Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan kelompok terbesar penyakit penyebab

kematian di Indonesia. Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan

kematian tinggi di Indonesia adalah diabetes mellitus. Diabetes melitus

utamanya diakibatkan karena pola hidup yang tidak sehat (Hadiatma dkk,

2012). Luka pada pasien DM akan sulit proses penyembuhannya, disebabkan

adanya kerusakan pembuluh darah besar pada kaki. Hal tersebut akan

mempermudah agen infeksi tumbuh menjadi lebih subur karena kadar gula

darah yang tinggi. Ulkus diabetik juga mempengaruhi psikologi pasien.

Adanya ulkus pada tubuh mengakibatkan pasien diabetik merasa takut dalam

kehidupan sosialnya (Prianto & Damayanti, 2015). Berbagai komplikasi dari

ulkus kaki diabetikum, adanya keterbatasan fisik, isolasi sosial, dan masalah

ekonomi tersebut akan memicu beban psikologis pada penderitanya. Salah

satu efek psikologi yang ditimbulkan adalah stress. Stress dapat menyebabkan

ketidakseimbangan homeostasis individu, baik secara fisiologis maupun

psikologis (Wohpa, 2015).

Data WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa di dunia terdapat 9,8% laki-

laki dan 8,6% perempuan usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun yang

mengalami peningkatan kadar gula darah puasa, sedangkan di Indonesia

terdiri dari 8,5% laki-laki dan 9,0% perempuan (WHO, 2015). Hasil

Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk di Jawa

1
2

Timur yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan menderita diabetes mellitus

sebanyak 2,5% yang meningkat dari tahun 2007 sebesar 1,1% (Kemenkes RI,

2013). Hasil penelitin Pratiwi dkk tentang pengaruh stress terhadap kadar gula

darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus yang menjalani hemodialisa di

ruang HD RSUDAM Bandar Lampung Tahun 2013 menunjukkan bahwa

analisis stress didapatkan bahwa rata-rata skor stress 35,95 dengan standar

deviasi (SD) 12,835. Skor stress minimal adalah 18 dan maksimal adalah 56.

Hal ini menunjukkan bahwa penderita ulkus diabetikum mengalami stress.

Beberapa faktor yang diduga berperan penting menyebabkan keadaan

pradiabetes antara lain: faktor genetik, rokok, jenis kelamin laki-laki,

kurangnya aktivitas fisik, diet yang tidak sehat, dan keadaan abnormal terkait

perawakan pendek pada orang dewasa (Kemenkes RI, 2013). Kerusakan

integritas pada pasien diabetes mellitus akan menjadi ulkus diabetikum

(Tarwoto dkk, 2012). Salah satu efek psikologi yang ditimbulkan oleh ulkus

diabetikum adalah stress. Saat level stress meningkat, kontrol glikemik juga

secara progresif akan memburuk. Hal ini sejalan dengan penelitian Surwit

terkait stres dan diabetes, yaitu stres dapat meningkatkan kadar glukosa darah

pada responden penelitian. Stress merupakan faktor penting yang

mempengaruhi kadar glukosa darah. Saat individu mengalami stress, tubuh

melepaskan “stress hormone”, yaitu adrenaline dan kortisol. Hormon stress ini

mempunyai efek yang sama, yaitu mobilisasi penyimpanan energi, termasuk

glukosa dan asam lemak. Pelepasan hormon adrenalin, menyebabkan

peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) pada orang yang


3

menderita diabetes. Hiperglikemia dapat menyebabkan iskemia. Sedangkan

pelepasan hormon kortisol berlebih dapat menekan sistem imunitas

(imunosupresi), meningkatkan tekanan darah dan gula darah. Immunosupresi

dan iskemia pada area ulkus diabetikum akibat hiperglikemia dapat

menimbulkan luka kronis yang memperlambat penyembuhan luka dan

meningkatkan resiko infeksi (Damir, 2011).

Menurut Widodo, ada tiga bentuk manajemen stres pada penderita DM

yang dapat dilakukan, yang pertama yaitu dengan mengubah pandangan

pasien terhadap penyakit yang diderita, dari yang semula negatif menjadi

positif, yang kedua yaitu dengan dukungan sosial dari sesama pasien dan

dukungan dari keluarga, dan yang ketiga dengan strategi koping yang baik,

misalnya dengan melakukan manajemen waktu yang baik, melakukan

kegiatan positif yang disenangi, teknik relaksasi, dan berpikir positif tentang

penyakitnya (Widodo, 2009). Dukungan keluarga yang tinggi tentunya akan

memberikan ketenangan dan kenyamanan pada pasien DM tersebut. Pendapat

ini sesuai dengan Friedman yang menyatakan bahwa dukungan sosial keluarga

yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas lebih

mudah sembuh dari sakit, dan kesehatan emosi (Suardana dkk, 2015).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada

pasien ulkus diabetikum.


4

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada pasien

ulkus diabetikum di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress

pada pasien ulkus diabetikum di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifiksi dukungan keluarga pada pasien ulkus diabetikum di

RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto.

2. Mengidentifikasi tingkat stress pada pasien ulkus diabetikum di RSI

Sakinah Kabupaten Mojokerto.

3. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada

pasien ulkus diabetikum di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Tingkat stress pasien ulkus diabetikum diketahui dan juga

diketahuinya dukungan keluarga sehingga apabila responden merasakan

kurangnya dukungan, dapat merubah perilaku keluarga dalam memberikan

dukungan yang lebih kepada responden.


5

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Tempat penelitian mendapatkan informasi tentang bagaimana

pasien ulkus diabetikum memandang dirinya dan merasakan dukungan

keluarganya sehingga dapat dijadikan tindak lanjut dalam pemberian

health education kepada klien dan keluarga untuk mempercepat

penyembuhan pasien ulkus diabetikum.

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam

melakukan metode riset dan menerapkan ilmu pengetahuan tentang

keperawatan medikal bedah dan keperawatan keluarga pada pasien ulkus

diabetikum.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian

selanjutnya tentang bagian konsep diri yang lain dari pasien ulkus

diabetikum dan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai