Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KRONIK PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULER PADA KASUS
HIPERTENSI

DISUSUN
OLEH KELOMPOK 8
1. RIMA MERLINA
2. ROSTITA WATI
3. SRI APRIYANTI
4. SRI ARLIZA FEBRIANA
5. WAHYU FIRMANSYAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAATAN
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW.
Makalah dengan juduI “Asuhan Keperawatan Penyakit kronik Pada Gangguan
Kardio Vaskuler Pada Kasus Hipertensi” ini kami susun untuk memenuhi nilai
tugas mata kuliah KEPERAWATAN PALIATIF MENJELANG AJAL yang
diberikan oleh Ibu HJ. Dewi Nursukma, Kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada Ibu selaku dosen mata kuliah, terimakasih kepada anggota kelompok 8,
serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon saran dan kritiknya. Terimaksih

Mataram, 23 September 2019

Penulis

Kelompok 8
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Penyakit Hipertensi ................................................................. 3
2.2 Asuhan Keperawatan Hipertensi .......................................................... 13
BAB III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 37
3.2. Saran ..................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga beresiko
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan
makin tinggi tekanan darah, maka makin besar resikonya (Amin Huda Nuraif
& Hardi Kusuma, 2015).
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui proses
pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka
suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemagan
umum, penderitaan, ketidakberdayaan, dan akhirnya kematian. Maka
kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan
pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau paliatice
care.
Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan pada pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi
penyakitnya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa konsep asuhan keperawatan pada kasus hipertensi?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar penyakit hipertensi dan penyakit apa saja
yang termasuk dalam penyakit kronis dan bagaimana pentalaksanaannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit hipertensi
A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga beresiko menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, maka makin besar
resikonya (Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu: (Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015)
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas, saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan
peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan
resiko: obesitas, merokok, alkohol dan polistemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi berdasarkan usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan/ atau tekanan diastoliknya sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinting aurta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunya konteraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015)
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade I (ringan) 140-159 90-99
6 Grade II (sedang) 160-179 100-109
7 Grade III (berat) 180-209 100-119
8 Grade IV (sangat >210 >120
berat)

4
C. Patway Faktor predisposisi usia, jenis kelamin,
merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
alkohol, konsentrasi, garam dan obesitas

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah Hipertensi
Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokonstriksi
Mk: Resiko
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak ketidakefektifan
v menurun perfusi jaringan ke
otak
Ginjal
Retina
Pembuluh darah
Vasokontriksi
pembuluh darah Spasme
arteriol Koroner Sitemik
Ginjal
Blood flow darah
menurun Mk: Resiko Iskemia Vasokonsttiksi
Cedera miokard
Respon RAA MK: penurunan Afterload
Mk: Nyeri curah jantung meningkat
Merangsang akut
aldosteron Fatigue
Mk. Kelebihan Volume
Edema Caran
Retensi Na
Mk: Intoleransi
Aktivitas

(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015).

5
D. Patofisiologi
Manurut Amin Huda kusuma (2015), hipertensi dapat disebabkan
menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer (esensial) dan hupertensi
sekunder. Pada hipertensi primer faktor yang mempengaruhinya yaitu
genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis dan sistem renin, dsn
faktor yang meningkatkan resiko hipertensi primer ini seperti: obesistas,
merokok dan alkohol. Sedangkan hipertensi sekunder penyebabnya yaitu:
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma (2015) Faktor
predisposisi (utama) terjadinya hipertensi yakni usia, jenis kelamin,
merokok, stres, kurang olahraga, genetik, alkohol konsentrasi garam, dan
obesitas.
Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan vaskuler (peredaran
pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran
pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena
terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga menyumbat
pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di otak, ginjal, retina, dan
pembuluh darah terganggu.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat

6
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di
ubah menajdi II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di
pompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2005).
1. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi
karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di otak
terjadi dan membuat suplai O2 ke otak menurun sehingga muncul
Masalah keperawatan “Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan ke
Otak”

7
2. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi
karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di ginjal
terjadi karena vasokonstriksi pembuluh darah (kontrasi dinding otot
hingga menyumbat pembuluh darah) sehingga terjadi blood flow
(aliran darah menurun) sehingga terjadi respon RRA (Renin-
Angiotensin-Aldosteron) dan yang merangsang adalah Aldosteron dan
menyebabkan retensi natrium darah dan menyebabkan edema sehingga
muncul masalah keperawatan “Kelebihan Volume Cairan”
3. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi
karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di retina.
Kelainan pada pembuluh darah ini menyebabkan kelinan pada retina
yaitu retinopati hipertensi dengan arteri yang besarnya tidak teratur,
episudat pada retina, udema retina dan perdarahan retina. Spasme
(penyempitan) pembuluh darah dapat berupa: pembuluh darah
(terutama arteri retina) yang berwarna lebih pucat, kapiler pembuluh
yang menjadi lebih kecil atau irreguler (karena spasme lokal), dan
percabangan arteriol yang tajam sehingga muncul masalah
keperawatan “Resiko Cedera”
4. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi
karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi pada
pembuluh darah yang mengalirkan O2 mengalami penurunan dan
terjadilah PJK (Penyakit jantung Koroner) dimana kondisi pembuluh
darah jantung tersumbat oleh lemak dan menyebabkan terjadinya

8
iskemia miokard (kondisi yang terjadi ketika aliran darah berhenti pada
sebagian jantung, menyebabkan kerusakan pada otot jantung, jika
salah satu arteri ini tersumbat secara tiba-tiba sebagian jantung menjadi
kekurangan oksigen sehingga muncul masalah keperawatan “Nyeri
akut”.
5. Gangguan peredaran darah sitemik terjadi karena gangguan sirkulasi
sehingga menyebabkan terganggunya peredarahan darah sistemik
(peredaran darah besar) ini mengalami kontraksi dinding otot hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga aliran darah keseluruh tubuh
terganggu, sedangkan Afterload meningkat (tekanan dimana jantung
harus bekerja untuk mengeluarkan darah selama sistol, dengan kata
lain beban akhir dari jantung untuk di edarkan ke seluruh tubuh) dan
tentu orang yang mengalami gangguan ini akan cepat merasa lelah
(Fatigue) sehingga muncul masalah keperawatan “Intoleransi
Aktivitas”
E. Menifestasi klinis
Menurut Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015 Tanda dan
gejala pada hipertensi dapat dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang sepsifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala, kaku kuduk dan kelelahan. Dalam
kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu: meengeluh
sakit kepala, pusing, lemas kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual,
muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.

9
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Sobel (1999), yaitu:
1. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Mengurangu berat badan yang berlebihan
b. Mengurangi bahkan menghentikan konsumsi alkohol
c. Mengurangi intake garam pada makanan
d. Melakukan olahraga ringan secara teratur
Cara lain yang secara independen mengurangi resiko penyakit
arteri terutama adalah berhenti merokok. Pada pasien dengan
hipertensi ringan sampai sedang (tekanan diastolik 90-105 mmHg)
dan (sistolik 160-180 mmHg) terapi non farmakologi dapat dicoba
selama 3 sampai 6 bulan sebelum mempertimbangkan pembrian
terapi farmakologis.
Pada hipertensi berat perubahan gaya hidup dan terpai
farmakologi harus dijalani secara bersama-sama. Pola makan
makanan yang tinggi kalium dan kalsium serta rendah natrium juga
merupakan metode terapi non farmakologis pada lansia penderita
hipertensi ringan.
2. Penatalaksanaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu: mempunyai efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan
efek samping yang ringan atau minimal, memungkinkan penggunaan
obat ecara oral tidak menimbulkan intoleransi, harga obat relatif
murah sehingga terjangkau oleh klien, dan memungkinkan
penggunaan jangka panjang.
Berdasarkan penelitian terbaru pada obat-obat antihipertensi
yang tersedia sekarang ini angotensin converting enzyme inhibitor
(ACE inhibitor), angiotensin-receptor blokcer (ARBS) calsium
channel blocker, diuretik tipe tiazid, beta blocker, semua menurunkan
komplikasi penyakit hipertensi.

