DISUSUN OLEH :
SISKA WATI
090 STYC17
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Masalah.................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang banyak ditemukan
di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara,
Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia,
agennya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam family Flaviridae dan
genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-
4. Diturunkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terimfeksi,
khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae.
Demam berdarah dengue adalah suatau penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti (Suriadi & Yuliana, 2006). DHF adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.(Hendarwanto, 2004 ).
Kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) per 1 Februari 2019
tercatat 15.132 kasus dengan angka kematian mencapai 145 jiwa di seluruh
Indonesia. Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian
Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, provinsi dengan
kasus DBD dan kematian akibat DBD paling tinggi saat ini adalah Provinsi
Jawa Timur dengan 3.074 kasus dan 52 kematian. Selanjutnya, posisi kedua
ditempati Jawa Barat dengan 2.204 kasus dan 14 meninggal dunia, lalu;
disusul Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 1.092 kasus dan 13 meninggal
dunia, serta; Sumatera Utara dengan 1.071 kasus dan13 meninggal dunia
“Data sekarang Kapuas (Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah) sudah
mencabut (status KLB). Manggarai Barat (NTT) kasusnya mulai turun walau
ada satu dua. Kami harus spesifik (melihat kondisi) masing-masing daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep Teori Tentang DHF dan Konsep Teori keluarga?
2. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan?
1
C. Tujuan
Tujuan pembuatan Laporan Pendahuluan ini untuk mengetahui
bagaimana konsep teori penyakit DHF dam konsep keperwatan keluarga serta
untuk mengetahui bagaiamana konsep asuhan keperawatan keluarga.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh dari
serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit
tersebut. Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit.Sel darah
putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000 sel/mm³.
c) Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang
dalam peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi
antara 200.000 – 300.000/mm³ darah.
b. Struktur Sel
a) Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-
10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus
gabungan protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang
keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel
dan menerima segala untuk rangsangan yang datang.
b) Plasma
Terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1) Air membentuk 90 % volume plasma
2) Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan
darah serta melawan bibit penyakit (immunoglobulin).
3) Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2
berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik dan pH darah
sehingga fungsi normal jaringan tubuh.
4) Zat-zat makanan sebagai makanan sel.
5) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi
untuk
membantu metabolisme.
6) Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri
7) Sesuai produk jaringan : urea, asam urat dan kreatinin
C. Klasifikasi
Klasifikasi derajad DBD menurut WHO :
Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
4
manifestasi perdarahan adalah uji turniquet positif
Derajat 2 Derajad 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan / atau
perdarahan lain
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi lembab, dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di
ukur.
Sumber : BA infeksi dan pediatri tropis.
D. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat
4 serotipe virus yaitu DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak
dapat memberi perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah di indonesia (Sudoyo Aru, 2009).
E. Manifestasi klinis
Menurut Khair 2013, tanda dan gejalanya adalah :
1. Demam tinggi 5-7 hari
2. Perdarahan , terutama perdarahan bawah kulit, ptekie, hematoma
3. Epistaksi, hemamelena, hematuria
4. Mual, muntah diare, konstipasi, tidak ada nafsu makan
5. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa dan kelenjer getah bening
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,tekanan darah
menurun, gelisah, capila reffil time lebih dari 2 detik nadi cepat dan
lemah).
Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa :
5
a. Demam disertai ruam-ruam makulopapular
b. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan
demam ringan/ demam tinggi (> 39◦C) yang tiba- tiba dan
berlangsung selama 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri
dibelakang mata, nyeri sendi dan otot, mual dam muntah dan ruam-
ruam.
c. Bintik-bintik perdarahan dikulit sering terjadi, kadang-kadang disertai
bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva
d. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati,
nyeri ditulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut
e. Kadang-kadang demam mencapai 40-41◦C dan terjadi kejang demam
pada bayi.
F. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa
penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah,
nyeri otot, pegal diseluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut,
bintik-bintik merahpada kulit. Kelainan juga dapat terjadi pada sistem retikulo
endotel atauseperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Pelepasanzat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem
kalikreinmenyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibat pembesaran plasama terjadi pengurangan
volumeplasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistemreikulo
endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti bodiyang
akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia (Price dan Wilson, 2000).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai
puncaknyasaat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma
dapatberkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang
terjadiakibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan
6
terjadianoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan
inibiasanya pada hari ke-3 dan ke-7 (Sudoyo, 2000).
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah
akanmenyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia,yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dankelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan. Reaksi perdarahanpada pasien DHF diakibatkan adanya gangguan
pada hemostasis yangmencakup perubahan vaskuler, trombositopenia
(trombosit < 100.000/mm3),menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protrombin,faktor V, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan yang
terjadi seperti peteke,ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai
perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal Pembekuan yang meluas pada
intravaskuler (DIC) jugabisa menyebabkan terjadi saat renjatan (Price dan
Wilson, 2000).
7
G. WOC
(Prince dan Wilson,2000)
Trombo Sitopeni
Merangsang &
mengaktivasi factor
pembekuan
DIC
Resiko syok
(hipovolemik) Kekurangan Volume Cairan Ke Extravaskuler
Ketidakseimbangan Nutrisi
Ketidakefektifan
Penekanan intra Kurang Dari Kebutuhan
pola nafas 8
Hematomegali
abdomen Mual, Muntah
Ascites
EfusiParu-Paru
pleura Nyeri
Hepar Abdomen
H. Komplikasi
Komplikasi DHF menurut Smeltzer danBare (2002) adalahperdarahan,
kegagalan sirkulasi, Hepatomegali, dan Efusi pleura.
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa
hiduptrombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,
peteke, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardiumvolume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi
atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga
disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkanperfusi miokard dan
curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggudan terjadi iskemia
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresifdan irreversibel, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan
selsel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih
besardan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks
virusantibody.
4. Efusi pleura
9
Efusipleura karena adanya kebocoran plasma yangmengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusipleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a) Trombosit menurun
b) Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c) Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d) Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e) Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
f) Hiponatremia( NA rendah )
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax ( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
1) DHF Tanpa Renjatan
a) Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
c) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk
anak <1th dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika
15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis
3mg / kb bb ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg
bb.
d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF Dengan Renjatan
a) Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan
b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma
expander (20– 30 ml/ kg BB )
c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
10
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vitalsecara kontinue tiap jam
b. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
c. Observasi intake output
d. Diet makan lunak
e. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum
1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres.
f. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan
Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
g. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter,
observasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
h. Resiko Perdarahan
a) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan
melena
b) Catat banyak, warna dari perdarahan
c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro
Intestinal
i. Peningkatan suhu tubuh
a) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
b) Beri minum banyak
c) Berikan kompres
2. Konsep KeperawatanKeluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap tiap anggotan keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011, hal 67).
1. Tipe Keluarga
Menurut Mubarak (2011 hal 70-71) keluarga dibagi beberapa tipe yaitu:
11
a. Traditional nuclear adalah keluarga inti yang terdiri atas ayah,
ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
b. Extended family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
c. Reconstituted nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan yang baru.
d. Middle Age/Aging Couple adalah suami sebagai pencari uang,
istri dirumah,/keduanya bekerja di rumah, anak anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak, keduanya/salah satunya bekerja diluar rumah.
f. Single Parent adalah satu orang tua sebagai akibat
perceraian/kematian pasangannya dan anak anaknya dapat tinggal
dirumah/di luar rumah.
g. Dual Varrrier adalah suami istri berkarir dan tanpa anak.
h. Commuter Married adalah suami istri orang karir dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu
waktu tertentu.
i. Single Adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri
dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
j. Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam
satu rumah.
k. Institutional adalah anak anak atau orang dewasa tinggal dalam
suatu panti panti.
l. Comunal adalah satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang
monogami dengan anak anaknya dan bersama sama dalam
penyediaan fasilitas.
12
m. Group Marriage adalah satu perumahan terdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua
dari anak anak.
n. Unmaried parent and Child adalah ibu dan anak dimana
perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
o. Cohibing couple adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa pernikahan
2. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
Berikut adalah tahap tahap perkembangan keluarga menurut (Mubarak
dkk, 2011, hal 86-92) disertai dengan tugas pada setiap
perkembangannya.
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning familiy)
Keluarga baru dimulai pada saat masing masing individu,
yaitu sumai dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga masing masing, secara
psikologis keluarga tersebut memiliki keluarga baru.
Tugas perkembangan pada keluarga ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain
4) Merencanakan anak
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan
diri untuk kehamilan.
b. Tahap II keluarga dengan kehamilan anak pertama (child bearing
family)
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar
dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan
perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Tugas perkembangan pada tahp ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Membagi peran dan tanggung jawab.
13
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana
rumah yang menyenangkan.
4) Mempersiapkan biaya bayi.
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai
balita.
7) Mengadakan kegiatan keagamaan.
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun
berakhir saat usia 5 tahun.
Tugas perkembangan pada keluarga ini antara lain :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak untuk bersosialisai.
3) Bearadaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan keluarga yang sehat.
5) Pembagian waktu untuk pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertuamemasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak,
pendidikan, dan semangat belajar.
2) Tetap memepertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
14
4) Menyediakan aktivitas untuk anak.
5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak.
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab meningat remaja yang sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antar anak dan
orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
4) Perubahan sitem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.
f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Meperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua yang sedang memasuki masa tua.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga.
6) Berperan suami istri, kakek, dan nenek.
15
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak anak.
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu
pasangan meninggal.
Tugas pekembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antrara generasi muda dan
generasi tua
4) Keakraban dengan pasangan.
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Tahap VII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat
salah satu pasangan pensiun, berlanjut sampai salah satu pasangan
meninggal, sampai keduanya meninggal.
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan.
3) Mempertahnkan keakraban suami istri dan saling
merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
5) Menerima kematian pasangan, kawan, dan
mempersiapkan kematian.
3. Fungsi keluarga
16
Fungsi keluarga menurut (Mubarak dkk, 2011, hal 76) adalah
sebagai berikut :
17
4. Struktur keluarga
Struktur keluarga oleh Fredman dikuti dari (Mubarak dkk, 2011,
hal 69-70) digambarkan sebagai berikut:
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik
selesai, dan ada hirearki kekuatan.
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkain perilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang
lain.
d. Struktur niali dan norma
Nilai adalah sistem ide ide, sikap kenyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma
adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat
sekitar keluarga.
5. Peran Keluarga
Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya,
seperti cara masyarakat membagi peran – perannya menurut
pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem.
Menurut Mubarak (2011, hal 72-73) peran keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Peran sebagai provider atau penyedia.
b. Sebagai pengatur rumah tangga.
c. Perawatan anak, baik yang sakit maupun yang sehat.
d. Sosialisasi anak.
e. Rekreasi.
18
f. Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal
dan maternal
g. Peran teraupetik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan).
h. Peran seksual.
19
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya (Mubarak,
dkk, 2011, hal 95-110). Data data yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pekerjaan dan pendidikan,
jenis kelamin, hubungan, dan genogram.
2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa atau latar belakang budaya, mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut.
4) Agama.
5) Status sosial ekonomi keluarga.
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
d. Struktur keluarga
1) Pola pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Struktur nilai dan norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
20
5) Fungsi ekonomi
f. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek
2) Stresor jangka panjang
3) Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor
4) Strategi koping yang digunakan
5) Strategi adaptasi fungsional
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Analisa Data
Analisa data berisi data objektif dan data subjektif disetai masalah
dan penyebabnya (Mubarak, dkk, 2011, hal 95-110).
DO:
- Kurangnya informasi tentang
penyakit DBD
- Jarang membuka ventilasi rumah
21
- Ada jentik dikamar mandi
22
No Kriteria Skor bobot
1 Sifat masalah
1
Skala 3
a. Skala: Tidak/kurang sehat 2x
b. Ancaman kesehatan
c. Keadaan sejahtra 1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
2
Skala
2
a. Mudah
b. Sebagian 1
c. Rendah
3 0
Skala 1
3
a. Tinggi
b. Cukup 2
c. Rendah
4 1
1
Menonjolnya masalah
Skala
Total
23
Penetapan Skoring Prioritas Diagnosa Perawatan
________________________ x Bobot =
Skor Tertinggi
24
6. Tindakan keperawatan keluarga
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal hal (Mubarak, dkk, 2011,
hal 95-110) dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.
7. Evaluasi
Langkah langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada individu maupun keluarga (Mubarak, dkk, 2011, hal 95-
110) adalah sebagai berikut :
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.
d. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai.
e. Bandingkan keadaan yang nyata dengan kriteria standar untuk
evaluasi.
f. Identifikasi penyebab.
g. Perbaiki tujuan berikutnya
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
25
A. PENGKAJIAN ( tanggal :02-03-2020 )
I. Data Umum
1. Kepala Keluarga KK :LALU MUHAMMAD ZAINI
2. Alamat dan Telepon : SINDU
3. Pekerjaan KK :-
4. Pendidikan KK :SMK
5. Komposisi Keluarga
Status Imunisasi
Hub Kel. KK
Pendidikan
Jenis Kel.
Campak
Nam Ket.
Umur
B Hepat
No Polio DPT
a C itis
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 L.M L KK 3 SM
ZAI 5 K
NI
3 P P AN 7 SD
AK
4 L L AN 4 -
AK
26
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Sampai saat ini semua tugas perkembangan keluarga terpenuhi
Genogram
Ket:
Meninggal
Perempuan
Pasien
Perempuan
-----Tinggal serumah
Garis keturunan
27
Garis pernikahan
Denah rumah
R. Tidur
U
Tempat jualan
R. Keluarga B T
R. Tidur
WC Dapur S
Ket:
2 kamar tidur
1 Ruang keluarga
1 WC
1 Dapur
28
Tn. L Mengatakan sering berkomunikasi/ mengobrol dengan tetangga
dekat rumahnya
2. Fungsi sosialisasil
29
Kerukunan keluarga terjaga dengan baik, iteraksi dalm keluarga
sangat baik dengan komunikasi yang dilakukan secara terbuka dan
interasi dgn masyarakat terjalin dengan baik
4. Fungsi reproduksi
Ny. M memutuskan untuk tidak menggunakan KB dengan alasan takut
kegemukan
5. Fungsi ekonomi
Tn. L mengatakan Ny. M pernah bekerja tapi berhenti dan sekarang
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari berjualan di depan rumah
30
V. Stres dan koping keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
Jangka pendek: Tn . L menerima Ny. M meskipun tidak bekerja
31
1 Subjektif : Ketidakmampuan Kurangnya
keluarga Tn. L dalam pengetahuan tentang
- Tn.L
mengenal masalah masalah kesehatan
mengatakan
kesehatan
tidak
mengtahui
anaknya
terkena DBD
Objektif :
- Terlihat
Mengetahui
anaknya panas
saja.
Objektif :
- Terlihar Ny.M
membawa
ankanya
setelah panas
sudah 4 hari
32
No Diagnosa Keperawatan (PES)
1. Diagnosa Aktual
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan /
Ketidakmauan + 5 Tgs Kluarga)
2. Diagnosa Resiko
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan /
Ketidakmauan + 5 Tgs Kluarga)
3. Diagnosa Potensial
Problem tanpa etilogi
1 Sifat masalah
1
Skala 3
d. Skala: Tidak/kurang sehat 2x
e. Ancaman kesehatan
f. Keadaan sejahtra 1
2
33
Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala 2x
d. Mudah 1
e. Sebagian
3 f. Rendah 0
Menonjolnya masalah
Skala
Total
Skor Tertinggi
34
2. Ketidakmampuan keluarga Tn. L dalam mengambil keputusan
ditandai dengan anaknya dinbawa ke puskesmas setelah 4 hari
panas yang tak kunjung turun
1 Sifat masalah
1
Skala 3
g. Skala: Tidak/kurang sehat 2x
h. Ancaman kesehatan
i. Keadaan sejahtra 1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
2
Skala
2
g. Mudah
h. Sebagian 1
i. Rendah
3 0x
Skala 1
3
g. Tinggi
h. Cukup 2x
i. Rendah
4 1
1
Menonjolnya masalah
Skala
35
0
Total
Skor Tertinggi
36
keluarga Tn. L dilakukan pertemuan - Beri wakru keluarga pasien
dalam mengenal tindakan diharapkan untuk n
keperawatan keluarga Tn. L - Memberi penjelasan tentang
masalah kesehatan
diharapkan mampu memahami masalah kesehatan
ditandai dengan keluarga dapat masalah kesehatan (penyakit DBD)
tidak mengetahui mengenal dengan kriteria - Kaji pengetahuan keluerga
masalah hasil: tentang pengertian
anakanya terkena
kesehatan - keluarga (penyakit DBD)
DBD dan hanya dapat - Diskusikan dengan keluarga
mengetahui Tujuan memahami tentang pengertian
khusus: masalah (penyakit DBD)
anaknya panas
Keluarga kesehatan - Beri reinforcemen kepada
saja mampu keluarga untuk menanyakan
memahami hal-hal yang kurang jelas
masalah - Tanyakan kembali hal-hal
kesehatan yang telah dijelaskan
Ansietas b/d Tujuan Setelah dilaukan - Berikan penyuluhan
ketidak mampuan khusus: keperwatan 3x tentang bagaimana cara
keluarga dalam Keluarga pertemuan perawatan pasien dengan
memutuskan mampu diharapkan (penyakit DBD)
tindakan memutuskan keluarga Tn. L - Berikan penjelasan tentang
kesehatan yang tindakan mampu memahami konsep penyakit DBD
tepat kesehatan yang masalah kesehatan (pengertian, penyebab,
tepat dengan kriteria tanda dan gejala,
hasil: penanganan)
keluarga mampu
memutuskan
tindakan kesehatan
yang tepat
D. IMPLEMENTASI
No. Tanggal & waktu No Diagnosa Implementasi
Keperawatan
37
tentang pengertian (penyakit DBD)
5. Memberi reinforcemen kepada
keluarga untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
6. Menanyakan kembali hal-hal yang
telah dijelaskan
Jumaat 20/03/2020 2 1. Memberikan penyuluhan tentang
bagaimana cara perawatan pasien
14.00-15.30 dengan (penyakit DBD)
2. Memberikan penjelasan tentang
konsep penyakit DBD (pengertian,
penyebab, tanda dan gejala,
penanganan).
E. EVALUASI
No.
Diagnosa
Tanggal & Implementasi
Keperawatan
waktu
P : intervensi di hentikan
38
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan
Catatan :
Pada setiap tahap perlu dituliskan dengan jelas dan benar tentang tempat,
tanggal, nama perawat sebagai bukti identifikasi
BAB V
39
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatau penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti, penyakit ini bisa terdapat pada anak dan dewasa
dengangejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama. dari virus dengue dalam peredaran
darah akanmenyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia,yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dankelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang
lebih lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau
keadaan pasien tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue
Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada
klien.Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu
program di ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang
penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
40
Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. (1995). Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing.
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Sagung
Seto. Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
41