Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

1.1 Pengertian
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit
neurologi yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam
sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD). (Fransisca B Batticaca,
2008).
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. (Arif Muttaqin, 2008).
Perdarahan intracerebral adalah disfungsi neurologi fokal yang
akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi
secara spontan bukan olek karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler (UPF, 1994).

1.2 Etiologi
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke di antaranya :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak
yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis merupakan mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah
- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis
- Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit
meningkat dapat memperlambat aliran darah ke serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )

2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah
otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease (RHD).
b. Myokard infark.
c. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk.
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil
dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk
perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling sering terjadi :
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah

4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac Pulmonary Arrest
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
6. Faktor resiko
Beberapa faktor resiko yang sering terjadi pada pasien yang
mengalami stroke :
- Akibat adanya kerusakan pada arteri, yairtu usia, hipertensi
dan DM
- Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia
- Penyebab emboli MCI. Kelainan katup, heart tidak teratur
atau jenis penyakit jantung lainnya
- Penyebab haemorhagic, tekanan darah terlalu tinggi,
aneurisma pada arteri dan penurunan faktor pembekuan
darah (leukemia, pengobatan dengan anti koagulan
- Beberapa penyebab yang menyatakan telah terjadi
kerusakan pembuluh darah arteri sebelumnya : penyakit
jantung angina, TIA., suplai darah menurun pada ektremitas
- Gaya hidup
- Riwayat keluaga
- Jenis klamin

1.3 Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu
a. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan pada serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah pada otak di
daerah tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran pasien umumnya
menurun. stroke hemoragik sendiri dapat dikategorikan menjadi dua jenis,
yaitu hemoragik intraserebral dan subarachnoid.
- Hemoragik intraserebral
troke jenis ini terjadi akibat arteri yang terdapat di dalam otak
pecah. Pecahnya arteri menyebabkan terjadi pendarahan di dalam
otak. Darah yang bocor akan memengaruhi jaringan di sekitar otak
beserta sel-selnya. Sebanyak 10% stroke jenis hemoragik tergolong
dalam intraserebral. Penyebab utamanya adalah hipertensi kronis.

- Hemoragik subarachnoid
Pada jenis subarachnoid, pendarahan juga terjadi akibat arteri
di otak pecah. Namun, darah yang keluar akan mengalir ke celah di
antara permukaan otak dan tengkorak kepala. Pendarahan
subarachnoid umumnya disebabkan oleh adanya aneurisma atau
pelebaran di arteri. Pelebaran tersebut dapat mengakibatkan arteri
pecah dan berkurangnya aliran darah ke otak.

b. Stroke Non Haemorhagic


Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi pada saat setelah lama beristirahat, seperti baru bangun tidur atau di
pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder, pada
umummnya kesadaran baik. Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan
lokasi penggumpalan, yaitu:
- Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah
otak, melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem
vaskuler sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada
penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
- Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke
otak. Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik
trombus dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior).
1.4 Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
dalam otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor tertentu seperti
lokasi dan besarnya pembuluh darah serta adekuatnya sirkulasi kolateral
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai
darah ke otak dapat berubah makin lambat atau cepat, pada gangguan lokal
seperti pada thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler atau
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat. Thrombus dapat
pecah pada dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah, thrombus dapat mengakibatkan :
a. Iskemia pada jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah
b. Edema dan kongesti disekitar area
Area edema ini dapat menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari
pada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam
atau beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan, CVA, karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik
infeksi akan meluas pada dinding pembulu darah maka akan terjadi abses
atau ensefalitis, atau jika infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat dapat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini
akan menyebabkan perdarahan cerebral, perdarahan pada otak lebih sering
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat menyebabkan anoksia
cerebral. Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat
reversibel dalam jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi karena
gangguan yang bervariasi salah satunya yaitu cardiac arrest.
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi
pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya
muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala
mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi
lebih buruk dari waktu ke waktu. Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang
11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan
12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Radiologi
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah sebagai berikut :
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk
mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran
lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein
menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia,
dan posisi kerusakannya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya
perdarahan EEG Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat
masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-
hari pertama
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali
d. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri
1.8 Diagnosa Banding
Gejala neurologis fokal yang terjadi mendadak seperti pada pasien stroke
memiliki diagnosis banding yang luas, seperti:
1. Penyakit sistemik atau kejang, yang menyebabkan
perburukan stroke yang pernah dialami
2. Kejang epileptik atau kejang non konvulsif
3. Lesi struktural intracranial: hematoma subdural, tumor otak,
MAV
4. Ensefalopati metabolic/toksik: hipoglikemia, hiperglikemia
non-ketotik, hiponatremia, Wernicke-Korsakoff syndrome,
ensefalopati hepatic, intoksikasi obat dan alkohol,
septikemia.
5. Fungsional/non-neurologis
6. Ensefalitis atau abses otak
7. Cedera kepala
8. Penyakit Creutzfeldt-Jakob

1.9 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut :
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
1. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
2. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
3. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan
latihan-latihan gerak pasif.
1.10 Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi ,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan, nyeri pada


daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus

1.11 Proses keperawatan


Pengkajian data dasar
1. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia,
CHf, polisitemia. Dan hipertensi arterial.
3. Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan
untuk mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine,
anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
5. Makanan/cairan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,
dysfagia.
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Aspirasi
irreguler, suara nafas, whezing,ronchi
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi Tidak mampu
mengambil keputusan.
10. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara Ketidakmampuan berkomunikasi
11. Belajar mengajar
a. Pergunakan alat kontrasepsi
b. Pengaturan makanan
c. Latihan untuk pekerjaan rumah

PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan perfusi serebri dan oksigenasi yang adekuat.
2. Mencegah dan meminimalkan komplikasi dan kelumpuhan permanen.
3. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Memberikan dukungan terhadap proses mekanisme koping dan
mengintegrasikan perubahan konsep diri.
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis,
pengobatan dan kebutuhan rehabilitasi.

TUJUAN AKHIR KEPERAWATAN


1. Meningkatnya fungsi serebral dan menurunnya defisit neurologis.
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi.
3. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi baik oleh dirinya maupun orang lain.
4. Mekanisme koping positip dan mampu merencanakan keadaan
setelah sakit
5. Mengerti terhadap proses penyakit dan prognosis.

1.1.1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf
Misbach, 1999)
2) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti
Rochani, 2000)
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D.
Ignativicius, 1995)
4) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)
5) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini
dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol,
penggunaan obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, mudah lelah.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat
karena kejang otot/nyeri otot
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan
menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada
pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang,
anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena
tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : umumnya mengalami penurunan
kesadaran
b. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
c. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut
nadi bervariasi
2. Pemeriksaan integumen
a. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan
jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
b. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c. Rambut : umumnya tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Kepala : bentuk normocephalik
b. Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan terkadang didapatkan suara nafas ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak
teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama

6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus


Kadang sering di jumpai incontinensia atau retensio urine
pada pasien.

7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh

8. Pemeriksaan neurologi
a. Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan
XII central.
b. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah
satu sisi tubuh
c. Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi
d. Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf
Misbach, 1999)

1.1.2. Diagnosa Keperawatan


1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d
aterosklerosis aortik. (Nanda, Domain 4, 00201, hal. 252)
2. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan sistem saraf
pusat. (Nanda Domain 5, 00051, hal. 278)
3. Defisit perawatan diri; mandi b.d kerusakan
neuromuskular. (Nanda Domain 4, 00108, hal. 258)
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular.
(Nanda Domain 4, 00085, hal. 232)
5. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
disfungsi neuromuskular (Nanda Domain 4, 00032, hal. 243)
6. Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
(Nanda, Domain 11, 00047, hal. 426)
7. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran (Nanda, Domain 11, 00039, hal. 407)
8. Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia
jaringan (Nanda, Domain 11, 00035, hal. 412)

1.1.3. Perencanaan

N Diagnosa NOC dan Indikator NIC


o keperawatan
1 Risiko ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan Monitoring
an perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 Monitor tekanan
. intrakranial
otak b.d jam, diharapkan suplai aliran (2590)
aterosklerosis darah keotak lancar dengan 1. Berikan
aortik. (Nanda, kriteria hasil: status sirkulasi informasi kepada
Domain 4, 00201, (0401) keluarga
hal. 252) Kode indikator s.a s.t 2. Set alarm
3. Monitor
040101 Tekanan
tekanan perfusi
darah serebral
sistol 4. Catat respon
040102 Tekanan pasien terhadap
darah stimuli
5. Monitor
diastole tekanan
040107 Hipotensi intrakranial pasien
ortostatik dan respon
Kriteria hasil : perfusi neurology
jaringan otak (0406) terhadap aktivitas
6. Monitor
kode indikator s.a s.t jumlah drainage
0406 Tekanan cairan
02 intrakran serebrospinal
ial 7. Monitor
intake dan output
0406 Tingkat cairan
19 kesadara 8. Restrain
n pasien jika perlu
9. Monitor suhu
dan angka WBC
10.Kolaborasi
pemberian
antibiotik
11.Posisikan
pasien pada posisi
semifowler
12.Minimalkan
stimuli dari
lingkungan

Terapi oksigen
(3320)
1. Bersihkan
jalan nafas dari
secret
2. Pertahankan
jalan nafas tetap
efektif
3. Berikan
oksigen sesuai
intruksi
4. Monitor
aliran oksigen,
kanul oksigen dan
sistem humidifier
5. Beri
penjelasan kepada
klien tentang
pentingnya
pemberian
oksigen
6. Observasi
tanda-tanda hipo-
ventilasi
7. Monitor
respon klien
terhadap
pemberian
oksigen
8. Anjurkan
klien untuk tetap
memakai oksigen
selama aktifitas
dan tidur
Daftar pustaka

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan,
Edisi 8, EGC, Jakarta.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan, Diknakes, Jakarta.
Doengoes M. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan “Pedoman untuk
perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai