Pasien dengan paparan racun dan toksin dapat muncul dengan berbagai tanda dan
gejala klinis. Sebagian besar mudah di antisipasi tetapi yang lain mungkin tidak
dapat diprediksi terkait paparan zat ( Farcy et al, 2011)
KONDISI YANG DI CURIGAI KERACUNAN
KEMENKES, 2016
INJECTION ABSORBTION
racun bisa masuk melalui injeksi pada penyerapan zat beracun bisa masuk
kulit, dalam otot, atau langsung ke ke tubuh ketika bersentuhan dengan
pembuluh darah, biasanya disebabkan kulit atau membran muskleus, zat
karena sengatan seranggan atau beracun bisa berupa bubuk kering
makhluk berbisa dan suntikan obat atau cairan
KERACUNAN MAKANAN
salmonella, campylobacter, ecoli, s.aureus
KERACUNAN OBAT-OBATAN
-therapeutic drug : paracetamol, salisilat, antidepresan trisiklit,
ETIOLOGI
(Crouch et al, 2017) tablet zat besi
-Penyalahgunaan zat (drug misuse) : alcohol, opioids, obat-
obatan terlarang (ex: heroin, kokain, ekstasi)
(Adams.J.G, 2013)
MANIFESTASI KLINIS
Perubahan TTV Penyebab
Bradikardia Opioid, beta-blockers
Takikardia Kokain, Amphetamines
Hipotermia Etanol, insulin
Hipertermia Antidepresan, antihistamin
Hipotensi Antidepressants, antihipertensi agent
Hipertensi Caffein, tiroid medication
Hipoventilasi Alkohol, , sedative-hypnotic agent
Hiperventilasi Salicylates. phencyclidine
MANIFESTASI KLINIS
Perubahan Pupil Penyebab
Miosis Carbamates, clonidine
Mydriasis Atropine, anticholinergics
Ingestion
Cairan asam yang tertelan akan
menyebabkan kerusakan pada
jaringan, kerusakan terparah
terjadi di perut karena racun
akan melewati esofagus secara
cepat kemudian akan menetap
di perut dan merusak
jaringannya.
(Mistovich, 2014)
PATOFISIOLOGI
Inhalasi
racun
kerusakan alveoli
kebocoran cairan
hipoksia
PATOFISIOLOGI
Injection
terserap ke kapiler
absorbtion
racun masuk dari kapiler kulit / dari
membran mukosa : mata, hidung, mulut.
PENGKAJIAN
1. Primary Assessment
a. General Impression: kulit terbakar, vornitus (muntah
berulang) pembengkakan
b. Status mental : tidak responsif, bingung
c. Airway : obstruksi dijalan napas atas, obstruksi karena
muntah, suara serak, air liur berlebih
d. Breathing : respirasi dangkal, wheezing/crackles
e. Circulation : detak jantung meningkat/menurun,
sianosis, lemah, kulit hangat/dingin/lebab/kering.
Secondary Assessment
a. History ( berikan pertanyaan )
- zat apa yang terlibat ?
- kapan paparan terjadi ?
- berapa lama durasi paparan ?
- apakah sudah diberikan penawar ?
- adakah riwayat kejiwaan ?
b. Physical examination
-pada wajah, leher, kepala:
- adakah sianosis
- pupil dilatasi
- pembengkakan pada wajah
- produksi air liur berlebikan/ mulut kering
Ekstremitas
• Dada: Adakah luka bakar?
– Adakah wheezing / terdapat zat cair/ bubuk tertentu
pembengkakan
crakles Memerah
– Respiratory distress Gatal
lepuh
• Abdomen
- Adakah nyeri
- Distensi
- feses berdarah
- Kram
- fatique
- Vomiting
- mati rasa
- Sianosis
c. Vital Signs
1. AIRWAY
a. Buka dan stabilkan jalan nafas
b. Lakukan intubasi (jika diperlukan)
c. Keluarkan apapun yg menyebabkan sumbatan
d. Cek reflek muntah, jika tidak ada intubasi
2. BREATHING
e. Jika jalan nafas adekuat berikan oksigen saturasi tinggi
f. Catat saturasi oksigen, Kaji RR dan keefektifannya
PENATALAKSANAAN
3. CIRCULATION
a. Pasang akses vena menggunakan wide, kumpulkan sample darah untuk
Full Blood Cell , Urea & Elektrolit,dll
b. Observasi sianosis
c. Observasi adanya luka bakar atau pembengkakan di hidung, mulut &
tenggorokan
d. Inspeksi hidung : adanya bulu hidung yg terbakar, sisa obat dll
e. Cek level serum glukosa darah
f. Pasang monitor
g. Perhatikan BP,HR,RR, dan saturasi oksigen
h. Rekam 12-lead EKG
i. Jika pasien hipotensi beri terapi cairan
PENATALAKSANAAN
4. Disability
a. Periksa GCS
b. Observasi ukuran pupil dan reaksinya
c. Pantau kejang
PENATALAKSANAAN
5. Specific Intervention
a. Hipotermi : cek rektal temperatur, gunakan selimut dan berikan terapi cairan
b. Hipertermi : Simple cooling techniques, terapi cairan, antipiretik
c. Mata: Cuci dengan air mengalir selama 10-15 menit.
d. Kulit : Cuci menggunakan air dan sabun.
e. Terminum agen korosif : berikan beberapa gelas air untuk mencairkan
konsentrasi larutan
(Bresler, 2007)