Anda di halaman 1dari 25

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KERACUNAN OBAT DENGAN HEMODINAMIK TIDAK


STABIL

DISUSUN OLEH :

TANTI INDRA NUR CAHYANI

172303101029

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui
saluran pencernaan,saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia
belum diketahui, meski banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di
beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya di dalam masyarakat.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab
utama kematian anak-anak . Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang
dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di
RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan
setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak yang
datang untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap tahun yang sebagian besar
karena kercunan hidrokarbon (45-60%), keracunan makanan, keracunan obat-
obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan
dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parental
tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%) dan inhalasi (14%).
Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis yang membutuhkan
tindakan segera, keterlibatan dalam memberikan pertolongan dapat membawa
akibat yang fatal.
Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan sebagian besar adalah
karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya
mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan keracunan.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep teori dari Keracunan Obat ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan dari Keracunan Obat ?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep teori dari Keracunan Obat ?
2. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan dari Keracunan Obat
?
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1.Konsep Teori Keracunan Obat


2.1.1. Definisi

Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam
ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat
memasuki jaringan hidup melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup,
disuntikkan, dan terserap melalui kulit (Merriam-Webster, 2014).

Keracunan adalah reaksi dalam tubuh yang apabila kemasukan suatau bahan
yang bersifat toksik dan membahayakan tubuh, bahan – bahan tersebut dapat masuk
melalui mulut, hidung, kulit atau mata. (Priharjo, Robert.2007)

Keracunan obat adalah reaksi tubuh yang muncul secara negatif akibat
mengkonsumsi obat atau menggunakan obat tertentu yang akan berakibat fatal jika
tidak ditangani. (Michael J. Neal.2008).

Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik
melalui sirkulasi magma (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (Sirkulasi dalam
paru-paru)

2.1.2. Etiologi
1. Narkoba : obat yang bermanfaat dalam dosis terapeutik bisa mematikan bila
dikonsumsi secara berlebihan.
2. Vitamin : vitamin, terutama A dan D, jika dikonsumsu dalam jumlah besar
dapat menyebabkan masalah hati dan kematian
3. Warfarin : adalah pengencer darah yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Bahan ini sering digunakan sebagai racun tikus dan dapat
menyebabkan perdarahan dan kematian jika terlalu banyak dikonsumsi.
4. Tidak tahu jumlah dosis yang diminum atau faktor lain yang tidak disengaja.
5. Efek dari kombinasi berbagai obat yang bisa menyebabkan reaksi keracunan
untuk tubuh.
6. Tubuh penderita keracunan obat mengalami efek samping yang berlebihan
sehingga efek keracunan menjadi tidak terduga. Kondisi ini seperti ini
biasanya terjadi di rumah sakit akibat pasien tidak mengetahui jika ada alergi
obat tertentu. Pemberikan obat anti alergi atau tes alergi biasanya diberikan
oleh perawat sebelum pasien mendapatkan obat tertentu.
7. Penderita keracunan obat mengalami kecelakaan yang menyebabkan obat
mengenai bagian tubuh tertentu. Kondisi ini biasanya terjadi untuk kasus
keracunan obat yang melewati hidung, mata dan kulit.
8. Penderita keracunan obat bisa terkena keracunan karena dengan sengaja
minum obat tertentu dalam jumlah yang lebih banyak. Kondisi ini sering
terjadi pada orang yang depresi, mengalami masalah kesehatan jiwa, mental
yang buruk dan pecandu narkoba.

2.1.3. Patofisiologi

Makanan, minuman dan obat yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-
macam baik ragam maupun jenis. Makanan, minuman dan obat yang sehat dapat
dikatakan makanan yang layak untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik
seketika maupun mendatang. Dalam menkonsumsi makanan, minuman perlu
diperhatikan tentang kebersihan, kesehatan, serta zat gizi yang terkandung di dalam
makanan tersebut, sama hal nya dengan obat kita harus memperhatikan dosis dan
sesuai dengan resep dokter. Hendaknya kita harus pandai dalam memilih makanan
dan obat yang akan dikonsumsi supaya bebas dari zat-zat yang dapat merusak tubuh
seperti toksik atau racun.

