Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman modern seperti ini, peningkatan pemakaian bahan kimia merupakan hal
yang tidak terelakkan lagi. Sejalan dengan itu, maka penyakit yang disebabkan oleh bahan
kimia pun meningkat drastis. Terutama pada lingkungan rumah tangga yang kurang
menyadari keselamatan anggota keluarganya itu sendiri.Peredaran bahan kimia yang semakin
hari semakin pesat, menimbulkan manfaat yang besar juga, tetapi juga membuat masalah
yang besar juga. Terutama masalah kesehatan. Keracunan merupakan salah satu masalah
kesehatan yang meningkat, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Di balik kehangatan rumah, ternyata di dalamnya pun menyimpan ancaman
berbahaya. Potensi keracunan karena penggunaan barang kimia sehari-hari disinyalir menjadi
penyebabnya.segala sesuatu yang mengandung zat pelarut kimiawi dapat mengakibatkan
keracunan bagi penggunanya jika tidak ditangani secara benar.
Berhati-hatilah menggunakan produk-produk rumah tangga. Pasalnya, penggunaan
barang - barang tersebut sebagian besar mengandung zat - zat yang berpotensi beracun,
seperti detergen, pemutih pakaian, dan pencair cat. Tak hanya itu, lemari obat pun
memungkinkan simpanan kandungan obat bebas dan obat resep yang beracun bila diminum
dalam dosis berlebihan. Belum lagi ancaman kehadiran tumbuhan beracun di halaman rumah.
Lebih dari 90% kejadian keracunan bahan kimia berlaku di rumah. Setiap tahun,
kasus ini banyak dialami oleh anak-anak dengan tidak sengaja. Di kalangn anak - anak yang
berumur 5 tahun ke bawah, sebanyak 57 % keracunan yang melibatkan produk - produk
bukan farmaseutikal seperti alat kosmetik, bahan pencuci, tumbuh - tumbuhan, racun perusak
dan alat melukis. Selebihnya yang 43 % lagi melibatkan keracunan terhadap obat - obatan
Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui, meskipun
banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan dibeberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak
menggambarkan kejadian yang sebenarnya didalam masyarakat. Lebih kurang 60% dari
paparan keracunan yang dilaporkan terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian <
4%.Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap
tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak yang datang untuk
mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap tahun,yang sebagian besar karena
keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen
dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran
1
cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk
melalui saluran cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang intoksikasi zat kimia pada
Sistem Kegawatdaruratan1 yang terangkum pada rumusan masalah, yaitu :
1. Apa pengertian dari Intoksikasi ?
2. Apa etiologi dari Intoksikasi?
3. Apa klasifikasi dari Intoksikasi)?
4. Bagaimana patofisiologi dari Intoksikasi?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Intoksikasi?
6. Bagaiman komplikasi dari Intoksikasi?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Intoksikasi?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Intoksikasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas perkuliahan Sistem Kegawatdaruratan1.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari Intoksikasi.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Intoksikasi.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Intoksikasi.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Intoksikasi.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Intoksikasi.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Intoksikasi.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Intoksikasi.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Intoksikasi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Racun adalah zat atau bahan yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung,
suntikan dan absrobsi mealui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis
relatif kecil akan merusak kehidupan atau menggangu dengan serius fungsi hati atau lebih
organ atau jaringan. (Me Grew-Hill Nursing Dictionary)

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran encernaan,
saluran napas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.

Menurut WHO (2012), keracunan atau intoksikasi adalah kondisi yang mengikuti
masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi,
persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan
bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang
dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat
menyebabkan kematian.

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi terjadinya keracunan ada dua jenis, yaitu:
a) Keracunan maupun keracunan secara sengaja ( occupational poisoning ).
Sangat erat hubungannya dengan usaha bunuh diri ataupun penyalahgunaan obat -
obatan.
b) Keracunan secara tidak sengaja ( accidental poisoning ).
Erat hubungannya dengan kecelakaan kerja, atau ketidaksadaran maupun
ketidaktahuan seseorang terhadap suatu produk tertentu yang dapat menimbulkan
keracunan.

2.3 Etiologi
Keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan penyebabnya yaitu :
1. Makanan : singkong, jengkol, bongkrek
2. Gas toksin : karbon monoksida, gas toksin iritan.

3
3. Zat kimia industri : asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4. Zat kimia rumah tangga : detergen, sabun cuci, dan parfum, insektisida, desinfektan
5. Zat kimia pertanian : insektisida, pestisida
6. Hewan berbisa, contoh bisa ular
7. Obat-obatan : salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin

2.4 Faktor Resiko


Individu yang beresiko keracunan adalah :
1. Individu yang menyimpan dan menggunakan bahan - bahan kimia rumah
2. Pada anak terdapat faktor - faktor yang mempermudah terjadinya keracunan, yaitu :
a. Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam faseoral sehingga ada
kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegang kedalam mulutnya.
b. Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya ( termasuk
disini anak dengan retardasi mental ).
c. Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
d. Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu selalu menentang perintah
atau melanggar larangan.
Oleh karena sifat - sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering karena
kecelakaan ( accidental poisoning ), sedang pada dewasa keracunan lebih sering karena
pekerjaannya ( occupational poisoning ) dan pembunuhan atau usaha bunuh diri.

2.5 Mekanisme Kerja Racun Dalam Tubuh


1. Bekerja secara local atau setempat, contoh :
a. Zat zat korosif : lisol, asam dan basa kuat
b. Yang bersifat iritan : arsen, HgCl2
c. Yang bersifat anestetik : kokain, asam karbol
2. Bekerja secara sistemik, contoh :
a. Narkotika, barbiturate, dan alcohol terutama berpengaruh terhadap susunan saraf
pusat
b. Asam oksalat, terutama berpengaruh terhadap jantung
c. Sianida, berpengaruh terhadap system enzim pernafasan dalam sel
d. Insektisida dan golongan fosfor organic, berpengaruh terhadap hati
e. HgCl2, berpengaruh terhadap ginjal
3. Bekerja secara local dan sistemik, contoh :
4
a. Asam oksalat, Asam karbol, Arsen, Garam timbal ( Pb )

2.6 Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mingkin juga
terganggu sebagian, karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,
dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskuler diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin
berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila
ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia. Hipotermia akan terjadi dan
memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.

5
2.7 Manifestasi klinis
1. Intoksikasi dosis rendah sering menimbulkan keadaan yang tidak dapat diramalkan
menyerupai disorientasi, agitasi, mendadak ngamuk sering didapati. Mutisme,
ataksia, berkurannya respon terhadap stimulasi nyeri dan nistagmus horisontal,
vertikal, rotatorius yang intermiten adalah karakteristik. Dapat timbul rigiditas
katatonik atau nioklonus dengan rigiditas otot pada stimulasi, demikian juga
kemerahan, diaforesisi, muka yang meringis, hipersaliva, dan muntah.
2. Intoksifikasi dengan dosis tinggi sering menginduksi koma yang berakhir sampai
beberapa jam, sampai beberapa hari. Penderita tidak responsif terhadap nyeri.
Dapat timbul depresi pernapasan, hipertermi, takikardi, kadang-kadang
menimbulkan gagal jangtung, perdarahan intrakranial.

2.8 Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok
2.9 Penatalaksanaan

1. Encerkan racun yang ada di lambung sekaligus menghalangi penyerapannya dengan


caran memberikan cairan dalam jumlah banyak.
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
2.9.1 Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah
di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan
zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran
menurun dan penderita kejang.
b. Bilas lambung:
1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah
2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.

6
3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc. Pada
koma derajat sedang hingga berat tindakan bilas lambung
sebaiknya dilakukan dengan bantuan pemasangan
endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pnemonia
Kontraindikasi : keracunan zat korosif dan kejang.
c. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
3. Mengeluarkan racun yang telah diserap dilakukan dengan cara: Diuretic(lasix atau
manitol), Dialisa, Transfusi exchange
4. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala: Gangguan sistem pernapasan dan sirkulasi
lakukan RJP, Gangguan sistem susunan saraf pusat: Jika Kejang beri diazepam atau
fenobarbital, dan jika Odem otak beri manitol atau dexametason.
5. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
6. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya
sebaiknya diamankan untuk identifikasi.
7. Penatalaksanaan syok bila terjadi

2.10Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan
lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N,
kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi
untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif.

7
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Airway
Yang dinilai :
Look : ada gerak napas (ada, pernapasan 28x/menit)
Listen : suara tambahan yang terdengar dapat berupa
Gurgling : sumbatan oleh cairan
Stridor : sumbatan pada plika vokalis
Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang
Feel :ada atau tidaknya ekshalasi
b) Breathing
Penilaian :
Look : terlihat penggunanan otot bantu pernapasan
Listen : suara napas pada paru-paru
Feel : merasakan udara keluar masuk dari mulut dan hidung
c) Circulatio
1) Penilaian sirkulasi tanda klinis syok :
2) Kulit telapak tangan dingin, pucat basah
3) Capillary refill time > 2 detik
4) Nafas cepat
5) Nadi cepat > 100
6) Tekanan darah sistol < 90-100
7) Kesadaran : gelisah s/d koma penangan sirkulasi
d) Disability penilaian disabiliti pemeriksaan neurologis singkat
AVPU Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat
A = Alert : sadar penuh
V = Verbal stimulation : ada reaksi terhadap perintah
P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri
U = Unresponive :t idak ada reaksi

