Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)


Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Maternitas
Yang dibimbing oleh IbuSri Lestari DA, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun oleh
Andi Safutra Suraya (20210109345)
Armelia Nova Mawarsih (20210109263)
Fina Trihastuti (20210109499)
Nurjanah Estu Pamungkas (20210109294)
Virchanisa Sahra Afifah (20210109141)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makaah tentang Makalah
Asuhan Keperawatan Maternitas Penyakit Menular Seksual (PMS) sesuai
dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang ada.
Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang mengajar mata kuliah
Keperawatan Maternitas yang memberikan pengajaran dan arahan dalam
penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah
ikut berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 31 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Manfaat ................................................................................................2
D. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Penyakit Menular Seksual....................................................................3
B. Akibat Oleh PMS..................................................................................11
C. Metode Penularan PMS........................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PMS..........................................16
BAB IV PENUTUP...............................................................................................27
A. Kesimpulan...........................................................................................27
B. Saran.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman individu dan masyarakat dalam mengerti PMS sangat minim.
Padahal di zaman yang berkembang ini sudah cukup banyak perantara untuk
menyampaikan informasi secara berkala dan meluas. Bagi individu-individu yang
mengetahui dampak ataupun pehaman PMS secara menyeluruh pun tidak
memperhatikan lagi konsekuensinya. Mereka cenderung acuh tak acuh dan selalu
merasa menyesal saat penyakit itu telah becongkol dalam tubuhnya.
Banyaknya mahasiswa yang ada di Papua ini, dengan jumlahyang
fantastis tidak jarang dari mereka berasal dari luar kota dan mendiami kota
jayapura dengan tinggal di rumah kamar sewa, rumah kamar sewa yang ada di
jayapura ini tidak jarang kurang memberi peraturan jam malam dan jam
berkunjung, sehingga banyak warga rumah kamar sewa yang memasukkan tamu
mereka dalam kamar secara langsung. Mahasiswa yang kurang memahami
pentignya menajga diri dan tata krama cenderung akan memasukkan teman yang
lawan jenis sehingga tidak menutup kemungkina terjadi hal-hal yang tidak kita
inginkan.
Dalam makalah ini kami harap kami dapat memberi sedikit pembukaan
pengetahuan yang lebih dalam tentang pentingnya tidak melakukan seks bebas,
keprihatinan kami pada kalangan mahasisiwa yang merupakan kaum terpelajar
namun tidak sedikit pula yang tidak menggubris adanya penyakit ini dan
kebayakan pula dari mereka dengan sukarala melakukan seks (oral) yang
menurut mereka seks aman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu PMS?
2. Bagaimana penularan PMS?
3. Apa saja jenis-jenis PMS?
4. Bagaimana pencegahan PMS?
5. Asuhan Keperawatan Sifilis?

1
2

C. Manfaat
Secara kasat mata kita dapat memahami manfaat dari pembelajaran materi
ini yaitu menambah wawasan agar kita lebih bisa menjaga diri dengan baik agar
terhindar dari PMS, dan sebagai mahasiswa yang lebih mengetahui tetang PMS
ini hendaknya kita dapat membantu kaum masyrakat yang belum mengetahui
tentang informasi PMS tersebut.

D. Tujuan
Terdapat dua tujauan dalam pembuatan makalah ini, yaitu tujuan khusus dan
tujuan umum.
1. Tujuan khusus
- Menambah pengetahuan
- Member inforamsi agar perluasan PMS dapat di cegah denagn tambahan ilmu.
2. Tujuan umum
Sebagai kewajiaban untuk melengkapai dan menjalankan tugas dari ibu dosen
mikrobiologi dan parasitologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)


Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksualitas. PMS akan lebih beresiko jika Anda melakukan hubungan
seksual denganberganti-ganti pasangan baik melalui alat kelamin, oral maupun
anal. Bila tidak ditangani secara tepat, infeksi pada alat reproduksi ini dapat
menjalar dan menyebabkan sakit berkepanjangan, kemandulan, bahkan kematian.
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the
Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS
dilaporkan pertahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta
kasusbaru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah
diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi
lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah
PMS yangdisebabkan oleh virus, belum dapat disembuhkan. Beberapa dari
infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan
dapatmematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan
bahkangonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian.
Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang
Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga,
pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk
dilakukan.
Penting untuk diperhatikanbahwa kontak seksual tidak hanya hubungan
seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputiciuman, kontak oral-
genital, dan pemakaian “mainan seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada
kontak seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-
satunya yang betul-betul “seks aman” adalah abstinensia. Hubungan seks dalam
konteks hubungan monogamy di mana kedua individu bebas dari IMS juga

