpsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat
menyerap protein.
4) Faktor Makanan: makanan yang sudah basi, alergi makanan tertentu,
makanan kurang matang, makanan tercemar atau beracun.
5) Faktor Psikis: rasa takut dan cemas
d. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis GE antara lain:
1) Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer
2) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek, elastisitas kulit
menurun, ubun – ubun dan mata cekung, membrane mukosa mulut dan
bibir kering).
3) Kram abdominal.
4) Demam, mual, muntah dan anorexia
5) Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas cepat)
6) Urine menurun atau tidak ada pengeluaran (un-uria)
e. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja.
Gastroenteritis dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat
diserap dalam tinja, yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran
cerna. Penyebab terjadinya iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus
halus distal atau usus besar. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal. Iritasi
usus oleh suatu patogen memengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus.
Iritasi oleh mikroba juga memengaruhi lapisan otot sehingga terjadi
peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan
elektrolit terbuang karena mikroba juga memengaruhi lapisan otot sehingga
terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air
dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat
tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat
meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit.
Gangguan absorpsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan
peradangan dan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi
cairan dan elektrolit. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi cairan elektrolit
yang berlebihan. Kekurangan elektrolit dapat mengakibatkan asidosis
metabolik. Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare terkait
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus
(adenovirus enterik dan robavirus) serta parasit (biardia lambiachristopodium)
patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel menghasilkan
enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding usus. Alat
pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut
adalah usus halus.
f. Pathway
Infeksi
Makanan
Malabsorpsi
Kuman masuk dan
berkembang dalam Toksin tidak dapat
usus Tekanan osmotic diabsorpsi
meningkat
Toksin dakam
dinding usus Pergeseran air dan Hiperperistaltik
halus elektrolit ke rongga
usus
Gastroenteritis akut
(GEA)
g. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Lestari (2016) diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksaan tinja: makrosopis/mikroskopis, pH dan kadar gula dalam
tinja, uji bakteri
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih.
4) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dengan menentukan pH
keseimbangan Analisa gas darah atau astrup
5) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
6) Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasite secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara media meliputi, menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut,
diet mengandung gizi diperlukan, bila gejala menetap, cairan perlu diberikan
secara parenteral.
Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi tirah baring,
mengurangi stress, diet air, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian
diberikan per oral pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan
seperti pudding dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan
kemudian makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Hal yang
penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat,
yaitu:
1) Jenis Cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila
tidak tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya
ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter
infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam
1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran
cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak
terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus
mengandung garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.
2) Jumlah Cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Rehidrasi cairan dapat
diberikan dalam 1-2 jam untuk mencapai kondisi rehidrasi
3) Jalur Pemberian Cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na
bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan
untuk memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial
4) Dosis
a) Pada anak yang mengalami BAB tanpa dehidrasi (kekurangan
cairan) tandanya:
- berak cair 1-2 kali sehari
- muntah
- nafsu makan tidak berkurang
- masih ada keinginan bermain
i. Komplikasi
Muntah dan diare akibat gastroenteritis menyebabkan tubuh
kehilangan banyak cairan dan nutrisi. Kondisi ini dapat memicu munculnya
gejala dehidrasi, yang meliputi:
1) Pusing
2) Mudah lelah dan mengantuk
3) Rasa haus terus-menerus
4) Mulut kering
5) Urine berwarna pekat atau gelap
c. Intervensi
1) Hypovolemia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan Status
Cairan membaik. Dengan kriteria :
a) Perasaan lemah meningkat
b) Frekuensi nadi membaik
c) Intake cairan membaik
d) Suhu tubuh membaik
Manajemen Hipovolemia (1.03116)
Observasi:
- Periksa tanda dan gejala hypovolemia
Rasional: Untuk mengetahui bagaimana tanda tanda kekurangan
cairan
- Monitor intake dan output cairan
Rasional: Untuk memantau intake dan outpun cairan pada pasien
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan dasar cairan dan menurunkan
risiko kekurangan cairan
Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Rasional: Untuk pemenuhan kebutuhan dasar cairan dan
menurunkan risiko kekurangan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
Rasional: Untuk membantu mempercepat dalam pemenuhan
kebutuhan cairan
2) Hipertermia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan
Termoregulasi membaik. Dengan kriteria:
- Menggigil menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
Manajemen Hipertermia (1.15506)
Observasi:
- Monitor KU dan TTV
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan KU dan TTV pasien
- Identifikasi penyebab hipertermia
Rasional: Untuk mengidentifikasi adanya perubahan terhadap tanda
dan gejala pasien
- Monitor suhu tubuh
Rasional: Untuk mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Rasional: Untuk mengetahui faktor yang dapat memperburuk dan
memperbaiki hipertermi
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
Rasional: Untuk mencegah hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
Rasional: Untuk mencegah munlnya bakteri dari keringat yang
menempel pada linen
Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
Rasional: Untuk memberi kenyamanan pasien
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
Rasional: Untuk menambah suplai cairan dalam tubuh dan
mempercepat pemulihan.
