Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP DASAR PERAWATAN GAWAT DARURAT

OLEH:

NAMA : SISKA WATI

NIM : 090STYC17

KELAS : A2 (semester VI, tingkat III)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAATAN
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong saya


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah dengan juduI “KONSEP DASAR PERAWATAN GAWAT DARURAT” ini saya
susun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah “KEPRAWATAN GAWAT DARURAT” , saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak selaku dosen mata kuliah,terimakasih serta
pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon saran dan
kritiknya. Terimaksih

Mataram, 3 April 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Konsep perawatan gawat darurat.............................................................................3
2.2 Peran dan fungsi perawat gawat darurat..................................................................12
2.3 Efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien dan keluarga...............................13
2.4 Pengkajian primer dan skunder...............................................................................14
2.5 Isu end of life di keprawatan gawat darurat.............................................................17
2.6 Prinsip etik pada perawatan gawat darurat..............................................................19

BAB III PENUTUP...........................................................................................................21


3.1 Kesimpulan..............................................................................................................21
3.2 Saran........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kegawat daruratan atau dapat pula disebut sebagai emergency adalah suatu situasi
yang mendesak yang beresiko terhadap kesehatan, kehidupan, kesejahteraan atau
lingkungan. Suatu insiden dapat menjadi suatu kegawatdaruratan apabila merupakan
suatu insiden dan mendesak atau mengancam nyawa, kesehatan, kesejahteran ataupun
lingkungan; insiden yang sebelumnya menyebabkan hilangnya nyawa seseorang,
kecacatan, merusak kesejahteraan, ataupun merusak lingkungan; atau insiden yang
memiliki probabilitas yang tinggi untuk menyebabkan bahaya langsung ke kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan ataupun lingkungan (Wikipedia 2015).

Kegawa daruratan medis adalah insiden cedera atau sakit yang akut dan
menimbulkan resiko langsung terhadap kehidupan atau kesehatan jangka panjang
seseorang (Caroline, 2013). Keadaan darurat tersebut memerlukan bantuan orang lain
yang idealnya memiliki kualisifikasi dalam melakukan pertolongan, hal ini
membutuhkan keterlibatan dari berbagai pelayanan multilevel, baik dari pemberi
pertolongan pertama, teknisi sampai kelayanan kesehatan gawat darurat.

Kegawat daruratan medis merupakan keadaan harus mendapat intervensi segera.


Dalam merespon kegawatdaruratan telah dibentuk emergency medikal service (EMS)
atau di sebut pula layanan kegawatdaruratan medis. Tujuan utama dari layanan ini adalah
memberikan pengobatan kepada pasien yang membutuhkan perawatan medis mendesak,
dan tujuan menstabilkan kondisi saat itu, dan menyediakan transpor efisien dan efektif
bagi pasien menuju layanan pengobatan definitif.

Layanan kegawatdaruratan medis di tiap-tiap negara dan daerah menyediakan


layanan yang beragam dengan metode yang beragam pula, hal ini ditentukan oleh
kebijakan pemerintah negara masing-masing dengan metode pendekatan yang berbeda
pula tergantung dari kondisi dari negara tersebut. Secara umum, semua layanan
kegawatdaruratn medis menyediakan layanan bantuan hidup dasar.

Bantuan hidup dasar merupakan suatau tindakan medis yang dilakukan pada pasien
dengan sakit yang mengancam nyawa atau cidera sampai pasien tersebut mendapatkan
pelayanan kesehatan penuh dirumah sakit. Pemberian BHD bertujuan untuk
menyediakan sirkulasi darah yang adekuat serta pernapasan melalui pembebasan jalan
napas (AHA 2010).

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian Konsep perawatan gawat darurat?


2. Apa saja Peran dan fungsi perawatan gawat darurat?
3. Apa saja Efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien dan keluarga?
4. Bagaimana Pengkajian primer dan skunder?

1
5. Apa saja Isu end of life di keprawatan gawat darurat?
6. Apa saja Prinsip etik pada perawat gawat darurat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Konsep perawatan gawat darurat?


