KERACUNAN OBAT
Disusun Oleh :
Nova Rima Imani 20210109172
Nurjanah Estu P. 20210109294
Prajatiya Harwoko 20210109206
Putri Eriandi 20210109288
Putri Rahayu 20210109301
Qothrunnadaa 20210109247
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari keracunan.
2. Untuk mengetahui etiologi dari keracunan.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari keracunan .
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari keracunan.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari keracunan.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari keracunan.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari keracunan
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari keracunan.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari keracunan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi
bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7%
dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
encernaan, saluran napas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis.
Menurut WHO (2012), keracunan atau intoksikasi adalah kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran,
kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam
tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan
sampai dapat menyebabkan kematian.
Obat adalah sedian atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi. (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
B. Etiologi
Keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan penyebabnya yaitu :
1. Makanan : singkong, jengkol, bongkrek
2. Gas toksin : karbon monoksida gas toksin iritan
3. Zat kimia industri : asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4. Zat kimia rumah tangga : detergen, sabun cuci, dan parfum, insektisida,
desinfektan
5. Zat kimia pertanian : insektisida, pestisida
6. Hewan berbisa, contoh bisa ular
7. Obat-obatan: salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
C. Klasifikasi
Klasifikasi terjadinya keracunan ada dua jenis, yaitu:
1. Keracunan maupun keracunan secara sengaja ( occupational poisoning).
Sangat erat hubungannya dengan usaha bunuh diri ataupun penyalahgunaan obat -
obatan.
2. Keracunan secara tidak sengaja ( accidental poisoning).
Erat hubungannya dengan kecelakaan kerja, atau ketidaksadaran maupun
ketidaktahuan seseorang terhadap suatu produk tertentu yang dapat menimbulkan
keracunan.
D. Manifestasi Klinik
1. Intoksikasi dosis rendah sering menimbulkan keadaan yang tidak dapat diramalkan
menyerupai disorientasi, agitasi, mendadak ngamuk sering didapati. Mutisme,
ataksia, berkurannya respon terhadap stimulasi nyeri dan nistagmus horisontal,
vertikal, rotatorius yang intermiten adalah karakteristik. Dapat timbul rigiditas
katatonik atau nioklonus dengan rigiditas otot pada stimulasi, demikian juga
kemerahan, diaforesisi, muka yang meringis, hipersaliva, danmuntah.
2. Intoksifikasi dengan dosis tinggi sering menginduksi koma yang berakhir sampai
beberapa jam, sampai beberapa hari. Penderita tidak responsif terhadap nyeri.
Dapat timbul depresi pernapasan, hipertermi, takikardi, kadang-kadang
menimbulkan gagal jantung, perdarahan intrakranial.
Beberapa manifestasi klinik pada pasien dengan intoksikasi obat dalam hal ini
asetaminofen, orang tersebut mungkin tidak memiliki gejala dari mengambil jumlah
yang beracun. Mereka mungkin tetap bebas dari gejala sampai 24 jam setelah
mengambil overdosis acetaminophen beracun. Setelah periode awal ini, gejala berikut
yang umum terjadi pada keracunan acetaminophen (Tylenol):
a. Mual
b. Muntah
c. Tidak enak badan
d. Tidak bisa makan atau nafsu makan yang buruk
E. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mingkin juga terganggu sebagian, karena efek toksik langsung
pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskuler diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung
lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia. Hipotermia akan terjadi
dan memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.
Pernafasan
cepat dan
dalam
Pola nafas
tidak efektif Nyeri
Bersihan jalan nafas Gangguan perfusi
tidak efektif jaringan
Hiperventilasi
Trapping
CO2
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan
penundaan disritmia atau konduksi.
2. Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan
adanya aspirasi dan edema pulmonal.
3. Analisa Gas Darah elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit,
termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda
oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti sianosis,
takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status mental.
4. Tes fungsi ginjal
Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin
negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang
ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja
yang bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga
pemeriksaannya bisa efektif.
H. Penatalaksanaan
1. Kaji keadekuatan pernafasan. Dapatkan control jalan nafas ventilasi dan
oksigenasi
a. Gunakan selang endotrakeal dan berikan bantuan ventilasi pada pasien
dengandepresi berat yang tidak ada reflek batuk
b. Dapatkan analisis gas darah untuk hipoksia karena hipoventilasi
danabnormalitas asam basa.
c. Berikan oksigen.
2. Stabilkan system kardiovaskuler ( ini dilakukan simultan dengan
penatalaksanaan jalan nafas)
a. Mulai kompresi jantung eksternal dan ventilasi pada tidak adanya denyut
jantung
b. Dapatkan gambaran sample darah untuk tes glukosa, elektrolit, BUN,
kreatinin,dan skrin toksikologi yang tepat
c. Mulai cairan IV3.
3. Berikan antagonis obat khusus sesuai ketentuan jika obat diketahui.
Nalaksohidroklorida (narcan) sering digunakan, dekstrosa 50% dalam air
jugadigunakan (untuk hipoglikemia).
4. Singkirkan obat dari lambung sesegera mungkin.
a. Rangsang muntah jika setelah pasien ditemukan dini setelahmencerna.
(Simpan muntahan untuk pemeriksaan toksikologi).
b. Gunakan bilas lambung jika pasien tuidak sadar atau jika tidak ada jalan
untuk menentukan kapan obat diminum. (jika pasioen tidak mempunyai
rerflek menelan atau batuk, lakukan prosedur ini hanya setelah inkubasi
dengan selang endotrakea dikembungkan untuk mencegah aspirasi isi
lambung)
c. Karbon teraktivasi mungkin dapat digunakan pada terapi, digunakan
setelah muntah atau bilas.
d. Simpan aspirasi lambung untuk analisis toksikologik.
5. Dekontaminasi
Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi pemapran terhadap racun,
mengurangi absorbsi dan mencegah kerusakan. Tindakan dekontaminasi
tergantung pada lokasi tubuh yang terkena racun, yaitu
a. Dekontaminasi pulmonal
Tindakan untuk menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat racun,
memantau kemungkinan gagal nafas dan berikan oksigen 100% dan jika
perlu beri ventilator
b. Dekontaminasi mata
Membersihkan bahan toksik dari mata dengan cara: posisi kepala pasien
ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang terkena. Kelopak mata
dibuka dan diirigasikan dengan larutan aquades atau NaCl 0,9% dengan
pelan sampai diperkirakan racun hilang (hindari bekas larutan pencucian
mengenai wajah atau mata lainnya), selanjutnya mata ditutup dengan
kassa steril dan segera konsul dokter mata.
c. Dekontamaminasi kulit
Dengan cara melepaskan pakaian, arloji, sepatu, dan aksesori lainnya,
masukkan pada kantung plastik yang tidak bocor, tutup rapat. Cuci
bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan di sabun minimal 10
menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.
d. Dekontaminasi gastrointestinal
Keracunan lewat saluran pencernakan paling tersering, apapun
penyebabnya tata cara pelaksanaan seperti pada tabel di bawah ini:
6. Antidotum
Bahan Racun Antidotum Metode
Kimia Sianida Nitrit (sodium/amil nitrit), Amyl nitrie inhalasi 50 ml (12,5g0
sodium tiosulfat, Dikobalt Na thiosulfat 25% dalam 10 menit
edetate (kasus berat)
Metanol/Etilen Ethanol 2,5cc/kgBB ethanol 40% (vodka)
glikol 4-metilpirazol dalam air/jus jeruk, oral 30 meit
Timbal EDTA
Asam 2,3-dimercaptosuksinat
Penisilamin, BAL.
