PENDAHULUAN
panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja
aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada
keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering
adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat
membrane disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana
1
2
antenatal steroid dan postnatal surfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di
USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup periode 2002-1987. Sedangkan jaman
modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1%.Di negara
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi
dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan
Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat
Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan
menurun sejak digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini
diperkenalkan pertama kali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor
dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
pernapasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Pengertian
ketidakmaturan paru dengan pernafasan yang kecil dan sulit mengembang dan
tidak menyisakan udara di antara usaha nafas. HMD merupakan keadaan akut
yang terutama ditemukan pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir.
HMD sendiri lebih sering terjadi pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32
minggu, yang mempunyai berat dibawah 1500 gram atau Berat Bayi Lahir
imatur pada sistem pernafasan sehingga terjadi defisiensi atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan pada paru yang mengakibatkan keadaan hipoksia dan cedera
paru yang terjadi akibat atelektasis primer yang luas. (A nur, Risa Etika dkk,
2005).
.2 Penyebab
cukup pada paru yang matur. Fungsi surfaktan sendiri adalah untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur
4
5
kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul
Asfiksia Perinatal
Maternal diabetes
Semakin prematur bayi maka akan semakin imatur sistem pernafasaanya sehingga
.3 Manifestasi Klinis
Grunting
Sianosis
Berdasarkan foto thorax, kriteria RDS / HMD menurut Bomsel ada 4 stadium;
Stadium I :
Stadium II :
Stadium III :
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapang paru terlihat
lebih opaque dan bayangan jantung hampir tidak terlihat dan airbronchogram
Stadium IV
Seluruh thorax sangat opaque ( white lung) sehingga jantung tidak dapat
dilihat.
.4 Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor
sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir exspirasi dan mampu menahan sisa udara
fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari
Surfaktan dihasilkan oleh sel alveoler type II dan terdiri dari dipalmitil
90% fosfolipidda dan 10% protein). Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin
yang mulai dibentuk pada umur kehamilan 22-24 minggu dan berjumlah cukup
serta berfungsi normal pada usia kehamilan setelah 35 minggu. Jumlah surfaktan
akan meningkat oleh pengaruh hormon tiroid, dan RDS / HMD sering di jumpai
serta lebih buruk pada bayi dengan kadar hormon tiroid plasma yang rendah
dibandingkan pada bayi dengan kadar hormon tiroid yang normal. Proses
fetal dan maternal , serta jaringan parunya kaya akan reseptor glukokortikoid.
Secara makroskopik paru paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan
seperti hati. Oleh sebab itu paru paru membutuhkan tekanan pembukaan yang
terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan menimbulkan berbagai
gangguan :
Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveoli dan terbentuknya fibrin
dan selanjutnya fibrin bersama sama dengan jaringan epitel yang nekrotik
Tanpa surfaktan janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang. Oleh
karena itu perlu usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap
intrathorax yang lebih besar disertai usaha inspirasi yang kuat. Akibatnya setiap
kali bernafas menjadi sukar seperti saat pertama kali bernafas (saat kelahiran).
energi daripada yang ia terima, dan hal ini menyebabkan bayi menjadi kelelahan.
Hambatan
pembentu
kan Atelektasis
substansi
surfaktan
Penurunan
aliran Hipoksia
darah paru
Transudasi Asidosis
2.5 Pathway
Prematuritas Dengan Paru Paru Yang
Imatur
Asfiksia Perinatal
Bayi Prematur Dengan Seksio Sesaria
Maternal Diabetes
X X
10
X X
2.6 Komplikasi
invasif pemasangan jarum vena (plebhitis), kateter, dan alat alat bantu
pernafasan.
11
BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada
gestasi.
pemeriksaan:
2. Uji radiologis (serial cest X-Ray untuk melihat densitas atelektasis dan
2.8 Penatalaksanaan
agar bayi mampu melanjutkan perkembangan paru dan organ lain, sehingga
cairan paru.
3. Fenobarbital
derivat dari sumber alami misalnya manusia (dari cairan amnion, atau
paru sapi, dan juga bisa berbentuk artifisial / buatan). Surfaktan ini
7. Pemberian oksigen
diikuti pemantauan pemantauan yang tepat, sebab oksigen ibarat dua sisi
mata pisau bisa memberikan efek terapi dan juga bisa memberikan efek
telah disingkirkan.
14
perhatian terhadap dimana dan dalam posisi apa bayi ditempatkan dan
Mencegah hipotermia
4. Pertimbangan Keperawatan
mungkin.
hipoksemia.
16
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong,
2008).
2.9.1 Pengkajian
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995).
17
a. Apgar Score
penilaian 7-10 (baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3
(asfiksia berat) dan diulang setiap 5 meint hingga bayi dalam keadaan
stabil.
Tanda 0 1 2
Frekwensi jantung Tidak ada < 100 > 100
Usaha bernapas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan atif
fleksi sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna kulit Seluruh tubuh Tubuh kemeraha, Seluruh tubuh
oligohidramnion
18
c. Pemeriksaan Plasenta
dalam tali pusat seperti adanya vena dan arteri, adanya tali simpul atau
tidak.
e. Pengkajian Fisik
1. Aktifitas/istirahat
2. Sirkulasi
normal (120 – 160 detik per menit). Murmur jantung yang dapat
3. Pernapasan
4. Neurosensori
pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus otot dapat
5. Makanan/cairan
lingkar kepala
jaringan subkutan
6. Genitounaria
hidrasi)
7. Keamanan
Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar pada
8. Seksualitas
Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak
pada skrotum.
9. Suhu tubuh
10. Pengkajian kulit
dengan kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat
terkelupas, dll.
tipe pompa infuse dan kecepatan aliran; tipe kateter atau jarum;
11. Pengkajian Psikologis
sembuh.
12. Pemeriksaan Refleks
sedikit dorsofleksi
disentuhkan ke permukaan
lidah
belum sempurna.
13. Pemeriksaan Diagnostik
komplikasi
tidak efektif
kelembaban kulit.
ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat
indikasi
4. Monitor terapi O2 dan
observasi tanda
keracunan O2
Manajemen Jalan Nafas:
1. Bersihkan saluran nafas
dan pastikan airway
paten
2. Monitor perilaku dan
status mental pasien,
kelemahan , agitasi dan
konfusi
3. Posisikan klien dgn
elevasi tempat tidur
4. Bila klien mengalami
unilateral penyakit paru,
berikan posisi semi
fowlers dengan posisi
lateral 10-15 derajat/
sesuai toleransi
5. Monitor efek sedasi dan
analgetik pada pola
nafas klien
Manajemen Asam Basa :
1. Kelola pemeriksaan
laboratorium
2. Monitor nilai AGD dan
saturasi oksigen dalam
batas normal
2 Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas :
Efektif tindakan keperawatan 1. Bebaskan jalan nafas
Batasan selama …..x 24 jam dengan posisi leher
Karakteristik : diharapkan pola nafas ektensi jika
1. Bernafas efektif denga kriteria memungkinkan
menggunakan hasil : 2. Posisikan klien untuk
otot pernafasan memaksimalkan
tambahan Status Respirasi ventilasi dan
2. Dispnea Ventilasi : mengurangi dispnea
3. Nafas pendek 1. Pernapasan pasien 3. Auskultasi suara nafas
4. Pernafasan rata- 30-60X/menit. 4. Monitor respirasi dan
rata < 25 atau > 2. Pengembangan dada status oksigen
26
pernafasan
5. Monitor intake dan
output
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. SKENARIO KLINIS
Seorang dokter spesialis anak di rumah sakit menemukan banyak kasus
kelahiran bayi-bayi premature dibawah 35 minggu dengan ibu tanpa terapi
kosrtikosteroid sebelum melahirkan. Hasilnya ditemukan beberapa bayi dengan
gambaran baby gram Hialin Membran Disease (Hialin Membran disease). Pada
beberapa bayi dengan down score 2-4 diberikan terapi oksigen NCPAP,
sedangkan bayi dengan down score 6-8 diberikan terapi oksigen ventilator
mekanik melalui endotracheal tube (ett). Pada semua bayi diberikan terapi
surfaktan via INSURE baik bayi yang sebelumnya menggunakan NCPAP
maupun yang sudah menggunakan ett. Hasilnya ada beberapa bayi yang
sebelumnya dengan NCPAP setelah dilakukan INSURE mengalami oedem
laring, maupun membutuhkan waktu weaning ventilator mekanik untuk
dilakukan ekstubasi. Sehingga kemudian dokter tersebut mencari literature
tentang pemberian surfaktan dengan metode LISA untuk mengurangi dampak
pada pasien dengan NCPAP. Dokter tersebut berpikir bagaimana perbandingan
metode LISA dan metode INSURE pada pemberian terapi surfaktan pada bayi
yang terpasang NCPAP.
2. PERTANYAAN KLINIS
Bagaimana perbandingan kebutuhan ventilator mekanik antara metode LISA
(less invasive surfactant administration) dan metode konvensional INSURE
(Intubation Surfactant administration and Extubation) dalam pernapasan
spontan bayi prematur dengan sindrom gangguan pernapasan (RDS)?
3. ANALISIS PICOT
4. STRATEGI SEARCHING
Dilakukan pencarian literatur dengan mesin pencari jurnal ilmiah pubmed
dengan kata kunci: Less invasive surfactant administration (LISA), Respiratory
distress syndrome (RDS), Non-invasive ventilation, Intubation surfactant
administration and extubation (INSURE), Surfactant
6. CRITICAL APPRAISAL
Alia Halim, HaiderShirazi, Sadia Riaz, SyedaShireen Gul and Wahid Ali
ABSTRAK
Hasil: Terdapat 28 (56%) bayi laki-laki pada kelompok LISA dan 31 (62%) pada
kelompok INSURE. Berat lahir rata-rata 1300 gram (IQR 600) pada kelompok
LISA, sedangkan 1400 gram (IQR 400) pada kelompok INSURE. Tingkat C-
section adalah 52% (n=26) LISA dan 48% (n=24) pada INSURE. Pemberian
steroids prenatal diberikan kepada 38 pasien (76%) pada LISA dan 30 pasien pada
INSURE grup (60%). Pasien dengan LISA secara signifikan kurang
membutuhkan ventilasi mekanik dengan p-value < 0,05 {30%(n=15) vs 60%(n-
30)}. Durasi rata-rata dari ventilasi mekanik adalah 40 jam (IDR 75) pada LISA
dan 71 jam (IQR 62) pada INSURE. Demikian pula rata-rata pengurangan Fi02
adalah 30 (IQR 30) pada kelompok LISA dan 25 (IQR 10) pada kelompok
INSURE, dengan p-value <0,05. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada
kematian, lama perawatan dan komplikasi.
