Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN INTOKSIFIKASI


DI RUANG IGD RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

Disusun oleh :

Desi Wahyu W. 1708249

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG


PRODI PROFESI NERS
2017

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
INTOKSIFIKASI

1
A. Pengertian
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat, dalam
jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi,
terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan kerusakan struktual atau gangguan
fungsi. (Donna L. Wong, 2003)
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat
diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja
seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal.
Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja (Brunner and Suddarth, 2010).
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari
tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua
pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik (Sartono, 2012).

B. Etiologi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan
berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal
dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai
bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan
makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia

2
yang bersifat racun. Jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan yaitu :
jamur, jengkol, ikan laut dan singkong.
2. Zat Kimia
Jenis zat kimia yang sering mengakibatkan keracunan yaitu : alcohol, arsen, asam
borat, bensin, karbon dioksida, insektisida
3. Obat-obatan
Obat-obatan yang sudah kadaluarsa dapat mengakibatkan keracunan.

C. Manifestasi Klinis
1. Makanan
a. Jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur
yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat,
muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
b. Jengkol
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri
sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak
keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
c. Ikan laut
Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit
sesudah memakannya. Gejala berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut,
lemah badan dan susah bernafas.
d. Singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun biasanya
ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan
daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam beberapa menit
setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul. Dalam dosis besar,
racun itu cepat mematikan.

3
2. Zat kimia
a. Alcohol
Etil alcohol (wiski berkadar 40 %, gin 3%, anggur). Bahaya pada alcohol adalah
dapat mengakibatkan kebutaan mendadak (pada keracunan spiritus). Kematian
terjadi karena kelumpuhan pernapasan.
b. Arsen (racun tikus, kertas pembunuh lalat)
Gejala : perut dan tenggorokan terasa terbakar, muntah dan berak seperti air
cucian beras, mulut kering, nafas dan kotoran berbau bawang, kejang ototm sakit
kepala, tangan dan kaki dingin, kejang-kejang, pingsan
c. Asam borat
Gejala : mual muntah, mencret, sakit kepala, keringat dingin, sesak nafas, kulit
merah, pingsan
d. Bensin
Gejala : apabila terhisap paru-paru dapat menimbulkan peradangan dan
pembekakan paru-paru
e. Insektisida
Gejala : pusing, mual, muntah, lemah, sesak nafas, tidak dapat tidur, kurang
konsentrasi, banyak keringat, sakit perut, mencret, kejang-kejang
3. Obat-obatan
Gejala : koma, depresi nafas, miosis, hipotensi, bradikardi, hipotermia, edema paru,
bising usus menurun, kejang

D. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang
terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas
syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia,

4
Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and
Suddarth, 2010).

E. Pengkajian Keperawatan
1. Demografi
Meliputi identitas klien
2. Keluhan Utama
Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung, mual, muntah, pernafasan cepat dan
dalam, kondisi lemah, terjadi penurunan kesadaran, demam, banyak keringat, muncul
binntik merah di kulit dan mukosa
3. Pengkajian Fisik
- Keadaan Umum : klien tampak gelisah, lemah
- Kesadaran : composmentis
- Pernafasan : nafas tidak teratur
- Kardiovaskuler : hipertensi, aritmia
- Persyarafan : kejang, miosis, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
- Gastrointestinal : muntah, diare
- Integument : demam
- Musculoskeletal : kelelahan, kelemahan
- Eliminasi : diare
- Sensori : mata membesar/mengecil, pupil miosis
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan
lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N,
kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining
toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif (Mansjoer
Arif,2009).

5
F. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan keracunan
3. Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat (anorexia, mual muntah)

G. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi (NIC)
o Keperawatan Hasil (NOC)
1 Pola Nafas tidak efektif NOC NIC
Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
Definisi : Pertukaran Ventilation memaksimalkan ventilasi
udara inspirasi dan/atau Respiratory status : 2. Pasang mayo bila perlu
ekspirasi tidak adekuat Airway patency 3. Lakukan fisioterapi dada jika
Faktor yang Vital sign Status perlu
berhubungan : 4. Keluarkan sekret dengan batuk
- Hiperventilasi Setelah dilakukan atau suction
- Penurunan tindakan keperawatan 5. Auskultasi suara nafas, catat
energi/kelelahan selama 3x24 jam pasien adanya suara tambahan
- Perusakan/pelemaha menunjukan keefektifan 6. Berikan bronkodilator
n muskuloskletal pola napas, dibuktikan 7. Berikan pelembab udara Kassa
- Obesitas dengan Kriteria Hasil : basah NaCl Lembab
- Kelelahan otot - Mendemonstrasikan 8. Atur intake untuk cairan
pernafasan batuk efektif dan mengoptimalkan
- Hipoventilasi suara nafas yang keseimbangan.
sindrom bersih, tidak ada 9. Monitor respirasi dan status
- Nyeri sianosis dan O2
- Kecemasan dyspneu (mampu 10. Bersihkan mulut, hidung dan
- Disfungsi mengeluarkan secret trakea
Neuromuskuler sputum, mampu 11. Pertahankan jalan nafas yang
- Injuri tulang bernafas dengan paten
belakang mudah, tidak ada 12. Observasi adanya tanda tanda
DS pursed lips) hipoventilasi
-    Dyspnea - Menunjukkan jalan 13. Monitor adanya kecemasan
-    Nafas pendek nafas yang paten pasien terhadap oksigenasi
DO (klien tidak merasa 14. Monitor vital sign
- Penurunan tekanan tercekik, irama 15. Informasikan pada pasien dan
inspirasi/ekspirasi nafas, frekuensi keluarga tentang teknik
- Penurunan pernafasan dalam relaksasi untuk memperbaiki

6
pertukaran udara rentang normal, pola nafas
permenit tidak ada suara nafas 16. Ajarkan bagaimana batuk
- Menggunakan otot abnormal) secara efektif
pernafasan tambahan - Tanda Tanda vital 17. Monitor pola nafas
- Orthopnea dalam rentang
- Pernafasan pursed- normal (tekanan
lip darah, nadi,
- Tahap ekspirasi pernafasan)
berlangsung sangat 
lama
- Penurunan kapasitas
vital respirasi < 11-
24x/menit

2 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC : Peripheral Sensation


efektif b/d menurunnya Circulation status Management (Manajemen
curah jantung, Tissue Prefusion : sensasi perifer)
hipoksemia jaringan, cerebral 1. Monitor adanya daerah tertentu
asidosis dan Kriteria Hasil : yang hanya peka terhadap
kemungkinan thrombus - mendemonstrasikan panas/dingin/tajam/tumpul
atau emboli status sirkulasi 2. Monitor adanya paretese
- Tekanan systole 3. Instruksikan keluarga untuk
Definisi : dandiastole dalam mengobservasi kulit jika ada lsi
Penurunan pemberian rentang yang atau laserasi
oksigen dalam diharapkan 4. Gunakan sarun tangan untuk
kegagalan memberi - Tidak ada proteksi
makan jaringan pada ortostatikhipertensi 5. Batasi gerakan pada kepala,
tingkat kapiler - Tidak ada tanda leher dan punggung
Batasan karakteristik : tanda peningkatan 6. Monitor kemampuan BAB
Renal tekanan intrakranial 7. Kolaborasi pemberian analgetik
- Perubahan tekanan (tidak lebih dari 15 8. Monitor adanya tromboplebitis
darah di luar batas mmHg) 9. Diskusikan menganai penyebab
parameter - mendemonstrasikan perubahan sensasi
- Hematuria kemampuan kognitif
- Oliguri/anuria yang ditandai
- Elevasi/penurunan dengan:
BUN/rasio kreatinin - berkomunikasi
Gastro Intestinal  dengan jelas dan
- Secara usus sesuai dengan
hipoaktif atau tidak kemampuan
ada - menunjukkan
- Nausea perhatian,
- Distensi abdomen konsentrasi dan
- Nyeri abdomen atau orientasi
tidak terasa lunak - memproses

7
(tenderness) informasi
Peripheral  - membuat keputusan
- Edema dengan benar
- Tanda Homan - menunjukkan fungsi
positif sensori motori
- Perubahan cranial yang utuh :
karakteristik kulit tingkat kesadaran
(rambut, kuku, mambaik, tidak ada
air/kelembaban) gerakan gerakan
- Denyut nadi lemah involunter
atau tidak ada
- Diskolorisasi kulit
- Perubahan suhu kulit
- Perubahan sensasi
- Kebiru-biruan
- Perubahan tekanan darah
di ekstremitas
- Bruit
- Terlambat sembuh
- Pulsasi arterial
berkurang
- Warna kulit pucat
pada elevasi, warna
tidak kembali pada
penurunan kaki
Cerebral
- Abnormalitas bicara
- Kelemahan
ekstremitas atau
paralis
- Perubahan status
mental
- Perubahan pada
respon motorik
- Perubahan reaksi
pupil
- Kesulitan untuk
menelan
- Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar 
- Perubahan frekuensi
respirasi di luar
batas parameter
- Penggunaan otot
pernafasan tambahan
- Balikkan kapiler > 3

8
detik (Capillary
refill)
- Abnormal gas darah
arteri
- Perasaan
”Impending Doom”
(Takdir terancam)
- Bronkospasme
- Dyspnea
- Aritmia
- Hidung kemerahan
- Retraksi dada
- Nyeri dada

Faktor-faktor yang
berhubungan :
- Hipovolemia
- Hipervolemia
- Aliran arteri terputus
- Exchange problems
- Aliran vena terputus
- Hipoventilasi
- Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
- Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
- Tidak sebanding
antara ventilasi
dengan aliran darah
- Keracunan enzim
- Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb
- Penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah
3 Defisit Volume Cairan NOC: NIC : Fluid Management
Definisi : Penurunan Fluid balance 1. Timbang popok/pembalut jika
cairan intravaskuler, Hydration diperlukan
interstisial, dan/atau Nutritional Status : 2. Pertahankan catatan intake dan
intrasellular. Ini Food and Fluid Intake output yang akurat
mengarah ke dehidrasi, Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi
kehilangan cairan - Mempertahankan ( kelembaban membran

9
dengan pengeluaran urine output sesuai mukosa, nadi adekuat, tekanan
sodium dengan usia dan darah ortostatik ), jika
BB, BJ urine diperlukan
Batasan Karakteristik : normal, HT normal 4. Monitor vital sign
- Kelemahan - Tekanan darah, 5. Monitor masukan makanan /
- Haus nadi, suhu tubuh cairan dan hitung intake kalori
- Penurunan turgor dalam batas normal harian
kulit/lidah  - Tidak ada tanda 6. Kolaborasikan pemberian
- Membran tanda dehidrasi, cairan IV
mukosa/kulit kering Elastisitas turgor 7. Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut kulit baik, membran 8. Berikan cairan IV pada suhu
nadi, penurunan mukosa lembab, ruangan
tekanan darah, tidak ada rasa haus 9. Dorong masukan oral
penurunan yang berlebihan 10. Berikan penggantian nesogatrik
volume/tekanan sesuai output
nadi 11. Dorong keluarga untuk
- Pengisian vena membantu pasien makan
menurun 12. Tawarkan snack ( jus buah,
- Perubahan status buah segar )
mental 13. Kolaborasi dokter jika tanda
- Konsentrasi urine cairan berlebih muncul
meningkat meburuk
- Temperatur tubuh 14. Atur kemungkinan tranfusi
meningkat 15. Persiapan untuk tranfusi
- Hematokrit
meninggi
- Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada third
spacing)

Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan
4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
pembatasan cairan, diit, Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
dan hilangnya protein - Adanya untuk menentukan jumlah
peningkatan berat kalori dan nutrisi yang
Definisi : Intake nutrisi badan sesuai dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk

10
keperluan metabolisme - Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
tubuh. sesuai dengan 4. Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : tinggi badan meningkatkan protein dan
- Berat badan 20 % - Mampu vitamin C
atau lebih di bawah mengidentifikasi 5. Berikan substansi gula
ideal kebutuhan nutrisi 6. Yakinkan diet yang dimakan
- Dilaporkan adanya - Tidak ada tanda mengandung tinggi serat untuk
intake makanan tanda malnutrisi mencegah konstipasi
yang kurang dari - Tidak terjadi 7. Berikan makanan yang terpilih
RDA (Recomended penurunan berat ( sudah dikonsultasikan dengan
Daily Allowance) badan yang berarti ahli gizi)
- Membran mukosa 8. Ajarkan pasien bagaimana
dan konjungtiva membuat catatan makanan
pucat harian.
- Kelemahan otot 9. Monitor jumlah nutrisi dan
yang digunakan kandungan kalori
untuk 10. Berikan informasi tentang
menelan/mengunyah kebutuhan nutrisi
- Luka, inflamasi 11. Kaji kemampuan pasien untuk
pada rongga mulut mendapatkan nutrisi yang
- Mudah merasa dibutuhkan
kenyang, sesaat
setelah mengunyah Nutrition Monitoring
makanan 1. BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan atau 2. Monitor adanya penurunan
fakta adanya berat badan
kekurangan 3. Monitor tipe dan jumlah
makanan aktivitas yang biasa dilakukan
- Dilaporkan adanya 4. Monitor interaksi anak atau
perubahan sensasi orangtua selama makan
rasa 5. Monitor lingkungan selama
- Perasaan makan
ketidakmampuan 6. Jadwalkan pengobatan  dan
untuk mengunyah tindakan tidak selama jam
makanan makan
- Miskonsepsi 7. Monitor kulit kering dan
- Kehilangan BB perubahan pigmentasi
dengan makanan 8. Monitor turgor kulit
cukup 9. Monitor kekeringan, rambut
- Keengganan untuk kusam, dan mudah patah
makan 10. Monitor mual dan muntah
- Kram pada abdomen 11. Monitor kadar albumin, total
- Tonus otot jelek protein, Hb, dan kadar Ht
- Nyeri abdominal 12. Monitor makanan kesukaan
dengan atau tanpa 13. Monitor pertumbuhan dan
patologi perkembangan

11
- Kurang berminat 14. Monitor pucat, kemerahan, dan
terhadap makanan kekeringan jaringan
- Pembuluh darah konjungtiva
kapiler mulai rapuh 15. Monitor kalori dan intake
- Diare dan atau nuntrisi
steatorrhea 16. Catat adanya edema,
- Kehilangan rambut hiperemik, hipertonik papila
yang cukup banyak lidah dan cavitas oral.
(rontok) 17. Catat jika lidah berwarna
- Suara usus magenta, scarlet
hiperaktif
- Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi

12
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Doenges, Marlynn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III. Jakarta: EGC
Elizabeth, J, Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses pada
26 September 2017)
Johnson, Marion, 1997, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Outcome Classification
( NOC ), St. Louis: Mosby.
Mansjoer, A.  2003. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc. Closkey, Joanne C., 1996, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Intervention
Classification ( NIC ). St. Louis: Mosby.
Nanda, A. 2000. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta :P Prima
Medika.
Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

13

Anda mungkin juga menyukai