Merkuri D-penisilamine Terapi Kelasi
Arsenikum BAL (dimercaprol), DMPS Terapi Kelasi
Asam 2,3-dimercaptosuksinat
Na Hipoklorit Natrium tiosulfat 50mg atau 250 ml larutan 1% iv
Talium Potasium ferric (prussian blue) 10 gr dalam 100ml manitol
Sodium jodida, BAL 1,5%, 2 kali oral
Organofosfat Sulfas Atropine 1-2 mg iv ulang 10-15 menit, max
Pralidoksim 50mg/hari
Fe (besi) Desferrioxioxamine 15mg/kgBB/jam
Obat Amfetamine Lorazepam 2mg iv
Digoxin Fab fragmen (antibodispesifik) Dosis tergantung digoksinserum
Isoniazide Piridoksin 1 gr iv/tiap gram INH, max 5mg
Opioid Naloxone 0,01 mg/kgBB iv ulang tipa 2
menit
Paracetamol N-asetilsitein, metionin Metionin efektif, paparan <8jam
Warfarin Vitamin K, Fresh Frozen 5-10 mg iv pelan
Plasma
Propanolol Isoproterenol, Adrenalin, Titrasi mulai 4 mcg/menit. Bolus
Glukagon 10 mg glukagon + 5 mg/jam IV
Racun Kecubung Physostigmin salysilat 0,02 mg/kgBB iv 2 menit, ulang
Alam 20 menit
Amanita Salibinin 5mg/kgBB infus
Phaloides Benzilpenicilin 1 jam + 20mg/kgBB/24 jam
Oleander Kolestiramin 300mg/kgBB/24 jam, 3x4 gr/hari
J. Terapi Diet
Terapi diet pada pasien keracunan biasanya menggunakan terapi antidot.
Terapi antidot melibatkan mekanisme antagonisme atau dengan menginaktivasi racun
secara kimiawi. Farmakodinamika racun dapat diubah dengan jalan memberikan
kompetitornya pada reseptor, seperti pada antagonisme nalokson dalammengobati
overdosis heroin. Antidot fisiologis dapat ditempuh melalui mekanisme seluler yang
berbeda, seperti pada penggunaan glukagon untuk merangsang pemblokiran alternatif
terhadap reseptor adrenergik dan meningkatkan siklik AMP seluler pada terapi
overdosis propranolol. Antivenom dan agen pengkhelat mengikat dan secara langsung
menonaktifkanracun. Biotransformasi racun juga dapat diubah oleh antidot; seperti
pada kasus fomepizolyang akan menghambat dehidrogenasi alkohol dan
menghentikan pembentukan metabolitasam beracun dari etilen glikol dan metanol.
Banyak jenis obat yang dapat digunakan dalam perawatan pendukung pasien
keracunan (misal; antikonvulsan, vasokonstriktor yangdapat dianggap sebagai antidot
fungsional yang tak spesifik.
K.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Airway yang dinilai:
Look : ada gerak napas (ada, pernapasan 28x/menit)
Listen : suara tambahan yang terdengar dapat berupa
Gurgling : sumbatan oleh cairan
Stridor : sumbatan pada plika vokalis
Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang
Feel :ada atau tidaknya ekshalasi
b) Breathing
Penilaian:
Look : terlihat penggunanan otot bantu pernapasan
Listen : suara napas pada paru-paru
Feel : merasakan udara keluar masuk dari mulut dan hidung
c) Circulation
1) Penilaian sirkulasi tanda klinis syok :
2) Kulit telapak tangan dingin, pucatbasah
3) Capillary refill time > 2detik
4) Nafascepat
5) Nadi cepat >100
6) Tekanan darah sistol <90-100
7) Kesadaran : gelisah s/d koma penangan sirkulasi
d) Disability
Penilaian disabiliti pemeriksaan neurologis singkat AVPU. Penilaian sederhana
ini dapat digunakan secara cepat
A = Alert : sadar penuh
V = Verbal stimulation : ada reaksi terhadap perintah
P = Pain stimulation : ada reaksi terhadapnyeri
U = Unresponive : tidak ada reaksi
2. Secondary Survey Anamnesis:
A :Alergi
M : Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past illnes (penyakit penyerta, pregnancy)
L : Lastmeal
E :Event/Environment
a. Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, nomor register, diagnosa
medis,dll
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Pada umunya keluhan utama pada intoksikasi adalah penurunan kesadaran
2) Riwayat Penyakit Sekarang
3) Mual, muntah, nyeri, dehisrasi dan perdarahan saluran pencernaan
4) Riwayat Penyakit Dahulu
5) Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapanterjadinya.