Obat-obatan yang dikonsumsi sembarangan dan tidak sesuai dosis, sampai di


lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan
diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala
mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara
memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami
dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan.
Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin.

Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi,dan keluarnya keringat


dingin akan merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan
homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera
diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan
pingsan sampai kematian.

Pathway

Makanan Bahan Kimia Binatang berbisa


(Bakteri & Non Bakteri) &Obat-obatan

Saluran pencernaan Saluran pernafasan Kulit

Mual, Muntah Pembuluh Korosi trakea Pembuluh Nyeri &


& Diare darah darah kemerahan

MK :
MK : Gangguan Edema Saluran Kerusakan
Kekurangan Saraf otonom laring pencernaan Integritas
volume cairan
kulit

Obstruksi Mual & Muntah


Saluran pernafasan

MK :
MK : Ketidakefektifan Kekurangan
bersihan nafas volume cairan

Nyeri kepala Kelemahan otot Pusat pernafasan


Kram

MK : Nafas cepat dan dalam

Nyeri Akut
Gangguan
pergerakan CO2 dikeluarkan MK : Ketidak
efektifan pola
nafas
Alkalosis respiratorik
MK :
2.1.4. Manifestasi klinis
Intoleransi
aktivitas
Tanda dan gejala keracunan :

1. Penurunan respon
2. Gangguan pernapasan
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Gangguan penglihatan
6. Diare
7. Lemas
8. Kejang – kejang
9. Gangguan pencernaan yang ringan, sedang, dan parah seperti mual,
sakit perut, nyeri perut bawah dan muntah.
10. Tubuh mengeluarkan keringat berlebihan.
11. Beberapa bagian kulit menjadi biru akibat kekurangan oksigen dan
kematian kerja syaraf pada kulit.

2.1.5. Klasifikasi
1. Racun yang ditelan
Racun yang tertelan bersifat korosif basa dan asam yang dapat meyebabkan
kerusakan jaringan setelah bersentuhan dengan selaput lencir. Produk alkali
meliputi pembersih salurang pembuangan, pembersih mangkuk toilet,
detergen, pembersih oven. Produk asam meliputi pembersih kolam renang,
pembersih logam, penghilang karat dan asam baterai.
2. Keracunan karbon monoksida
Keracunan ini dapat terjadi sebagai akibat dari insiden industri atau rumah
tangga atau percobaan bunuh diri. Hal ini terkait dengan lebih banyak
kematian daripada racun lainnya kecuali alkohol. Karbon monoksida
memberikan efek toksiknya dengan mengikat sirkulasi haemoglobin dan
dengan demikian mengurangi kapasitas pembawa oksigen dari darah.
3. Keracunan kulit yang terkontaminasi
Cedera kulit akibat paparan bahan kimis. Tingkat keparahan luka bakar
kimia ditentukan oleh mekanisme aksi, kekuatan tembus dan konsentrasi,
jumlah dan lamanya paparan kulit terhadap bahan kimia.
4. Keracunan makanan
Yaitu penyakit mendadak yang terjadi setelah konsumsi makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Botulisme adalah bentuk keracunan
makanan yang serius yang memerlukan pengawasan terus menerus.

2.1.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lengkap (urin, gula darah,
dairan lambung, analisa gas darah, osmolalitas serum, elektrolit,
kreatinin, glukosa, transaminase hati).
2. Pemeriksaan EKG
3. Foto thorak/abdomen
4. Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat
membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di
bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat
plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan barbiturate.
5. Pemeriksaan toksikologi :
Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et
repertum”. Bahan diambil dari :
a. Muntahan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100
ml)
b. Urine sebanyak 100 ml
c. Darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.

2.1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keracunan obat :
1. Melakukan CPR (Jika penderita tidak sadar)

Keracunan obat sering menyebabkan efek kehilangan kesadaran dan sulit


untuk bernafas. Dari saran medis jika ada kasus seperti ini maka penderita harus
mendapatkan pertolongan dengan memberikan nafas buatan atau CPR. Nafas
buatan bisa mencegah efek buruk kehilangan kesadaran seperti koma dan
kematian. Penderita keracunan obat bisa mengalami gagal nafas akibat
pernafasan yang terus melambat. Setelah itu penderita harus dibawa kerumah
sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

2. Membuat Posisi Penderita Nyaman (jika sadar)

Jika orang yang terkena keracunan obat dalam kondisi yang sadar maka buat
penderita bisa berada dalam posisi yang nyaman. Posisi yang nyaman untuk
penderita keracunan obat bisa dalam posisi duduk bersandar tegak, duduk
sambil setengah tidur dan tidur dengan posisi bantal yang tinggi. Jika masih bisa
diajak komunikasi maka cari tahu obat apa yang diminum oleh penderita.
Selanjutnya bawa ke rumah sakit dan bawa sampel obat yang menyebabkan
keracunan.

3. Hindari Membuat Penderita Muntah

Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi pada kasus keracunan obat
adalah membuat penderita muntah. Kesalahan ini bisa menyebabkan dampak
yang sangat serius. Muntah pada keracunan obat harus bisa terjadi secara alami
dan bukan karena membuat penderita muntah secara sengaja.

4. Jangan Memberikan Air Putih

Untuk penderita keracunan obat maka hindari memberikan air putih secara
langsung. Air putih baru bisa diminum ketika penderita sadar dan sudah bisa
minum sendiri. Memberikan air putih bisa menyebabkan kondisi yang sangat
fatal karena mendorong penyebaran racun ke semua bagian tubuh. Hal ini bisa
memicu gagalnya fungsi organ jika kondisi keracunan obat sangat parah.
5. Jangan Menekan Perut

Penderita keracunan obat biasanya akan merasa tidak nyaman pada bagian
perut. Mereka merasa sangat mual dan keinginan untuk muntah berlebihan. Jika
hal ini terjadi maka jangan pernah menekan perut penderita. Menekan perut bisa
membuat kondisi tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Jika mereka tidak bisa
muntah secara alami maka bisa membuat nafas semakin melambat, detak
jantung lebih cepat dan kehilangan kesadaran.

6. Berikan Minuman yang Netral

Meskipun penderita keracunan obat tidak bisa minum air putih, namun
masih bisa minum cairan yang netral. Salah satu jenis minuman netral yang
paling sering menolong korban keracunan obat adalah air kelapa hijau. Air
kelapa hijau sangat netral dan tidak menyebabkan efek samping apapun. Selain
itu kandungan ion positif dalam air kelapa hijau bisa membantu tubuh dalam
melawan efek racun. Cara kerjanya juga sangat cepat yaitu penderita akan
merasa mual dan kemudian bisa muntah secara alami.

Efeknya kemudian penderita bisa mengeluarkan racun dari dalam tubuh


secara alami. Namun untuk memastikan kondisi maka penderita keracunan obat
tetap membutuhkan bantuan dokter.

7. Gunakan Masker Oksigen (akibat keracunan obat dari asap)

Semua jenis keracunan yang disebabkan karena obat terserap dari jalur
pernafasan seperti hidung, maka penderita harus segera mendapatkan bantuan
oksigen. Pada awalnya berikan masker untuk menahan agar asap beracun tidak
masuk lebih banyak ke dalam tubuh. Setelah itu bawa ke pusat medis terdekat.
Penderita biasanya akan mendapatkan bantuan dengan masker oksigen. Cara ini
bisa membantu menghilangkan efek racun dan membuat saluran pernafasan
bisa bekerja dengan baik. Selain itu jangan memberikan minuman sebelum
kondisi penderita sudah pulih.

8. Minum Susu
Jika penderita mengalami keracunan obat yang tidak terlalu parah,maka bisa
memberikan susu cair atau susu yang sudah dipasteurisasi. Susu cair sangat baik
untuk membantu mengeluarkan racun dalam dalam perut, dan membuat
penderita bisa muntah. Susu juga termasuk minuman yang netral sehingga bisa
mencegah berbagai efek yang buruk untuk tubuh. Namun cara ini hanya bisa
diberikan untuk penderita keracunan obat ringan yang menyebabkan gangguan
pencernaan.

9. Bilas Mata dengan Air Hangat (keracunan terjadi melalui mata)

Keracunan berbagai bahan obat kimia dalam produk rumah tangga sering
terjadi lewat mata. Mungkin secara tidak sengaja penderita menyemprot obat
dan mengenai bagian mata. Jika hal ini terjadi maka segera bilas mata dengan
air hangat dan biarkan selama beberapa saat. Tanda awal keracunan obat di mata
sering menyebabkan rasa pedih berlebihan. Kemudian kondisi mata akan
memerah yang menjadi tanda iritasi mata. Jika membilas mata dengan air
hangat tidak bisa memulihkan kondisi mata maka gunakan obat pembersih mata
yang bisa didapatkan di apotek. Setelah itu tetap periksa mata ke dokter mata
untuk memastikan kesehatan mata.

10. Membersihkan Kulit dari Racun (racun mengenai kulit)

Jika bagian tubuh yang terkena racun adalah bagian kulit, maka segera
bersihkan kulit dengan membilasnya. Caranya adalah membilas bagian kulit
dengan air hangat yang mengalir atau air dingin selama beberapa menit. Untuk
membersihkan semua racun maka gunakan sabun khusus yang sangat aman
untuk kulit. Setelah itu bersihkan kulit dan keringkan dengan handuk. Jangan
menggosok bagian kulit yang terkena racun karena bisa menyebabkan kulit
mengelupas.
Pencegahan

1. Selalu usahakan untuk membaca label obat pada kemasan dengan hati-hati.
Lihat berapa jumlah dosis yang disarankan dan pertimbangkan untuk
mengambil obat sesuai dengan dosis yang disarankan.
2. Hindari menggunakan obat tertentu dalam waktu jangka panjang seperti
antibiotik. Penggunaan obat jangka panjang bisa menyebabkan efek
keracunan yang berbahaya untuk tubuh.
3. Jangan menggunakan obat bebas tanpa mendapatkan resep dari dokter.
4. Hindari menyimpan obat yang sudah tidak digunakan. Jika memiliki sisa
obat maka segera hancurkan dan buang di tempat yang aman. Menyimpan
obat bisa menyebabkan keracunan karena menggunakan obat yang sudah
rusak atau obat yang sudah kadaluarsa.
5. Letakkan dan simpan semua obat-obatan darurat ditempat yang aman. Lebih
baik jika menyimpan obat di kotak obat dan kunci pintunya. Cara ini bisa
mencegah anak-anak bermain obat dan menjaga agar anak tidak terkena
keracunan obat.
6. Hindari minum obat dengan beberapa jenis minuman yang bisa
menyebabkan keracunan seperti minuman bersoda, teh, kopi, atau alkohol
7. Menerapkan 6 benar dalam megkonsumsi obat : Benar obat, Benar pasien,
Benar dosis, Benar waktu, Benar cara, Benar dokumentasi

2.1.8. Komplikasi

1. Kejang

2. Koma

3. Henti jantung

4. Henti napas (Apneu)

5. Syok
2.2.Konsep Asuhan Keperawatan Keracunan Obat
2.2.1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi
hipersaliva
b. B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat
dan dalam
c. C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka
percernaan akan mengalami perdarahan dalam terutama lambung.
d. D (Dissability) : Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran
apabila keracunan dalam dosis yang banyak.
e. E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan,
pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva, Jika
pasien tidak sadarkan diri kateter diperlukan untuk pengeluaran urin
2. Pengkajian Sekunder
a. Data Subjektif
1) Riwayat kesehatan sekarang
Nafas yang cepat, mual muntah, perdarahan saluran cerna,
kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di tenggorokan dan
lambung.
2) Riwayat kesehatan sebelumnya
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
b. Data Objektif
1) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
2) Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
3) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
4) Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic
dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
5) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
6) Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia
atau hipokalsemia
c. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan, hiporefleksi
d. Sirkulasi
Tanda : Nadilemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi
(padakasusberat), aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
e. Eliminasi
Gejala :Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus
menurun, kerusaka nginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuningpekat, merah, coklat
f. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri ulu hati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, berkeringat banyak
g. Neurosensori
Gejala :Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil
mengecil, kram otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan memori, penurunan
tingkat kesadaran (azotemia), koma, syok.
h. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
i. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek, depresi napas, hipoksia
Tanda :Takipneu, dispneu, peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk
produktif
j. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin (obat,racun), obat nefrotik penggunaan
berulang, Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.

2.2.2. Diagnosa keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat)
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

2.2.3. Intervensi keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
1) NOC
a. Respiratory status : Ventilator
b. Respiratory status : Airway patency
c. Vital sign status
2) Kriteria hasil
a. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
b. Tanda – tanda vital dalam batas normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
3) NIC
a. Mengidentifikasi faktor yang memicu ketidakefekti fan pola nafas
dan tindakan yang tepat untuk menghindari nya
Rasional : Ketidakefekti fan pola nafas disebabkan oleh asites yang
menekan diafragma kemudian ekspansi otot pernafasan tidak
optimal
b. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
Rasional : Mengetahui kemampuan dalam bernapas, mengetahui
intervensi yang diambil untuk mengatasi adanya kecepatan dalam
benapas
c. Atur posisi pasien semi fowler untuk mengoptimalkan pernapasan
Rasional : Posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru –
paru semakin meningkat sehingga meringankan kesulitan dalam
bernafas.
d. Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanik
Rasional : Menjaga kestabilan penggunaan ventilator mekanik
pada pasien

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi


jalan nafas
1) NOC
a. Respiratory status : ventilation
b. Respiratory status : airway patency
2) Kriteria hasil
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu
b. Menujukkan jalan nafas yang paten
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
3) NIC
a. Monitor respirasi dan status O2
Rasional : mengetahui adanya gangguan pada saluran pernafasan
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : posisi yang sesuai dapat membantu pasien untuk
memperoleh suplai O2 yang adekuat
c. Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung misalnya
oksigen
Rasional : agar keluarga dan pasien dapat mengetahui cara
memasang oksigen
d. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
Rasional : peralatan pendukung yang sesuai dengan kondisi pasien
dapat meningkatkan kesembuhan pasien

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat)


1) NOC
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
2) Kriteria hasil
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3) NIC
a. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri.
b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman dan penerimaan respon pasien
Rasional : dengan menggunakan komunikasi terapeutik akan
mempermudah menggali pengalaman pasien terhadap respon nyeri
c. Ajarkan teknik nonfarmakologi ditraksi atau nafas dalam
Rasional : teknik relaksasi dan distraksi dapat menurunkan nyeri
dan mengurangi kecemasan
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat analgetik
Rasional : pemberian obat analgetik yang tepat dapat membantu
pasien untuk beradaptasi dan mengatasi nyeri

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


1) NOC
a. Fluid balance
b. Hydration
c. Nutrition status : Food and Fluid intake
2) Kriteria hasil
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
c. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi, elastisitas tugor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
3) NIC
a. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukos, nadi adekuat,
teknan darah)
Rasional : penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya
produksi urine, monitoring yang ketat pada urine <600 ml/hari
karena merupakan tanda – tanda syok hipovolemik.
b. Monitor berat badan
Rasional : perubahan berat badan sebagai parameter dasar
terjadinya defisit cairan
c. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh untuk
meringankan fungsi ginjal dan mencegah dehidrasi
d. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Rasional : jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara
cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan kontrol intake
dan output cairan

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia


1) NOC
a. Tissue integrity : skin and mucous membranes
b. Hemodyalisis akses
2) Kriteria hasil
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
3) NIC
a. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Rasional : perdarahan yang abnormal sering dihubungkan dengan
penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat uremia
b. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Rasional : suhu hangat dari air dapat meningkatkan kenyamanan


pada pasien
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

Rasional : baju yang longgar dapat meningkatkan sirkulasi pada


daerah yang tertekan

d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

Rasional : mencegah adanya luka dekubitus akibat tekanan pada area


tertentu

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen
1) NOC
a. Energy convervation
b. Activity tolerance
c. Self care : ADLs
2) Kriteria hasil
a. Berpartisipasi dalam akyivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, RR
b. Mampu melakukan aktivitas sehari – hari (ADLs) secara mandiri
c. Tanda – tanda vital normal
d. Energy psikomotor
e. Level kelemahan
f. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
g. Status kardiopulmonari adekuat
h. Status respirasi pertukaran gas da ventilasi adekuat
3) NIC
a. Monitor respons kardiorespiratori terhadap aktivitas (misal : takikardi,
disritmia, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik dan
frekuensi pernapasan)
Rasional : Peningkatan respons kardiorespiratori meningkatkan
kelemahan
b. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik managemen waktu
untuk mencegah kelelahan.
Rasional : Managemen waktu dalam pembatasan aktivitas untuk
mengurangi kelelahan
c. Tentukan penyebab keletihan ( misalnya, perawatan nyeri,
pengobatan)
Rasional : Mengurangi aktivitas yang menyebabkan keletihan
d. Kolaborasikan pemberian obat nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktor penyebab
Rasional : Obat analgetik atau anti nyeri berfungsi untuk mengurangi
nyeri yang menjadi faktor penyebab keletihan

2.2.4. Implementasi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
a. Mengidentifikasi faktor yang memicu ketidakefekti fan pola nafas
dan tindakan yang tepat untuk menghindari nya
b. Memantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
c. Mengattur posisi pasien semi fowler untuk mengoptimalkan
pernapasan
d. Berkolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanik

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan


nafas
a. Memonitor respirasi dan status O2
b. Memberikan posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Menjelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung misalnya
oksigen
d. Berkonsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat)
a. Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman dan penerimaan respon pasien
c. Mengajarkan teknik nonfarmakologi ditraksi atau nafas dalam
d. Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat analgetik

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


a. Memonitor status hidrasi (kelembaban membran mukos, nadi adekuat,
teknan darah)
b. Memonitor berat badan
c. Mempertahankan catatan intake dan output yang akurat
d. Berkolaborasikan pemberian cairan IV

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia


a. Memonitor kulit akan adanya kemerahan
b. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
c. Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
d. Mengubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen
a. Memonitor respons kardiorespiratori terhadap aktivitas (misal :
takikardi, disritmia, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik
dan frekuensi pernapasan)
b. Mengajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik managemen
waktu untuk mencegah kelelahan.
c. Menentukan penyebab keletihan ( misalnya, perawatan nyeri,
pengobatan)
d. Berkolaborasikan pemberian obat nyeri sebelum aktivitas, apabila
nyeri merupakan salah satu faktor penyebab

2.2.5. Evaluasi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Menunjukkan jalan nafas yang paten, Tanda – tanda vital dalam batas
normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu, jalan nafas yang
paten
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat)
Nyeri terkontrol, nyeri berkurang, mampu mengenali nyeri, rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal,
Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal, Tidak ada tanda – tanda
dehidrasi, elastisitas tugor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, Tidak ada luka / lesi pada
kulit, Perfusi jaringan baik
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Melakukan aktivitas sehari – hari (ADLs) secara mandiri, Tanda – tanda
vital normal, Status kardiopulmonari adekuat, Status respirasi pertukaran
gas da ventilasi adekuat
BAB 3. PENUTUP
3.1.Kesimpulan

Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam
ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat
memasuki jaringan hidup melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup,
disuntikkan, dan terserap melalui kulit

Dapat disebabkan oleh narkoba, vitamin, warfarinn, penurunan respon, tanda


dan gejala yang dapat muncul yaitu gangguan pernapasan, nyeri kepala, pusing,
gangguan penglihatan, diare, lemas, kejang – kejang

3.2.Saran

Dalam penggunaan obat, mengkonsumsi makanan, minuman kita sebaiknya


harus berhati – hati, karena bisa saja makanan, minuman dan obat yang kita
konsumsi itu menjadi racun. Jika menemukan, melihat pasien ataupun keluarga
yang keracunan segera bawa ke dokter, dan jangan memberikan air minum.
DAFTAR PUSTAKA

Michael J. Neal.2008. At a Glance Farmakologi Medis Edisi


kelima.Jakarta:Erlangga
Priharjo, Robert.2007.Teknik dasar pemberian obat bagi perawat.Jakarta:EGC
Krisanty, paula,dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta:TIM

Anda mungkin juga menyukai