Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

KERACUNAN OBAT

Disusun Oleh :
Nova Rima Imani 20210109172
Nurjanah Estu P. 20210109294
Prajatiya Harwoko 20210109206
Putri Eriandi 20210109288
Putri Rahayu 20210109301
Qothrunnadaa 20210109247

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui,
meskipun banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan dibeberapa rumah sakit
tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya didalam
masyarakat. Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan terjadi pada
anak berumur < 6 tahun, dengan kematian < 4%.Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan
45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedang di RS dr.
Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan
pengobatan karena keracunan setiap tahun,yang sebagian besar karena keracunan
hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan
bahan-bahan rumah tangga yang lain.Meskipun keracunan dapat terjadi melalui
saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak
racun masuk melalui saluran cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Obat adalah sedian atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosa, pencegahan penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005). Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke
dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru,
hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ
tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Pada zaman modern seperti ini, peningkatan pemakaian bahan kimia
merupakan hal yang tidak terelakkan lagi. Sejalan dengan itu, maka penyakit yang
disebabkan oleh bahan kimia pun meningkat drastis. Terutama pada lingkungan
rumah tangga yang kurang menyadari keselamatan anggota keluarganya itu
sendiri.Peredaran bahan kimia yang semakin hari semakin pesat, menimbulkan
manfaat yang besar juga, tetapi juga membuat masalah yang besar juga. Terutama
masalah kesehatan. Keracunan merupakan salah satu masalah kesehatan yang
meningkat, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang intoksikasi pada Sistem
Kegawatdaruratan yang terangkum pada rumusan masalah, yaitu :
1. Apa pengertian dari keracunan ?
2. Apa etiologi dari keracunan ?
3. Apa klasifikasi dari keracunan?
4. Bagaimana patofisiologi dari keracunan?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari keracunan?
6. Bagaimana komplikasi dari keracunan?
7. Bagaimana penatalaksanaan keracunan ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari keracunan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari keracunan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari keracunan.
2. Untuk mengetahui etiologi dari keracunan.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari keracunan .
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari keracunan.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari keracunan.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari keracunan.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari keracunan
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari keracunan.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari keracunan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi
bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7%
dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
encernaan, saluran napas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis.
Menurut WHO (2012), keracunan atau intoksikasi adalah kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran,
kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam
tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan
sampai dapat menyebabkan kematian.
Obat adalah sedian atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi. (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).

B. Etiologi
Keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan penyebabnya yaitu :
1. Makanan : singkong, jengkol, bongkrek
2. Gas toksin : karbon monoksida gas toksin iritan
3. Zat kimia industri : asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4. Zat kimia rumah tangga : detergen, sabun cuci, dan parfum, insektisida,
desinfektan
5. Zat kimia pertanian : insektisida, pestisida
6. Hewan berbisa, contoh bisa ular
7. Obat-obatan: salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
C. Klasifikasi
Klasifikasi terjadinya keracunan ada dua jenis, yaitu:
1. Keracunan maupun keracunan secara sengaja ( occupational poisoning).
Sangat erat hubungannya dengan usaha bunuh diri ataupun penyalahgunaan obat -
obatan.
2. Keracunan secara tidak sengaja ( accidental poisoning).
Erat hubungannya dengan kecelakaan kerja, atau ketidaksadaran maupun
ketidaktahuan seseorang terhadap suatu produk tertentu yang dapat menimbulkan
keracunan.

D. Manifestasi Klinik
1. Intoksikasi dosis rendah sering menimbulkan keadaan yang tidak dapat diramalkan
menyerupai disorientasi, agitasi, mendadak ngamuk sering didapati. Mutisme,
ataksia, berkurannya respon terhadap stimulasi nyeri dan nistagmus horisontal,
vertikal, rotatorius yang intermiten adalah karakteristik. Dapat timbul rigiditas
katatonik atau nioklonus dengan rigiditas otot pada stimulasi, demikian juga
kemerahan, diaforesisi, muka yang meringis, hipersaliva, danmuntah.
2. Intoksifikasi dengan dosis tinggi sering menginduksi koma yang berakhir sampai
beberapa jam, sampai beberapa hari. Penderita tidak responsif terhadap nyeri.
Dapat timbul depresi pernapasan, hipertermi, takikardi, kadang-kadang
menimbulkan gagal jantung, perdarahan intrakranial.

Beberapa manifestasi klinik pada pasien dengan intoksikasi obat dalam hal ini
asetaminofen, orang tersebut mungkin tidak memiliki gejala dari mengambil jumlah
yang beracun. Mereka mungkin tetap bebas dari gejala sampai 24 jam setelah
mengambil overdosis acetaminophen beracun. Setelah periode awal ini, gejala berikut
yang umum terjadi pada keracunan acetaminophen (Tylenol):
a. Mual
b. Muntah
c. Tidak enak badan
d. Tidak bisa makan atau nafsu makan yang buruk
E. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mingkin juga terganggu sebagian, karena efek toksik langsung
pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskuler diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung
lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia. Hipotermia akan terjadi
dan memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.

Pernafasan
cepat dan
dalam

Pola nafas
tidak efektif Nyeri
Bersihan jalan nafas Gangguan perfusi
tidak efektif jaringan

Hiperventilasi

Trapping
CO2

Asidosis Gangguan petukaran


Respiratorik gas
F. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang akan tampak pada keracunan obat adalah sebagai
berikut :
1. Mual
2. Dehidrasi
3. Muntah-muntah
4. Kram perut
5. Diare
6. Kejang
7. Hipertermi/hipotermia
8. Mulut kering
9. Rasa lemas dan mengigil

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan
penundaan disritmia atau konduksi.
2. Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan
adanya aspirasi dan edema pulmonal.
3. Analisa Gas Darah elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit,
termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda
oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti sianosis,
takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status mental.
4. Tes fungsi ginjal
Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin
negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang
ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja
yang bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga
pemeriksaannya bisa efektif.
H. Penatalaksanaan
1. Kaji keadekuatan pernafasan. Dapatkan control jalan nafas ventilasi dan
oksigenasi
a. Gunakan selang endotrakeal dan berikan bantuan ventilasi pada pasien
dengandepresi berat yang tidak ada reflek batuk
b. Dapatkan analisis gas darah untuk hipoksia karena hipoventilasi
danabnormalitas asam basa.
c. Berikan oksigen.
2. Stabilkan system kardiovaskuler ( ini dilakukan simultan dengan
penatalaksanaan jalan nafas)
a. Mulai kompresi jantung eksternal dan ventilasi pada tidak adanya denyut
jantung
b. Dapatkan gambaran sample darah untuk tes glukosa, elektrolit, BUN,
kreatinin,dan skrin toksikologi yang tepat
c. Mulai cairan IV3.
3. Berikan antagonis obat khusus sesuai ketentuan jika obat diketahui.
Nalaksohidroklorida (narcan) sering digunakan, dekstrosa 50% dalam air
jugadigunakan (untuk hipoglikemia).
4. Singkirkan obat dari lambung sesegera mungkin.
a. Rangsang muntah jika setelah pasien ditemukan dini setelahmencerna.
(Simpan muntahan untuk pemeriksaan toksikologi).
b. Gunakan bilas lambung jika pasien tuidak sadar atau jika tidak ada jalan
untuk menentukan kapan obat diminum. (jika pasioen tidak mempunyai
rerflek menelan atau batuk, lakukan prosedur ini hanya setelah inkubasi
dengan selang endotrakea dikembungkan untuk mencegah aspirasi isi
lambung)
c. Karbon teraktivasi mungkin dapat digunakan pada terapi, digunakan
setelah muntah atau bilas.
d. Simpan aspirasi lambung untuk analisis toksikologik.
5. Dekontaminasi
Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi pemapran terhadap racun,
mengurangi absorbsi dan mencegah kerusakan. Tindakan dekontaminasi
tergantung pada lokasi tubuh yang terkena racun, yaitu
a. Dekontaminasi pulmonal
Tindakan untuk menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat racun,
memantau kemungkinan gagal nafas dan berikan oksigen 100% dan jika
perlu beri ventilator
b. Dekontaminasi mata
Membersihkan bahan toksik dari mata dengan cara: posisi kepala pasien
ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang terkena. Kelopak mata
dibuka dan diirigasikan dengan larutan aquades atau NaCl 0,9% dengan
pelan sampai diperkirakan racun hilang (hindari bekas larutan pencucian
mengenai wajah atau mata lainnya), selanjutnya mata ditutup dengan
kassa steril dan segera konsul dokter mata.
c. Dekontamaminasi kulit
Dengan cara melepaskan pakaian, arloji, sepatu, dan aksesori lainnya,
masukkan pada kantung plastik yang tidak bocor, tutup rapat. Cuci
bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan di sabun minimal 10
menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.
d. Dekontaminasi gastrointestinal
Keracunan lewat saluran pencernakan paling tersering, apapun
penyebabnya tata cara pelaksanaan seperti pada tabel di bawah ini:

Jenis Tindakan Tata Cara Kontraindikasi Perhatian Khusus


Induksi Muntah Stimulasi mekanis pada Kesadaran menurun, Pneumopati
orofaring kejang inhalasi, syndroma
Apneu, paparan > 4 jam Mallory Weis
Keracunan zat korosif
Pengenceran Air dingin atau susu Kesadaran turun
250cc Gangguan
menelan/nafas
Nyeri abdomen
Asam pekat, non kaustik
Aspirasi dan Posisi trendelenberg left Kesadaran turun tanpa Efektif paparan < 1
kumbah lateral decubitus, pasang pasang intubasi jam
lambung NGT, aspirasi, 200-300 Zat korosif Kehamilan,
cc sampai bersih tambah Zat hidrokarbon kelainan jantung,
karbon 50 gr Asam pekat, non kaustik depresi SSP,
Petrolium destilat perforasi lambung
Arang aktif Dosis tunggal 30-50 gr Paparan > 1 jam Konstipasi,
dan 240 ml air Illeus/obstruksi GIT Distensi lambung
Zat korosif
Zat hidrokarbon
Irigasi usus Polietilen glikol 60 gr + Gangguan nafas, SSP, Indikasi keracunan
NaCl 1,46gr + KCl 0,75 jantung tidak stabil, Fe, Lithium, tablet
gr + Na Sulfat 5,68 gr + kelainan patologis usus lepas lambat atau
Air sampai 1 liter tablet salut enterik
Bedah Bila menelan zat sangat
korosif (asam kuat),
asing

6. Antidotum
Bahan Racun Antidotum Metode
Kimia Sianida Nitrit (sodium/amil nitrit), Amyl nitrie inhalasi 50 ml (12,5g0
sodium tiosulfat, Dikobalt Na thiosulfat 25% dalam 10 menit
edetate (kasus berat)
Metanol/Etilen Ethanol 2,5cc/kgBB ethanol 40% (vodka)
glikol 4-metilpirazol dalam air/jus jeruk, oral 30 meit
Timbal EDTA
Asam 2,3-dimercaptosuksinat
Penisilamin, BAL.
Merkuri D-penisilamine Terapi Kelasi
Arsenikum BAL (dimercaprol), DMPS Terapi Kelasi
Asam 2,3-dimercaptosuksinat
Na Hipoklorit Natrium tiosulfat 50mg atau 250 ml larutan 1% iv
Talium Potasium ferric (prussian blue) 10 gr dalam 100ml manitol
Sodium jodida, BAL 1,5%, 2 kali oral
Organofosfat Sulfas Atropine 1-2 mg iv ulang 10-15 menit, max
Pralidoksim 50mg/hari
Fe (besi) Desferrioxioxamine 15mg/kgBB/jam
Obat Amfetamine Lorazepam 2mg iv
Digoxin Fab fragmen (antibodispesifik) Dosis tergantung digoksinserum
Isoniazide Piridoksin 1 gr iv/tiap gram INH, max 5mg
Opioid Naloxone 0,01 mg/kgBB iv ulang tipa 2
menit
Paracetamol N-asetilsitein, metionin Metionin efektif, paparan <8jam
Warfarin Vitamin K, Fresh Frozen 5-10 mg iv pelan
Plasma
Propanolol Isoproterenol, Adrenalin, Titrasi mulai 4 mcg/menit. Bolus
Glukagon 10 mg glukagon + 5 mg/jam IV
Racun Kecubung Physostigmin salysilat 0,02 mg/kgBB iv 2 menit, ulang
Alam 20 menit
Amanita Salibinin 5mg/kgBB infus
Phaloides Benzilpenicilin 1 jam + 20mg/kgBB/24 jam
Oleander Kolestiramin 300mg/kgBB/24 jam, 3x4 gr/hari

I. Pengobatan Keracunan Acetominofen


Pengobatan di gawat darurat tergantung pada kondisi orang dan setiap obat lain
yang diambil. Jika seseorang diduga diambil overdosis tetapi tidak memiliki gejala,
dokter mungkin mulai perawatan berikut:
1. Pengosongan lambung: Dalam sedikit kasus di mana seseorang datang ke rumah
sakit beberapa menit setelah minum overdosis, dokter mungkin mencoba untuk
mengosongkan perut. Hal ini dapat dicapai dengan menginduksi muntah atau
dengan menempatkan sebuah tabung besar melalui mulut seseorang dan masuk ke
perut, memasukkan cairan kedalam perut kemudian memompa keluar (gastric
lavage).
2. N-acetylcysteine (NAC): NAC adalah penawar untuk racun acetaminophen
overdosis. Hal ini umumnya diberikan melalui mulut. Obat memiliki bau busuk,
tetapi dapat dicampur dengan jus atau perasa lain untuk membuat rasanya lebih
baik. Jika orang tersebut tidak dapat mengambil NAC melalui mulut, tabung dapat
ditempatkan melalui mulut dan masuk ke perut untuk membantu administrasinya.
Jika pemberian NAC dengan metode ini tidak mungkin, dokter mungkin memilih
untuk memberikan melalui pembuluh darah (IV). NAC umumnya diberikan pada
20-72 jam.
3. Arang aktif: Arang aktif dapat diberikan melalui mulut untuk mengikat obat yang
tersisa di saluran pencernaan

J. Terapi Diet
Terapi diet pada pasien keracunan biasanya menggunakan terapi antidot.
Terapi antidot melibatkan mekanisme antagonisme atau dengan menginaktivasi racun
secara kimiawi. Farmakodinamika racun dapat diubah dengan jalan memberikan
kompetitornya pada reseptor, seperti pada antagonisme nalokson dalammengobati
overdosis heroin. Antidot fisiologis dapat ditempuh melalui mekanisme seluler yang
berbeda, seperti pada penggunaan glukagon untuk merangsang pemblokiran alternatif
terhadap reseptor adrenergik dan meningkatkan siklik AMP seluler pada terapi
overdosis propranolol. Antivenom dan agen pengkhelat mengikat dan secara langsung
menonaktifkanracun. Biotransformasi racun juga dapat diubah oleh antidot; seperti
pada kasus fomepizolyang akan menghambat dehidrogenasi alkohol dan
menghentikan pembentukan metabolitasam beracun dari etilen glikol dan metanol.
Banyak jenis obat yang dapat digunakan dalam perawatan pendukung pasien
keracunan (misal; antikonvulsan, vasokonstriktor yangdapat dianggap sebagai antidot
fungsional yang tak spesifik.
K.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Airway yang dinilai:
Look : ada gerak napas (ada, pernapasan 28x/menit)
Listen : suara tambahan yang terdengar dapat berupa
Gurgling : sumbatan oleh cairan
Stridor : sumbatan pada plika vokalis
Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang
Feel :ada atau tidaknya ekshalasi
b) Breathing
Penilaian:
Look : terlihat penggunanan otot bantu pernapasan
Listen : suara napas pada paru-paru
Feel : merasakan udara keluar masuk dari mulut dan hidung
c) Circulation
1) Penilaian sirkulasi tanda klinis syok :
2) Kulit telapak tangan dingin, pucatbasah
3) Capillary refill time > 2detik
4) Nafascepat
5) Nadi cepat >100
6) Tekanan darah sistol <90-100
7) Kesadaran : gelisah s/d koma penangan sirkulasi
d) Disability
Penilaian disabiliti pemeriksaan neurologis singkat AVPU. Penilaian sederhana
ini dapat digunakan secara cepat
A = Alert : sadar penuh
V = Verbal stimulation : ada reaksi terhadap perintah
P = Pain stimulation : ada reaksi terhadapnyeri
U = Unresponive : tidak ada reaksi
2. Secondary Survey Anamnesis:
A :Alergi
M : Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past illnes (penyakit penyerta, pregnancy)
L : Lastmeal
E :Event/Environment
a. Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, nomor register, diagnosa
medis,dll
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Pada umunya keluhan utama pada intoksikasi adalah penurunan kesadaran
2) Riwayat Penyakit Sekarang
3) Mual, muntah, nyeri, dehisrasi dan perdarahan saluran pencernaan
4) Riwayat Penyakit Dahulu
5) Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapanterjadinya.
6) Riwayat Penyakit Keluarga
7) Mengobservasi tentang adakah keluarga yang pernah mengalamikeluhan
sama.
c. Pemeriksaan
1) Aktivitas dan istirahat
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala kelelahan, kelemahan,
malaise, hiporefleksi
2) Sirkulasi
Nadi lemah, taki kardi, hipotensi(pada kasus berat), arutmia jantung, pucat,
sionosis, keringat banyak.
3) Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usu menurun,
kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah, coklat.
4) Makanan dancairan
Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan turgor kulit/
kelembaban, berkeringat banyak
5) Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, misis, pupil mengecil, kram
otot/kejang, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia), koma,syok.
6) Nyaman/nyeri
Nyeri tubuh, sakit kepala, distraksi, gelisah.
7) Pernapasan
Napas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, batuk produktif.
8) Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma,syok,asidemia.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan adanya sekresi, gangguan
fungsi pergerakan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distress pernapasan.
hiperventilasi,penurunan energi/kelelahan ,disfungsi neuromuskular
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi
4. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan Keracunan enzim
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya Kehilangan
volume cairan secara aktif
6. Nyeri berhubungan dengan agen injuri
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi
Hasil
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif  Respiratory Airway suction
status :  Pastikan kebutuhan
Definisi : Ventilation oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk  Respiratory suctioning
membersihkan sekresi atau status : Airway  Auskultasi suara
obstruksi dari saluran patency nafas sebelum dan
pernafasan untuk  Aspiration sesudah suctioning.
mempertahankan Control  Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. klien dan keluarga
Kriteria Hasil : tentang suctioning
Batasan Karakteristik :  Mendemonstrasik  Minta klien nafas
 Dispneu, Penurunan an batuk efektif dalam sebelum
suara nafas dan suara nafas suction dilakukan.