10
Deuretik tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada
sebagaian besar peneliti. Pada penelitian-penelitian tersebut,
termasuk antihypertensive And lipid Lowering Tratment To
Prevent Heart Attack Trial, deuritik lebih baik dalam mencegah
komplikasi kardiovaskuler akibat penyakit hipertensi. Pengecualian
datang dari Australian National Blood Pressure Trial, yang
melaporkan hasil yang sedikit lebih baik pada pria kulit putih yang
memulai terapi hipertensi dengan ACE inhibitor dari pada mereka
yang memulai dengan deuretik. Deuritik menambah kemampuan
obat obat hipertensi, berguna untuk mengontrol tekanan darah dan
lebih terjangkau daripada obat-obat antihipertensi lain.
Deuritik seharusnya dipakai sebagai pengobatan awal terapi
hipertensi untuk semua pasien, baik secara sendiri maupun
kombinasi dengan 1 dari golongan obat antihipertensi lain (ACE,
inhibitor, ARBs, β Boler, CCB), karena memberikan manfaat pada
beberapa peneliti. Namun jika obat ini tidak ditoleransi secara baik
atau merupakan kontraindikasi, sedangkan obat dari golongan lain
tidak, maka pemberian obat dari golongan lain tersebut harus
dilakukan.
G. Komplikasi (Menurut Wijaya, 2013 dalam (jurnal Rohmatul Azizah,
Rita Dwi Hartanti, 2016)
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh
organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi
hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut:
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
2. Otak

11
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system
penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
4. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisasi untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.

12
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, dan pekerjaan,
b. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, dan hubungannya dengan klien
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang dominan muncul pada kasus hipertensi yakni
pusing, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku, nyeri
pada tungkai, fatingue (lemah), sulit bernapas, temuan fisik
meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, dan
takipnea (Udjianti, 2013)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada
setiap gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, selah, susah, napfas,
mual, gelisah, kesadaran menurun, pengelihatan menjadi kabur,
tinnitus (telinga berdenging), palpitasi (berdebar-debar), kaku
kuduk, tekanan darah diatas normal, gampang marah (Nurarif &
Kusuma, 2015)
3) Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang
pernah dialami sebelumnya: misalnya: klien pernah memiliki
riwayat penyakit gagal ginjal dan klien mengalami penyakit yang
sangat berat (haryanto, 2015)
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga. Hipertensi
pada orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga
sekitar 15-35%. Suatu penelitian pada orang kembar, hipertensi
terjadi 60% laki-laki dan 30-40% perempuan. Hipertensi usia di

13
bawah 55 tahun terjadi 3,8 kali lebih sering pada orang dengan
riwayat hipertensi keluarga (Pikir dkk, 2015)
5) Riwayat pengobatan
Ada bebaraoa obat yang harus diminum oleh penderita
penyakit hipertensi yaitu pengobatan antihipertensi: deuritic,
angiotensin (Pikir dkk, 2015)
d. Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar Manusia (Padilia, 2013):
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis,penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kelainan tekanan darah, hipotensi postural, takikardi,
perubahan warna kulit, suhu dingin.
3) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
faktor stress multipel.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
5) Makanan/ cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol.
Tanda :berat badan normal atau obesitas, adanya edema.
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing atau pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis.

14
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik.
7) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala,
oksipital berat, nyeri abdomen.
8) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea,ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris
pernafasan, bunyi napas tambahan, sianosis.
9) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural.
10) Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga, hipertesnsi, aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal.
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran: seorang pasien yang terkenan penyakit hipertensi
kesadaranya adalah sadar dan juga dapat mengalami penurunan
kesadaran (Nuraif & Kusuma, 2015).
b) Tanda-tanda vital: (1) TD: saat melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital pada kasus hipertensi tekanan darah yang dimiliki
oleh penderita hipertensi systole 140 mmHg dan tekanan
diastole diatas 90 mmHg (Haryanto & rini, 2015).(2)Nadi:
meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis,
perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada
beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia (udjianti,
2013). (3) respirasi: normal atau meningkat. (4) suhu: normal
atau meningkat.

15
2) Body sistem
a) Sistem pernafasan: Mengeluh sesak nafas saat beraktivitas,
takipnea, ortopnea (gangguan pernafasan saat berbaring), batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik
meliputi sianosis, penggunaan otot bantu, pernapasan terdengar
suara napas tambahan (tonkhi, rales, wheezing) (udjianti,
2013).
b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : gerakan dinding abnormal
Palpasi: denyut apical kuat
Perkusi: denyut apical bergeser dan/kuat angkat.
Auskultasi: denyut jantung takikardi dan distrimia, bunyi
jantung s2 mengeras s3 (gejala CHF dini). Murmur dapat
terdengar jika stenosis atau insufisiensi katup (Udjianti, 2013)
c) Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/pusing sakit kepala
berdenyut di suboksipital, episode mati rasa, atau kelumpuhan
salah satu sisi badan. Gangguan Visual (diplopia-pandangan
ganda atau pandangan kabur) dan episode epistaksis (Udjianti,
2013).
d) Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urin <50 ml/jam atau oliguri
(Udjianti, 2013).
e) Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan
riwayat pemakaian deuretik. Temuan fisik meliputi berat badan
normal atau obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena
jugularis, dan glikosuria (udjianti, 2013).
f) Sistem integumen
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler
lambat, (> 2 detik), sianosis, diaphoresis, atau flusing (Udjianti,
2013).

16
g) Sistem muskuluskletal
Terjadi kaku kuduk pada area leher (Haryanto & Rini,
2015)
h) Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan
adanya kelainan pada sistem endokrin (Udjianti, 2013).
i) Sistem reproduksi
Pada pasien hipertensi terjadi peningkatan TIK
(Tekanan intra cranial) pada saat melakukan hubungan seksual
dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil yang memiliki
hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2015).
j) Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau
sklerosis arteri edema atau papil edema (eksudat atau
hemoragi) tergantung derajat lamanya hipertensi (Udjianti,
2013).
k) Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem
kekebalan tubuh (Manurung, 2016).
f. Pemeriksaan penunjang (Jurnal Ibrahim Vol II No. 1 dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi)
1) Pemeriksaan laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubugan dari
sel-sel terhadap volumen cairan (viskositas) dan dapat
menghidentifikasi faktor resiko seperti: anemia. BUN/kreatinin:
memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa:
hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketolamin.urinalisa: darah, protein,
glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM
2) Ct:scan mengkaji adanya tumor cerebra, enceloati.
3) EKG: dapat menunjakan pola regangan , dimana luas, penggian
gelombng p adalah salah satu tanda dini penyakitjantung
hipertensi.

17
4) IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,
perbaikan ginjal.5) poto dada:menunjukkan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung (sobel,et al,1999).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. ANALISA DATA
No Symptom Etiologic Problem
1 Ds: keluarga pasien Faktor predisposisi: Resiko
mengatakan pasien usia, jenis kelamin, ketidakefektian
mengalami penurunan meorok, stress, genetik, perfusi jaringan
kesadaran alkohol, konsentrasi otak
Do: kesadaran garam,obesitas
menurun, darah
melorot ke kiri Hipertensi
TD: 180/90 mmHg
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah
Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak

Suplai O2 ke otak
menurun

18
Resiko
ketidakseimbangan
perfusi jaringan otak
2 Ds: ansietas, dispnea Faktor predisposisi: Kelebihan volume
atau pendek nafas, usia, jenis kelamin, cairan
gelisah. meorok, stress, genetik,
Do: suara nafas tidak alkohol, konsentrasi
normal, anasarka, garam,obesitas
ansietas, azotemia,
perubahan tekanan Hipertensi
darah, perubahan pola
pernafasan, Kerusakan vaskuler
ketidakseimbangan pembuluh darah
elektrolit, gelisah.
Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah
Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Ginjal

vasokontriksi pembuluh
darah ginjal

Blood flow darah


menurun

Respon RAA

19
Merangsang aldosteron

Retensi Na

Edema

Kelebihan Volume
cairan

3 Ds: pasien Faktor predisposisi: Resiko cedera


mengatakan pada usia, jenis kelamin,
sejak 5 hari mata meorok, stress, genetik,
kanan pasien alkohol, konsentrasi
mendadak buram, garam,obesitas
pasien merasa
pandangan menjadi Hipertensi
gelap seperti ada
rambut atau asap. Kerusakan vaskuler
Do: pembuluh darah pembuluh darah
(terutama arteri
retina) yang berwarna Perubahan struktur
lebih pucat, kapiler
pembuluh yang
menjadi lebih kecil Penyumbatan pembuluh
atau irreguler (karena darah
spasme lokal), dan Vasokontriksi
percabangan arteriol
yang tajam Gangguan sirkulasi

Retina

20
Spasme Arteriol

Resiko Cedera
4 Ds: klien mengeluh Faktor predisposisi: Penurunan curah
pusing, klien usia, jenis kelamin, jantung
mengatakan ketika meorok, stress, genetik,
melakukan aktivitas alkohol, konsentrasi
sehari-hari bertambah garam,obesitas
sesak.
Do: klien tampak Hipertensi
lemah
TD: 140/90 mmHg Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah
Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

pembuluh darah
sistemik

vasokontriksi

afterload meningkat

penurunan curah
jantung
5 1. Gejala dan tanda Faktor predisposisi: Intoleransi aktivitas

21
mayor usia, jenis kelamin,
Ds: mengeluh meorok, stress, genetik,
lelah alkohol, konsentrasi
Do: frekuensi garam,obesitas
jantung
meningkat >20% Hipertensi
dari kondisi
istrahat Kerusakan vaskuler
2. Gejala dan tanda pembuluh darah
minor
Ds: dispnea Perubahan struktur
saat/setelah
aktivitas, merasa Penyumbatan pembuluh
tidak nyaman darah
setelah Vasokontriksi
beraktivitas,
merasa lemah Gangguan sirkulasi
Do: tekanan darah
berubah >20% pembuluh darah
dari kondisi sistemik
istrahat, gambaran
EKG vasokontriksi
menggambarkan
aritmia afterload meningkat
saat/setelah
aktivitas, sianosis fatigue

Intoleransi Aktivitas
6 DS: mengeluh nyeri Faktor predisposisi: Nyeri akut
di bagian leher usia, jenis kelamin,
DO: tampak meorok, stress, genetik,
meringis, frekuensi alkohol, konsentrasi

22
nadi meningkat, sulit garam,obesitas
tidur, TD meningkat,
pola napas berubah, Hipertensi
nafsu makan berubah.
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah
Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

pembuluh darah

Koroner

Iskemia Miokard

Nyeri akut

b. Diagnosa keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
kerusakan vaskuler pembuluh darah, vasokontriksi, gangguan
sirkulasi di otak sehingga suplai O2 menurun ditandai dengan
keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan
kesadaran, bibir melorot ke kiri.
2. Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah ginjal, blood flow darah menurun, respon RAA,

23
merangsang aldosteron, retensi Na, edema ditandai dengan
ansietas, dispnea atau pendek nafas, gelisah.
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan sirkulasi pada retina,
sapsme arterio ditandai dengan pasien mengatakan pada sejak 5
hari mata kanan pasien mendadak buram, pasien merasa pandangan
menjadi gelap seperti ada rambut atau asap, pembuluh darah
(terutama arteri retina) yang berwarna lebih pucat, kapiler
pembuluh yang menjadi lebih kecil atau irreguler (karena spasme
lokal), dan percabangan arteriol yang tajam.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
pembuluh darah sistemik, vasokontriksi, afterload meningkat
ditandai dengan klien mengeluh pusing, klien mengatakan ketika
melakukan aktivitas sehari-hari bertambah sesak, klien tampak
lemah.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi
pembuluh darah sitemik, vasokontriksi, afterload meningkat,
fatigue ditandai dengan frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istrahat.
6. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan sirkulasi pembuluh
darah koroner, iskemia miokard ditandai dengan mengeluh nyeri di
bagian leher tampak meringis, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur, TD meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut M. Wilkinson Judith. 2016.
N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)
o keperawatan Hasil (NOC)
1 Resiko Tujuan : Setelah Peripheral sensation
ketidakefektifa dilakukan tindakan management
n perfusi keperawatan selama 2x24 (managemen sensasi
jaringan otak jam diharapkan sirkulasi perifer)
berhubungan yang masuk ke otak tidk 1. Monitor adanya
dengan terganggu dengan kriteria daerah tertentu yang