2. Untuk mengetahui Peran dan fungsi perawatan gawat darurat?
3. Untuk mengetahui Efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien dan keluarga?
4. Untuk mengetahuiPengkajian primer dan skunder?
5. Untuk mengetahui Isu end of life di keprawatan gawat darurat?
6. Untuk mengetahui Prinsip etik pada perawatan gawat darurat?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep perawatan gawat darurat


a. Pengertian perawatan gawat darurat
Keperawatan gawat darurat atau emergency nursing merupakan
pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan
injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan. Kegawatdaruratan medis
dapat diartikan menjadi suatu keadaan cedera atau sakit akut yang
membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah
atau mencegah kecacatan serta rasa sakit pada pasien. Pasien gawat darurat
merupakan pasien yang memerlukan pertolongan segera dengan tepat dan
cepat untuk mencegah terjadinya kematian atau kecacatan. Dalam
penanganannya dibutuhkan bantuan oleh penolong yang profesional. Derajat
kegawatdaruratan serta kualitas dari penanganan yang diberikan
membutuhkan keterlibatan dari berbagai tingkatan pelayanan, baik dari
penolong pertama, teknisi kesehatan kegawatdaruratan serta dokter
kegawatdaruratannya itu sendiri. Respon terhadap keadaan kegawatdaruratan
medis bergantung kuat pada situasinya. Keterlibatan pasien itu sendiri serta
ketersediaan sumber daya untuk menolong. Hal tersebut beragam tergantung
dimana peristiwa kegawatdaruratan itu terjadi, diluar atau didalam rumah sakit
(Caroline 2013).
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah suatu keadaan yang
terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang
memerlukan penanganan/pertolongan segera dalam arti pertolongan secara
cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu
meka korban akan mati atau cacat/ kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup. (Saanin, 2012).
Keadaan darurat adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-
waktu/ kapan saja terjadi dimana saja dan dapat menyangkut siapa saja
sebagai akibat dari suatu kecelakaan, suatu proses medic atau perjalanan suatu
penyakit (Saanin, 2012). Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikkan
pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi
juga memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan
keluarga. Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan professional
keperawatan yang diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis.
Namun UGD dan klinik kedaruratan sering digunakan untuk masalah yang
tidak urgent, sehingga filosofi tentang keperawatan gawat darurat menjadi
luas, kedaruratan yaitu apapun yang dialami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai kedaruratan (Hati, 2011 dalam Saanin, 2012).

3
b. Tujuan Keperawatan Gawat Darurat
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita
gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang lebih memadai
3. Menanggulangi korban bencana
4. Penderita Gawat Darurat
5. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernapasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pankreas
g. Penyebab Kegagalan Organ:
1) Trauma/cedera
2) Infeksi
3) Keracunan (poisoning)
4) Degenerasi (failure)
5) Asfiksia
6) Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive
loss of wafer and electrolit)
6. Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6
menit), sedangkan kegagalan sistem/organ yang lain dapat menyebabkan
kematian dalam waktu yang lebih lama.

c. Prinsip Keperawatan Gawat darurat


Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat
serta harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama
menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis, dokter), baik
didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap
saat dan menimpa siapa saja.
1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan
panik).
2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.

4
3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang
mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat,
keracunan).
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara
menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali
jika ada ortopnea), lindungi korban dari kedinginan.
5. Jika korban sadar jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk
menenangkan dan yakinkan akan ditolong.
6. Hindari mengangkat atau memindahkan yang tidak perlu,
memindahkan jika hanya ada kondisi yang membahayakan.
7. Jangan di beri minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan
kemungkinan tindakan anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama
selesai dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai.
d. Karakteristik keperawatan gawat darurat
Keperawatan gawat darurat bersifat cepat dan perlu tindakan yang
tepat, serta memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi. Perawat gawat darurat
harus mengkaji pasien meraka dengan cepat dan merencanakan intervensi
sambil berkolaborasi dengan dokter gawat darurat. Dan harus
mengimplementasikan rencana pengobatan, mengevaluasi efektivitas
pengobatan, dan merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sangat
sempit. Hal tersebut merupakan tantangan besar bagi perawat, yang juga harus
membuat catatan perawatan yang akurat melalui pendokumentasian.
Di lingkungan gawat darurat, hidup dan mati seseorang ditentukan dalam
hitungan menit. Sifat gawat darurat kasus memfokuskan kontribusi
keperawatan pada hasil yang dicapai pasien, dan menekankan perlunya
perawat mencatat kontribusi profesional mereka.
1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi: kondisi klien, jumlah
klien dan keluarga yang datang
2. Kecemasan tinggi/panik dari klien dan keluarga
3. Keterbatasan sumber daya dan waktu
4. Pengkajian, diagnosis, dan tindakan keperawatan diberikan untuk
seluruh usia, dengan data dasar yang sangat terbatas
5. Jenis tindakan yang diberikan: tindakan yang memerlukan kecepatan
dan ketepatan yang tinggi
6. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan
yang bekerja di ruang gawat darurat
e. Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (kumpulan
materi mata kuliah Gadar: 2006):
1. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat
jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan penurunan kesadaran.
2. Gawat tidak darurat

5
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium
lanjut
3. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tibatiba tetapi tidak mengancam
nyawa atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
4. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD
f. Kode-kode Emergency di Rumah Sakit
1. Code Red
Adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di
lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim
siaga bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri
dari seluruh personel rumah sakit, yang masing-masing memiliki peran
spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana
rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di area
kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, dan
sebagainya. Tatalaksananya (RACE):
a) (R) REMOVE/RESCUE/SELAMATKAN setiap orang yang
berada dalam area kebakaran sambil meneriakkan: code red ----
code red
b) (A) ALERT/ALARM/SEBARLUASKAN dengan cara menelpon
Operator selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait
antara lain petugas security, selajutnya beritahu kawan terdekat.
Bila api membesar telpon Dinas Pemadam Kebakaran.
c) (C) CONFINE/ CONTAIN/SEKAT bila sekitar ruangan penuh api
dan asap, bila memungkinkan tutup pintu dan jendela untuk
mencegah api menjalar.
d) (E) EXTINGUISH/PADAMKAN bila api masih
memungkinkan/bila api masih kecil. Jangan ambil resiko yang
tidak perlu.
e) Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas yang
kemungkinan berkaitan dengan api, tapi tetap pertimbangkan
dengan cermat bila pasien masih memerlukan.
f) Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman.
g) Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau absensi
berurutan.
h) Kooperatif dengan semua intruksi yang diberikan oleh Staf Senior,
Manajer on Duty (MOD), ataupun petugas pemadam kebakaran
2. Code Blue (Biru)
Adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga pasien,
pengunjung, dan karyawan yang mengalami henti jantung dan
membutuhkan tindakan resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya

6
adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim code blue yang
bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin menuju
ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada
pasien. Tim medis reaksi cepat (tim code blue) ini merupakan gabungan
dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk penanganan pasien
henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang berbeda-
beda, dan bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada lantai yang
berbeda atau bangsal/ruang rawatan yang berbeda); diperlukan
pengumuman yang dapat memanggil mereka dengan cepat. Tatalaksana
akan dibahas dalam subbab berikutnya.
3. Code Pink (Merah muda)
Adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau
kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah sakit.Secara universal,
pengumuman ini seharusnya diikuti dengan lock down (menutup akses
keluar-masuk) rumah sakit secara serentak.Bahkan menghubungi bandar
udara, terminal, stasiun dan pelabuhan terdekat untuk kewaspadaan
terhadap bayi korban penculikan. Tatalaksananya:
a. Oleh karena beberapa jam pertama merupakan waktu kritis pada
kasus hilangnya bayi/anak-anak, hal terpenting adalah
menyediakan informasi akurat berkaitan dengan bayi/anak sesegera
mungkin. Apabila Bayi/Anak-Anak diculik maka Petugas yang
menemukan terjadinya penculikan bayi/anak, meneriakkan :“ Code
Pink – Code Pink !!!!”
b. Segera menelpon Operator, selanjutnya operator menghubungi
pihak yang terkait di Rumah Sakit antara lain security, Manager on
Duty, Direksi, dan Staf Senior lainnya).
c. Security atas perintah Pimpinan, menelepon POLRES atau
POLSEK setempat dan sebutkan: jenis kejadian, lokasi kejadian
dengan tepat, nama anda dan tugas/profesi Anda.
d. Petugas Kepolisian kemungkinan akan meminta gambar/foto
bayi/anak yang diculik (kalau ada), dan menanyakan beberapa
pertanyaan antara lain: kapan terjadinya, lokasi terakhir Anda
masih melihat bayi/anak yang hilang, dan memakai pakaian apa
bayi/anak tersebut.

7
e. Setelah menerangkan kepada yang berwajib, berupayalah untuk
tetap tenang. Anda akan mampu mengingat detail bayi/anak yang
diculik lebih mudah bila Anda telah memperoleh kondisi rasional
dan logisnya kembali.
4. Code Black (Hitam)
Adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang
membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang
mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri), ancaman
bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di lingkungan rumah sakit
dan ancaman lain. Dalam hal adanya ancaman terhadap seseorang (orang
bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang
atau melukai diri sendiri) yang dilakukan:
a. 4R (Remain calm - Tetap tenang, Retreat - Mundur bila lebih aman,
Raise the alarm - Bunyikan alarm, Record details - Catat rincian
kejadian)
b. Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau
melindungi pasien yang terancam.
c. Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman, sambil
meneriakkan:”Code Black - Code Black!!!!”
d. Melangkah mundur bila lebih aman. Hubungi Operator,
selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait antara lain
security, Manager on Duty, Direksi, dan Staf Senior lainnya,
terangkan tentang:
1) Jenis kejadian
2) Lokasi kejadian
3) Nama dan tempat tugas Anda.
e. Bila tidak memungkinkan melangkah mundur:
1) Turuti perintah pengancam
2) Lakukan hanya yang diminta
f. Bila bahaya sudah berlalu, telepon Operator, dan jelaskan
kejadiannya
g. Catat hasil pengamatan Anda secepatnya. (Misalnya : ciri
penyerang, senjata, cara bicara/logat, tingkah laku, tato, ciri
kendaraan, arah pelarian, dll-nya)

8
h. Amankan tempat kejadian perkara
i. Bekerjasama dengan security sambil menunggu petugas kepolisian
Bila mendapatkan ancaman bom, yang perlu dilakukan adalah:
1) Tetap tenang sambil mendengarkan suara si penelepon
2) Jangan menutup telepon
3) Gunakan telpon lain untuk menghubungi nomor POLRES
atau POLSEK setempat, hubungi operator untuk
selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait,dan
sampaikan: Bahwa terdapat ancaman bom, lokasi ancaman
bom secara tepat, nama anda dan tempat tugas/profesi
Anda, evakuasi Segera/Evacuation,
5. Code Brown (Coklat)
Adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien,
pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik yang telah
ditentukan. Pada intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan
tugasnya. Terdapat tiga tahap evakuasi:
a. TAHAP 1: Pindahkan korban dari daerah bahaya, misalnya dari
ruangan ke koridor, sambil meneriakkan: ”Code brown -- code
brown” untuk memberitahukan petugas lain
b. TAHAP 2 : Bersama-sama petugas lain pindahkan korban ke
ruangan yang aman pada lantai yang sama; lantai
bawahbilabangunan bertingkat
c. TAHAP 3 : Selesaikan evakuasi dari bangunan melalui koridor atau
tangga ke titik kumpul dan ikuti petunjuk dalam Emergency Plan
rumah sakit.
Pada saat evakuasi, bila diinstruksikan, evakuasikan ke area yang
dialokasikan dalam urutan sebagai berikut:
a. Pasien yang mampu bergerak sendiri
b. Pasien yang mampu bergerak dengan memerlukan bantuan
c. Pasien yang tidak mampu bergerak.
Penting untuk diperhatikan:
a. Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet) untuk
memastikan semua orang sudah dievakuasi)

9
b. Lakukan penghitungan untuk memastikan semua orang sudah
dievakuasi
c. Bila ada orang yang tidak diketemukan, laporkan ke Staf Senior,
Manager on Duty (MOD), atau Petugas Emergency
d. Jangan meninggalkan area titik kumpul sampai Staf Senior,
Manager on Duty (MOD), atau Petugas Penanggulangan Bencana
mengizinkan
e. Staf Senior, atau Manajer on Duty memberitahuan kepada Petugas
Penanggulangan Bencana yang bertugas untuk mengumumkan
“SEMUA AMAN” bila keadaan telah terkendali (Usahakan rekam
medik pasien harus selalu menyertai setiap pasien yang dievakuasi
bila memungkinkan)
6. Code Orange (Oranye)
Adalah kode yang mengumumkan adanya insiden yang terjadi di luar
rumah sakit (emergency eksternal) misalnya kecelakaan massal lalulintas
darat, laut, dan udara; ledakan, banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami,
dll. Tatalaksananya:
a. Pada saat menerima pemberitahuan terjadinya darurat eksternal,
petugas IGD dan atau operator akan menyampaikan kepada semua
pejabat senior dan Tim Siaga Bencana rumah sakit
b. Rekan yang berdekatan sesudah diberitahu petugas IGD atau
operator meneriakkan: “Code Orange – Code Orange !!!”
c. Setiap staf akan merespon sesuai dengan Panduan Siaga Bencana
rumah sakit. Respon dapat meliputi salah satu atau lebih langkah
berikut ini:
1) Bila memungkinkan sediakan tempat tidur untuk
menampung korban, bila perlu dengan cara memulangkan
sebagaian pasien rawat inap atau mengirimkannya ke RS
lain.
2) Sediakan fasilitas penerimaan dan perawatan pasien
secukupnya
3) Bila diminta oleh Manajer Senior atau Direksi ataupun
utusan dari lokasi bencana, sediakan bantuan yang dapat
dikirim ke lokasi bencana

10
4) Semua personil lainnya merespon sesuai arahan
supervisornya
5) Bila kondisi bencana memberikan dampak kepada rumah
sakit (misalnya serbuan asap, huru-hara sipil),
pengisolasian/penyekatan mungkin diperlukan
6) Tunggu sampai ada pemberitahuan bahwa “SITUASI
TELAH TERKENDALI”.
7. Code Yellow (Kuning)
Adalah kode yang mengumumkan adanya situasi krisis internal
(emergency internal) rumah sakit yang meliputi: kebocoran atau dugaan
kebocoran gas termasuk gas elpiji; kebocoran dan tumpahan bahan kimia
dan atau bahan berbahaya; kegagalan sistem vital seperti kegagalan back-
up daya listrik; boks pembagi daya listrik;seseorang terjebak/terjerat;
banjir; insiden radiasi; dan lain-lain. Tatalaksananya:
a. Pada saat menemukan kejadian emergency internal petugas
meneriakkan: ” Code Yellow – Code Yellow !!!!”
b. Hubungi nomor Operator unyuk selanjutnya menghubungi pihak
yang terkait antara lain security, Manager on Duty, Direksi, dan
Staf Senior lainnya.dan sebutkan : Jenis Emergency, Lokasi
Emergency dengan tepat.Nama Anda dan tugas/profesi Anda.
c. Jauhkan orang dari lokasi bahaya
d. Apabila evakuasi diperlukan, ikuti prosedur evakuasi, seperti pada
panduan Code Brown
e. Tunggu instruksi dari Staf Senior, Manager on Duty (MOD) atau
Petugas Emergency
f. Stanby untuk membantu bila diperlukan
g. Jangan kembali ketempat semula sampai Staf Senior, MOD, atau
yan bertanggung jawab dalam keamanan fasilitas menyatakan “
SEMUA TELAH AMAN”.
Dalam hal insiden kimia, biologis atau radiasi:
a) Pakailah masker dan atau tutup mulut
b) Buka pakaian yang terkontaminasi, dan cuci kulit dengan air
mengalir
c) Jauhi zona berbahaya.

11
2.2 Peran dan fungsi perawat gawat darurat
a. Peran perawat
Menurut konsorsium ilmu kesehtan tahun 1989 peran perawat terdiri dari:
1. Sebagai pemberi asuhan keprawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keprawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari berbagai
pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien meliputi:
a. Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
b. Hak atas informasi tentang penyakitnya
c. Hak atas privacy
d. Hak untuk menentukan nasipnya sendiri
e. Hak untuk menerima ganti rugi atas kelalaian.
3. Peran sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatakan
tingkat pengetahuan kesehatan dari tim kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan prilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahankan, merencanakan
serata mengorganisasikan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisiotrapi, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupa mengidentifikasi pelayanan perawatan yang diperlukan.
6. Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan .
7. Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perncanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberi pelayanan
keprawatan.
b. Fungsi perawat
1. Fungsi Independen

12
Merupakan fungsi mandiri dan tidsk tergantung pada orang lain ,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindkan untuk
memenuhi KDM.
2. Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (Care)
3. Fungsi Dependen Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau
sebagian dari profesi lain
4. Fungsi Kolaboratif Kerjasama saling membantu dalam program
kesehatan. (Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan)
5. Merawat & menjaga keutuhan alat agar siap pakai
6. Sebagai operator untuk alat kedokteran : ekg, defibrilator,
respirator, nebulizer, monitor jantung, air viva dll.
7. Sebagai pemberi askep pasien gawat darurat selama 24 jam terus
menerus berkesinambungan, turut serta dalam klb.

2.3 Efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien dan keluarga


a. Efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien
1. Efek psikologis:
1) Stres akibat kondisi penyakit
2) Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
3) Perasaan isolasi
4) Depresi
5) Perasaan rapu karena ketergantungan fisik dan emosional
Sebuah penelitian di Nerwegia yang mereview beberapa
panelitian kualitatif pada pasien yang dirawat diruang ICU
menemukan bahwa pasien mengalami stres yang berhubungan
dengan tiga tema besar yaitu:
1) Stress berkaitan dengan tubuh mereka
Menurunnya kontrol terhadap diri sendiri, reaksi emosi
berkaitan dengan prosedur tindakan, dan loss of
meaning (kehilangan makna hidup).
2) Stress berkaitan dengan runag ICU
Situasi ada diruang ICU seperti terpasang selang
dimulut dan hidung (OPA, NPA, OGT, NGT), tempat
tidur yang tidak nyaman, keterbatasan gerak karena alat
yang terpasangditubuh, sulit tidur, tidak mampu
berkomunikasi, lampu yang terang dan hidup terus-
menerus, kebisingan dari suara alat-alat yang ada
diruang ICU, tidak adanya privacy (laki-laki dan
perempuan berada pada satu runagan yang sama).
3) Stress berkaitan dengan relationship dengan orang lain
terutama keluarga terbatasnya waktu bersama dengan
keluarga, tidak mampu berkomunikasi.
2. Efek non psikologis:

13
1) Ketidakberdayaan
2) Pukulan (perubahan) konsep diri
3) Perubahan citra diri
4) Perubahan pola hidup
5) Perubahan pola aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial
pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga)
6) Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi).

b. Efek kondisi kegawat daruratan terhadap keluarga


1. Efek psikologis:
a) Stress akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga),
prosedur penanganan
b) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien
(anggota keluarga)
c) Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota
keluarga)
2. Efek non psikologis:
a) Perubahan struktur peran dalam keluarga
b) Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
c) Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
d) Masalah financial keluarga
e) Perubahan pola hidup keluarga
2.4 Pengkajian primer dan skunder
a. Pengkajian primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi
maka lakukan:
a) Chin lift / jaw trust
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding
dada.
3. Circulation

14
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit
dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah:
a) Awake :A
b) Respon bicara :V
c) Respon nyeri :P
d) Tidak ada respon : U
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari
semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau
tulang belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan.

b. Pengkajian skunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post
illnes, Last meal, dan Event/ Environment yang berhubungan dengan
kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat
pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.
1. Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode
SAMPLE, yaitu sebagai berikut :
a) S : Sign and Symptom.
Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada
jejas pada thorak, Nyeri pada tempat trauma, bertambah
saat inspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat
palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,
Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan,
Penurunan tekanan darah
b) A   : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik
alergi obat-obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.
c) M   : Medications

15
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications
especially). Pengobatan yang diberikan pada klien
sebaiknya yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak
menimbulka reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai
dengan riwayat pengobatan klien.
d) P    :Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
e) L    :Last meal (Time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
f) E   :Events /Environment surrounding the injury; ie.
Exactly what happened
2. Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data
dasar klien yang kemudian digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas / istirahat
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 /
irama jantung gallop, nadi apikal (PMI) berpindah oleh
adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi
rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan
udara dalam mediastinum).
c. Psikososial
Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.

e. Nyeri / kenyamanan
Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada
unilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala
sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk
yang diperberat oleh napas dalam.
f. Pernapasan
Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas,
penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, ekspirasi

16
abdominal kuat, bunyi napas menurun/ hilang (auskultasi à
mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang dalam
rongga pleura), fremitus menurun, perkusi dada :
hipersonor diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada :
gerakan dada tidak sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis,
berkeringat, mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma :
penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema /
efusi), keganasan (mis. Obstruksi tumor).
g. Keamanan
Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.
2.5 Isu end of life di keprawatan gawat darurat
a. Pengertian Isu end of life
Isu End Of Life End of life merupakan salah satu tindakan yang
membantu meningkatkan kenyamanan seseorang yang mendekati akhir
hidup (Ichikyo,2016). End of life care adalah perawatan yang diberikan
kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun terakhir kehidupan
mereka (NHS Choice,2015). End of life akan membantu pasien meninggal
dengan bermartabat.Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya
menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan
kenyamanan pasien tersebut.
Isu End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif
yang diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan.End of
life carebertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik- baiknya
dan meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). End of life careadalah
salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial
danspiritual (Putranto, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life
caremerupaka salah satu tindakan keperawatanyang difokuskan pada orang
yangtelah berada di akhir hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat
oranghidup dengan sebaik-baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal
dengan bermartabat.
b. Prinsip-Prinsip End Of LifeMenurut NSW Health (2005) Prinsip End Of
Life antara lain :
1. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematianTujuan
utama dari perawatan adalah menpertahankan kehidupan,namun
ketika hidup tidak dapat dipertahankan, tugas perawatan
adalahuntuk memberikan kenyamanan dan martabat kepada pasien
yangsekarat, dan untuk mendukung orang lain dalam
melakukannya.

17
2. Hak untuk mengetahui dan memilihSemua orang yang menerima
perawatan kesehatan memiliki hakuntuk diberitahu tentang kondisi
mereka dan pilihan pengobatanmereka.Mereka memiliki hak untuk
menerima atau menolak pengobatan dalam memperpanjang
hidup.Pemberi perawatan memilikikewajiban etika dan hukum
untuk mengakui dan menghormati pilihan- pilihan sesuai dengan
pedoman.
3. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan
hidupPerawatan end of life yang tepat harus bertujuan
untukmemberikan pengobatan yang terbaik untuk individu. Ini
berarti bahwa tujuan utama perawatan untuk mengakomodasi
kenyamanan dan martabat, maka menahan atau menarik intervensi
untuk mempertahankan hidup mungkin diperbolehkan dalam
kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat.
4. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan Keluarga dan
tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk
membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisadalam
pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan keinginan
pasien.
5. Transparansi dan akuntabilitasDalam rangka menjaga kepercayaan
dari penerima perawatan,dan untuk memastikan bahwa keputusan
yang tepat dibuat, maka proses pengambilan keputusan dan
hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat
didokumentasikan
6. Perawatan non diskriminatifKeputusan pengobatan pada akhir
hidup harus non-diskriminatifdan harus bergantung hanya pada
faktor-faktor yang relevan dengankondisi medis, nilai-nilai dan
keinginan pasien.
7. Hak dan kewajiban tenaga kesehatanTenaga kesehatan tidak
berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak rasional,
khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi pasien.Pasien
memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga
kesehatan memiliki tanggung jawabuntuk memberikan pengobatan
yang sesuai dengan norma-norma profesional dan standar hukum
8. Perbaikan terus-menerusTenaga kesehatan memiliki kewajiban
untuk berusaha dalammemperbaiki intervensi yang diberikan pada
standar perawatan end oflife baik kepada pasien maupun kepada
keluarga.
c. Kriteria The Peaceful End of Life
Teori Peacefull EOL ini berfokus pada beberapa kriteria utama dalam
perawatan end of life pasien yaitu :

18
1. Terbebas dari NyeriBebas dari penderitaan atau gejala disstres
adalah hal yang utamadiinginkan pasien dalam pengalaman EOL
(The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan ketidaknyamanan
sensori atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual
atau potensial kerusakan jaringan(Lenz, Suffe, Gift, Pugh, &
Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
2. Pengalaman Menyenangkan Nyaman atau perasaan menyenangkan
didefinisikan secarainclusive oleh Kolcaba (1991) sebagai
kebebasan dariketidaknyamanan, keadaan tenteram dan damai.
2.6 Prinsip etik pada perawatan gawat darurat
a. Prinsip etik keperawatan
1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan
bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain
harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut perawat untuk
melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan
atau kejahatan.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh
ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan
(melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus
mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah
ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini
juga terjadi penyalahgunaan prinsi
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat
namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif,
dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan
informasi yang ia ingin tahu.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat
adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu

19
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.

b. Kode etik pada perawatan gawat darurat


1. Perawatan emergensi memberikan pelayanan dengan penuh hormat
bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien
2. Perawat emergensi mempertahankan kompetensi dan tanggung jawab
dalam praktik keprawatan emergensi
3. Perawat emergensi menyiapkan klien manakala mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tidak cakap, tidak hukum, jadi
keselamatannya terancam.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan medis dapat diartikan menjadi suatu keadaan cedera
atau sakit akut yang membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan
nyawa atau mencegah atau mencegah kecacatan serta rasa sakit pada pasien.
Pasien gawat darurat merupakan pasien yang memerlukan pertolongan segera
dengan tepat dan cepat untuk mencegah terjadinya kematian atau kecacatan.
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat
serta harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama
menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis, dokter), baik
didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat
dan menimpa siapa saja.
Code blue addalah isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang
menandakan adanya seseorang yang menandakan mengalami seragan jantung (
Cardiac Arrest ) gagal nafas akut (Respiratory Arrest).Code Blue merupakan
stabilisasi kondisi gawat darurat medis yang terjadi di dalam area sakit.
Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Code blue terdiri
dari dokter dan paramedis untuk menangani seseorang dengan penyakit
jantung ( cardiac arrest ) atau respiratory arrest dan membutuhkan resusitasi
jantung dan paru segera.
Sistem pengendalian gawat darurat terpadu adalah mekanisme yang
dirancang untuk memberikan pertolongan pada korban bencana atau gawat
darurat untuk mencegah kematian atau kerusakan organ sehingga
produktifitasnya dapat didipertahankan setara sebelum terjadinya bencana atau
peristiwa gawat darurat.
3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, di harapkan
pembaca dapat memahami tentang KONSEP KEPRAWATAN GAWAT
DARURAT serta bisa memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara
atau tindakan awal dari perawatan gawat darurat terhadap orang yang dalam
keadaan darurat.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36514903/Konsep_Kep_Gadar

https://www.academia.edu/8999699/ISI_MAKALAH

https://id.scribd.com/document/359803334/Peran-Dan-Fungsi-Perawat-Gawat-Darurat

https://id.scribd.com/document/405665686/Efek-Kegawat-Daruratan-Terhadap-Pasien-
Dan-Keluarga

https://id.scribd.com/document/340579960/Pengkajian-Primer-Dan-Sekunder

https://www.academia.edu/39516723/Isu_End_of_life_di_Keperawatan_kritis

https://www.academia.edu/37588381/Aspek_Etik_dan_Legal_dalam_Keperawatan_Ga
wat_Darurat

22

Anda mungkin juga menyukai