Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

INTOKSIKASI

Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Departemen Komunitas dan Keluarga


Pembimbing Akademik : Ns. Bintari Ratih K, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:

Desi Christin Saragih

KELOMPOK 3A

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
DEFINISI

Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,
dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2003). Reaksi
kimia racun mengganggua sistem kardiovaskular, pernapasan, sistem syaraf
pusat, hati, pencernaan(GI), dan ginjal. (Morton, 2012). Intoksikasi adalah
masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluranpencernaan,
saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis.Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap, diabsorpsi, menempel
pada kulit, ataudialirkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuhdengan adanya reaksi kimia. Reaksi kimia
racun mengganggu sistem kardiovaskular,pernapasan sistem saraf pusat, hati,
pencernaan (GI), dan ginjal (Nurarif & Kusuma,2013). Insektisida adalah
bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuhserangga.
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis
pestisidalainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia (Arisman,
2008).

KLASIFIKASI

KLASIFIKASI KERACUNAN MENURUT CARA TERJADINYA

1.Self poisoning

 Minum obat dengan dosis >> tapi dengan pengetahuan dosis ini tidak
berbahaya
 Hanya untuk menarik perhatian,tidak untuk bunuh diri,sering insektisida

2.Attempted suicide

Ada maksud untuk bunuh diri, sering barbiturate & hipnotik-sedatif

3.Accidental poisoning

Jelas kecelakaan,tanpa faktor kesengajaan,sering terjadi pada anak usia<5tahun


4.Homicidal poisoning

Tindakan kriminal

KLASIFIKASI KERACUNAN MENURUT MULA WAKTU TERJADINYA

1.Keracunan akut

 Terjadi mendadak, diagnose lebih mudah ditegakkan


 Sering mengenai banyak orang
 Gejala sering menyerupai sindrom penyakit(toxidrom)

2.Keracunan kronik

 Gejala timbul perlahan & lama sesudah pajanan →diagnosis sulit


ditegakkan
 Ciri khas:zat penyebab diekskresi>24jam,t1/2panjang →akumulasi
 Manifestasi kronik pada organ tertentu oleh zat kimia dgt1/2 pendek akibat
akumulasi(ex:nekrosispapilaginjalakibatanalgesik)

ETIOLOGI

Menurut Arisman, 2008 keracunan dibagi menjadi 3 yaitu :


Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan
adalahminyak tanah, bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek
api.
1) Keracunan Makanan
a) Keracunan Jamur keracunan setelah memakan jamur belakangan
ini sering terjadi. Adajamur yang mengandung racun amanitin
dan muskarin dimana muskarinmerupakan zat alkaloid beracun
yang menyebebkan paralisis otot danbereaksi sangat cepat.
b) Keracunan Makanan Kaleng
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum, terdapat
dalammakanan kaleng yang diawetkan dan dikalengkan secara
tidak sempurnasehingga tercemar kuman tersebut.
c) Keracunan Jengkol
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam pada
tubuli,ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah
makan jengkol.
d) Keracunan Ketela Pohon
Dapat terjadi karena ada ketela pohon yang mengandung asam
sianida(HCN) atau sianogenik glikosida. Ketela pohon pahit
mengandung lebihdari 50mg HCN per 100gr ketela pohon segar.
e) Keracunan Makanan yang Terkontaminasi
Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar
olehkuman, parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman
yang dapatmenyebabkan keracunan bahan makanan ialah
Staphilococcus,Salmonella, Clostridium Botulinum, E. Coli,
Proteus, Klebsiella,Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan
biasanya melalui lalat, udara,kotoran rumah tangga, dan terutama
melalui juru masak yang menjadipembawa kuman. Kuman
yang masuk kedalam makanan cepatmemperbanyak diri
dan memproduksi toksin. Akibat keracunantergantung dari
virulensi dan banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidaktahan
panas
2) Keracunan Bahan Kimia
a. Keracunan Arsen
Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang
yunanimaupun roma untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada
saat ini tidakbanyak obat mengandung arsen, akan tetapi kadang-
kadang dipakai padapembuatan beberapa herbisida dan peptisida.
Arsen dapat juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari peleburan
timah, seng, dan logam lainnya
b. Keracunan Asam Basa
Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa
kuatseperti KOH, NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk
keperluanrumah tangga, seperti pembersih porselen, bahan anti
sumbat saluran air,pembasmi serangga, maupun untuk memasak
seperti cuka bibit
c. Keracunan Insektisida (Pestisida)
Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi
berbagaimacam serangga seperti kecoa dan sebagainya. Bahan-
bahan demikiandapat pula membunuh manusia. Pestisida yang
termasuk ke dalamgolongan organofosfat antara lain :
Azinophosmethyl, Chloryfos,Demeton Methyl, Dichlorovos,
Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion,Malathion, Parathion,
Diazinon, Chlorpyrifos. Dengan demikian jikabarang tersebut tidak
disimpan di tempat yang aman dan jauh darijangkauan anak-anak,
maka kejadian keracuan baik melalui kontakmaupun inhalasi
dan minum tidak dapat dihindarkan. Untukmenanggulangi
kejadian keracunan insektisida tidak mudah karena bahankimia yang
dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama (Prijanto, 2009)
PATOFISIOLOGI

Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan


kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler
sistemik sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari
keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan
pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat
keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di
lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi
pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung
dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan
cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami
dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan.
Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya
dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis
anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus.
Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari,
bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Hal paling berbahaya yang disebabkan oleh keracunan adalah pada sistem
saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik
langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena
depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila
berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada
depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak
tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang
terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth,
2010).
PATHWAY

Makanan Bahan kimia & Gigitan binatang berbisa


(bakteri & non bakteri) obat-obatan

Saluran cerna Sal.pernafasan Kulit

Mual,muntah Pemb.darah Korosi trachea Pemb.darah nyeri lokal


&diare &kemerahan

Defisit cairan & Gg. system edema laring Sal.cerna Gg.Integritas


Saraf otonom Kulit
elektrolit
Obstruksi sal. Mual,muntah
nafas Mual

Bersihan Def.cairan&
Jalan Nafas
hipotensi
Tidak Efektif elektrolit

Nyeri kepala kelemahan pusat pernafasan


&otot otot,kram,
opistotonus nafas cepat&dalam Gg.pola nafas
Gg.pergerakan CO2dikeluarkan >>
Nyeri
akut
Intoleransi
Aktivitas Alkalosis respiratorik

MEKANISME
Mekanisme Kerja Racun Dalam Tubuh
1. Bekerja secara local atau setempat, contoh :
a. Zat – zat korosif : lisol, asam dan basa kuat
b. Yang bersifat iritan : arsen, HgCl2
c. Yang bersifat anestetik : kokain, asam karbol
2. Bekerja secara sistemik, contoh :
a. Narkotika, barbiturate, dan alcohol terutama berpengaruh terhadap susunan
saraf
pusat
b. Asam oksalat, terutama berpengaruh terhadap jantung
c. Sianida, berpengaruh terhadap system enzim pernafasan dalam sel
d. Insektisida dan golongan fosfor organic, berpengaruh terhadap hati
e. HgCl2, berpengaruh terhadap ginjal
3. Bekerja secara local dan sistemik, contoh : Asam oksalat, Asam karbol, Arsen,
Garam timbal ( Pb )

MANIFESTASI KLINIS

1. Intoksikasi dosis rendah sering menimbulkan keadaan yang tidak dapat


diramalkan menyerupai disorientasi, agitasi, mendadak ngamuk sering didapati.
Mutisme, ataksia, berkurannya respon terhadap stimulasi nyeri dan nistagmus
horisontal, vertikal, rotatorius yang intermiten adalah karakteristik. Dapat timbul
rigiditas katatonik atau nioklonus dengan rigiditas otot pada stimulasi, demikian
juga kemerahan, diaforesisi, muka yang meringis, hipersaliva, dan muntah.
2. Intoksifikasi dengan dosis tinggi sering menginduksi koma yang berakhir
sampai beberapa jam, sampai beberapa hari. Penderita tidak responsif terhadap
nyeri. Dapat timbul depresi pernapasan, hipertermi, takikardi, kadang-kadang
menimbulkan gagal jangtung, perdarahan intrakranial.

Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diantaranya:
1.Gejala yang paling menonjol meliputi
a.Kelainan visus
b.Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c.Gangguan saluran pencernaan
d.Kesukaran bernafas
2.Keracunan ringan
a.Anoreksia
b.Nyeri kepala
c.Rasa lemah
d.Rasa takut
e.Pupil miosis
f.Tremor pada lidah dan kelopak mata
3.Keracunan sedang
a.Nausea, muntah-muntah
b.Kejang, dan kram perut
c.Hipersalifa
d.Fasikulasi otot
e.Bradikardi
4.Keracunan berat
a.Diare
b.Reaksi cahaya negative
c.Sesak napas, sianosis, edema paru
d.Inkontinensia urin
e.Kovulasi
f.Koma, blockade jantung dan akhirnya meninggal

Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf dan
saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi pada
saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan diare.
Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya rasa lemah,
kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan (Arisman,
2009).

Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan


lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N,
kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining
toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan umum keracunan


 Mencegah/menghentikan penyerapan racun
1. Racun melalui mulut (ditelan/tertelan)
a. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu,
telor mentah atau norit).
b. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4
jam) dengan cara :
1). Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek
muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau
sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada
keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah,
bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
2). Bilas lambung:
o Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
o Pasang NGT dan bilas dengan: air, larutan norit,
Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
o Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
o Kontraindikasi dilakukan gastric lavage :
a.Keracunan zat korosif & kejang.
b. Keracunan oral lebih dari 4 jam;
c. Pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan
terasa membakar (resiko perforasi esophageal) serta
keracunan bahan korosif (misalnya: hidrokarbon,
pestisida, hidrokarbon aromatic, halogen);
d. Pasien yang menelan benda asing yang tajam;
e. Pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan
pingsan (tidak sadar) membutuhkan intubasi sebelum
bilas lambung untuk mencegah inspirasi.
Kumbah lambung dikontrindikasikan untuk pasien
yang menelan benda
tajam dan besar.
d. Pasien tanpa gerak refleks atau pasien dengan
pingsan (tidak sadar)
membutuhkan intubasi sebelum kumbah lambung
untuk mecegah
inspirasi.
e. Pasien kejang
f. Tumor paru-paru
g. Menginsersi tube melalui nasal bila ada fraktur
h.Menelan alkali kuat (Rosyidi, 2013)
o Indikasi dilakukan gastric lavage :
a. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu
b. Persiapan operasi lambung
c. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
d. Tidak ada refleks muntah
e. Gagal dengan terapi emesis
f. Pasien dalam keadaan sadar
g. Persiapan untuk pembedahan
h. Perdarahan gastrointestinal
i. Kelebihan dosis obat-obatan
(Krisanty, 2009)
3). Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air
sabun atau gliserin).
2. Racun melalui melalui kulit atau mata:
a) Pakaian yang terkena racun dilepas
b) Cuci/bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir
(asam cuka/bicnat encer).
c) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
3. Racun melalui inhalasi:
a) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
b) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
4. Racun melalui suntikan:
a) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian
distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit.
b) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
c) Beri kompres dingin di tempat suntikan.

 Mengeluarkan racun yang telah diserap


Dilakukan dengan cara:
1. Diuretic: lasix, manitol
2. Dialisa
3. Transfusi exchange

 Pengobatan simptomatis atau mengatasi gejala


1. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi: RJP
2. Gangguan sistem susunan saraf pusat:
a. Kejang: beri diazepam atau fenobarbital
b. Odem otak: beri manitol atau dexametason.

 Pengobatan spesifik dan antidotum


1. Keracunan Asam atau Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam
Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
a. Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
b. Gejala: nyeri perut, muntah dan diare
c. Tindakan:
1). Keracunan pada kulit dan mata:
o irigasi dengan air mengalir
o beri antibiotik dan antiinflamasi.
2). Keracunan ditelan atau tertelan:
o asam kuat dinetralisir dengan antasida
o basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
o jangan bilas lambung atau tindakan emesis
o beri antibiotik dan antiinflamasi

5. Keracunan Alkohol atau Minuman Keras


a. Gejala: emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor sampai
koma.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan air
2). Beri kopi pahit
3). Infus glukosa: mencegah hipoglikemia

6. Keracunan Arsenikum
a. Gejala: mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus,
muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
2). Atasi syok dan gangguan elektrolit
3). Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua
sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis
diturunkan.
7. Keracunan Tempe Bongkrek
a. Gejala: mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo
sampai koma.
b. Tindakan: terapi simptomatik.

8. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)


a. Gejala: gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan otot
lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan norit
2). Beri ATS 10.000 unit.
3). Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.

7. Keracunan Ikan
a.Gejala: panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare,
nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan.
b.Tindakan: Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.

8. Keracunan Jamur
a. Gejala: air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare,
nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
b. Tindakan:
1). Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
2). Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
3). Infus Glukosa.

