INTOKSIKASI
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3A
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,
dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2003). Reaksi
kimia racun mengganggua sistem kardiovaskular, pernapasan, sistem syaraf
pusat, hati, pencernaan(GI), dan ginjal. (Morton, 2012). Intoksikasi adalah
masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluranpencernaan,
saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis.Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap, diabsorpsi, menempel
pada kulit, ataudialirkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuhdengan adanya reaksi kimia. Reaksi kimia
racun mengganggu sistem kardiovaskular,pernapasan sistem saraf pusat, hati,
pencernaan (GI), dan ginjal (Nurarif & Kusuma,2013). Insektisida adalah
bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuhserangga.
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis
pestisidalainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia (Arisman,
2008).
KLASIFIKASI
1.Self poisoning
Minum obat dengan dosis >> tapi dengan pengetahuan dosis ini tidak
berbahaya
Hanya untuk menarik perhatian,tidak untuk bunuh diri,sering insektisida
2.Attempted suicide
3.Accidental poisoning
Tindakan kriminal
1.Keracunan akut
2.Keracunan kronik
ETIOLOGI
Bersihan Def.cairan&
Jalan Nafas
hipotensi
Tidak Efektif elektrolit
MEKANISME
Mekanisme Kerja Racun Dalam Tubuh
1. Bekerja secara local atau setempat, contoh :
a. Zat – zat korosif : lisol, asam dan basa kuat
b. Yang bersifat iritan : arsen, HgCl2
c. Yang bersifat anestetik : kokain, asam karbol
2. Bekerja secara sistemik, contoh :
a. Narkotika, barbiturate, dan alcohol terutama berpengaruh terhadap susunan
saraf
pusat
b. Asam oksalat, terutama berpengaruh terhadap jantung
c. Sianida, berpengaruh terhadap system enzim pernafasan dalam sel
d. Insektisida dan golongan fosfor organic, berpengaruh terhadap hati
e. HgCl2, berpengaruh terhadap ginjal
3. Bekerja secara local dan sistemik, contoh : Asam oksalat, Asam karbol, Arsen,
Garam timbal ( Pb )
MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diantaranya:
1.Gejala yang paling menonjol meliputi
a.Kelainan visus
b.Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c.Gangguan saluran pencernaan
d.Kesukaran bernafas
2.Keracunan ringan
a.Anoreksia
b.Nyeri kepala
c.Rasa lemah
d.Rasa takut
e.Pupil miosis
f.Tremor pada lidah dan kelopak mata
3.Keracunan sedang
a.Nausea, muntah-muntah
b.Kejang, dan kram perut
c.Hipersalifa
d.Fasikulasi otot
e.Bradikardi
4.Keracunan berat
a.Diare
b.Reaksi cahaya negative
c.Sesak napas, sianosis, edema paru
d.Inkontinensia urin
e.Kovulasi
f.Koma, blockade jantung dan akhirnya meninggal
Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf dan
saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi pada
saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan diare.
Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya rasa lemah,
kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan (Arisman,
2009).
Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
6. Keracunan Arsenikum
a. Gejala: mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus,
muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
2). Atasi syok dan gangguan elektrolit
3). Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua
sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis
diturunkan.
7. Keracunan Tempe Bongkrek
a. Gejala: mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo
sampai koma.
b. Tindakan: terapi simptomatik.
7. Keracunan Ikan
a.Gejala: panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare,
nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan.
b.Tindakan: Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
8. Keracunan Jamur
a. Gejala: air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare,
nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
b. Tindakan:
1). Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
2). Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
3). Infus Glukosa.
9. Keracunan Jengkol
a. Gejala: kolik ureter, hematuria, oliguria–anuria, muncul gejala Uremia.
b. Tindakan:
1). Infus Natrium bikarbonat
2). Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
2. Secondary Survey
Anamnesis :
A : Alergi
M : Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past illnes (penyakit penyerta, pregnancy)
L : Last meal
E : Event/Environment
1) Pengumpulan Data Klien
1. Identitas klien :
(nama, umur biasanya sering terjadi pada anak usia prasekolah sampai usia
sekolah yaitu pada usia 1–4 tahun, jenis kelamin, agama, suku bangsa atau ras,
pendidikan, nama orang tua dan alamat)
2) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Pada umunya keluhan utama pada intoksikasi adalah penurunan kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Mual, muntah, nyeri, dehisrasi dan perdarahan saluran pencernaan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengobservasi tentang adakah keluarga yang pernah mengalamikeluhan
sama.
3) Pemeriksaan
a. Aktivitas dan istirahat
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala kelelahan, kelemahan,
malaise, hiporefleksi
b. Sirkulasi
Nadi lemah, taki kardi, hipotensi(pada kasus berat), arutmia jantung,
pucat, sionosis, keringat banyak.
c. Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usu menurun,
kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah,
coklat.
d. Makanan dan cairan
Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan turgor
kulit/ kelembaban, berkeringat banyak
e. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, misis, pupil mengecil, kram
otot/kejang, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia), koma, syok.
f. Nyaman/nyeri
Nyeri tubuh, sakit kepala, distraksi, gelisah.
g. Pernapasan
Napas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, batuk produktif.
h. Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma,syok,asidemia.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul sesuai SDKI (PPNI, 2016):
1. Resiko perfusi perifer tidak efektif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Pola napas tidak efektif
4. Risiko ketidakseimbangan cairan
Intervensi
1. Resiko perfusi perifer tidak efektif
Pola Nafas
-Dispnea menurun
-Penggunaan otot bantu nafas menurun
-Pemanjangan fase ekspirasi menurun
-Frekuensi nafas membaik
-Kedalaman nafas membaik
Keseimbangan cairan
-Tekanan darah membaik
-Denyut nadi radial membaik
-Tekanan arteri rta-rata membaik
-Kelembapan membran mukosa meningkat
-Asupan cairan meningkat
Manajemen Cairan
Observasi
-Monitor status hidrasi
Teraupetik
-Catat intake dan output selama 24 jam
-Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
-Berikan cairan IV, jika dibutuhkan
REFERENSI
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta : EGC.