LAPORAN PENDAHULUAN
JUDUL KASUS :
CVD HEMORAGIK
RUANG :
NHCU
OLEH
MERSI SEPTI OKTAVIA
04064881517047
D. Patofisiologi
Penyakit serebrovaskuler mengacu pada abnormal fungsi susunan syaraf pusat yang
terjadi ketika suplai darah nornal ke otak terhenti. Patologi ini melibatkan arteri, vena, atau
keduanya.Sirkulasi serebral mengalami kerusakan sebagai akibat sumbatan partial atau komplek
pada pembuluh darah atau hemoragi yang diakibatlan oleh robekan dinding pembuluh.
Penyakit vaskuler susunan syaraf pusat dapat diakibatkan oleh arteriosklerosis ( paling
umum ) perubahan hipertensif, malformasi, arterivena, vasospasme, inflamasi arteritis atau
embolisme.Sebagai akibat penyakit vaskuler pembuluh darah kehilangan elastisitasnya
menjadimkeras san mengalami deposit ateroma ,lumen pembuluh darah secara bertahap tertutup
menyebabkan kerusakan sirkulasi serebral dsan iskemik otak.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
Bila iskemik otak bersifat sementara seperti pada serangan iskemik sementara, biasanya
tidak terdapat defisit neurologi.Sumbatan pembuluh darah besar menimbulkan infark serebral
pembuluh ini,suplai dan menimbulkan hemoragi.
Penurunan suplai darah ke otak dapat sering mengenai arteria vertebro basilaris yang
akan mempengaruhi N.XI (assesoris) sehingga akan berpengaruh pada sisitem mukuloskeletal
(s.motorik)sehingga terjadi penurunan sistem motorik yang akan menyebabkan ataksia dan
akhirnya menyebabkan kelemahan pada satu atau empat alat gerak, selain itu juga pada arteri
vetebra basilaris akan mempengaruhi fungsi dari otot facial (oral terutama ini diakibatkan
kerusakan diakibatkan oleh kerusakan N.VII (fasialis), N.IX (glasferingeus) N.XII
(hipoglakus),karena fungsi otot fasial/oral tidak terkontrol maka akan terjadi kehilangan dari
fungsi tonus otot fasial/oralsehingga terjadi kehilangan kemampuan untuk barbicara atau
menyebuit kata-kata dan berakhir dangan kerusakan artikulasi,tidak dapat berbicara (disatria).
Pada penurunan aliran darah ke arteri vertebra basilaris akan mempengaruhi fuingsi N.X (vagus)
dan N.IX (glasovaringeus) akan mempengaruhi proses menelan kurang ,sehingga akan
mengalami refluk, disfagia dan pada akhirnya akan menyebabkan anoreksia dan menyebabkan
gangguan nutrisi. Keadaan yang terkait pada arteri vertebralis yaitu trauma neurologis atau
tepatnya defisit neurologis. N.I (olfaktorius) , N.II (optikus),N.III (okulomotorik),N.IV
(troklearis), N.VII (hipoglasus) hal ini menyebabkan perubahan ketajaman peng, pengecapan,
dan penglihatan, penghidungan.Pada kerusakan N.XI (assesori) pada akhirnya akan mengganggu
kemampuan gerak tubuh.
Pathway Stroke Hemoragik
Hipertensi
MK MK
Resiko Deficit
Kesulitan kerusakan perawatan diri
mengunyah & integritas
menelan, refleks kulit
batuk menurun Penurunan
MK v kesadaran
Ketidakefektifan
bersihan jalan MK
nafas Pola nafas
tidak efektif
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler.
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom)
sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan aneurisme.
b. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka pengobatan yang
diberikan yaitu :
1) Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi Edema acak dan
timbulnya kejang
2) Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta berangsur-
angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan darah atau perdarahan
ulang.
c. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai
mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
ogsigen sesuai kebutuhan
c. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
d. Bed rest Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
g. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa
murni atau cairan hipotonik
h. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan
TIK
i. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau
ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
G. Komplikasi
1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensive
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
6. Kenaikan tekanan darah ( tinggi)
7. Kadar gula darah (tinggi)
8. Gangguan jantung
9. Infeksi / sepsis
10. Malnutrisi
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
5. Data psikologis
Dampak dari masalah terhadap psikologi klien seperti emosi, perasaan, konsep diri, daya
pikir, kreatifitas. Klien mengalami hemiparesis kiri maupun hemiparesis kiri atau kanan
serta mengalami gangguan fisik sehingga klien mampu memperlihatkan dampak dari
masalah fisiknya terhadap psikologis seperti mudah tersinggung akibat
ketidakmampuannya beraktivitas. Takut karena klein berada pada situasi yang mengancam
dimana suatu waktu maut dapat menjemputnya. Cemas, terjadi sebagai respon dari rasa
takut akan terjadinya kehilangan sesuatu yang bernilai bagi dirinya. Marah, karena perasaan
jengkel, karena berkurangnya kemampuan klien dalam peran di keluarga dan masyarakat.
Mudah lelah, adanya kecenderungan mudah capek serta, Ingatan berkurang.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
6. Data sosial ekonomi Dampak terhadap sosial : keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Stroke
mungkin dapat dirasakan sebagai masalah besar bagi keluarga, karena keadaan yang
mengancam klien. Hampir semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan otak b.d pendarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme,
edema, LED.
2. Gangguan mobillitas fisilk berhubungan dengan hemiparesethemiplagia, kelemahan
neuromuscular pada ekstremitas.
3. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular, menurunnya
kekuatan dan kesadaran, kehilangan control koordinasi otot
4. Risiko ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan.
5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara
pada homisfer otak, kehilangan control tonus fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.
6. Resiko gangguan intregitas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor keadaan umum 1. Mengetahui keadaan umum pasien
efektif b.d penurunan dan vital sign pasien sehingga bisa dilakukan intervensi
tindakan selanjutnya
kesadaran, depresi
keperawatan selama 2. Monitor pernapasan dan 2. Memonitor respirasi dan
pusat pernapasan
status oksigen yang keadekuatan oksigen
(infark serebri pada 3 x 24 jam
sesuai
batang otak etcause diharapkan pola 3. Monitor aliran oksigen 3. Menjaga aliran oksigen
intracerebral mencukupi kebutuhan pasien
haemoragie) napas pasien dapat 4. Monitor keadekuatan
4. Monitor kecepatan,
efektif. ritme, kedalaman dan pernapasan
usaha pasien saat
Kriteria hasil :
bernafas
- Napas adekuat 5. Monitor pola nafas 5. Memonitor keadaan pernapasan
klien
spontan (16- 6. Posisikan pasien semi 6. Untuk memaksimalkan
fowler potensial ventilasi
24x/menit), 7. pertahankan jalan napas 7. Menjaga keadekuatan ventilasi
- KU dan VS paten
8. Catat pergerakan dada, 8. Melihat apakah ada obstruksi di
stabil, simetris atau tidak, salah satu bronkus atau adanya
menggunakan otot bantu gangguan pada ventilasi
- Retraksi otot pernafasan
9. Kolaborasi dalam 9. Meningkatkan ventilasi dan
intercosta
pemberian oksigen asupan oksigen
berkurang, terapi
- Weaning off
ventilkator
2 Tidak efektifnya Setelah n dilakukan 1. Monitor frekuensi dan 1. Pernapasan lambat, periode apnea
bersihan jalan napas tindakan kedalaman pernapasan. dapat menandakan perlunya
b/d akumulasi sputum keperawatan 2x24 ventilasi mekanik. Peningkatan
akibat penurunan jam diharapkan frekuensi pernafasan
tingkat kesadaran, Bersihan jalan napas mengindikasikan kesulitan dalam
penurunan kemampuan efektif, dengan pengiriman oksigen, dan
batuk, kriteria hasil; penurunan frekuensi pernapasan
ketidakmampuan - frekuensi mengidikasikan tanda akan terjadi
mengeluarkan sekret kegagalan nafas.
- pernapasan 16-
2. Monitor kemampuan 2. Kehilangan reflek menelan atau
20x/menit, gag reflex/kemampuan batuk menandakan perlunya jalan
- batuk efektif, menelan. napas buatan atau intubasi.
- ronchi -/-, 3. Kaji tanda-tanda 3. cicumoral cyanosis atau cyanosis
sianosis tiap 1 jam pada ujung-ujung jari atau pada
- GCS: 15, ujung hidung mengindikasikan
- sputum (-), hipoksia akibat kekurangan
oksigen di jaringan perifer
- mampu 4. Tinggikan kepala 4. Posisi fowler/semi fowler
mengelurkan tempat tidur/ posisi memfasilitasi diafragma untuk
sputum. fowler mengembang dan mengempis,
sehingga ekspansi paru atau
ventilasi paru dan menurunkan
kemungkinan lidah jatuh yang
dapt menyumbat jalan napas
5. Lakukan suction dengan 5. Suction dibutuhkan jika pasien
ekstra hati-hati, jangan koma atau keadaan imobilisasi
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
jaringan otak b.d tindakan status neurologis dengan otak lebih lanjut.
pendarahan keperawatan 2 x 24 GCS.
intraserebri, oklusi jam diharapkan 2. Monitor tanda-tanda 2. Kegagalan otoreguler akan
otak, vasospasme, jaringan otak dapat vital menyebabkan kerusakan
edema, LED. tercapai secara vaskular serebri yang dapat
optimal dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diikuti
Kriteria hasil : oleh penurunan tekanan
- Klien tidak diastolik, sedangkan peningkatan
suhu dapat menggambarkan
gelisah, tidak ada
perjalanan infeksi
keluhan nyeri
3. Monitor asupan dan 3. Hipertermi dapat menyebabkan
kepala, mual,
keluaran. peningkatan IWL dan
kejang,
meningkatkan risiko dehidrasi
- GCS : 4,5,6
terutama pada klien yang tidak
- Pupil isokor, sadar, mual yang menurunkan
- refleks cahaya (+) asupan peroral.
4. Monitor AGD bila 4. Adanya kemungkinan asidosis
- tanda – tanda vital diperlukan pemberian disertai dengan pelepasan
normal (nadi : 60 – oksigen. oksigen pada tingkat sel dapat
100 x/menit, menyebabkan terjadinya iskemia
suhu : 36 – serebri.
36,70C, RR: 16 – 5. Baringkan klien (tirah 5. Perubahan pada tekanan
20 x/mnt. baring) total dengan intracranial akan dapat
posisi tidur terlentang menyebabkan risiko terjadinya
tanpa bantal. herniasi otak.
6. Ciptakan lingkungan 6. Rangsangan aktivitas yang
yang tenang dan batasi rneningkat dapat meningkatkan
pengunjung. kenaikan TIK. Istirahat total dan
ketenangan mungkin diperlukan
untuk pencegahan terhadap
perdarahan dalam kasus stroke
hemoragik lainnya.
7. Kolaborasi cairan per 7. Meminimalkan fluktuasi pada
infus dan terapi seperti beban vaskular dan tekanan
steroid intrakranial, retriksi cairan, dan
cairan dapat menurunkan edema
serebri
4 Gangguan mobillitas Setelah dilakukan 1. Kaji mobilitas yang ada 1. Mengetahui tingkat kemampuan
fisilk yang tindakan dan observasi terhadap klien dalarn melakukan aktivitas.
berhubungan dengan keperawatan 2 x 24 peningkatan kerusakan.
hemiparesethemiplagia, jam klien mampu Kaji secara teratur
kelemahan melaksanakan fungsi motorik.
neuromuscular pada aktivitas fisik sesuai 2. Ubah posisi klien tiap 2 2. Menurunkan risiko terjadinya
ekstremitas. dengan jam. Iskemia jaringan akibat sirkulasi
kemampuannya. darah yang jelek pada daerah
yang tertekan.
Kriteria hasil: 3. Ajarkan klien untuk 3. Gerakan aktif memberikan
- Klien dapat ikut melakukan latihan gerak massa, tonus dan kekuatan otot,
aktif pada ekstremitas serta memperbaiki fungsi jantung
serta dalam
yang tidak sakit. dan pernapasan
program latihan,
4. Lakukan gerak pasif 4. Otot volunter akan kehilangan
tidak terjadi
pada ekstrenitas yang tonus dan kekuatannya bila tidak
kontraktur sendi,
sakit. di latih untuk digerakkan
meningkatnya
5. Inspeksi kulit bagian 5. Deteksi dini adanya gangguan
kegiatan otot,
distal setiap hari. Pantau sirkulasi dan hilangnva sensasi
- Klien
kulit dan membran risiko tinggi kerusakan integritas
menunjukkan mukosaterhadap iritasi, kulit kemungkinan komplikasi
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
8 Risiko ketidak Setelah dilakukan 1. Observasi tekstur. turgor 1. Mengetahui status nutrisi klien.
seimbangan nutrisi: tindakan keperawatan kulit.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
kurang dari kebutuhan 3 x 24 jam kebutuhan 2. Observasi intake dan 2. Mengetahui keseimbangan
yang berhubungan nutrisi klien output nutrisi. nutrisi kilen.
dengan kelemahan otot terpenuhi. 3. Observasi posisi dan 3. Untuk menghindari risiko infeksi
dalam mengunyah dan Kriteria hasil: keberhasilan sonde. iritasi.
menelan / penurunan Turgor baik, 4. Lakukan oral higyene. 4. Kebersihan mulut merangsang
kesadaran CRT<3 detik nafsu makan.
asupan dapat 5. Letakkan posisi kepala 5. Untuk klien lebih mudah untuk
masuk sesuai lebih tinggi pada waktu, menelan karena gaya gravitasi
kebutuhan, selama, ada. sesudah
terdapat makan
kumampuan 6. Pasang NGT dan berikan 6. Menjaga intake nutrisi tetap
menelan, makanan lewat NGT jika adekuat.
sonde dilepas, klien tidak mampu
Bb batas normal. mengunyah dan menelan
Hb dan albumin 7. Berikan makan dengan 7. Klien dapat berkonsentrasi pada
dalam normal. perlahan dan berikan mekanisme makan tanpa adanya
lingkungan yang tenang. distraksi/gangguan dari luar
8. Mulaialah untuk 8. Makan lunak/ cairan kental
memberikan makan mudah untuk mengendalikannya
peroral setengah cair, di dalam mulut, menurunkan
makan lunak ketika terjadinya aspirasi
klien dapat menelan air.
tangan
7. Ucapkan langsung 7. Mengurangi kebingungan atau
kepada klien, berbicara kecemasan terhadap banyaknya
pelan dan tenang, informasi. Memajukan stimulasi
gunakan pertanyaan komunikasi ingatan dan kata-
dengan jawaban “ya” kata.
atau “tidak” dan
perhatikan respon klien
8. Berbicara dengan nada 8. Klien tidak dipaksa untuk
normal dan hindari mendengar, tidak menyebabkan
ucapan yang terlalu klien marah dan tidak
cepat. Berikan waktu menyebabkan rasa frustasi
klien untuk berespon
9. Perhatikan percakapan 9. Memungkinkan klien dihargai
klien dan hindari karena kemampuan
berbicara secara intelektualnya masih baik
sepihak
10.Kolaborasi : 10.Mengkaji kemampuan verbal
konsultasikan ke ahli individual dan sensorik, motorik
terapi bicara dan fungsi kognitif untuk
mengidentifikasi deficit dan
kebutuhan terapi
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Gawat Darurat
Adib.M. 2009.Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke.Yogyakarta :
Dianloka.
Boswick, John A. 2013.Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J & Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Purwadianto, Agus dan Budi Sampurna. 2013.Kedaruratan Medik. Tangerang: Binapura Aksara.
Sutrisno. 2013.Keperawatan Kegawat Daruratan. Jakarta: Media Aesculapins.