d. Implementasi
Setelah menyusun rencana asuhan keperawatan, maka tugas perawat
adalah menerapkan rencana asuhan keperawatan tersebut dalam tindakan
yang nyata.
e. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, gunanya untuk
mengukur tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sejauh mana
masalah dapat dipecahkan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : An. A
Tempat Tanggal Lahir : 18 Juni 2022
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Roda Pembangunan RT 06 RW 05
Tanggal Masuk : 10 Mei 2023
Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2023
Diagnosa Medik : Gastroenteritis Akut (GEA)
b. Identitas Orang Tua
1) Ayah
Nama : Tn. S
Usia : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Security
Agama : Islam
Alamat : Jl. Roda Pembangunan RT 06 RW 05
2) Ibu
Nama : Ny. R
Usia : 21 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : Pasien datang ke IGD dibantu oleh ibunya
dengan keluhan BAB cair selama 4 hari smrs dengan frekuensi 5-10x
perhari, muntah 2x saat masuk rumah sakit, demam 4 hari smrs, badan
tampak lemas, klien banyak menangis air mata, BAK normal, saat dikasi
suhu 37,6 C, akral teraba hangat, tugor sedang, bibir tampak kering,
disertai batuk namun tidak ada sesak.
Keluhan Pada Saat Pengkajian : BAB cair, muntah, badan tampak lemas,
akral teraba hangat
2) Riwayat Kesehatan Lalu
a) Prenatal Care
- Ibu memeriksakan kehamilannya hanya 2x selama hamil
- Keluhan yang dialami ibu klien selama hamil yaitu perut mulas,
flek kecoklatan yang hilang timbul.
- Klien belum pernah imunisasi TT
b) Natal
- Tempat melahirkan : Bidan
- Jenis persalinan : Normal (pervaginam)
- Penolong persalinan : Bidan
- Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan : Nyeri pada perineum setelah melahirkan
c) Post Natal
- Kondisi bayi : saat lahir bayi menangis kuat, bergerak aktif,
pernapasan baik, dan kulit berwarna merah muda
- Klien pernah mengalami penyakit : radang paru pada umr 4 bulan
dan diberikan obat oleh dokter
- Riwayat kecelakaan : tidak ada
- Riwayat mengonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran
dokter : tidak pernah
- Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : klien adalah
anak pertama
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien memiliki riwayat penyakit radang paru dan flek pada paru
akibat perokok aktif.
d. Riwayat Imunisasi
2) Cairan
4) Istirahat Tidur
5) Olahraga
6) Personal Hygine
7) Aktivitas/Mobilitas Fisik
k. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Sedang
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tanda – tanda vital
Denyut nadi : 120 x/min
Suhu : 37, 6 C
Pernapasan : 20 x/min
SpO2 : 98%
4) Berat badan : 8,5 Kg
5) Tinggi badan : 71 cm
6) Kepala
Inspeksi :
Keadaan rambut & hygine kepala
a) Warna rambut : hitam
b) Penyebaran : tipis dan merata
c) Mudah rontok : tidak mudah rontok
d) Kebersihan rambut : bersih, tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tekstur rambut halus
7) Muka
Inspeksi :
a) Simetris : simetris antara bentuk wajah
b) Bentuk wajah : bulat
c) Gerak abnormal : normal (tidak ada)
d) Ekspresi wajah : normal, klien dapat mengekspresikan saat senang
dan menangis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8) Mata
Inspeksi :
a) Pelpebra : tidak ada edema dan tidak ada radang
b) Sklera : tidak ikterik
c) Konjungtiva : tidak anemis
d) Pupil : isokor (kedua pupil sama besar), refleks pupil
mengecil saat diberi cahaya (normal)
e) Posisi mata : simetris antara kanan dan kiri
f) Gerakan bola mata : normal mengikuti objek
g) Penutupan kelopak mata : normal
h) Keadaan bulu mata : bersih dan tidak rontok
i) Keadaan visus : baik
j) Penglihatan : baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan saat diberi tekanan bola mata
9) Hidung & Sinus
Inspeksi
a) Posisi hidung : normal (di antara tulang pipi)
b) Bentuk hidung : simetris
c) Keadaan septum : tidak ada lesi, septum nasal simetris
d) Sekret/cairan : tidak ada sekret atau sumbatan
10) Telinga
Inspeksi
a) Posisi telinga : simetris kanan dan kiri
b) Ukuran/bentuk telinga : normal
c) Aurikel : normal
d) Lubang teling : bersih
e) Alat bantu : tidak memakai alat bantu (normal)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
11) Mulut
Inspeksi
a) Gigi : keadaan gigi bersih, gigi ada 4 di depan, tidak ada karang gigi
b) Gusi : gusi merah muda, lidah bersih, tidak terdapat lesi
c) Bibir : pucat, sedikit kering
12) Tenggorokan
a) Warna mukosa : merah muda
b) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
c) Nyeri menelan : tidak ada nyeri menelan
13) Leher
Inspeksi
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Palpasi
a) Kelenjar tiroid : teraba
b) Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
c) Kelenjar limfe : tidak membesar
14) Thorax dan pernapasan
a) Bentuk dada : normal, simetris
b) Irama pernapasan : vesikuler
c) Pengembangan waktu bernapas : normal, tidak terlalu cepat
d) Tipe pernapasan : pernapasan dada
e) Perkusi : pekak/redup
f) Vocal premitus : normal kanan dan kiri
g) Massa nyeri : tidak terdapat massa
h) Suara napas : vesikuler (tidak ada suara
tambahan)
15) Jantung
Palpasi : ictus cordis tidak terlihat
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : lup-dup
16) Abdomen
Inspeksi
a) Membuncit : abdomen normal, tidak membuncit, dan tidak ada
distensi abdomen
b) Luka : tidak ada luka
Palpasi
a) Hepar : normal (tidak membesar, sudut tajam, permukaan
rata, tidak tampak massa)
b) Lien : normal (tidak ada pembesaran)
c) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : bunyi peristaltic 20 x/menit
Perkusi : suara abdomen timpani
17) Genitalia dan anus
Tidak dilakukan pengkajian
18) Ektremitas
Ekstremitas atas
a) Motorik : pergerakan kanan dan kiri normal
b) Refleks : tidak dilakukan pengkajian
c) Sensori : respon nyeri normal, rangsang suhu normal, rasa raba normal
Ekstremitas bawah
a) Motorik : pergerakan kanan dan kiri normal
b) Refleks : tidak dilakukan pengkajian
c) Sensori : respon nyeri normal, rangsang suhu normal, rasa raba normal
l. Tes Diagnostic
1) Laboratorium
- Hematologi & Darah Rutin (10 Mei 2023)
muntah 2x
DO : Isi usus
Dehidrasi
Hipovolemia
10-Mei DS : Proses penyakit Hipertermia
-2023 - Ibu pasien mengatakan anaknya (infeksi) (D.0130)
demam 4 hari
- Ibu pasien mengatakan anaknya Reaksi inflamasi
tampak lemas saluran
DO : pencernaan
- Tingkat kesadaran : Compos
mentis Agen pirogenic
- Kesadaran umum : Sedang
- Pasien tampak lemas Peningkatan suhu
- Akral teraba hangat tubuh
- Bibir tampak kering
- TTV Demam
Pernapasan : 20 x/min
SpO2 : 98%
3. Diagnose Keperawatan
Nama Pasien : An. A
6. Evaluasi
Nama Pasien : An. A
Apriyanti, I. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Diare Akut Dengan
Pemberian Madu Murni Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun 2015. Sararinda.
Khalid Fredy Saputra, M., Nasution, R., & et. al. (2023). Keperawatan Penyakit Tropis. (R. M.
Neila Sulung, Ed.) Global Eksekutif Teknologi.
( ) ( )