9. Keracunan Jengkol
a. Gejala: kolik ureter, hematuria, oliguria–anuria, muncul gejala Uremia.
b. Tindakan:
1). Infus Natrium bikarbonat
2). Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari

10. Keracunan Singkong


a.Gejala: Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu, kejang,
koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit).
b.Tindakan:
1). Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
2). Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.

11. Keracunan Marihuana atau Ganja


a. Gejala: halusinasi, mulut kering, mata midriasis
b. Tindakan: simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.

12. Keracunan Formalin


a. Gejala:
1). Inhalasi: iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala
bronchitis dan pneumonia,
2). Kulit: iritasi, nekrosis, dermatitis.
3). Ditelan/tertelan: nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria, syok,
koma, gagal nafas
b. Tindakan: bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum
norit/air susu.

13. Keracunan Barbiturat


a. Gejala: mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi pernafasan,
syok sampai koma.
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
2). Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
3). Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.

14. Keracunan Amfetamin


a. Gejala: mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis,
kegagalan pernafasan dan sirkulasi.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung
2). Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
3). Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)

15. Keracunan Aminopirin (Antalgin)


a. Gejala: gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis
b. Tindakan:
1). Beri antihistamin im/iv
2). Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.

16. Keracunan Digitalis (Digoxin)


a. Gejala: anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi
b. Tindakan:
1). Propranolol
2). KCl iv

17. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)


a. Gejala: mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis,
kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.
b. Tindakan:
1). Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
2). Jangan diberi morfin dan aminophilin.

18. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)


a. Gejala: muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d kegagalan
ventrikel, koma
b. Tindakan:
1). Jangan gunakan epinefrin
2). Bilas lambung hati-hati
3). Beri pencahar
4). Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
19. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)
a. Gejala:
1). Inhalasi: nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan
2). Ditelan/tertelan: muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk
paru)
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis
2). Bilas lambung hati-hati
3). Beri pencahar
4). Depresi pernafasan: Kafein 200-500 mg im
5). Pengawasan: kemungkinan edem paru.

20. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)


a. Gejala: kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala,
dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
b. Tindakan:
1). Pasang O2 bertekanan
2). Jangan gunakan stimulant
3). Pengawasan: kemungkinan edem otak

21. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)


a. Gejala: mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis, pernafasan dangkal
sampai koma.
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis
2). Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB. Obat
terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi pernafasan,
memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik. Karenanya pada
penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan.
Penatalaksanaan keracuanan hidrokarbon
Harus diingat bahwa obat yang dapat menimbulkan muntah di kontra indikasikan
pada intoksikasi minyak tanah ini. Juga sebaiknya dihindarkan mengingat bahaya
inhalasi yang dapat ditimbulkan. Pemakaian adrenalin sebaiknya dihindarkan,
mengingat miokardium yang sudah sensitive terhadap intoksikasi minyak tanah.
Alkohol dan minyak mineral jangan diberikan sebab mempermudah absorbs
minyak tanah. Terapi yang sebaiknya adalah sebagai berikut:
1. Terapi suportif
2. Pemberian O2
Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau berat
bisa dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan ventilator.
3. Kalau perlu lakukan i.v.f.d.
4. Antibiotika sebagai profilaksis
5. Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada intoksikasi
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita memang
sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat atau anak-
anak dengan immunocompromized. Bila gejala depresi susunan syaraf
pusat jelas terlihat, dapat diberikan kafein 200-500 mg dengen intra
muskuler.

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kondisi Intoksikasi


Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Airway
Yang dinilai :
Look : ada gerak napas (ada, pernapasan 28x/menit)
Listen : suara tambahan yang terdengar dapat berupa
Gurgling : sumbatan oleh cairan
Stridor : sumbatan pada plika vokalis
Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang
Feel :ada atau tidaknya ekshalasi
b) Breathing
Penilaian :
Look : terlihat penggunanan otot bantu pernapasan
Listen : suara napas pada paru-paru
Feel : merasakan udara keluar masuk dari mulut dan hidung
c) Circulation
1) Penilaian sirkulasi tanda klinis syok :
2) Kulit telapak tangan dingin, pucat basah
3) Capillary refill time > 2 detik
4) Nafas cepat
5) Nadi cepat > 100
6) Tekanan darah sistol < 90-100
7) Kesadaran : gelisah s/d koma penangan sirkulasi
d) Disability penilaian disabiliti pemeriksaan neurologis singkat
AVPU Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat
A = Alert : sadar penuh
V = Verbal stimulation : ada reaksi terhadap perintah
P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri
U = Unresponive :t idak ada reaksi