8
2. Secondary Survey
Anamnesis :
A : Alergi
M : Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past illnes (penyakit penyerta, pregnancy)
L : Last meal
E : Event/Environment

1) Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, nomor register, diagnosa
medis,dll
2) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Pada umunya keluhan utama pada intoksikasi adalah penurunan kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Mual, muntah, nyeri, dehisrasi dan perdarahan saluran pencernaan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengobservasi tentang adakah keluarga yang pernah mengalamikeluhan
sama.
3) Pemeriksaan
a. Aktivitas dan istirahat
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala kelelahan, kelemahan,
malaise, hiporefleksi
b. Sirkulasi
Nadi lemah, taki kardi, hipotensi(pada kasus berat), arutmia jantung,
pucat, sionosis, keringat banyak.
c. Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usu menurun,
kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah,
coklat.
9
d. Makanan dan cairan
Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan turgor
kulit/ kelembaban, berkeringat banyak
e. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, misis, pupil mengecil, kram
otot/kejang, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia), koma, syok.
f. Nyaman/nyeri
Nyeri tubuh, sakit kepala, distraksi, gelisah.
g. Pernapasan
Napas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, batuk produktif.
h. Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma,syok,asidemia.

3.2 Diagnosa Keperawatan


a) Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan distress pernapasan.
b) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada miokard.
c) Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat.

3.3 Intervensi
1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan distress pernapasan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 5 menit pola napas
pasien efektif.
KH : pola napas efektif, sesak hilang, ekspansi dada normal, TTV dalam
batas normal (TD = 120/90 mmHg, N = 80-100 x/menit, RR = 16-18
x/menit)
intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan
tindakan selanjutnya
b. Berikan oksigen sesuai anjuran dokter
Rasional : terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung

10
c. Jika pernapasan depresi, berikan oksigen (ventilator) dan lakukan
suction
Rsional : ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas.
d. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan
asuhan keperawatan individual
Rasional : kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan
mengurangi kecemasan, istirahat mengurangi konsumsi oksigen miokard

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada miokard.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 15 menit
diharapkan perfusi jaringan pasien adekuat.
KH : Tidak ada keluhan sakit kepala, pusing hilang, TTV dalam
batas normal (TD = 120/90 mmHg, N = 80-100 x/menit, RR =
16-18 x/menit)
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi.
b. Observasi daerah ekstremitas duingin, lembab, sianosis
Rasional : ekstremitas yang dingin , sianosis menunjukkan penurunan
perfusi jaringan.
c. Berikan kenyamanan dan istirahat
d. Rasional : kenyamanan fisik memperbaiki pasien, istirahat mengurangi
konsumsi oksigen.
e. Kolaboorasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum
Rasional : obart antidot (penawar) dapat mengkonsusmsi penumpukkan
racun.

3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit
diharapkan pasien sadar penuh (komposmentis)
KH : pasien sadar penuh, GCS dalam batas normal (4,5,6)
Intervensi :

11
a. Monitoring tanda vital tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi
penurunan kesadaran.
b. Catat tingkat kesadaran pasien.
Rasional : penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak.
c. Observasi adanya tanda-tanda distress pernapasan, nadi cepat, sianosi,
perubahan pada otak, ginjal, jantung, dan paru.
d. Monitor aanyan perubahan tingkat kesadaran.
Rasional : tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,
meliputi resusitasi : airway, breathing, sirkulasi.
e. Kolaborai dengan tim medis dalam pemberian anti dotum.
Rasional : anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi
penumpukan racun.

3.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan mewujudkan dari rencana tindakan, meliputi
beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan
dan pengumpulan data. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah desusun dengan melihat situasi dan kondisi pasien.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terkhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat
untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini bertanggung jawab
terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan.

12
BAB IV

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS INTOKSIKASI

Kasus
An. D usia 3 tahun, lalai dari pengawasan pengasuh sehinga meminum deterjen cair, oleh
keluarga langsung dibawa ke UGD RS Binas Sehat. Saat diperjalanan pasien sempat muntah
dan kejang. Pemeriksaan fisik, kesadaran somnolen, TD :60/40 mmHg, N : 110x/m tapi
kekuatanya lemah, RR : 18x/m,suhu 36,5C, terdapat luka bakar diarea mulut, membran
mukosa bengkak, putih, edema bibir, lidah. Pasien terus menerus mengeluarkan air liur.
Pemeriksaan Laboratorium AGD : pH : 7,40. PCO2 : 60 mmHg, PO2:60mmHg, SaO2 : 85,
HCO3 : 24

A. Pengkajian
Data Subyektif

1. Identitas Pasien
Nama : An.D
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin: -
Alamat :-
Agama :-
2. Keluhan Utama
Pasien meminum deterjen cair.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien lalai dari pengawasan pengasuh sehinga meminum deterjen cair, oleh
keluarga langsung dibawa ke UGD RS Binas Sehat. Saat diperjalanan pasien sempat
muntah dan kejang. Terdapat luka bakar diarea mulut, membran mukosa bengkak,
putih, edema bibir, lidah. Pasien terus menerus mengeluarkan air liur.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
5. Riwayat Keshatan Keluarga

13
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kedaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Somnolen
c. TTV : - TD : 60/40 mmHg
- Nadi : 110x/menit lemah
- RR : 18x/menit
- Suhu : 36,5C
2. Pemeriksaan Fisik Per-Sistem
1) B1 (Breathing)
Frekuensi Pernapasan 18x/menit,
2) B2 (Blood)
Tekanan darah : 60/40mmHg. Nadi 110x/menit
3) B3 (Brain)
Kesadaran somnolen, kejang
4) B4 (Bladder)
-
5) B5 (Bowel)
Muntah, Hipersalivasi
6) B6 (Bone)
Suhu: 36,5C,terdapat luka bakar diarea mulut, membran mukosa bengkak,
putih, edema bibir, lidah.
B. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1 Ds : - Depresi SSP Pola napas tidak efektif
Do:
RR : 18x/menit Depresi pernapasan
SaO2 : 85%
PaCO2 : 60 mmHg Obstruksi trakeabronkea
PaO2 : 40 mmHg
Pola napas tidak efektif

14
2 DS:- Depresi SSP Penurunan kesadaran
DO:
-Kesadaran somnolen depresi kardiovaskuler
-Nadi : 110x/menit
-PCO2 60 mmHg Kekurangan oksigen(hipoksia)
-PO2 40 mmHg
Penurunan kesadaran
3 DS:- Depresi SSP Kekurangan volume
DO: cairan
-Muntah (+) Gangguan organ tubuh

Iritasi pada lambung

HCL meningkat

Mual, muntah

Kekurangan volume cairan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distress pernapasan.
2. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan HCL.

D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan distress pernapasan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit pola napas


pasien efektif.
KH : pola napas efektif, sesak hilang, ekspansi dada normal, TTV dalam batas
normal (TD = 120/90 mmHg, N = 80-100 x/menit, RR = 16-18 x/menit)
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital

15
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan
selanjutnya
2) Berikan oksigen sesuai anjuran dokter
Rasional : terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
3) Jika pernapasan depresi, berikan oksigen (ventilator) dan lakukan suction
Rasional : ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas.
4) Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan
keperawatan individual
Rasional : kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi
kecemasan, istirahat mengurangi konsumsi oksigen miokard

Diagnosa 2
Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat mempertahankan
tingkat kesadaran klien (komposmentis)
KH :
- GCS : 4 5 6
- Kesadaran komposmentis
- Keadaan umum baik
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan
kesadaran
2) Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
3) Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya
pembuluh darah.
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,
jantung dan paru.
4) Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi
resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
16
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan
racun

E. Implementasi Keperawatan
Dx Hari,tanggal Jam Implementasi Paraf
1,2 Kamis, 10 09.30 1. Berikan oksigen sesuai anfis dokter
September 2. Observasi vital sign
2016 TD : 60/40 mmHg
S : 36,5 C
N : 110x/menit
RR : 18x/menit
3. Memasang NGT, bilas lambung
4. Mengawasi/mengobservasi jalan
nafas
5. Monitor vital sign setiap 15 menit
6. Kolaborasi medis pemberian:
- diazepam
- anti dotum

F. Evaluasi
Dx Hari,Tanggal Jam Evaluasi Paraf
1 Kamis, 10 10.30 S: Pasien mengatakan sudah dapat
september bernafas dengan nyaman
2016 O:
- RR : 20x/menit
- SaO2 :
- PaCO2 : 40 mmHg
- PaO2 :

A : Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan

17
2 Kamis, 10 10.30 S:-
september O:
2016 - GCS 4 5 6
- Kesadaran komposmentis
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

18
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Intoksifikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racum yang masuk ke
dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati,
ginjal dan lainnya.

5.2 Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keprawatan Gadar pada Pasien
Intoksikasi merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini akan mendukung profesionalisme
dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian daroi tenaga medis
yang memberikan pelayan asuhan keperawatan secara komprehensif.

19

Anda mungkin juga menyukai