6) Riwayat Penyakit Keluarga
7) Mengobservasi tentang adakah keluarga yang pernah mengalamikeluhan
sama.
c. Pemeriksaan
1) Aktivitas dan istirahat
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala kelelahan, kelemahan,
malaise, hiporefleksi
2) Sirkulasi
Nadi lemah, taki kardi, hipotensi(pada kasus berat), arutmia jantung, pucat,
sionosis, keringat banyak.
3) Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usu menurun,
kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah, coklat.
4) Makanan dancairan
Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan turgor kulit/
kelembaban, berkeringat banyak
5) Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, misis, pupil mengecil, kram
otot/kejang, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia), koma,syok.
6) Nyaman/nyeri
Nyeri tubuh, sakit kepala, distraksi, gelisah.
7) Pernapasan
Napas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, batuk produktif.
8) Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma,syok,asidemia.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan adanya sekresi, gangguan
fungsi pergerakan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distress pernapasan.
hiperventilasi,penurunan energi/kelelahan ,disfungsi neuromuskular
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi
4. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan Keracunan enzim
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya Kehilangan
volume cairan secara aktif
6. Nyeri berhubungan dengan agen injuri
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi
Hasil
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif Respiratory Airway suction
status : Pastikan kebutuhan
Definisi : Ventilation oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Respiratory suctioning
membersihkan sekresi atau status : Airway Auskultasi suara
obstruksi dari saluran patency nafas sebelum dan
pernafasan untuk Aspiration sesudah suctioning.
mempertahankan Control Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. klien dan keluarga
Kriteria Hasil : tentang suctioning
Batasan Karakteristik : Mendemonstrasik Minta klien nafas
Dispneu, Penurunan an batuk efektif dalam sebelum
suara nafas dan suara nafas suction dilakukan.
Orthopneu yang bersih, tidak Berikan O2 dengan
Cyanosis ada sianosis dan menggunakan nasal
Kelainan suara nafas dyspneu (mampu untuk memfasilitasi
(rales, wheezing) mengeluarkan suksion nasotrakeal
Kesulitan berbicara sputum, mampu Gunakan alat yang
Batuk, tidak efekotif bernafas dengan steril sitiap
atau tidak ada mudah, tidak ada melakukan tindakan
Mata melebar pursed lips) Anjurkan pasien
Produksi sputum Menunjukkan untuk istirahat dan
Gelisah jalan nafas yang napas dalam setelah
Perubahan frekuensi paten (klien tidak kateter dikeluarkan
dan irama nafas merasa tercekik, dari nasotrakeal
irama nafas, Monitor status
Faktor-faktor yang frekuensi oksigen pasien
berhubungan: pernafasan dalam Ajarkan keluarga
Lingkungan : rentang normal, bagaimana cara
merokok, menghirup tidak ada suara melakukan suksion
asap rokok, perokok nafas abnormal) Hentikan suksion
pasif-POK, infeksi Mampu dan berikan oksigen
Fisiologis : disfungsi mengidentifikasik apabila pasien
neuromuskular, an dan mencegah menunjukkan
hiperplasia dinding factor yang dapat bradikardi,
bronkus, alergi jalan menghambat jalan peningkatan saturasi
nafas, asma. nafas O2, dll.
Obstruksi jalan
nafas : spasme jalan Airway Management
nafas, sekresi Buka jalan nafas,
tertahan, banyaknya guanakan teknik
mukus, adanya jalan chin lift atau jaw
nafas buatan, sekresi thrust bila perlu
bronkus, adanya Posisikan pasien
eksudat di alveolus, untuk
adanya benda asing di memaksimalkan
jalan nafas. ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila
perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Respiratory Airway Management
Definisi : Pertukaran udara status : Buka jalan nafas,
inspirasi dan/atau ekspirasi Ventilation guanakan teknik
tidak adekuat Respiratory status chin lift atau jaw
: Airway patency thrust bila perlu
Batasan karakteristik : Vital sign Status Posisikan pasien
Penurunan tekanan Kriteria Hasil : untuk
inspirasi/ekspirasi Mendemonstrasik memaksimalkan
Penurunan an batuk efektif ventilasi
pertukaran udara per dan suara nafas Identifikasi pasien
menit yang bersih, tidak perlunya
Menggunakan otot ada sianosis dan pemasangan alat
pernafasan tambahan dyspneu (mampu jalan nafas buatan
Nasal flaring mengeluarkan Pasang mayo bila
Dyspnea sputum, mampu perlu
Orthopnea bernafas dengan Lakukan fisioterapi
Perubahan mudah, tidak ada dada jika perlu
penyimpangan dada pursed lips) Keluarkan sekret
Nafas pendek Menunjukkan dengan batuk atau
Assumption of 3- jalan nafas yang suction
point position paten (klien tidak Auskultasi suara
Pernafasan pursed- merasa tercekik, nafas, catat adanya
lip irama nafas, suara tambahan
Tahap ekspirasi frekuensi Lakukan suction
berlangsung sangat pernafasan dalam pada mayo
lama rentang normal, Berikan
Peningkatan tidak ada suara bronkodilator bila
diameter anterior- nafas abnormal) perlu
posterior Tanda Tanda vital Berikan pelembab
Pernafasan rata- dalam rentang udara Kassa basah
rata/minimal normal (tekanan NaCl Lembab
Ba darah, nadi, Atur intake untuk
yi : < 25 atau > 60 pernafasan) cairan
Us mengoptimalkan
ia 1-4 : < 20 atau > keseimbangan.
30 Monitor respirasi
Us dan status O2
ia 5-14 : < 14 atau >
25 Terapi Oksigen
Us Bersihkan mulut,
ia > 14 : < 11 atau > hidung dan secret
24 trakea
Kedalaman Pertahankan jalan
pernafasan nafas yang paten
De Atur peralatan
wasa volume oksigenasi
tidalnya 500 ml saat Monitor aliran
istirahat oksigen
Ba Pertahankan posisi
yi volume tidalnya pasien
6-8 ml/Kg Onservasi adanya
Timing rasio tanda tanda
Penurunan hipoventilasi
kapasitas vital Monitor adanya
kecemasan pasien
Faktor yang berhubungan : terhadap oksigenasi
Hiperventilasi
Deformitas tulang Vital sign Monitoring
Kelainan bentuk Monitor TD, nadi,
dinding dada suhu, dan RR
Penurunan Catat adanya
energi/kelelahan fluktuasi tekanan
Perusakan/pelema darah
han muskulo- Monitor VS saat
skeletal pasien berbaring,
Obesitas duduk, atau berdiri
Posisi tubuh Auskultasi TD pada
Kelelahan otot kedua lengan dan
pernafasan bandingkan
Hipoventilasi Monitor TD, nadi,
sindrom RR, sebelum,
Nyeri selama, dan setelah
Kecemasan aktivitas
Disfungsi Monitor kualitas
Neuromuskuler dari nadi
Kerusakan Monitor frekuensi
persepsi/kognitif dan irama
Perlukaan pada pernapasan
jaringan syaraf Monitor suara paru
tulang belakang Monitor pola
Imaturitas pernapasan
Neurologis abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
3 Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :
Respiratory Airway Management
Definisi : Kelebihan atau Status : Gas Buka jalan nafas,
kekurangan dalam exchange guanakan teknik
oksigenasi dan atau Respiratory chin lift atau jaw
pengeluaran Status : thrust bila perlu
karbondioksida di dalam ventilation Posisikan pasien
membran kapiler alveoli Vital Sign Status untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan
Batasan karakteristik : Mendemonstrasi ventilasi
Gangguan penglihatan kan peningkatan Identifikasi pasien
Penurunan CO2 ventilasi dan perlunya
Takikardi oksigenasi yang pemasangan alat
Hiperkapnia adekuat jalan nafas buatan
Keletihan Memelihara Pasang mayo bila
Somnolen kebersihan paru perlu
Iritabilitas paru dan bebas Lakukan fisioterapi
Hypoxia dari tanda tanda dada jika perlu
Kebingungan distress Keluarkan sekret
Dyspnoe pernafasan dengan batuk atau
nasal faring Mendemonstrasi suction
AGD Normal kan batuk Auskultasi suara
Sianosis efektif dan suara nafas, catat adanya
warna kulit abnormal nafas yang suara tambahan
(pucat, kehitaman) bersih, tidak ada Lakukan suction
Hipoksemia sianosis dan pada mayo
Hiperkarbia dyspneu Berika bronkodilator
sakit kepala ketika (mampu bial perlu
bangun mengeluarkan Barikan pelembab
frekuensi dan sputum, mampu udara
kedalaman nafas bernafas dengan Atur intake untuk
abnormal mudah, tidak cairan
ada pursed lips) mengoptimalkan
Faktor faktor yang Tanda tanda keseimbangan.
berhubungan : vital dalam Monitor respirasi
ketidakseimbangan rentang normal dan status O2
perfusi ventilasi
perubahan membran
kapiler-alveolar Respiratory Monitoring
Monitor rata – rata,
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya
4 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b/d menurunnya Circulation status Peripheral Sensation
curah jantung, hipoksemia Tissue Prefusion : Management
jaringan, asidosis dan cerebral (Manajemen sensasi
kemungkinan thrombus Kriteria Hasil : perifer)
atau emboli a. mendemonstrasi Monitor adanya
kan status daerah tertentu yang
Definisi : sirkulasi yang hanya peka terhadap
Penurunan pemberian ditandai dengan panas/dingin/tajam/t
oksigen dalam kegagalan : umpul
memberi makan jaringan Tekanan Monitor adanya
pada tingkat kapiler systole paretese
Batasan karakteristik : dandiastole Instruksikan
Renal dalam keluarga untuk
Perubahan tekanan rentang mengobservasi kulit
darah di luar batas yang jika ada lsi atau
parameter diharapkan laserasi
Hematuria Tidak ada Gunakan sarun
Oliguri/anuria ortostatikhi tangan untuk
Elevasi/penurunan pertensi proteksi
BUN/rasio Tidak ada Batasi gerakan pada
kreatinin tanda tanda kepala, leher dan
Gastro Intestinal peningkatan punggung
Secara usus tekanan Monitor kemampuan
hipoaktif atau intrakranial BAB
tidak ada (tidak lebih Kolaborasi
Nausea dari 15 pemberian analgetik
Distensi abdomen mmHg) Monitor adanya
Nyeri abdomen b. mendemonstrasi tromboplebitis
atau tidak terasa kan kemampuan Diskusikan
lunak (tenderness) kognitif yang menganai penyebab
Peripheral ditandai perubahan sensasi
Edema dengan:
Tanda Homan berkomunik
positif asi dengan
Perubahan jelas dan
karakteristik kulit sesuai
(rambut, kuku, dengan
air/kelembaban) kemampuan
Denyut nadi lemah menunjukka
atau tidak ada n perhatian,
Diskolorisasi kulit konsentrasi
Perubahan suhu dan
kulit orientasi
Perubahan sensasi memproses
Kebiru-biruan informasi
Perubahan tekanan membuat
darah di keputusan
ekstremitas dengan
Bruit benar
Terlambat sembuh c. menunjukkan
Pulsasi arterial fungsi sensori
berkurang motori cranial
Warna kulit pucat yang utuh :
pada elevasi, tingkat
warna tidak kesadaran
kembali pada mambaik, tidak
penurunan kaki ada gerakan
Cerebral gerakan
Abnormalitas involunter
bicara
Kelemahan
ekstremitas atau
paralis
Perubahan status
mental
Perubahan pada
respon motorik
Perubahan reaksi
pupil
Kesulitan untuk
menelan
Perubahan
kebiasaan
Kardiopulmonar
Perubahan
frekuensi respirasi
di luar batas
parameter
Penggunaan otot
pernafasan
tambahan
Balikkan kapiler >
3 detik (Capillary
refill)
Abnormal gas
darah arteri
Perasaan
”Impending
Doom” (Takdir
terancam)
Bronkospasme
Dyspnea
Aritmia
Hidung kemerahan
Retraksi dada
Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Hipovolemia
Hipervolemia
Aliran arteri
terputus
Exchange
problems
Aliran vena
terputus
Hipoventilasi
Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
Kerusakan
transport oksigen
melalui alveolar
dan atau membran
kapiler
Tidak sebanding
antara ventilasi
dengan aliran
darah
Keracunan enzim
Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb
Penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah
Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat
alergi
Pilih analgesik
yang diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute
pemberian secara IV,
IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi
efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
(efek samping)
D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan mewujudkan dari rencana
tindakan, meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. Pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan yang telah desusun dengan melihat situasi dan
kondisi pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terkhir dari proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan
proses ini bertanggung jawab terus menerus yang diarahkan pada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
BAB IV
ANALISIS JURNAL
A. ANALISIS JURNAL 1
“Interventions for paracetamol (acetaminophen) overdose”
1. Populasi dan sampel
Pasien yang mengalami keracunan obat paracetamol. Metaanalisis dalam 11
penelitian acak dengan jumlah sampel 700 peserta yang tersebar dari
berbagai daerah di Eropa. Diambil dari The Cochrane Hepato-Biliary Group
Controlled Trials Register (Januari 2017), CENTRAL (2016, Edisi 11),
MEDLINE (1946 hingga Januari 2017), Embase (1974 hingga Januari 2017),
dan Science Citation Index Expanded (1900 hingga Januari 2017). Platform
Pendaftaran Uji Coba Klinis Internasional World Health Organization dan
ClinicalTrials.gov database (US National Institute of Health (Institut
Kesehatan Nasional AS) untuk semua uji coba yang sedang berlangsung atau
telah selesai (Januari 2017).
2. Intervention
Intervensi yang dilakuan dengan bilas lambung, ipecacuanha, arang aktif,
berbagai obat ekstrakorporal, dan antidot (methionine, cysteamine,
dimercaprol, acetylcysteine).
3. Comparison
Intervensi dibandingkan dengan plasebo, tanpa intervensi, atau satu sama lain
dalam jumlah dosis rejimen yang berbeda.
4. Outcome
Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa :
a. Penggunaan arang aktif yang memiliki dampak risiko paling minimum
dibandingkan antara bilas lambung, ipecacuanha, atau pengobatan
suportif jika diberikan dalam waktu empat jam setelah proses menelan.
b. Tidak ada perbedaan signifikan antara lavage lambung dan ipecacuanha,
tetapi lavage lambung dan ipecacuanha menunjukkan hasil lebih efektif
dibandingkan tanpa terapi.
c. Penggunaan asetilsistein menunjukkan hasil lebih efektif dari plasebo
dan memiliki efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
dimercaprol atau cysteamine.
d. Bukti dari percobaan menunjukkan arang aktif merupakan pilihan
terbaik untuk mengurangi penyerapan parasetamol.
e. Hasil dari studi observasional ini menunjukkan bahwa pengobatan
dengan asetilsistein menghasilkan penurunan morbiditas dan kematian.
5. Time
Hasil penelitian dilakukan kurun waktu 1974 sampai dengan januari 2017
B. ANALISIS JURNAL 2
Activated charcoal for acute overdose: a reappraisal
1. Populasi dan sampel
a. Studi invitro pada binatang
b. Sejumlah orang yang bersedia menjadi relawan
c. Pasien yang mengalami keracunan obat dalam berbagai studi penelitian
2. Intervention
Sejumlah hewan pengerat diberikan senyawa beracun seperti sianida
3. Comparison
Tidak ada pembanding
4. Outcome
a. Hasil penelitian in vitro tidak bisa sebagai acuan karena objeknya adalah
binatang.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemberian arang aktif dapat
mengurangi proses absorpsi sebanyak 74%.
c. Dari berbagai studi yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa pada pasien
dengan overdosis akut, Single Dose Actived Charcoal (SDAC) tetap
menjadi pilihan terapeutik, dan studi menunjukan dapat mengurangi
penyerapan obat sistemik bila diberikan segera setelah kondisi overdosis.
Meski umumnya ditoleransi dengan baik, SDAC jarang dikaitkan dengan
terjadinya komplikasi
5. Time
Penelitian sampai kurun waktu September 2015
C. ANALISIS JURNAL 3
Actived charcoal alone or after gastric lavage: a simulated large
paracetamol intoxication.
B. Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keprawatan Gadar pada
Pasien Intoksikasi merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang dimiliki
oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta
berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini akan
mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai
bagian daroi tenaga medis yang memberikan pelayan asuhan keperawatan
secarakomprehensif.
DAFTAR PUSTAKA