2. Secondary Survey
Anamnesis :
A : Alergi
M : Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past illnes (penyakit penyerta, pregnancy)
L : Last meal
E : Event/Environment
1) Pengumpulan Data Klien
1.  Identitas  klien :
(nama,  umur biasanya sering terjadi pada anak usia prasekolah sampai usia
sekolah yaitu pada usia 1–4 tahun,  jenis  kelamin,  agama,  suku bangsa atau ras, 
pendidikan,  nama orang tua  dan  alamat)
2) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Pada umunya keluhan utama pada intoksikasi adalah penurunan kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Mual, muntah, nyeri, dehisrasi dan perdarahan saluran pencernaan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengobservasi tentang adakah keluarga yang pernah mengalamikeluhan
sama.
3) Pemeriksaan
a. Aktivitas dan istirahat
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala kelelahan, kelemahan,
malaise, hiporefleksi
b. Sirkulasi
Nadi lemah, taki kardi, hipotensi(pada kasus berat), arutmia jantung,
pucat, sionosis, keringat banyak.
c. Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usu menurun,
kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah,
coklat.
d. Makanan dan cairan
Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan turgor
kulit/ kelembaban, berkeringat banyak
e. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, misis, pupil mengecil, kram
otot/kejang, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia), koma, syok.
f. Nyaman/nyeri
Nyeri tubuh, sakit kepala, distraksi, gelisah.
g. Pernapasan
Napas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, batuk produktif.
h. Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma,syok,asidemia.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul sesuai SDKI (PPNI, 2016):
1. Resiko perfusi perifer tidak efektif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Pola napas tidak efektif
4. Risiko ketidakseimbangan cairan
Intervensi
1. Resiko perfusi perifer tidak efektif

SLKI (PPNI, 2016) : Perfusi Perifer


 Denyut nadi perifer meningkat
 Warna kulit pucat menurun
 Parastesia menurun
 Pengisian kapiler cukup membaik
 Akral cukup membaik
 Turgor kulit cukup membaik
SIKI (PPNI, 2016) :Pencegahan syok
 Monitor status kardiopulmonal
 Monitor status oksigenasi
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Periksa riwayat alergi
 Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

SLKI (PPNI, 2016) : Bersihan Jalan Nafas


 Wheezing menurun
 Disppnea menurun
 Sulit berbicara menurun
 Sianosis menurun
 Frekuensi nafas membaik
 Pola nafas membaik
SIKI (PPNI, 2016) :Manajemen Jalan Nafas
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, wheezing)
 Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen jika perlu
3. Pola nafas tidak efektif

SLKI (PPNI, 2016):

 Pola Nafas
-Dispnea menurun
-Penggunaan otot bantu nafas menurun
-Pemanjangan fase ekspirasi menurun
-Frekuensi nafas membaik
-Kedalaman nafas membaik

SIKI (PPNI, 2016):

 Manajemen Jalan Nafas


Observasi
-Monitor pola nafas
-Monitor bunyi nafas tambahan
-Monitor sputum
Teraupetik
-Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift

4. Resiko ketidakseimbangan cairan

SLKI (PPNI, 2016):

 Keseimbangan cairan
-Tekanan darah membaik
-Denyut nadi radial membaik
-Tekanan arteri rta-rata membaik
-Kelembapan membran mukosa meningkat
-Asupan cairan meningkat

SIKI (PPNI, 2016):

 Manajemen Cairan
Observasi
-Monitor status hidrasi
Teraupetik
-Catat intake dan output selama 24 jam
-Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
-Berikan cairan IV, jika dibutuhkan
REFERENSI

Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatric. Edisi 4. Jakarta :


EGC
Morton, patricia Gonce et all. 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan
Holistik (Ed.8). Jakarta : Buku kedokteran EGC
Nurarif A.H, Kusuma H. 2013. Aplikasi asuhankeperawatan berdasarkan
diagnosa medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MedtAction
Arisman. 2008. Keracunan Makanan:Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC. Jakarta
Brunner & Suddarth, 2010. Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, Vol 2, Jakata;
EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta : EGC.

Rosyidi, Kholid.2013.Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Trans


Info Media.

Krisanty, Paula.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Trans Info


Media

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai