Disusun oleh
Andi Safutra Suraya (20210109345)
Armelia Nova Mawarsih (20210109263)
Fina Trihastuti (20210109499)
Nurjanah Estu Pamungkas (20210109294)
Virchanisa Sahra Afifah (20210109141)
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makaah tentang Makalah
Asuhan Keperawatan Maternitas Penyakit Menular Seksual (PMS) sesuai
dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang ada.
Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang mengajar mata kuliah
Keperawatan Maternitas yang memberikan pengajaran dan arahan dalam
penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah
ikut berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Manfaat ................................................................................................2
D. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Penyakit Menular Seksual....................................................................3
B. Akibat Oleh PMS..................................................................................11
C. Metode Penularan PMS........................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PMS..........................................16
BAB IV PENUTUP...............................................................................................27
A. Kesimpulan...........................................................................................27
B. Saran.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman individu dan masyarakat dalam mengerti PMS sangat minim.
Padahal di zaman yang berkembang ini sudah cukup banyak perantara untuk
menyampaikan informasi secara berkala dan meluas. Bagi individu-individu yang
mengetahui dampak ataupun pehaman PMS secara menyeluruh pun tidak
memperhatikan lagi konsekuensinya. Mereka cenderung acuh tak acuh dan selalu
merasa menyesal saat penyakit itu telah becongkol dalam tubuhnya.
Banyaknya mahasiswa yang ada di Papua ini, dengan jumlahyang
fantastis tidak jarang dari mereka berasal dari luar kota dan mendiami kota
jayapura dengan tinggal di rumah kamar sewa, rumah kamar sewa yang ada di
jayapura ini tidak jarang kurang memberi peraturan jam malam dan jam
berkunjung, sehingga banyak warga rumah kamar sewa yang memasukkan tamu
mereka dalam kamar secara langsung. Mahasiswa yang kurang memahami
pentignya menajga diri dan tata krama cenderung akan memasukkan teman yang
lawan jenis sehingga tidak menutup kemungkina terjadi hal-hal yang tidak kita
inginkan.
Dalam makalah ini kami harap kami dapat memberi sedikit pembukaan
pengetahuan yang lebih dalam tentang pentingnya tidak melakukan seks bebas,
keprihatinan kami pada kalangan mahasisiwa yang merupakan kaum terpelajar
namun tidak sedikit pula yang tidak menggubris adanya penyakit ini dan
kebayakan pula dari mereka dengan sukarala melakukan seks (oral) yang
menurut mereka seks aman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu PMS?
2. Bagaimana penularan PMS?
3. Apa saja jenis-jenis PMS?
4. Bagaimana pencegahan PMS?
5. Asuhan Keperawatan Sifilis?
1
2
C. Manfaat
Secara kasat mata kita dapat memahami manfaat dari pembelajaran materi
ini yaitu menambah wawasan agar kita lebih bisa menjaga diri dengan baik agar
terhindar dari PMS, dan sebagai mahasiswa yang lebih mengetahui tetang PMS
ini hendaknya kita dapat membantu kaum masyrakat yang belum mengetahui
tentang informasi PMS tersebut.
D. Tujuan
Terdapat dua tujauan dalam pembuatan makalah ini, yaitu tujuan khusus dan
tujuan umum.
1. Tujuan khusus
- Menambah pengetahuan
- Member inforamsi agar perluasan PMS dapat di cegah denagn tambahan ilmu.
2. Tujuan umum
Sebagai kewajiaban untuk melengkapai dan menjalankan tugas dari ibu dosen
mikrobiologi dan parasitologi.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
1. Gonorea/kencing nanah
Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)
Cara penularan : Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala : Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika
gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10
hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari
penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat
buang air kecil. Penyakit ini bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan
persendian.
Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun
tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum
pengobatan dilakukan.
5
Penanganan :
1. Pada masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV
dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin
+ Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis
tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
2. Masa nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram
dosistunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5
kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b)
Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam
klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis
tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan
seksual .
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan
menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.
2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)
Cara Penularan : Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks
vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau
lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan
lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak
terinfeksi.
Gejala-gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13
minggu.Setelah itu akan timbul benjolan di sekitar alat
kelamin, kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu
serta hilang sendiri tanpa diobati. Bercak kemerahan pada
tubuh juga akan muncul sekitar 6-12 minggu setelah
berhubungan seks. Seringkali penderita tidak
memperhatikan hal ini dan gejala ini akan hilang dengan
sendirinya. Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka
yang tidak terasa sakit atau “chancres” yang biasanya
muncul di daerah kelamin tetapi dapatjuga muncul di
bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan
berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya
gejala ruam kulit, demam, luka pada
7
3. Trikonomiasis
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling
banyak terjadi pada perempuan mudadan aktif seksual.
Diperkirakan, 5 jutakasus baru terjadi pada perempuan dan
laki-laki.
Cara Penularan : Trikomoniasis menular melalui kontak seksual.
Trichomonas vaginalis dapat bertahanhidup pada benda-
benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular
dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak,
berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa
sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan
seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri
8
5. Klamidia
Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.
9
Gejala : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada
laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada
meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat
kencing baik pada laki-laki maupun perempuan.
Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut
bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-
laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri
pada testis.Nyeri di rongga panggul; Perdarahansetelah
hubungan seksual.
Pengobatan : Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun
pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan
yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit
Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan
ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati,
klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradanganpada testis
(tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan
kemandulan. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi
HIV jika terpapar virus tersebut. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin
dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi matapada
bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses
persalinan.
6. Herpes
Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex virus )
Cara Penularan : Herpes menyebarmelalui kontak seksual antar kulit dengan
bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan
hubungan seks vaginal, anal atau oral, Juga melalui
seperti : alat-alat tidur , pakaian, handuk, dll, secara
bergantia. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes
Simplex Tipe
10
8. Hepatitis B (HBV)
Tipe : Viral
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai
jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat
medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
Gejala : Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala,
nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan
diare. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di
hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit
menguning dan mata pucat.
Pengobatan : Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan
sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi
terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang
menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan. Konsekuensi
yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat
menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang
terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya
penyakit hati dan kanker hati. Mereka juga dapat menularkan virus tersebut.
Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan
divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi
kronis.
o Khusus pada wanita hamil yang mengidap IMS tertentu bisa menularkan pada
bayi yang RSS Beatrice Ruth Batubara - AtomRSS Beatrice Ruth Batubara -
RSSRSS Beatrice Ruth Batubara - AtomRSS Beatrice Ruth Batubara -
Atompreviousmengakibatkan lahir cacat, lahir muda, dan lahir mati.
5. Penyalahgunaan obat
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah
pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilakuseksual
beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang
lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksualyang dalam keadaan sadar
tidak akandilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan
dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan
HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah
sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman.
Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih
besar. Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.
7. Hidup di masyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang
tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih
rentan terinfeksi PMS.
8. Monogami serial
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa,
tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak.
Contoh gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang
yang doyan kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya,sebab orang yang
mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki
hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan
pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif
mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua
pasangan sudahdites kesehatan reproduksi.
9. Sudah terkena suatu PMS
Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi
sering), Anda lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada
kulit yang terinfeksi dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk
14
menginfeksi. Karena Anda sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor
tertentu dalam gaya hidup Anda yang beresiko.
10. Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi
Kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka
memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar
dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom. Inibisa terjadi ketika orang
tidak ingin menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai
kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB
sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda (pil KB dan kondom) adalah
pilihan terbaik…meski tidak semua orang melakukannya.
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada
dua, yaitu:
o Memutuskan rantai penularan infeksiPMS
o Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.
Dengan pencegahan secara tepat dan penganan secara dini PMS bisa
ditangani dengan lebih baik. Yang penting sekali diingat adalah bentuk-bentuk
gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya :
a. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
b. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
c. bengkak atau merah di sekitar lat kelamin
d. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
e. buang air kecil lebih sering dari biasanya
f. demam, lemah, kulit menguning danrasa nyeri sekujur tubuh
g. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
h. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
i. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll
Bila merasakan gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya perlu diwaspadai
kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman PMS. Pencegahan yang bisa
dilakukan antara lain :
15
16
17
5) Apakah klien mengeluh adanya nyeri pada tulang, nyeri pada kepala,
mengeluh kesemutan, mati rasa (sebagai tanda kerusakan neorologis)
6) Tanyakan social ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga, gaya
hidup dan penyakit keluarga/individu sekitarnya
7) Bagaimana aktivitas seksual (pernah/sering melakukan seks beresiko
missal berganti-ganti pasangan, oral/anal seks, homo seksual,
melakukan dengan PSK)
8) Apakah ada tanda-tanda kelainan pada alat kelamin pasangan seperti
kemerahan, muncul benjolan, dan vesikel
9) Bagaimana dengan urin klien apakah bercampur darah, urin tidak
lancar, nyeri saat berkemih
10) Apa disertai dengan febris, anoreksia
11) Pada sifilis kongietal selain anamnesa diatas, perlu ditanya orang tua
apakah pernah keluar secret bercampur darah dari hidung, perforasi
palatum durum, gangguan pengelihatan dan pendengaran, gangguan
berjalan, serta keterlambatan tumbuh kembang.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Adanya eritema dan papula, macula, postula, vesikula dan ulkus
b) Timbulnya lesi pada alat kelamin ekstra genital, bibir, lidah,
tonsil, jari dan anus
c) Kelainan selaput lender dan limfa denitis
d) Kelainan pada mata dan telinga
e) Kelainan pada tulang dan gaya berjalan
2) Palpasi
Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan
3) Auskultasi
Perubahan suara pada paru-paru, jantung dan system pencernaan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya peningkatan suhu tubuh (lebih
dari 37,2 drajat celcius) kulit teraba hangat
18
b. Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d laporan nyeri secara verbal, sikap
melindungi area nyeri, wajah tampak meringis, klien tampak gelisah.
c. Kerusaka integritas kulit b/d peradangan pada lapisan kulit d/d adanya
tanda elfloresensi
d. Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon non verbal terhadap
perubahan actual pada tubuh ( bentuk/ struktur dan fungsi perasaan
negative terhadap tubuh)
e. Kurang pengetahuan b/d ketidakmampuan mengenal pemyakit d/d
pengungkapan secara verbal ketidaktahuan penyakit permintaan informasi
f. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d respon nyeri
g. Risiko tinggi cidera b/d disfungsi sensorik
h. Risiko keterlambatan tumbuh kembang b/d infeksi kongietal
19
3. Rencana Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau suhu 1. Suhu diatas 37,2
keperawatan diharapkan suhu tubuh pasien drajat celcius
dalam rentang normal, dengan 2. Berikan menunjukkan proses
kriteria hasil: kompres infeksius
Suhu tubuh normal (36,5-37,2 hangat 2. Membantu
drajat celcius) 3. Anjurkan mengurangi demam
Akral teraba hangat, tidak pasien untuk 3. Untuk mengganti
kemerahan banyak cairan tubuh yang
Turgor kulit elastic minum hilang
6. Analgetik memblok
lintasan nyeri
sehingga nyeri dapat
berkurang
22
(hygine dan
pentingnya
pengomsusian
obat sesuai
dosis) serta
komplikasi
jika
pengobatan
tidak
dilakukan.
5. Beri informasi
tentang
bahaya
perilaku sex
beresiko dan
cara
penanggulang
an/
pencegahan
serta
komplikasi
25
4. Pelaksanaan Keperawatan
No Tanggal dan Waktu Tindakan Paraf
1 12 februari 2014 1. Memantau suhu pasien
09:00 WIB 2. Memberikan kompres
dingin
3. Memberikan minum 1500-
2000 cc
4. Memberikan cairan
intravena
5. Memberikan obat
antipiretik.
Paracetamol 500 mg
2. 12 februari 2014 1. Mengkaji TTV
10:00 WIB 2. Mengajarkan tehnik
relaksasi dengan
mengajarkan tehnik nafas
dalam
3. Member obat analgesic
asam mefenamat 500mg
3. 12 februari 2014 1. Mengkaji kerusakan kulit
11:00 WIB 2. Melakukan tindakan
perawatan luka
3. Memberikan obat
antibiotikoptikal amoxcilin
200mg
4 12 februari 2014 1. Memberikan Penkes
12:00 WIB tentang penyakit yang
dialami pasien
26
5. Evaluasi
Dx.I suhu tubuh normal (36-37 drajat celcius), kulit tidak panas, tidak
kemerahan, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab
Dx II, pasien tidak mengeluh nyeri, skala nyeri 0-1, pasien tidak gelisah
Dx III pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, luka
menutup, pencapai penyembuhan luka tepat waktu
Dx IV mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, pencegahan,
perawatan tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi.
Mengenal perubahan gaya hidup dari tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual adalah infeksi apapun yang terutama didapat
melalui kontak seksual. PMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya,
yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh meliputi virus, mikoplasma, bakteri,
jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kesil. Sebagian organisme yang terlibat
hanya ditemukan di saluran genital (reproduksi) saja tetapi yang lainnya juga
ditemukan di dalam organ tubuh lain. Terdapat berbagai jenis penyakit menular
seksual. Namun, yang paling umum dan paling penting untuk diperhatikan
adalah penyakit gonore, klamidia, herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, dan
HIV/AIDS. Gejala yang dialami dapat asymtomatic maupun symtomatic.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat sebaiknya kita mengetahui asuhan keperawatan
pada klien dengan Penyakit Menular Seksual (PMS) secara jelas agar dapat
menunjang keahlian perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan, mampu
menegakkan diagnosis dan intervensi secara cepat dan tepat, sehingga dapat
memperpendek masa patologis penyakit pada tubuh klien. Selain itu dalam
rangka mencegah penyebarluasan penyakit seksual maka perlu meningkatkan
upaya promotif dengan cara melakukan penyuluhan tentang penyakit menular
seksual sehingga masyarakat lebih bisa waspada dan perlu juga untuk melakukan
pengendalian terhadap semakin banyaknya kegiatan seks bebas. Peran seorang
perawat dan tenaga medis lainnya sangat penting dalam melakukan
penanggulangan penyakit menular seksual yang sangat berbahaya dengan
memberikan pendidikan kesehata (Health Education) kepada masyarakat terkait
bahaya dan upaya pencegahan penyakit menular seksual.
27
DAFTAR PUSTAKA
Adam,dr.H.A.M. 2012. Bahan Ajar Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Sistem
Urogenitalia. Makassar: FK Universitas Hasanuddin
Ayu C M,Ida,Bagus G M,Ida.2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi
2. Jakarta: EGC
Benson,Ralph C,Pernoll,Martin L.2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC
Cahyono,Suharjo B.2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern.Yogyakarta: kanisius
Cotran,Robbins. 2009.Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Edisi 7.Jakarta: EGC
Gonore pada wanita. http://gonore.org/gonore-pada-wanita/. Diakses pada tanggal 9
September 2014 pukul 18.40 WIB
Heffner, Linda J. & Danny J. Schust. 2005. At a Glance SISTEM REPRODUKSI
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series
Mandal, Wilkins, Dunbar, Mayon-White. 2008. Lecture Notes Penyakit Infeksi, Edisi
6. Jakarta : Erlangga
Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit
Robbins & Cotran, Ed. Jakarta : EGC
Michael, Greenberg L, Anthony Morocco, Christy Salvaggio. 2008. Teks- Atlas
Kedokteran Kedaruratan Greenberg, Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Penyakit Gonorrhea. http://penyakitgonorrhea.com/. Diakses pada tanggal 9
September 2014 pukul 20.00 WIB
Romauli,S.dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jogjakarta : PT. Nuha Medika.
iv
ANALISIS JURNAL
Judul : The Effect of a Structural Intervention for Syphilis Control Among 3597
Female Sex Workers: A Demonstration Study in South China
Population : 3597 Wanita Pekerja Seks di dua kota dari 3 provinsi di Cina Selatan
Times : -
iv