1.1 Pengertian
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit
neurologi yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam
sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD). (Fransisca B Batticaca,
2008).
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. (Arif Muttaqin, 2008).
Perdarahan intracerebral adalah disfungsi neurologi fokal yang
akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi
secara spontan bukan olek karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler (UPF, 1994).
1.2 Etiologi
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke di antaranya :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak
yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis merupakan mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah
- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis
- Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit
meningkat dapat memperlambat aliran darah ke serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah
otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease (RHD).
b. Myokard infark.
c. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk.
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil
dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk
perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling sering terjadi :
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac Pulmonary Arrest
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
6. Faktor resiko
Beberapa faktor resiko yang sering terjadi pada pasien yang
mengalami stroke :
- Akibat adanya kerusakan pada arteri, yairtu usia, hipertensi
dan DM
- Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia
- Penyebab emboli MCI. Kelainan katup, heart tidak teratur
atau jenis penyakit jantung lainnya
- Penyebab haemorhagic, tekanan darah terlalu tinggi,
aneurisma pada arteri dan penurunan faktor pembekuan
darah (leukemia, pengobatan dengan anti koagulan
- Beberapa penyebab yang menyatakan telah terjadi
kerusakan pembuluh darah arteri sebelumnya : penyakit
jantung angina, TIA., suplai darah menurun pada ektremitas
- Gaya hidup
- Riwayat keluaga
- Jenis klamin
1.3 Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu
a. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan pada serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah pada otak di
daerah tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran pasien umumnya
menurun. stroke hemoragik sendiri dapat dikategorikan menjadi dua jenis,
yaitu hemoragik intraserebral dan subarachnoid.
- Hemoragik intraserebral
troke jenis ini terjadi akibat arteri yang terdapat di dalam otak
pecah. Pecahnya arteri menyebabkan terjadi pendarahan di dalam
otak. Darah yang bocor akan memengaruhi jaringan di sekitar otak
beserta sel-selnya. Sebanyak 10% stroke jenis hemoragik tergolong
dalam intraserebral. Penyebab utamanya adalah hipertensi kronis.
- Hemoragik subarachnoid
Pada jenis subarachnoid, pendarahan juga terjadi akibat arteri
di otak pecah. Namun, darah yang keluar akan mengalir ke celah di
antara permukaan otak dan tengkorak kepala. Pendarahan
subarachnoid umumnya disebabkan oleh adanya aneurisma atau
pelebaran di arteri. Pelebaran tersebut dapat mengakibatkan arteri
pecah dan berkurangnya aliran darah ke otak.
1.9 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut :
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
1. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
2. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
3. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan
latihan-latihan gerak pasif.
1.10 Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi ,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan perfusi serebri dan oksigenasi yang adekuat.
2. Mencegah dan meminimalkan komplikasi dan kelumpuhan permanen.
3. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Memberikan dukungan terhadap proses mekanisme koping dan
mengintegrasikan perubahan konsep diri.
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis,
pengobatan dan kebutuhan rehabilitasi.
1.1.1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf
Misbach, 1999)
2) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti
Rochani, 2000)
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D.
Ignativicius, 1995)
4) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)
5) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini
dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol,
penggunaan obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, mudah lelah.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat
karena kejang otot/nyeri otot
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan
menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada
pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang,
anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena
tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : umumnya mengalami penurunan
kesadaran
b. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
c. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut
nadi bervariasi
2. Pemeriksaan integumen
a. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan
jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
b. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c. Rambut : umumnya tidak ada kelainan
4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan terkadang didapatkan suara nafas ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak
teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama
7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
8. Pemeriksaan neurologi
a. Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan
XII central.
b. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah
satu sisi tubuh
c. Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi
d. Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf
Misbach, 1999)
1.1.3. Perencanaan
Terapi oksigen
(3320)
1. Bersihkan
jalan nafas dari
secret
2. Pertahankan
jalan nafas tetap
efektif
3. Berikan
oksigen sesuai
intruksi
4. Monitor
aliran oksigen,
kanul oksigen dan
sistem humidifier
5. Beri
penjelasan kepada
klien tentang
pentingnya
pemberian
oksigen
6. Observasi
tanda-tanda hipo-
ventilasi
7. Monitor
respon klien
terhadap
pemberian
oksigen
8. Anjurkan
klien untuk tetap
memakai oksigen
selama aktifitas
dan tidur
Daftar pustaka
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan,
Edisi 8, EGC, Jakarta.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan, Diknakes, Jakarta.
Doengoes M. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan “Pedoman untuk
perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.