3
4

dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas


yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular
lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak
seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan
terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit
seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam mencegah herpes,
trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap penularan
HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin.
Beberapa penyakit menular seksual:
1. Gonorea/kencing nanah
2. Sifilis/raja singa
3. Trikonomiasis
4. Ulkus Mole (Chancroid)
5. Klamidia
6. HIV-AIDS
7. Herpes
8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
9. Hepatitis B (HBV)

1. Gonorea/kencing nanah
Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)
Cara penularan : Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala : Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika
gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10
hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari
penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat
buang air kecil. Penyakit ini bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan
persendian.
Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun
tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum
pengobatan dilakukan.
5

Penanganan :
1. Pada masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV
dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin
+ Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis
tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
2. Masa nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram
dosistunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5
kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b)
Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam
klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis
tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan
seksual .
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan
menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.

Komplikasi terhadap orang yangterinfeksi:


1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada
saluran kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis,
2. Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput
lendir rahim setelah melahirkan ( post partum endometriosis ), abortus ,
cistitis (peradangan kandung kencing).
Bila gejala sudah meluas ke arah PID ( Pelvic Inflamatory Disease ) maka
sering timbul :
o Nyeri perut bagian bawah.
o Nyeri pinggang bagian bawah.
o Nyeri sewaktu hubungan seksual .
o Perdarahan melalui vagina diantara waktu siklus haid .
o Mual - mual .
o Terdapat infeksi rektum atau anus .
6

Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada


perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit
Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria.
Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore
dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis
sepsis pada bayi yang terinfkesi pada prosespersalinan. Untuk mencegah kebutaan,
semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk
pengobatan gonore.

2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)
Cara Penularan : Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks
vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau
lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan
lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak
terinfeksi.
Gejala-gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13
minggu.Setelah itu akan timbul benjolan di sekitar alat
kelamin, kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu
serta hilang sendiri tanpa diobati. Bercak kemerahan pada
tubuh juga akan muncul sekitar 6-12 minggu setelah
berhubungan seks. Seringkali penderita tidak
memperhatikan hal ini dan gejala ini akan hilang dengan
sendirinya. Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka
yang tidak terasa sakit atau “chancres” yang biasanya
muncul di daerah kelamin tetapi dapatjuga muncul di
bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan
berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya
gejala ruam kulit, demam, luka pada
7

tenggorokan,rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di


seluruh tubuh.
Pengobatan : Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun,
kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat
diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan seriuspada hati,
otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian.
Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika
terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu
masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati,
seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada
janin yang dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode
neonatus terjadi pada sekitar 25% darikasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi
dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung,
otak dan mata bayi.

3. Trikonomiasis
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling
banyak terjadi pada perempuan mudadan aktif seksual.
Diperkirakan, 5 jutakasus baru terjadi pada perempuan dan
laki-laki.
Cara Penularan : Trikomoniasis menular melalui kontak seksual.
Trichomonas vaginalis dapat bertahanhidup pada benda-
benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular
dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak,
berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa
sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan
seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri
8

vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama


sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada
saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan atau luka pada
penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus
diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis
mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar
dengan virus tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga
terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan
seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada
perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.

4. Ulkus Mole (Chancroid)


Tipe : Bakterial (Hemophilus ducreyi)
Gejala-gejala : Luka lebih dari diameter 2 cm, cekung, pinggirnya tidak
teratur, keluar nanah dan rasa nyeri; Biasanya hanya pada
salah satusisi alat kelamin. Sering (50%) disertai
pembengkakan kelenjar getah beningdi lipat paha
berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan
bernanah dan nyeri.
Komplikasi yang mungkin terjadi :
kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.

5. Klamidia
Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.
9

Gejala : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada
laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada
meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat
kencing baik pada laki-laki maupun perempuan.
Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut
bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-
laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri
pada testis.Nyeri di rongga panggul; Perdarahansetelah
hubungan seksual.
Pengobatan : Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun
pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan
yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit
Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan
ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati,
klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradanganpada testis
(tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan
kemandulan. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi
HIV jika terpapar virus tersebut. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin
dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi matapada
bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses
persalinan.

6. Herpes
Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex virus )
Cara Penularan : Herpes menyebarmelalui kontak seksual antar kulit dengan
bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan
hubungan seks vaginal, anal atau oral, Juga melalui
seperti : alat-alat tidur , pakaian, handuk, dll, secara
bergantia. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes
Simplex Tipe
10

1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual


dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1
dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat
menyebabkan infeksi alat kelamin. Saat ini dikenal dua
macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks.
Kedua herpes ini berasal darivirus yang berbeda. Herpes
zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster
tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian tubuh
kananatau kiri saja. Jenis yang kedua adalahherpes
simpleks, yang disebabkan oleh herpes simplex virus
(HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
HSV-1 yang umumnya menyerang bagian badan dari
pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes simpleks
labialis), dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke
bawah. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh
HSV-2, walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1
yang terjadi akibat adanya hubungan kelamin secara
orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut
dengan oral seks, serta penularan melalui tangan.
Gejala-gejala : Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi
rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau
daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau
luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi,
biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha,
walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain.
Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu
tetapi dapat munculkembali.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obatanti virus
biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi
(lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2.
11

8. Hepatitis B (HBV)
Tipe : Viral
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai
jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat
medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
Gejala : Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala,
nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan
diare. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di
hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit
menguning dan mata pucat.
Pengobatan : Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan
sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi
terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang
menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan. Konsekuensi
yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat
menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang
terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya
penyakit hati dan kanker hati. Mereka juga dapat menularkan virus tersebut.
Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan
divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi
kronis.

B. AKIBAT YANG DISEBABKAN OLEH PMS:


o Kemandulan pada pria maupun wanita yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi pada alat kelamin bagian dalam seperti gonore, klamidia.
o Menyebabkan kematian, seperti: sifilis, hepatitis B/C, dan AIDS
o Menyebabkan penyakit kanker (kanker leher rahim) dan penyakit yang selalu
kambuh, seperrti: herpes genitalis, kondiloma akuminata (jengger ayam)
12

o Khusus pada wanita hamil yang mengidap IMS tertentu bisa menularkan pada
bayi yang RSS Beatrice Ruth Batubara - AtomRSS Beatrice Ruth Batubara -
RSSRSS Beatrice Ruth Batubara - AtomRSS Beatrice Ruth Batubara -
Atompreviousmengakibatkan lahir cacat, lahir muda, dan lahir mati.

C. METODE PENULARAN PMS


1. Seks tanpa pelindung
Meski kondom tidak seratus persen melindungi Anda, ia tetap merupakan cara
terbaik untuk menghindarkan Anda dari infeksi. Penggunaan kondom dapat
menurunkan laju penularan PMS. Selain selibat, penggunaan kondom yang
konsisten adalah proteksi terbaik terhadap PMS.Biasakanlah memakai kondom.
2. Berganti-ganti pasangan
Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa semakin banyak
pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan Anda terekspos suatu PMS.
Apalagi, orang yang suka berganti pasangan cenderung memilihpasangan yang
suka berganti pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya
pasangan Anda.
3. Mulai aktif secara seksual pada usia dini
Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang
yang lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih
rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang
sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih
jarang pakai kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti
pasangan.
4. Pengggunaan alkohol
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang
biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan
menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai
kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan
kondom.
13

5. Penyalahgunaan obat
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah
pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilakuseksual
beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang
lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksualyang dalam keadaan sadar
tidak akandilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan
dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan
HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah
sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman.
Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih
besar. Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.
7. Hidup di masyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang
tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih
rentan terinfeksi PMS.
8. Monogami serial
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa,
tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak.
Contoh gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang
yang doyan kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya,sebab orang yang
mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki
hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan
pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif
mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua
pasangan sudahdites kesehatan reproduksi.
9. Sudah terkena suatu PMS
Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi
sering), Anda lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada
kulit yang terinfeksi dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk
14

menginfeksi. Karena Anda sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor
tertentu dalam gaya hidup Anda yang beresiko.
10. Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi
Kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka
memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar
dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom. Inibisa terjadi ketika orang
tidak ingin menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai
kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB
sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda (pil KB dan kondom) adalah
pilihan terbaik…meski tidak semua orang melakukannya.

Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada
dua, yaitu:
o Memutuskan rantai penularan infeksiPMS
o Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.

Dengan pencegahan secara tepat dan penganan secara dini PMS bisa
ditangani dengan lebih baik. Yang penting sekali diingat adalah bentuk-bentuk
gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya :
a. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
b. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
c. bengkak atau merah di sekitar lat kelamin
d. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
e. buang air kecil lebih sering dari biasanya
f. demam, lemah, kulit menguning danrasa nyeri sekujur tubuh
g. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
h. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
i. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll
Bila merasakan gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya perlu diwaspadai
kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman PMS. Pencegahan yang bisa
dilakukan antara lain :
15

o tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti pasangan· menggunakan


kondom setiap hubungan seks
o menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya
o kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril Yang
lebih penting dari semua itu adalah menjaga nilai-nilai moral, agama, nilai etika
dan norma kehidupan bermasyarakat karena dengan moral dan etika yang baik
kita akan terhindar dari gangguan atau penyakit yang akan membawa kita
dalam masalah serius.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIFILIS

Tuan S. berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genitalia dari


semenjak 2 bulan terakhir. Rasa nyeri  bertambah parah setelah  beraktivitas dan
pada saat malam hari. Tuan S juga mengeluhkan gejala-gejala flu, seperti demam
dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan. 
Tuan S. bekerja sebagai wiraswastawan dan sering bepergian ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, berpisah dengan anak dan istrinya. Tn. S kadang-
kadang memenuhi kebutuhan seksnya dengan pekerja seks komersial dan tidak
suka menggunakan kondom karena tidak nyaman. Tn. S juga masih tetap
melakukan hubungan seksual dengan istrinya apabila pulang. 
Tn. S merasa cemas kalau dirinya mungkin  mengidap penyakit sifilis dan
sebelumnya juga pernah menderita infeksi pada genitalia.  Tn. S mengakui tidak
teratur minum obat karena lupa.  Tn. S juga khawatir menularkan penyakitnya
kepada istrinya, serta merasa sangat bersalah.
Pemeriksaan tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N = 88x/menit, RR =
22x/menit, suhu = 38o C. Pada pemeriksaan genitalia, pada daerah genitalia
keadaannya tidak bersih terdapat luka kemerahan dan terdapat bintik bintik di
daerah inguinal dan ditemukan adanya ulkus kemerahan pada  penis.

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut
a. Anamnesa
1) Tanyakan kepada klien sejak kapan mengeluh nyeri
2) Bagaimana dan berupa apa saja kelainan pada awalnya dan apakah
menyebar/menetap
3) Apakah ada sensasi panas, gatal serta cairan yang menyertai
4) Obat apa saja yang telah dipakai dan bagaimana pengaruh obat
tersebut apakah membaik, memburuk, atau menetap

16
17

5) Apakah klien mengeluh adanya nyeri pada tulang, nyeri pada kepala,
mengeluh kesemutan, mati rasa (sebagai tanda kerusakan neorologis)
6) Tanyakan social ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga, gaya
hidup dan penyakit keluarga/individu sekitarnya
7) Bagaimana aktivitas seksual (pernah/sering melakukan seks beresiko
missal berganti-ganti pasangan, oral/anal seks, homo seksual,
melakukan dengan PSK)
8) Apakah ada tanda-tanda kelainan pada alat kelamin pasangan seperti
kemerahan, muncul benjolan, dan vesikel
9) Bagaimana dengan urin klien apakah bercampur darah, urin tidak
lancar, nyeri saat berkemih
10) Apa disertai dengan febris, anoreksia
11) Pada sifilis kongietal selain anamnesa diatas, perlu ditanya orang tua
apakah pernah keluar secret bercampur darah dari hidung, perforasi
palatum durum, gangguan pengelihatan dan pendengaran, gangguan
berjalan, serta keterlambatan tumbuh kembang.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Adanya eritema dan papula, macula, postula, vesikula dan ulkus
b) Timbulnya lesi pada alat kelamin ekstra genital, bibir, lidah,
tonsil, jari dan anus
c) Kelainan selaput lender dan limfa denitis
d) Kelainan pada mata dan telinga
e) Kelainan pada tulang dan gaya berjalan
2) Palpasi
Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan
3) Auskultasi
Perubahan suara pada paru-paru, jantung dan system pencernaan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya peningkatan suhu tubuh (lebih
dari 37,2 drajat celcius) kulit teraba hangat
18

b. Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d laporan nyeri secara verbal, sikap
melindungi area nyeri, wajah tampak meringis, klien tampak gelisah.
c. Kerusaka integritas kulit b/d peradangan pada lapisan kulit d/d adanya
tanda elfloresensi
d. Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon non verbal terhadap
perubahan actual pada tubuh ( bentuk/ struktur dan fungsi perasaan
negative terhadap tubuh)
e. Kurang pengetahuan b/d ketidakmampuan mengenal pemyakit d/d
pengungkapan secara verbal ketidaktahuan penyakit permintaan informasi
f. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d respon nyeri
g. Risiko tinggi cidera b/d disfungsi sensorik
h. Risiko keterlambatan tumbuh kembang b/d infeksi kongietal
19

3. Rencana Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau suhu 1. Suhu diatas 37,2
keperawatan diharapkan suhu tubuh pasien drajat celcius
dalam rentang normal, dengan 2. Berikan menunjukkan proses
kriteria hasil: kompres infeksius
 Suhu tubuh normal (36,5-37,2 hangat 2. Membantu
drajat celcius) 3. Anjurkan mengurangi demam
 Akral teraba hangat, tidak pasien untuk 3. Untuk mengganti
kemerahan banyak cairan tubuh yang
 Turgor kulit elastic minum hilang

 Mukosa bibir lembab 4. Anjurkan 4. Memberikan rasa


pasien untuk nyaman dan pakaian
menggunakan tipis mudah
pakaian yang menyerap keringat
tipis dan dan tidak
mudah merangsang
menyerap peningkatan suhu
keringat tubuh
5. Kolaborasi 5. Pemberian cairan
dalam sangat penting bagi
pemberian pasien dengan suhu
cairan tubuh yang tinggi
intravena 6. Antipiretik untuk
6. Kolaborasi menurunkan panas
dengan tim tubuh pasien
medis dalam
pemberian
antipiretik
20

2 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji TTV 1. TTV dapat


keperawatan diharapkan nyeri 2. Kaji keluhan menunjukkan tingkat
berkurang/ hilang dengan criteria lokasi, perkembangan
hasil: intensitas, pasien
 Pasien tidak mengeluh nyeri frekuensi dan 2. Mengindikasikan
 Skala nyeri 0-4 waktu kebutuhan untuk

 Pasien tidak gelisah terjadinya intervensi dan tanda-


nyeri tanda perkembangan
3. Dorong atau resolusi
ekspresi, komplikasi
perasaan 3. Pernyataan
tentang nyeri memungkinkan
4. Ajarkan pengungkapan emosi
tehnik dan meningkatkan
relaksasi mekanisme koping
5. Jelaskan dan 4. Memfokuskan
bantu pasien kembali perhatian,
dengan meningkatkan
tindakan relaksasi dan
pereda nyeri meningkatkan rasa
nonfarmakolo control yang dapat
gi dan non menurunkan
infasif ketergantungan
6. Kolaborasi farmakologis
dengan dokter 5. Pendekatan dengan
pemberian menggunakan
analgesic relaksasi dan
sesuai indikasi nonfarmakologi
lainnya telah
menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri
21

6. Analgetik memblok
lintasan nyeri
sehingga nyeri dapat
berkurang
22

3 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji 1. Menjadi data dasar


keperawatan diharapkan integritas kerusakan untuk memberikan
kulit membaik secara optimal, kulit yang informasi intervensi
dengan criteria hasil: terjadi pada perawatan luka apa
 Pertumbuhan jaringan klien yamg akan dipakai
meningkat 2. Catat ukuran dan jenis larutan apa
 Keadaan luka membaik atau warna, yang dipakai
 Luka menutup kedalaman 2. 2. Memberikan

 Mencapai penyembuhan luka luka dan informasi dasar

tepat waktu kondisi sekitar tentang kebutuhan


luka dan petunjuk tentang
3. Lakukan sirkulasi
perawatan 3. Perawatan luka
luka dengan dengan tehnik steril
tehnik steril dapat mengurangi
4. Bersihkan kontaminasi kuman
area perianal masuk kearea luka
dengan 4. Mencegah meserasi
membersihan dan menjaga
feses dengan perianal tetap kering,
air mengalir menjaga kebersihan
5. Kolaborasi kulit serta mencegah
dengan tim komplikasi
medis dalam 5. Mengurangi tekanan
pemberian pada area yang sama
obat
antibiotikatopi
kal
23

4 Setelah dilakukanasuhan 1. Kaji tingkat 1. Memberikan data


keperawatan diharapkan pengetahuan besar untuk
terpenuhinya pengetahuan pasien pasien mengetahui tingkat
tentang kodisi penyakit, dengan 2. Lakukan pemahaman psien
criteria hasil: komunikasi tentang penyakit.
 Mengungkapkan dua arah 2. Peningkatan koping
pengertian tentang untuk positif akibat adanya
proses penyakit menggali gangguan citra
pencegahan, informasi tubuh, klien mau
perawatan tindakan tentang menerima
yang dibutuhkan persepsi diri kondisinya dan mau
dengan kemungkinan dan bersosialisasikan
komplikasi manajemen 3. Memandirikan klien
 Mengenal perubahan koping pasien dan keluarga untuk
gaya hidup/tingkah 3. Lakukan hygine yang terjaga
laku untuk mencegah simulasi daapt meminimalkan
terjadinya komplikasi personal resiko infeksi dapat
hygine dan mempercepat proses
perawatan penyembuhan
luka pada area 4. Informasi
yang terjadi dibutuhkan untuk
efloforasi meningkatkan
terutama perawatan diri,
ulkus untuk menambah
4. Beri informasi kejelasan efektivitas
pasien/orang pengobatan dan
terdekat mencegah
tentang komplikasi
perawatan 5. Merubah persepsi
pasien di dan perilaku sex
rumah sakit yang beresiko
dan dirumah menularan penyakit
24

(hygine dan
pentingnya
pengomsusian
obat sesuai
dosis) serta
komplikasi
jika
pengobatan
tidak
dilakukan.
5. Beri informasi
tentang
bahaya
perilaku sex
beresiko dan
cara
penanggulang
an/
pencegahan
serta
komplikasi
25

4. Pelaksanaan Keperawatan
No Tanggal dan Waktu Tindakan Paraf
1 12 februari 2014 1. Memantau suhu pasien
09:00 WIB 2. Memberikan kompres
dingin
3. Memberikan minum 1500-
2000 cc
4. Memberikan cairan
intravena
5. Memberikan obat
antipiretik.
Paracetamol 500 mg
2. 12 februari 2014 1. Mengkaji TTV
10:00 WIB 2. Mengajarkan tehnik
relaksasi dengan
mengajarkan tehnik nafas
dalam
3. Member obat analgesic
asam mefenamat 500mg
3. 12 februari 2014 1. Mengkaji kerusakan kulit
11:00 WIB 2. Melakukan tindakan
perawatan luka
3. Memberikan obat
antibiotikoptikal amoxcilin
200mg
4 12 februari 2014 1. Memberikan Penkes
12:00 WIB tentang penyakit yang
dialami pasien
26

5. Evaluasi
Dx.I suhu tubuh normal (36-37 drajat celcius), kulit tidak panas, tidak
kemerahan, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab
Dx II, pasien tidak mengeluh nyeri, skala nyeri 0-1, pasien tidak gelisah
Dx III pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, luka
menutup, pencapai penyembuhan luka tepat waktu
Dx IV mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, pencegahan,
perawatan tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi.
Mengenal perubahan gaya hidup dari tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual adalah infeksi apapun yang terutama didapat
melalui kontak seksual. PMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya,
yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh meliputi virus, mikoplasma, bakteri,
jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kesil. Sebagian organisme yang terlibat
hanya ditemukan di saluran genital (reproduksi) saja tetapi yang lainnya juga
ditemukan di dalam organ tubuh lain. Terdapat berbagai jenis penyakit menular
seksual. Namun, yang paling umum dan paling penting untuk diperhatikan
adalah penyakit gonore, klamidia, herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, dan
HIV/AIDS. Gejala yang dialami dapat asymtomatic maupun symtomatic.

4.2 Saran
Sebagai seorang perawat sebaiknya kita mengetahui asuhan keperawatan
pada klien dengan Penyakit Menular Seksual (PMS) secara jelas agar dapat
menunjang keahlian perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan, mampu
menegakkan diagnosis dan intervensi secara cepat dan tepat, sehingga dapat
memperpendek masa patologis penyakit pada tubuh klien. Selain itu dalam
rangka mencegah penyebarluasan penyakit seksual maka perlu meningkatkan
upaya promotif dengan cara melakukan penyuluhan tentang penyakit menular
seksual sehingga masyarakat lebih bisa waspada dan perlu juga untuk melakukan
pengendalian terhadap semakin banyaknya kegiatan seks bebas. Peran seorang
perawat dan tenaga medis lainnya sangat penting dalam melakukan
penanggulangan penyakit menular seksual yang sangat berbahaya dengan
memberikan pendidikan kesehata (Health Education) kepada masyarakat terkait
bahaya dan upaya pencegahan penyakit menular seksual.

27
DAFTAR PUSTAKA

Adam,dr.H.A.M. 2012. Bahan Ajar Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Sistem
Urogenitalia. Makassar: FK Universitas Hasanuddin
Ayu C M,Ida,Bagus G M,Ida.2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi
2. Jakarta: EGC
Benson,Ralph C,Pernoll,Martin L.2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC
Cahyono,Suharjo B.2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern.Yogyakarta: kanisius
Cotran,Robbins. 2009.Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Edisi 7.Jakarta: EGC
Gonore pada wanita. http://gonore.org/gonore-pada-wanita/. Diakses pada tanggal 9
September 2014 pukul 18.40 WIB
Heffner, Linda J. & Danny J. Schust. 2005. At a Glance SISTEM REPRODUKSI
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series
Mandal, Wilkins, Dunbar, Mayon-White. 2008. Lecture Notes Penyakit Infeksi, Edisi
6. Jakarta : Erlangga
Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit
Robbins & Cotran, Ed. Jakarta : EGC
Michael, Greenberg L, Anthony Morocco, Christy Salvaggio. 2008. Teks- Atlas
Kedokteran Kedaruratan Greenberg, Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Penyakit Gonorrhea. http://penyakitgonorrhea.com/. Diakses pada tanggal 9
September 2014 pukul 20.00 WIB
Romauli,S.dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jogjakarta : PT. Nuha Medika.

iv
ANALISIS JURNAL

Judul : The Effect of a Structural Intervention for Syphilis Control Among 3597
Female Sex Workers: A Demonstration Study in South China

Population : 3597 Wanita Pekerja Seks di dua kota dari 3 provinsi di Cina Selatan

Intervention : Intervensi terdiri dari peningkatan intervensi penjangkauan skrining


sifilis berbasis komunitas dengan layanan infeksi menular seksual komprehensif di
klinik yang ditunjuk sementara kontrol dipertahankan kegiatan intervensi rutin.
Perempuan dalam kelompok kontrol menerima program penjangkauan kesehatan
rutin, meliputi : penyediaan kondom dan materi pendidikan kesehatan), sedangkan
kelompok intervensi menerima tambahan paket pencegahan struktural yang
komprehensif yang, meliputi: promosi kesehatan melalui televisi dan koran untuk
meningkatkan kesadaran dan perilaku pencarian kesehatan; skrining sifilis rutin
untuk mereka yang tidak mendapatkan skrining apa pun dalam 3 bulan sebelumnya
melalui layanan penjangkauan bulanan di rangkaian untuk menyertakan WPS di luar
kohort; dan hubungan yang diperkuat antara penjangkauan dan layanan IMS klinis
melalui layanan rujukan yang ditingkatkan.

Comparassion : Kelompok kontrol menerima program penjangkauan kesehatan


rutinsedangkan kelompok intervensi menerima tambahan paket pencegahan
struktural yang komprehensif.

Outcomes : Strategi pencegahan infeksi menular seksual dan human


immunodeficiency virus secara substansial mengurangi kejadian sifilis di kalangan
WPS, terutama di tempat-tempat tingkat rendah.

Times : -

iv

Anda mungkin juga menyukai