24
kerusakan hasil: hanya peka terhadap
vaskuler Noc panas/dingin/tajam/tu
pembuluh 1. Circulation status mpul
darah, 2. Tissue prefusion: 2. Monitor adanya
vasokontriksi, cerebral paretese
gangguan Kritria hasil: 3. Instruksi keluarga
sirkulasi di 1. Mendemonstrasikan untuk mengobservasi
otak sehingga status sirkulasi yang kulit jika ada isi atau
suplai O2 ditandai dengan laserasi
menurun 2. Tekanan sistol dan 4. Gunakan sarung
ditandai diastol dalam rentang tangan untuk proteksi
dengan yang diharapkan 5. Batas gerakan pada
keluarga pasien 3. Tidak ada kepala, leher dan
mengatakan ortostatikhipertensi punggung
pasien 4. Tidak ada tanda-tanda 6. Monitor kemampuan
mengalami peningkatan tekanan BAB
penurunan indra intrakrania (tidak 7. Kolaborasi pemberian
kesadaran, lebihdari 15mmHg) analgetik
bibir melorot 5. Mendemonstrasikan 8. Monitor adanya
ke kiri. kemampuan kognitif tromboplebitis
yang ditandai dengan: 9. Diskusikan mengenai
6. Berkomunikasi penyebab perubahan
dengan jelas dan sensai
sesuai dengan
kemampuan
7. Menunjukkan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi
8. Memproses informasi
9. Membuat keputusan
dengan benar
10. Menunjukkan fungsi

25
sensori motori cranial
yang utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter

2 Kelebihan Tujuan : Setelah NIC :


Volume cairan dilakukan tindakan 1 Pertahankan catatan
berhubungan keperawatan selama 2x24 intake dan output
dengan jam diharapkan cairan yang akurat
vasokontriksi klien dalam batas normal. 2 Pasang urin kateter
pembuluh Kriteria hasil: jika diperlukan
darah ginjal, 1 Electrolit and acid 3 Monitor hasil lab
blood flow base balance yang sesuai dengan
darah menurun, 2 Fluid balance retensi cairan (BUN ,
respon RAA, 3 Hydration Hmt , osmolalitas
merangsang Setelah dilakukan urin )
aldosteron, tindakan keperawatan 4 Monitor vital sign
retensi Na, selama 2x 24 jam 5 Monitor indikasi
edema ditandai Kelebihan volume cairan retensi / kelebihan
dengan teratasi dengan kriteria: cairan (cracles, CVP ,
ansietas, 1 Terbebas dari edema, edema, distensi vena
dispnea atau efusi, anaskara leher, asites)
pendek nafas, 2 Bunyi nafas bersih, 6 Kaji lokasi dan luas
gelisah. tidak ada edema
dyspneu/ortopneu 7 Monitor masukan
3 Terbebas dari distensi makanan / cairan
vena jugularis, 8 Monitor status nutrisi
4 Memelihara tekanan 9 Berikan diuretik
vena sentral, tekanan sesuai interuksi
kapiler paru, output 10 Kolaborasi pemberian
jantung dan vital sign obat.

26
DBN 11 Monitor berat badan
5 Terbebas dari 12 Monitor elektrolit
kelelahan, kecemasan 13 Monitor tanda dan
atau bingung gejala dari odema

3 Resiko cedera Tujuan : Setelah Environment


berhubungan dilakukan tindakan management
dengan keperawatan selama 2x24 (manajemen
gangguan jam diharapkan klien tidak lingkungan)
sirkulasi pada akan mengalami cedera. 1 Sediakan lingkungan
retina, sapsme Noc: yang aman untuk
arterio ditandai 1. Risk kontrol pasien
dengan pasien Kriteria hasil: 2 Identifikasi kebutuhan
mengatakan 2. Klien terbebas dari keamanan pasien,
pada sejak 5 cedera sesuai dengan kondisi
hari mata 3. Klien mampu fisik dan fungsi
kanan pasien menjelaskan cara atau kognitif pasien dan
mendadak metode untuk riwayat penyakit
buram, pasien mencegah dahulu pasien
merasa unjury/cedera 3 Menghindarkan
pandangan 4. Klien mampu lingkungan yang
menjadi gelap menjelaskan faktor berbahaya (misalkan
seperti ada resiko dari lingkungan memindahkan
rambut atau atau perilaku personal perabotan)
asap, pembuluh 5. Mampu memodifikasi 4 Memasang side rail
darah gaya hidup untuk tempat tidur
(terutama arteri mencegah injury 5 Menyediakan tempat
retina) yang 6. Menggunakan fasilitas tidur yang nyaman dan
berwarna lebih kesehatan yang ada bersih
pucat, kapiler 7. Mampu mengenali 6 Menempatkan saklar
pembuluh yang perubahan status lampu ditempat yang
menjadi lebih kesehatan mudah dijangkau

27
kecil atau pasien
irreguler 7 Membatasi
(karena spasme pengunjung
lokal), dan 8 Menganjurkan
percabangan keluarga untuk
arteriol yang menemani pasien
tajam. 9 Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
10 Memindahkan barang-
barang yang
membahayakan
11 Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
4 Penurunan NOC : NIC :
curah jantung  Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
berhubungan effectiveness dada
dengan  Circulation Status 2. Catat adanya disritmia
gangguan  Vital Sign Status jantung
sirkulasi  Tissue perfusion: 3. Catat adanya tanda
pembuluh perifer dan gejala penurunan
darah sistemik, Setelah dilakukan asuhan cardiac putput
vasokontriksi, selama 2x24 jam 4. Monitor status
afterload penurunan kardiak output pernafasan yang
meningkat klien teratasi dengan menandakan gagal
ditandai kriteria hasil: jantung
dengan klien 1. Tanda Vital dalam 5. Monitor balance

28
mengeluh rentang normal cairan
pusing, klien (Tekanan darah, Nadi, 6. Monitor respon pasien
mengatakan respirasi) terhadap efek
ketika 2. Dapat mentoleransi pengobatan antiaritmia
melakukan aktivitas, tidak ada 7. Atur periode latihan
aktivitas kelelahan dan istirahat untuk
sehari-hari 3. Tidak ada edema paru, menghindari kelelahan
bertambah perifer, dan tidak ada 8. Monitor toleransi
sesak, klien asites aktivitas pasien
tampak lemah. 4. Tidak ada penurunan 9. Monitor adanya
kesadaran dyspneu, fatigue,
5. AGD dalam batas tekipneu dan ortopneu
normal 10. Anjurkan untuk
6. Tidak ada distensi menurunkan stress
vena leher 11. Monitor TD, nadi,
7. Warna kulit normal suhu, dan RR
12. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
13. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
14. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
15. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung
16. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
17. Monitor pola
pernapasan abnormal
18. Monitor suhu, warna,

29
dan kelembaban kulit
19. Monitor sianosis
perifer
20. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
21. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
22. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen
23. Sediakan informasi
untuk mengurangi
stress
24. Kelola pemberian obat
anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
25. Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer
26. Minimalkan stress
lingkungan

5 Intoleransi NOC : NIC :

30
aktivitas 1. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
berhubungan 2. Toleransi aktivitas pembatasan klien
dengan 3. Konservasi eneergi dalam melakukan
gangguan Setelah dilakukan aktivitas
sirkulasi tindakan keperawatan 2. Kaji adanya faktor yang
pembuluh selama 2x24 jam Pasien menyebabkan kelelahan
darah sitemik, bertoleransi terhadap 3. Monitor nutrisi dan
vasokontriksi, aktivitas dengan Kriteria sumber energi yang
afterload Hasil : adekuat
meningkat, 1. Berpartisipasi dalam 4. Monitor pasien akan
fatigue aktivitas fisik tanpa adanya kelelahan fisik
ditandai disertai peningkatan dan emosi secara
dengan tekanan darah, nadi berlebihan
frekuensi dan RR 5. Monitor respon
jantung 2. Mampu melakukan kardivaskuler terhadap
meningkat aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi,
>20% dari (ADLs) secara disritmia, sesak nafas,
kondisi mandiri diaporesis, pucat,
istrahat. 3. Keseimbangan perubahan
aktivitas dan istirahat hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan

31
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

32
17. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual

6 Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan a. Manajemen


berhubungan tindakan keperawatan Analgesik
dengan selama 2 x 24 jam 1) Menggunakan agens
gangguan diharapkan nyeri pasien farmakologi untuk
sirkulasi teratasi. Kriteria hasil : mengurangi atau
pembuluh 1. Nyeri yang dirasakan menghilangkan nyeri
darah koroner, dapat berkurang. 2) pemberian medikasi :
iskemia 2. Memperlihatkan Mempersiapkan,
miokard teknik relaksasi secara memberikan, dan
ditandai individual yang efektif mengevaluasi
dengan untuk mencapai keefektifan obat resep
mengeluh nyeri kenyamanan dan obat bebas.
di bagian leher 3) Menejemen Medikasi
tampak : memfasilitasi
meringis, penggunaan obat
frekuensi nadi resep atau obat bebas
meningkat, secara aman dan
sulit tidur, TD efektif.
meningkat, 4) Menejemen Nyeri :
pola napas Meringankan atau
berubah, nafsu mengurangi nyeri
makan sampai pada tingkat
berubah. kenyamanan yang
dapat diterima oleh
pasien.
5) Bantuan analgesik
yang dikendalikan
ole pasien

33
(patient-control
Analgesik {PCA} :
memudahkan
pengendalian
pemberian dan
pengaturan
analgesik oleh
pasien.
b. Manajemen Sedasi
6) memberikan
sedatif, memantau
respon pasien,
dan memberikan
dukungan
fisiologis yang
dibutuhkan selama
prosedur
diagnostik atau
terapeutik.
7) Surveilans :
Mengumpulkan,
menginterprestasi
, dan menyintesis
data pasien
secara terarah
dan kontinu untuk
membuat keputusan
klinis.

34
8) Tentukan riwayat
nyeri, lokasi, durasi
dan intensitas.
9) Evaluasi terapi :
pembedahan, radiasi,
kemoterapi, bioterapi,
ajarkan klien dan
keluarga tentang cara
menghadapinya.
10)Berikan pengalihan
seperti reposisi dan
aktivitas
menyenangkan
seperti mendengarkan
musik atau nonton
TV.
11)Menganjurkan teknik
penanganan stress
(teknik relaksasi,
visualisasi,
bimbingan), gembira
dan berikan sentuhan
terapeutik.
12)Evaluasi nyeri,
berikan pengobatan
bila perlu.
13)Diskusikan
penanganan nyeri
dengan dokter dan
juga dengan klien.
14)Berikan analgetik
sesuai indikasi seperti

35
morfin, metadone,
narkotik dll.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impelementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya: Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah setelah dilakukan validasi; keterampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien di lindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit
dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah
kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan
intervensi dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut:
1. Pasien dapat menunjukkan terpenuhinya suplai oksigen ke otak
2. Pasien dapat menunjukkan terpenuhiya kebutuhan cairan
3. Masalah keperawatan dapat teratasi secara sempurna.

36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga beresiko
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan
makin tinggi tekanan darah, maka makin besar resikonya (Amin Huda Nuraif
& Hardi Kusuma, 2015).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi itu adalah dari
kebiasaan atau gaya hidup masyarakat yaitu faktor herediter yang di dapat dari
keluarga, faktor usia, jenis kelamin, konsumsi garam yang berlebihan, kurang
berolaraga dan obesitas.
3.2 Saran
Perlunya upaya penyuluhan agar dari case-finding maupun pendidikan
kesehatan dan penatalaksanaan pengobatanya yang belum terjangkau masih
sangat terbatas untuk penderita datang berobat untuk pertama kalinya datang
terlambat dimana sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan agar sedini mungkin diberi pengobatan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Rohmatul, Rita Dwi Hartanti. 2016. Hubungan Antara Tingkat Stress
Dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonopringgo Pekalongan: Program Studi Ners STIKES Muhamadiyah
Pekajangan.
Ibrahim. Volume II No I. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Idea
Nursing Jurnal Journal Vol II No I. Syiah Kuala Universty.
Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2. Medication
Jogja: Jogjakarta.
M. Wilkinson Judith. 2016. Diagnosa Keperawatan Diagnosa NANDA_I
Intervensi NIC Hasil NOC Edisi 10. EGC: Jakarta.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika: Yogyakarta.
Pokjo Tim SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definis dan Indikator Diagnostik Edisi I. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Indonesia: Jakarta.

38

Anda mungkin juga menyukai