36
A. Apakah hasil penelitian tunggal ini valid? (Are the result of this individual
study valid?)
1. Apakah alokasi pasien terhadap terapi pada penelitian ini dilakukan
secara acak? (Was the assignment of the patients to treatment
randomized?)
Ya, pada penelitian ini terbagi nomer seri dari 1-100 dan dibagi secara acak
menjadi dua kelompok
Apakah daftar randomisasi ini disembunyikan? (Was the randomisation
list concealed?)
Randomisasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara terbaik yaitu
menggunakan sistem randomisasi berbasis web (www.randomizer.org).
Subjek yang mendapat perlakuan berdasarkan nomor pendaftaran. Semua
bayi preterm yang lahir dengan nafas spontan di MCH Center, PIMS dengan
usia kehamilan <34 minggu, yang mengalami RDS. Tidak dijelaskan pula
apakah hasil (daftar) randomisasi tersebut disembunyikan dari pasien atau
peneliti.
Page 227: Serial numbers from 1-100 were randomized divided into two
groups using a web-based randomization tool (www.randomizer.org).
Subjects were assigned thetreatment group in order of their enrolment
number. Allthe spontaneously breathing preterm neonates born inMCH
(Mother and Child Health) Center, PIMS at <34weeks of gestation, who
developed RDS, were included in the study.
Pemantau juga dilakukan 6-7 hari setelah pemberian terapi surfaktan untuk
membandingkan lama perawatan.
Page 228: The duration of hospital stay showed a similar trend in both
groups with median hospital stay of 7 days(IQR 5)in LISA group and 6
days(IQR 4) in INSURE group.
Screened
n=1188
Excluded: n=1045
Tidak dijelaskan jenis
diagnose bayi atau alasan
sebagai kriteria inklusi
Eligible for study entry
n =143
Excluded: n=43
Bayi preterm <34 minggu
yang tidak bernafas
spontan
Randomized
n = 100
Evaluasi Evaluasi
C. Apakah hasil penelitian tunggal ini dapat diterapkan pada pasien kita?
(Are the results of this individual study applicable to our patient?)
1. Apakah pasien kita berbeda dengan pasien pada penelitian ini sehingga
hasil penelitian ini tidak dapat diterapkan pada pasien kita?(Is our
patient so different from those in the study that its results can not apply?)
Tidak. Pasien yang kita temui sehari-hari tidak berbeda dengan pasien pada
penelitian ini, yaitu yang memiliki kriteria inklusi: bayi preterm dengan
umur kehamilan 28 minggu-34 minggu, dengan berat badan lahir rata-rata
1300 gr-1400gr dan gambaran baby gram RDS.
2. Apakah terapi dapat dilakukan ditempat kita? (Is the treatment feasible
in our setting?)
Ya. Terapi surfaktan telah dapat dilakukan di Rumah Sakit di Indonesia.
3. Apakah potensi keuntungan dan kerugian dari terapi pada pasien kita?
(What are our patient’s potential benefits and harms from the therapy?)
Potensi keuntungan terapi:
Terapi surfaktan dapat membantu paru-paru bayi preterm dengan Neonatus
RDS, untuk mencegah atelektasis. Keuntungan penggunaan metode LISA
yaitu minimal invasive, dan minimal efek samping.
41
Disusun Oleh:
Maisye Nur A P27220020254 Najma Nuzul A P27220020261
Mawaddah P27220020255 Nova Rima I P27220020262
Mila Yuli A P27220020256 Nurjanah E. P P27220020263
M. Adib S P27220020257 Prajatiya H P27220020264
M. Ghulam A P27220020258 Putri Eriandi P27220020265
Mutia Khusna F P27220020259 Putri Rahayu P27220020266
Nadya Farinyna S P27220020260 Qothrunnadaa P27220020267
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia
serta hidayah-Nya Tim Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang ikhlas bersedia
meluangkan waktunya untuk membantu Penulis. Maka pada kesempatan ini
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
pengajar Keperawatan Kritis dan semua pihak yang telah ikut membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi Penulis,
pihak-pihak yang telah membantu dan kepada siapa saja yang ingin
memanfaatkannya sebagai referensi keilmuanya. Amiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
Bab II. Pembahasan
2.1. Pengertian
2.2. Penyebab
2.3. Manifestasi Klinis
2.4. Patofisiologi
2.5. Pathway
2.6. Komplikasi
2.7. Pemeriksaan Diagnosis
2.8. Penatalaksanaan
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan
2.10. Analisis Jurnal
Bab III. Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka