Anda di halaman 1dari 2

Judul : Kondisi Sosial-Ekonomi Lanjut Usia di Indonesia Penyusun : Komisi Nasional

Lanjut Usia RI Penerbit : Komisi Nasional Lanjut Usia RI Terbit : Jakarta, Desember 2006
Tebal : 105 halaman Peresensi : Ranny Rastati

Proyeksi penduduk serta estimasi rata-rata harapan hidup penduduk Indonesia


menunjukkan transisi demografi yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 rata-rata usia
harapan hidup sekitar 67,8 tahun meningkat menjadi 70 tahun antara tahun 2005-2010.
Persentase penduduk lanjut usia, yaitu seseorang yang berusia di atas 60 tahun, sekitar
9,5% pada tahun 2005 akan menjadi 11% atau sekitar 28 juta pada tahun 2020 (Bappenas,
BPS, dan UNFPA, 2005). Dari segi kesehatan, hasil survey Kesehatan Rumah Tangga
tahun 2002 menunjukkan bahwa penyakit hipertensi berada pada urutan pertama diderita
lansia (42,9%), diikuti oleh penyakit sendi (39,6%), anemia (46,3%), dan penyakit jantung
dan pembuluh darah (10,7%). Lansia yang mengalami keterbatasan fungsi tubuh sekitar
88,9% dan keterbatasan partisipasi sekitar 43,4% (Depkes RI, 2002). Hal ini menunjukkan
bahwa transisi demografi akan membawa akibat terjadinya transisi epidemiologi, Dapat
diprediksi bahwa penyakit degeneratif dan keganasan juga akan makin sering dijumpai
sehingga pasien geriatric yang antara lain ditandai dengan penyakit multipatologi akan
memerlukan pertolongan. Masalah psikososial yang sering dijumpai pada lansia
menambah berat beban keluarga dan masyarakat. Dari segi sosial, lansia mengalami
penurunan interaksi antara diri lansia dengan kelompok. Pada interaksi ini kelompok yang
lebih mempunyai kuasa akan mendapatkan keuntungan yang besar, yang pada umumnya
adalah kelompok yang lebih muda. Hal tersebut bisa terjadi karena lansia mulai menarik
diri dari kehidupan sosial, status kesehatannya menurun, penghasilan berkurang, dan
terbatasnya program untuk memberi kesempatan lansia tetap berinteraksi maupun dalam
melakukan kegiatan ekonomi. Kreager (2003) menyatakan bahwa di Jawa Timur terdapat
44,1% lansia bekerja, 32,4% bekerja dengan mendapatkan upah, dan 23,5% masih ada
kegiatan tanpa mendapatkan imbalan. Mereka yang menerima pensiun hanya sekitar
13,2%, menerima bantuan makanan 42,9%, dan menerima zakat sebesar 42,9%. Seberapa
jauh permasalahan lansia diselesaikan, tidak terlepas dari kebijakan nasional maupun
internasional tentang kesejahteraan lanjut usia.. Salah satu kebijakan yang disepakati
secara internasional adalah Madrid International Plan of Action (2002) yang diharapkan
setiap negara mengimplementasikan program kesejahteraan lanjut usia melalui tiga arah
prioritas yaitu 1) memberikan peran lanjut usia dalam pembangunan, 2) meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan bagi lanjut usia, 3) menjamin lingkungan yang kondusif bagi
lansia. Atas dasar itu Komisi Nasional Lanjut Usia melakukan penelitian kondisi lanjut
usia di Indonesia serta pengkajian kebijakan maupun program kelanjut usiaan di 33
propinsi. Metode penelitian dilakukan secara survey potong silang. Pengambilan subjek di
33 propinsi dilakukan secara purposif yaitu subjek yang terlibat dalam pembinaan Dinas
Sosial Daerah. Jumlah subjek untuk masing-masing propinsi berkisar antara 50-100 orang.
Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner terstruktur yang mengacu pada
instrumen Ivonne Suzy Handajani 2006. Untuk aspek pola makan kuesioner merupakan
modifikasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Nugroho (2006) sedangkan data
demografi dan sikap masyarakat menggunakan United Nations Economic and Social
Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP, 2005). Variabel yang diamati meliputi
sosio-demografi, lingkungan tempat tinggal, kegiatan sosial maupun ekonomi, penyakit
dan gejala yang dirasakan, perilaku hidup sehat, kondisi psiko-sosial, serta perlakuan
masyarakat. Hasil penelitian kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lansia akan disajikan
secara deskriptif berdasarkan sosio demografik, status kesehatan, gaya hidup, dan pola
makan. Hasil ini bukan merupakan prevalensi karena pengambilan subjek penelitian
secara purposif. Namun secara umum dapat memberi gambaran di perkotaan dan pedesaan
dari 33 propinsi secara menyeluruh mewakili Indonesia. Dalam penelitian ini dilaporkan
bahwa proporsi lansia perempuan cenderung lebih besar dari laki-laki . Dan dari 1701
responden yang dijadikan sample, tampak bahwa proporsi subjek tertinggi adalah di Jawa
Barat, Yogyakarta, Banten, dan Bali. Selain itu juga dilaporkan proporsi lansia
berdasarkan status perkawinan yang menunjukkan bahwa baik di perkotaan maupun di
pedesaan, lansia yang berstatus menikah lebih tinggi dari yang tidak menikah maupun
yang cerai. Namun ternyata cerai hidup cukup banyak dialami oleh lansia meskipun
proporsinya lebih rendah dari cerai mati. Bila Anda berminat pada buku ini, Anda dapat
menghubungi Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) di nomor telepon 021-
3919559. GRATIS!! (*Ranny Rastati, Sekretariat Komnas Lansia)

Anda mungkin juga menyukai