 Orthopneu yang bersih, tidak  Berikan O2 dengan
 Cyanosis ada sianosis dan menggunakan nasal
 Kelainan suara nafas dyspneu (mampu untuk memfasilitasi
(rales, wheezing) mengeluarkan suksion nasotrakeal
 Kesulitan berbicara sputum, mampu  Gunakan alat yang
 Batuk, tidak efekotif bernafas dengan steril sitiap
atau tidak ada mudah, tidak ada melakukan tindakan
 Mata melebar pursed lips)  Anjurkan pasien
 Produksi sputum  Menunjukkan untuk istirahat dan
 Gelisah jalan nafas yang napas dalam setelah
 Perubahan frekuensi paten (klien tidak kateter dikeluarkan
dan irama nafas merasa tercekik, dari nasotrakeal
irama nafas,  Monitor status
Faktor-faktor yang frekuensi oksigen pasien
berhubungan: pernafasan dalam  Ajarkan keluarga
 Lingkungan : rentang normal, bagaimana cara
merokok, menghirup tidak ada suara melakukan suksion
asap rokok, perokok nafas abnormal)  Hentikan suksion
pasif-POK, infeksi  Mampu dan berikan oksigen
 Fisiologis : disfungsi mengidentifikasik apabila pasien
neuromuskular, an dan mencegah menunjukkan
hiperplasia dinding factor yang dapat bradikardi,
bronkus, alergi jalan menghambat jalan peningkatan saturasi
nafas, asma. nafas O2, dll.
 Obstruksi jalan
nafas : spasme jalan Airway Management
nafas, sekresi  Buka jalan nafas,
tertahan, banyaknya guanakan teknik
mukus, adanya jalan chin lift atau jaw
nafas buatan, sekresi thrust bila perlu
bronkus, adanya  Posisikan pasien
eksudat di alveolus, untuk
adanya benda asing di memaksimalkan
jalan nafas. ventilasi
 Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
 Pasang mayo bila
perlu
 Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
 Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
 Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
 Lakukan suction
pada mayo
 Berikan
bronkodilator bila
perlu
 Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
 Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi
dan status O2
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
 Respiratory Airway Management
Definisi : Pertukaran udara status :  Buka jalan nafas,
inspirasi dan/atau ekspirasi Ventilation guanakan teknik
tidak adekuat  Respiratory status chin lift atau jaw
: Airway patency thrust bila perlu
Batasan karakteristik :  Vital sign Status  Posisikan pasien
 Penurunan tekanan Kriteria Hasil : untuk
inspirasi/ekspirasi  Mendemonstrasik memaksimalkan
 Penurunan an batuk efektif ventilasi
pertukaran udara per dan suara nafas  Identifikasi pasien
menit yang bersih, tidak perlunya
 Menggunakan otot ada sianosis dan pemasangan alat
pernafasan tambahan dyspneu (mampu jalan nafas buatan
 Nasal flaring mengeluarkan  Pasang mayo bila
 Dyspnea sputum, mampu perlu
 Orthopnea bernafas dengan  Lakukan fisioterapi
 Perubahan mudah, tidak ada dada jika perlu
penyimpangan dada pursed lips)  Keluarkan sekret
 Nafas pendek  Menunjukkan dengan batuk atau
 Assumption of 3- jalan nafas yang suction
point position paten (klien tidak  Auskultasi suara
 Pernafasan pursed- merasa tercekik, nafas, catat adanya
lip irama nafas, suara tambahan
 Tahap ekspirasi frekuensi  Lakukan suction
berlangsung sangat pernafasan dalam pada mayo
lama rentang normal,  Berikan
 Peningkatan tidak ada suara bronkodilator bila
diameter anterior- nafas abnormal) perlu
posterior  Tanda Tanda vital  Berikan pelembab
 Pernafasan rata- dalam rentang udara Kassa basah
rata/minimal normal (tekanan NaCl Lembab
 Ba darah, nadi,  Atur intake untuk
yi : < 25 atau > 60 pernafasan) cairan
 Us mengoptimalkan
ia 1-4 : < 20 atau > keseimbangan.
30  Monitor respirasi
 Us dan status O2
ia 5-14 : < 14 atau >
25 Terapi Oksigen
 Us  Bersihkan mulut,
ia > 14 : < 11 atau > hidung dan secret
24 trakea
 Kedalaman  Pertahankan jalan
pernafasan nafas yang paten
 De  Atur peralatan
wasa volume oksigenasi
tidalnya 500 ml saat  Monitor aliran
istirahat oksigen
 Ba  Pertahankan posisi
yi volume tidalnya pasien
6-8 ml/Kg  Onservasi adanya
 Timing rasio tanda tanda
 Penurunan hipoventilasi
kapasitas vital  Monitor adanya
kecemasan pasien
Faktor yang berhubungan : terhadap oksigenasi
 Hiperventilasi
 Deformitas tulang Vital sign Monitoring
 Kelainan bentuk  Monitor TD, nadi,
dinding dada suhu, dan RR
 Penurunan  Catat adanya
energi/kelelahan fluktuasi tekanan
 Perusakan/pelema darah
han muskulo-  Monitor VS saat
skeletal pasien berbaring,
 Obesitas duduk, atau berdiri
 Posisi tubuh  Auskultasi TD pada
 Kelelahan otot kedua lengan dan
pernafasan bandingkan
 Hipoventilasi  Monitor TD, nadi,
sindrom RR, sebelum,
 Nyeri selama, dan setelah
 Kecemasan aktivitas
 Disfungsi  Monitor kualitas
Neuromuskuler dari nadi
 Kerusakan  Monitor frekuensi
persepsi/kognitif dan irama
 Perlukaan pada pernapasan
jaringan syaraf  Monitor suara paru
tulang belakang  Monitor pola
 Imaturitas pernapasan
Neurologis abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
3 Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :
 Respiratory Airway Management
Definisi : Kelebihan atau Status : Gas  Buka jalan nafas,
kekurangan dalam exchange guanakan teknik
oksigenasi dan atau  Respiratory chin lift atau jaw
pengeluaran Status : thrust bila perlu
karbondioksida di dalam ventilation  Posisikan pasien
membran kapiler alveoli  Vital Sign Status untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan
Batasan karakteristik :  Mendemonstrasi ventilasi
 Gangguan penglihatan kan peningkatan  Identifikasi pasien
 Penurunan CO2 ventilasi dan perlunya
 Takikardi oksigenasi yang pemasangan alat
 Hiperkapnia adekuat jalan nafas buatan
 Keletihan  Memelihara  Pasang mayo bila
 Somnolen kebersihan paru perlu
 Iritabilitas paru dan bebas  Lakukan fisioterapi
 Hypoxia dari tanda tanda dada jika perlu
 Kebingungan distress  Keluarkan sekret
 Dyspnoe pernafasan dengan batuk atau
 nasal faring  Mendemonstrasi suction
 AGD Normal kan batuk  Auskultasi suara
 Sianosis efektif dan suara nafas, catat adanya
 warna kulit abnormal nafas yang suara tambahan
(pucat, kehitaman) bersih, tidak ada  Lakukan suction
 Hipoksemia sianosis dan pada mayo
 Hiperkarbia dyspneu  Berika bronkodilator
 sakit kepala ketika (mampu bial perlu
bangun mengeluarkan  Barikan pelembab
 frekuensi dan sputum, mampu udara
kedalaman nafas bernafas dengan  Atur intake untuk
abnormal mudah, tidak cairan
ada pursed lips) mengoptimalkan
Faktor faktor yang  Tanda tanda keseimbangan.
berhubungan : vital dalam  Monitor respirasi
 ketidakseimbangan rentang normal dan status O2
perfusi ventilasi
 perubahan membran
kapiler-alveolar Respiratory Monitoring
 Monitor rata – rata,
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
 Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
 Monitor suara nafas,
seperti dengkur
 Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
 Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
 auskultasi suara paru
setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya
4 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b/d menurunnya  Circulation status Peripheral Sensation
curah jantung, hipoksemia  Tissue Prefusion : Management
jaringan, asidosis dan cerebral (Manajemen sensasi
kemungkinan thrombus Kriteria Hasil : perifer)
atau emboli a. mendemonstrasi  Monitor adanya
kan status daerah tertentu yang
Definisi : sirkulasi yang hanya peka terhadap
Penurunan pemberian ditandai dengan panas/dingin/tajam/t
oksigen dalam kegagalan : umpul
memberi makan jaringan  Tekanan  Monitor adanya
pada tingkat kapiler systole paretese
Batasan karakteristik : dandiastole  Instruksikan
Renal dalam keluarga untuk
 Perubahan tekanan rentang mengobservasi kulit
darah di luar batas yang jika ada lsi atau
parameter diharapkan laserasi
 Hematuria  Tidak ada  Gunakan sarun
 Oliguri/anuria ortostatikhi tangan untuk
 Elevasi/penurunan pertensi proteksi
BUN/rasio  Tidak ada  Batasi gerakan pada
kreatinin tanda tanda kepala, leher dan
Gastro Intestinal peningkatan punggung
 Secara usus tekanan  Monitor kemampuan
hipoaktif atau intrakranial BAB
tidak ada (tidak lebih  Kolaborasi
 Nausea dari 15 pemberian analgetik
 Distensi abdomen mmHg)  Monitor adanya
 Nyeri abdomen b. mendemonstrasi tromboplebitis
atau tidak terasa kan kemampuan  Diskusikan
lunak (tenderness) kognitif yang menganai penyebab
Peripheral ditandai perubahan sensasi
 Edema dengan:
 Tanda Homan  berkomunik
positif asi dengan
 Perubahan jelas dan
karakteristik kulit sesuai
(rambut, kuku, dengan
air/kelembaban) kemampuan
 Denyut nadi lemah  menunjukka
atau tidak ada n perhatian,
 Diskolorisasi kulit konsentrasi
 Perubahan suhu dan
kulit orientasi
 Perubahan sensasi  memproses
 Kebiru-biruan informasi
 Perubahan tekanan  membuat
darah di keputusan
ekstremitas dengan
 Bruit benar
 Terlambat sembuh c. menunjukkan
 Pulsasi arterial fungsi sensori
berkurang motori cranial
 Warna kulit pucat yang utuh :
pada elevasi, tingkat
warna tidak kesadaran
kembali pada mambaik, tidak
penurunan kaki ada gerakan
Cerebral gerakan
 Abnormalitas involunter
bicara
 Kelemahan
ekstremitas atau
paralis
 Perubahan status
mental
 Perubahan pada
respon motorik
 Perubahan reaksi
pupil
 Kesulitan untuk
menelan
 Perubahan
kebiasaan
Kardiopulmonar
 Perubahan
frekuensi respirasi
di luar batas
parameter
 Penggunaan otot
pernafasan
tambahan
 Balikkan kapiler >
3 detik (Capillary
refill)
 Abnormal gas
darah arteri
 Perasaan
”Impending
Doom” (Takdir
terancam)
 Bronkospasme
 Dyspnea
 Aritmia
 Hidung kemerahan
 Retraksi dada
 Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan :
 Hipovolemia
 Hipervolemia
 Aliran arteri
terputus
 Exchange
problems
 Aliran vena
terputus
 Hipoventilasi
 Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
 Kerusakan
transport oksigen
melalui alveolar
dan atau membran
kapiler
 Tidak sebanding
antara ventilasi
dengan aliran
darah
 Keracunan enzim
 Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb
 Penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah

5 Kekurangan Volume NOC: NIC :


Cairan  Fluid balance Fluid management
Definisi : Penurunan cairan  Hydration  Timbang
intravaskuler, interstisial,  Nutritional Status popok/pembalut jika
dan/atau intrasellular. Ini : Food and Fluid diperlukan
mengarah ke dehidrasi, Intake  Pertahankan catatan
kehilangan cairan dengan Kriteria Hasil : intake dan output
pengeluaran sodium  Mempertahankan yang akurat
urine output  Monitor status
Batasan Karakteristik : sesuai dengan hidrasi ( kelembaban
 Kelemahan usia dan BB, BJ membran mukosa,
 Haus urine normal, HT nadi adekuat,
 Penurunan turgor normal tekanan darah
kulit/lidah  Tekanan darah, ortostatik ), jika
 Membran nadi, suhu tubuh diperlukan
mukosa/kulit kering dalam batas  Monitor vital sign
 Peningkatan normal  Monitor masukan
denyut nadi, penurunan  Tidak ada tanda makanan / cairan dan
tekanan darah, tanda dehidrasi, hitung intake kalori
penurunan Elastisitas turgor harian
volume/tekanan nadi kulit baik,  Kolaborasikan
 Pengisian vena membran mukosa pemberian cairan IV
menurun lembab, tidak ada  Monitor status
 Perubahan status rasa haus yang nutrisi
mental berlebihan  Berikan cairan IV
 Konsentrasi urine pada suhu ruangan
meningkat  Dorong masukan
 Temperatur tubuh oral
meningkat  Berikan penggantian
 Hematokrit nesogatrik sesuai
meninggi output
 Kehilangan berat  Dorong keluarga
badan seketika (kecuali untuk membantu
pada third spacing) pasien makan
Faktor-faktor yang  Tawarkan snack ( jus
berhubungan: buah, buah segar )
 Kehilangan  Kolaborasi dokter
volume cairan secara jika tanda cairan
aktif berlebih muncul
 Kegagalan meburuk
mekanisme pengaturan  Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi

6 Nyeri NOC : NIC :


 Pain Level, Pain Management
Definisi :  Pain control,  Lakukan
Sensori yang tidak  Comfort level pengkajian nyeri
menyenangkan dan Kriteria Hasil : secara komprehensif
pengalaman emosional  Mampu termasuk lokasi,
yang muncul secara aktual mengontrol karakteristik, durasi,
atau potensial kerusakan nyeri (tahu frekuensi, kualitas
jaringan atau penyebab nyeri, dan faktor presipitasi
menggambarkan adanya mampu  Observasi reaksi
kerusakan (Asosiasi Studi menggunakan nonverbal dari
Nyeri Internasional): tehnik ketidaknyamanan
serangan mendadak atau nonfarmakologi  Gunakan teknik
pelan intensitasnya dari untuk komunikasi
ringan sampai berat yang mengurangi terapeutik untuk
dapat diantisipasi dengan nyeri, mencari mengetahui
akhir yang dapat diprediksi bantuan) pengalaman nyeri
dan dengan durasi kurang  Melaporkan pasien
dari 6 bulan. bahwa nyeri  Kaji kultur yang
berkurang mempengaruhi
Batasan karakteristik : dengan respon nyeri
 Laporan secara verbal menggunakan  Evaluasi
atau non verbal manajemen pengalaman nyeri
 Fakta dari observasi nyeri masa lampau
 Posisi antalgic untuk  Mampu  Evaluasi bersama
menghindari nyeri mengenali nyeri pasien dan tim
 Gerakan melindungi (skala, kesehatan lain
 Tingkah laku berhati- intensitas, tentang
hati frekuensi dan ketidakefektifan
 Muka topeng tanda nyeri) kontrol nyeri masa
 Gangguan tidur (mata  Menyatakan lampau
sayu, tampak capek, rasa nyaman  Bantu pasien dan
sulit atau gerakan setelah nyeri keluarga untuk
kacau, menyeringai) berkurang mencari dan
 Terfokus pada diri  Tanda vital menemukan
sendiri dalam rentang dukungan
 Fokus menyempit normal  Kontrol
(penurunan persepsi lingkungan yang
waktu, kerusakan dapat mempengaruhi
proses berpikir, nyeri seperti suhu
penurunan interaksi ruangan,
dengan orang dan pencahayaan dan
lingkungan) kebisingan
 Tingkah laku distraksi,  Kurangi faktor
contoh : jalan-jalan, presipitasi nyeri
menemui orang lain  Pilih dan lakukan
dan/atau aktivitas, penanganan nyeri
aktivitas berulang- (farmakologi, non
ulang) farmakologi dan
 Respon autonom inter personal)
(seperti diaphoresis,  Kaji tipe dan
perubahan tekanan sumber nyeri untuk
darah, perubahan menentukan
nafas, nadi dan dilatasi intervensi
pupil)  Ajarkan tentang
 Perubahan autonomic teknik non
dalam tonus otot farmakologi
(mungkin dalam  Berikan analgetik
rentang dari lemah ke untuk mengurangi
kaku) nyeri
 Tingkah laku ekspresif  Evaluasi
(contoh : gelisah, keefektifan kontrol
merintih, menangis, nyeri
waspada, iritabel,  Tingkatkan
nafas istirahat
panjang/berkeluh  Kolaborasikan
kesah) dengan dokter jika
 Perubahan dalam ada keluhan dan
nafsu makan dan tindakan nyeri tidak
minum berhasil
Faktor yang berhubungan :  Monitor
Agen injuri (biologi, kimia, penerimaan pasien
fisik, psikologis) tentang manajemen
nyeri

Analgesic
Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat
alergi
 Pilih analgesik
yang diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute
pemberian secara IV,
IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi
efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
(efek samping)
D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan mewujudkan dari rencana
tindakan, meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. Pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan yang telah desusun dengan melihat situasi dan
kondisi pasien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terkhir dari proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan
proses ini bertanggung jawab terus menerus yang diarahkan pada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
BAB IV
ANALISIS JURNAL

A. ANALISIS JURNAL 1
“Interventions for paracetamol (acetaminophen) overdose”
1. Populasi dan sampel
Pasien yang mengalami keracunan obat paracetamol. Metaanalisis dalam 11
penelitian acak dengan jumlah sampel 700 peserta yang tersebar dari
berbagai daerah di Eropa. Diambil dari The Cochrane Hepato-Biliary Group
Controlled Trials Register (Januari 2017), CENTRAL (2016, Edisi 11),
MEDLINE (1946 hingga Januari 2017), Embase (1974 hingga Januari 2017),
dan Science Citation Index Expanded (1900 hingga Januari 2017). Platform
Pendaftaran Uji Coba Klinis Internasional World Health Organization dan
ClinicalTrials.gov database (US National Institute of Health (Institut
Kesehatan Nasional AS) untuk semua uji coba yang sedang berlangsung atau
telah selesai (Januari 2017).
2. Intervention
Intervensi yang dilakuan dengan bilas lambung, ipecacuanha, arang aktif,
berbagai obat ekstrakorporal, dan antidot (methionine, cysteamine,
dimercaprol, acetylcysteine).
3. Comparison
Intervensi dibandingkan dengan plasebo, tanpa intervensi, atau satu sama lain
dalam jumlah dosis rejimen yang berbeda.
4. Outcome
Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa :
a. Penggunaan arang aktif yang memiliki dampak risiko paling minimum
dibandingkan antara bilas lambung, ipecacuanha, atau pengobatan
suportif jika diberikan dalam waktu empat jam setelah proses menelan.
b. Tidak ada perbedaan signifikan antara lavage lambung dan ipecacuanha,
tetapi lavage lambung dan ipecacuanha menunjukkan hasil lebih efektif
dibandingkan tanpa terapi.
c. Penggunaan asetilsistein menunjukkan hasil lebih efektif dari plasebo
dan memiliki efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
dimercaprol atau cysteamine.
d. Bukti dari percobaan menunjukkan arang aktif merupakan pilihan
terbaik untuk mengurangi penyerapan parasetamol.
e. Hasil dari studi observasional ini menunjukkan bahwa pengobatan
dengan asetilsistein menghasilkan penurunan morbiditas dan kematian.
5. Time
Hasil penelitian dilakukan kurun waktu 1974 sampai dengan januari 2017
B. ANALISIS JURNAL 2
Activated charcoal for acute overdose: a reappraisal
1. Populasi dan sampel
a. Studi invitro pada binatang
b. Sejumlah orang yang bersedia menjadi relawan
c. Pasien yang mengalami keracunan obat dalam berbagai studi penelitian
2. Intervention
Sejumlah hewan pengerat diberikan senyawa beracun seperti sianida
3. Comparison
Tidak ada pembanding
4. Outcome
a. Hasil penelitian in vitro tidak bisa sebagai acuan karena objeknya adalah
binatang.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemberian arang aktif dapat
mengurangi proses absorpsi sebanyak 74%.
c. Dari berbagai studi yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa pada pasien
dengan overdosis akut, Single Dose Actived Charcoal (SDAC) tetap
menjadi pilihan terapeutik, dan studi menunjukan dapat mengurangi
penyerapan obat sistemik bila diberikan segera setelah kondisi overdosis.
Meski umumnya ditoleransi dengan baik, SDAC jarang dikaitkan dengan
terjadinya komplikasi
5. Time
Penelitian sampai kurun waktu September 2015
C. ANALISIS JURNAL 3
Actived charcoal alone or after gastric lavage: a simulated large
paracetamol intoxication.

1. Populasi dan Sampel


Sejumlah 12 sukarelawan yang diberikan paracetamol 50mg/kg.
2. Intervention
Memberikan arang aktif setelah 1 jam pemberian obat paracetamol
3. Comparison
Kombinasi bilas lambung dan pemberian arang aktif 1 jam dan 2 jam setelah
pemberian obat
4. Outcome
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi bilas lambung dan pemberian
arang aktif tidak menunjukkan hasil yang signifikan dibandingkan pemberian
arang aktif saja. Pemberian arang aktif yang diberikan 1 jam lebih efektif
daripada yang diberikan setelah 2 jam.
5. Time
Peneliti tidak mencamtumkan waktu penelitiannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intoksifikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racum yang
masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti
paru-paru, hati, ginjal danlainnya.

B. Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keprawatan Gadar pada
Pasien Intoksikasi merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang dimiliki
oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta
berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini akan
mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai
bagian daroi tenaga medis yang memberikan pelayan asuhan keperawatan
secarakomprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

A. B Christophersen, D. Levin, L. C. G. Hoegberg, H. R. Angelo, J. P. Kampmann.


(2001). Activated charcoal alone or after gastric lavage; a simulate large
paracetamol intoxication. Blackwell Science.
Chiew AL, Gluud C, Brok J, Buckley NA. (2018). Interventions for paracetamol
(acetaminophen) overdose”. Cochrane Library.
Juurlink, D. N. (2015). Activated charcoal, gastrointestinal decontamination, overdose,
poisoning. British Journal of Clinical Pharmacology.
TIM PUSBANKES 118 - PERSI DIY. (2017). Modul Pelatihan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD)/Basic Trauma Life Support (BTCLS).
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai