Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN INSTALANSI GAWAT DARURAT

DENGAN KASUS INTOKSIKASI


DI RSUD SOEDARSO PONTIANAK

Disusun Oleh:
INDA MEGA ASTUTI
NIM.211121118

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSANKEPERAWATANPONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN INSTALANSI GAWAT DARURAT

DENGAN KASUS INTOKSIKASI

DI RSUD SOEDARSO PONTIANAK

Nama Mahasiswa : Inda Mega Astuti

NIM : 211121118

Laporan Pendahuluan ini telah disetujui dan disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

Inda Mega Astuti

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan/CI

( ) ( )
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi

Racun adalah zat atau bahan yang masuk kedalam tubuh melalui
mulut, hidung, suntikan dan absrobsi mealui kulit atau digunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau
menggangu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan. (Me
Grew-Hill Nursing Dictionary)

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui


saluran encernaan, saluran napas, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan gejala klinis.

Menurut WHO (2012), keracunan atau intoksikasi adalah kondisi


yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan
gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon
psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan dapat
diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai
dapat menyebabkan kematian.

B. Etiologi
Keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan penyebabnya yaitu:
1. Makanan : singkong, jengkol, bongkrek
2. Gas toksin : karbon monoksida, gas toksin iritan.
3. Zat kimia industri : asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4. Zat kimia rumah tangga : detergen, sabun cuci, dan parfum, insektisida,
desinfektan
5. Zat kimia pertanian : insektisida, pestisida
6. Hewan berbisa, contoh bisa ular
7. Obat-obatan : salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
C. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat
dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mingkin juga terganggu sebagian, karena efek toksik
langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi
karena depresi pusat kardiovaskuler diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin
berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem
saraf pusat dan hipotermia. Hipotermia akan terjadi dan memperberat syok,
asidemia, dan hipoksia.
D. Manifestasi klinis
1. Intoksikasi dosis rendah sering menimbulkan keadaan yang tidak dapat
diramalkan menyerupai disorientasi, agitasi, mendadak ngamuk sering
didapati. Mutisme, ataksia, berkurannya respon terhadap stimulasi nyeri
dan nistagmus horisontal, vertikal, rotatorius yang intermiten adalah
karakteristik. Dapat timbul rigiditas katatonik atau nioklonus dengan
rigiditas otot pada stimulasi, demikian juga kemerahan, diaforesisi,
muka yang meringis, hipersaliva, dan muntah.
2. Intoksifikasi dengan dosis tinggi sering menginduksi koma yang
berakhir sampai beberapa jam, sampai beberapa hari. Penderita tidak
responsif terhadap nyeri. Dapat timbul depresi pernapasan, hipertermi,
takikardi, kadang-kadang menimbulkan gagal jangtung, perdarahan
intrakranial.

E. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok

F. Penatalaksanaan
1. Encerkan racun yang ada di lambung sekaligus menghalangi
penyerapannya dengan caran memberikan cairan dalam jumlah banyak.
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara :
a. Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan
penderita kejang.

b. Bilas lambung:
1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah
2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat
5 %, atau asam asetat 5 %.
3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc. Pada koma
derajat sedang hingga berat tindakan bilas lambung sebaiknya
dilakukan dengan bantuan pemasangan endotrakeal berbalon, untuk
mencegah aspirasi pnemonia
Kontraindikasi : keracunan zat korosif dan kejang.
c. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
3. Mengeluarkan racun yang telah diserap dilakukan dengan cara:
Diuretic(lasix atau manitol), Dialisa, Transfusi exchange
4. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala: Gangguan sistem pernapasan
dan sirkulasi lakukan RJP, Gangguan sistem susunan saraf pusat: Jika
Kejang beri diazepam atau fenobarbital, dan jika Odem otak beri manitol
atau dexametason.
5. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
6. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya
sebaiknya diamankan untuk identifikasi.
7. Penatalaksanaan syok bila terjadi

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula
darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum,
elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/
abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi
kuantitatif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Yang dinilai :
Look : ada gerak napas (ada, pernapasan 28x/menit)
Listen : suara tambahan yang terdengar dapat berupa
Gurgling : sumbatan oleh cairan
Stridor : sumbatan pada plika vokalis
Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang
Feel :ada atau tidaknya ekshalasi
b. Breathing
Penilaian :
Look : terlihat penggunanan otot bantu pernapasan
Listen : suara napas pada paru-paru
Feel : merasakan udara keluar masuk dari mulut dan hidung
c. Circulation
1) Penilaian sirkulasi tanda klinis syok :
2) Kulit telapak tangan dingin, pucat basah
3) Capillary refill time > 2 detik
4) Nafas cepat
5) Nadi cepat > 100
6) Tekanan darah sistol < 90-100
7) Kesadaran : gelisah s/d koma penangan sirkulasi
d. Disability penilaian disabiliti pemeriksaan neurologis singkat
AVPU Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat
A = Alert : sadar penuh
V = Verbal stimulation : ada reaksi terhadap perintah
P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri
U = Unresponive :t idak ada reaksi
2. Secondary Survey
Anamnesis :
A : Alergi
M : Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past illnes (penyakit penyerta, pregnancy)
L : Last meal
E : Event/Environment
a. Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, nomor register,
diagnosa medis,dll
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Pada umunya keluhan utama pada intoksikasi adalah penurunan
kesadaran
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Mual, muntah, nyeri, dehisrasi dan perdarahan saluran pencernaan
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Mengobservasi tentang adakah keluarga yang pernah
mengalamikeluhan sama.
c. Pemeriksaan
1) Aktivitas dan istirahat
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala kelelahan, kelemahan,
malaise, hiporefleksi
2) Sirkulasi
Nadi lemah, taki kardi, hipotensi(pada kasus berat), arutmia jantung,
pucat, sionosis, keringat banyak.
3) Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usu
menurun, kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning
pekat, merah, coklat.
4) Makanan dan cairan
Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan turgor
kulit/ kelembaban, berkeringat banyak
5) Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, misis, pupil mengecil,
kram otot/kejang, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia), koma, syok.
6) Nyaman/nyeri
Nyeri tubuh, sakit kepala, distraksi, gelisah.
7) Pernapasan
Napas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, batuk produktif.
8) Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma,syok,asidemia.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
Defenisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Penyebab
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromuskular
f. Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif, cedera
kepala, gangguan kejang
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan invervasi diafragma(kerusakan saraf C5 ke atas)
m. Cedera pada medula spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan

Tanda dan Gejala Mayor

Subjektif

a. Dispnea

Objektif

a. Penggunaan otot bantu pernapasan


b. Fase ekspirasi memanjang
c. Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)

Tanda dan Gejala Minor

Subjektif

Tanda dan Gejala Minor


Subjektif
a. Ortopnea

Objektif

a. Pernapasan pursed-lip
b. Pernapasan cuping hidung
c. Diameter thoraks anterior-posterior menimgkat
d. Ventilasi semenit menurun
e. Kapasitas vital menurun
f. Tekanan menurun
g. Tekanan inspirasi menurun
h. Ekskursi dada berubah
2. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Definisi
Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
Faktor Risiko
a. Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsi regulasi endokrin
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Definisi
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi
dan/atau ligamen)
Penyebab
a. Perubahan sirkulasi
b. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
c. Kekurangan/kelebihan volume cairan
d. Penurunan mobilitas
e. Bahan kimia iritatif
f. Suhu lingkungan yang ekstrem
g. Faktor mekanis (mis. penekanan pada penonjolan tulang, gesekan) atau
faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
h. Efek samping terapi radiasi
i. Kelembaban
j. Proses penuaan
k. Neuropati perifer
l. Perubahan pigmentasi
m. Perubahan hormonal
n. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas jaringan

Tanda dan Gejala Mayor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

a. Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

Tanda dan Gejala Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

a. Nyeri
b. Perdarahan
c. Kemerahan
d. Hematoma

C. Intervensi
1. Pola Napas Tidak Efektif
Manajeman Jalan Napas (1.01011)
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum (jumlah warna aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas, dengan head-tilt dan chin lift (jaw –
thrust) jiks curiga trauma servikal)
- Psosisikan semi fowler/fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan pengisapan lendir selama 15 detik
- Berikan oksigen, jika perl

Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak konytaindikasi


- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukoltik, jika perlu


2. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Pemantauan Elektrolit (1.03122)
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
- Monitor mual, muntah dan diare
- Monitor tanda dan gejala hipokalemia
- Monitor tanda dan gejala hiperkalemia
- Monitor tanda dan gejala hiponatremia
- Monitor tanda dan gejala hipernatremia
- Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
- Monitor tanda dan gejala hipernatremia
- Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
- Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia
- Monitor tanda dan gejala hipomagsemia
- Monitor tanda dan gejala hipermagsemia
Terapeutik

- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien


- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tuuan dan prosedur pemantauan


- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Perawatan Integritas Kulit (1.11353)
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)

Terapeutik

- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring


- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium atau minak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering

Eduaksi

- Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)


- Anjurkan minum ar yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Ajurkan menghindari paparan suhu ekstrem
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
D. Luaran dan Kriteria Hasil (SLKI)
1. Pola Napas Tidak Efektif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pola
napas membaik (L.01004), dengan kriteria hasil:
- Dispnea menurun
- Penggunaan otot bantu napas menurun
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun
- Frekuensi napas membaik
- Kedalaman napas membaik
2. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
keseimbangan elektrolit meningkat (L.03021), dengan kriteria hasil:
- Serum natrium meningkat
- Serum kalium meningkat
- Serumj klorida meningkat
- Serum kalsium meningkat
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125), dengan kriteria hasil:
- Kerusakan jaringan menurun
- Kerusakan lapisan kulit menurun
- Nyeri menurun
- Kemerahan menurun
- Perdarahan menurun
- Hematoma menurun
- Jaringan parut menurun
- Suhu kulit membaik
- Tekstur membaik

E. Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan mewujudkan dari rencana
tindakan, meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. Pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah desusun dengan
melihat situasi dan kondisi pasien.

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terkhir dari proses keperawatan yang digunakan
sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses
ini bertanggung jawab terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan
yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016).Standar Diagnose Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indicator


Diagnostic, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI ( 2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

https://pdfcoffee.com/lp-intoksikasi-pdf-free.html

file:///C:/Users/User/Downloads/idoc.pub_pathway-poison-keracunan.pdf

Anda mungkin juga menyukai